Anda di halaman 1dari 7

REAKTIF OKSIGEN SPESIES PADA CEDERA OTAK TRAUMATIK

REACTIVE OXYGEN SPECIES IN TRAUMATIC BRAIN INJURY


I Putu Pramana Suarjaya*, Tatang Bisri**), Himendra Wargahadibrata**)
*)
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
RSUP Sanglah/ Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
**)
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
RSUP dr. Hasan Sadikin / Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung

Abstract
Traumatic Brain Injury (TBI) morbidity and mortality are due to primary and secondary injury. Primary injury
is due to mechanical forces during the trauma process and secondary injury is subsequent process following the
primary impact. This secondary injury processes involving increased excitatory amino acids, ionic imbalance,
decreased ATP level, unusual proteolytic enzyme activity, and oxidative stress which contibute to delayed
neuronal dysfunction and neuronal death. The mammalian brain is vulnerable to oxidative stress because of the
high oxygen consumption needed for maintaining neuronal ion homoeostasis during the propagation of action
potentials.There is a close relationship between degree of oxidative stress and severity of brain insults, which
results from a perturbation of calcium homeostasis, energy metabolism, and increased lipid peroxidation.
In this review we discuss oxidative stress during traumatic brain injury, and it’s implication on pathology of
traumatic brain injury.

Keywords : Traumatic Brain Injury, Reactive Oxygen Species


JNI 2012;1(2):144-150

Abstrak
Cedera otak traumatik menyebabkan mortalitas dan morbiditas karena terjadinya cedera primer yang diikuti
oleh cedera sekunder. Cedera sekunder yang terjadi meliputi peningkatan asam amino eksitatif, ketidak
seimbangan ion, penurunan kadar ATP, aktivasi enzim proteolitik dan stres oksidatif yang akan menyebabkan
terjadinya disfungsi neuron sampai kematian neuron. Terdapat kaitan erat antara beratnya stres oksidatif yang
terjadi dengan beratnya cedera otak yang terjadi, sebagai akibat terganggunya hemostasis kalsium, gangguan
pembentukan energi dan meningkatnya proses peroksidasi lipid.
Pada telaah ini didiskusikan bagaimana stres oksidatif yang terjadi pada cedera otak traumatik, dan pengaruhnya
pada proses pathologi sedera otak traumatik.

Kata kunci : Cedera Otak Traumatik, Reaktif Oksigen Spesies


JNI 2012;1(2):144-150

I.Pendahuluan perbaikan sel yang rendah dan sifat jaringan otak


Cedera otak traumatik dimulai dengan benturan yang tidak replikatif. Dengan berat yang hanya 2 %
mekanis primer yang diikuti oleh serangkaian dari berat tubuh total, otak mengkonsumsi sekitar
kaskade respon molekuler dan seluler. Proses 20 % dari kebutuhan total oksigen tubuh. Jaringan
kematian sel primer ini berlangsung relatif cepat, otak terutama terbentuk dari lipoprotein, dengan
diikuti dengan proses degenerasi pada sel neuron konsentrasi poly unsaturated fatty acid (PUFA)
yang berdekatan yang selamat dari kematian dari tinggi yang mudah mengalami peroksidasi lipid.
cedera primer ini. Kematian sel akibat cedera Jaringan otak juga memiliki kadar ion-ion logam
primer ini juga mengakibatkan adanya akumulasi yang tinggi, dengan kapasitas antioksidasi endogen
dari glutamat, reaktif oksigen spesies (ROS) dan yang relatif rendah bila dibandingkan dengan
sitokin proinflamasi, mengakibatkan terjadinya organ-organ lain.1
situasi lingkungan yang berbahaya terhadap sel dan
Seperti jaringan tubuh lainnya, ROS yang terutama
defisit fungsional neuron.
terbentuk pada jaringan otak adalah anion radikal
Otak adalah jaringan yang sangat rentan terhadap
superoksida (O2-). Pertahanan jaringan otak untuk
stres oksidatif karena menggunakan oksigen relatif
melawan anion radikal superoksida adalah
besar dibanding massanya, memiliki kapasitas
superoksid dismutase (SOD) yang merupakan
REAKTIF OKSIGEN SPESIES PADA CEDERA OTAK 85
TRAUMATIK

katalisator proses dismutasi O2- menjadi hidrogen primer, morbiditas dan mortalitas akan ditentukan
peroksida (H2O2), selanjutnya enzim katalase dan oleh proses cedera sekunder ini.
glutation peroksidase (GPx) akan mengubah H2O2
Cedera otak sekunder meliputi evolusi endogen dari
yang bersifat sitotoksik menjadi H2O dan O2.2, 3
cedera otak yang terjadi dan pengaruh ekstra
II.Cedera Otak Traumatik serebral yang terjadi akibat cedera seperti hipotensi
Cedera otak traumatik adalah sebuah entitas yang dan hipoksemia. Empat kelompok mekanisme
kompleks dengan spektrum patologi yang luas, dari terjadinya cedera otak sekunder telah diidentifikasi,
cedera fokal sampai difus dan terjadinya berbagai yakni yang berkaitan dengan iskemia,
kaskade neurofisiologis. Cedera primer yang terjadi eksotoksisitas, kegagalan energi dan
akibat trauma langsung pada saat cedera otak, akan mengakibatkan kaskade kematian sel; edema otak
segera diikuti oleh cedera sekunder dimana terjadi sekunder; cedera akson; serta proses inflamasi dan
berbagai proses seperti gangguan metabolisme dan regenerasi. Dalam setiap proses cedera sekunder
produksi energi, cedera iskemia-reperfusi, stres ini, terdapat serangkaian mediator cedera sekunder,
oksidatif yang apabila berlanjut akan menyebabkan proses neuroproteksi endogen dan regenerasi.
kerusakan lebih lanjut sampai pada kematian sel. Kontribusi kuantitatif dari masing-masing mediator
Pasien yang selamat dari cedera otak traumatik ini terhadap hasil akhir cedera otak sekunder ini
dapat menderita berbagai defisit neurologis dan kaitannya dengan mediator cedera otak
termasuk gangguan kognitif, perilaku maupun sekunder lainnnya sedang menjadi sasaran
emosi tergantung pada derajat cedera otak penelitian saat ini.5
traumatik yang dialami.4
Kaskade cedera otak sekunder ini telah diketahui
Cedera otak primer adalah cedera akibat trauma
terjadi baik di daerah kontusio maupun peri-
langsung pada jaringan otak serta akibat gaya
kontusio, setelah terjadinya cedera fokal maupun
akselerasi, deselerasi ataupun rotasi yang menyertai
cedera di beberapa tempat, ataupun cedera yang
trauma langsung tersebut ataupun independen dari
lebih luas yang berkaitan dengan diffuse axonal
trauma langsungnya. Komponen utama pada cedera
injury (DAI). Faktor molekuler yang bertanggung
otak primer adanya kerusakan korteks, cedera
jawab adalah multipel, termasuk perubahan
neuron, cedera vaskular, perdarahan dan berbagai
mekanik pada sel membran yang mengakibatkan
bentuk cedera jaringan primer.
adanya gangguan hemostasis ion, adanya influks
Secara klinis sejumlah aspek dari cedera primer kalsium (yang dapat mengakibatkan terjadinya
inilah yang dinilai pada saat CT scan ataupun MRI kelebihan kalsium, yang diantaranya akan memicu
kepala segera pasca cedera otak traumatik. gangguan mitokondria), pembentukan ROS dan
Kerusakan korteks yang terjadi segera setelah radikal oksigen, dan gangguan mekanisme
cedera otak traumatik, menunjukkan adanya cedera hemostasis kalsium yang akan mengakibatkan
primer yang tidak akan tertolong oleh upaya kematian sel melalui aktivasi jalur enzim proteolitik
resusitasi yang dilakukan. Pada saat terjadi seperti calpains dan caspase.
kerusakan korteks akibat cedera langsung pada
Dapat diamati, proses cedera sekunder ini berkaitan
cedera otak traumatik, dapat disertai adanya
dengan respons inflamasi yang hebat yang tidak
kerusakan akson dan pembuluh darah. Karena
hanya memodifikasi proses ini lebih lanjut dan
adanya hubungan anatomis antara akson dan
sebagian melindungi jaringan otak yang mengalami
pembuluh darah, cedera primer seringkali
cedera ini, tetapi juga mengakibatkan cedera lebih
menghasilkan cedera simultan pada kedua struktur
lanjut terhadap otak.4, 6, 7
ini, seringkali tampak secara klinis sebagai
perdarahan petechiae pada substansia alba yang
menggambarkan diffuse axonal injury (DAI).
Aspek lain yang penting dari cedera otak primer
adalah depolarisasi yang terjadi akibat benturan.
Pada saat terjadinya cedera otak traumatik yang
berat, terjadi depolarisasi akibat benturan trauma,
ditandai dengan peningkatan ion kalium
ekstraseluler dan memicu pelepasan
neurotransmiter eksitatatif glutamat. 5
Dibanding cedera otak primer, cedera otak
sekunder bersifat progresif dan menjadi faktor yang
menentukan dalam pemulihan cedera otak
traumatik. Pada penderita yang selamat saat cedera
Stres oksidatif adalah proses sitotoksik yang terjadi
pada sel saat mekanisme antioksidan dikalahkan
oleh ROS, karenanya stres oksidatif adalah
fenomena ambang yang ditandai oleh
meningkatnya kadar komponen sel yang
teroksidasi. Sumber utama ROS adalah rantai
respirasi mitokondria. ROS terutama terbentuk
sebagai produk sampingan rantai transport elektron
mitokondria, ketika elektron terlepas ke molekul O2
menghasilkan O2- , dan dikonversi menjadi H2O2
oleh SOD. Dalam keadaan normal H2O2 juga
diproduksi oleh beberapa enzim-enzim pada rantai
respirasi mitokondria, xanthine oksidase,
myeloperoksidase, sitokrom P450 pada sitoplasma,
Gambar 1. ROS pada Cedera Otak COX, LOX, nitric oxyde sintetase dan NADPH
Dikutip dari: Lewen, Matz, dan Chan 17 oksidase memanfaatkan molekul oksigen untuk
menghasilkan H2O2.8, 9
Pada metabolisme normal di mitokondria, siklus H2O2 adalah ROS yang tergolong istimewa, karena
tricarboxylic acid (TCA) akan menghasilkan H+, H2O2 tidak memiliki elektron yang tidak
NADH dan FADH2 yang akan digunakan untuk berpasangan (tidak radikal) dan tidak memiliki
menghasilkan ATP pada sekuens elektron tranport muatan (bukan ion), sehingga dapat dengan mudah
dan fosforilasi oksidatif. Rantai transport elektron menembus membran dan mempengaruhi struktur
terjadi akibat serangkaian transportasi elektron oleh sel jauh dari tempatnya dihasilkan. Neuron
protein membran bagian dalam atau enzim yang merupakan sel yang sensitif terhadap toksisitas
mengatur reduksi empat elektron O2 menjadi H2O. akibat H2O2. H2O2 Bila tidak dikonversi menjadi
Elektron didonorkan oleh NADH atau suksinat ke H2O oleh sistem glutation dan katalase, dapat
kompleks I dan II. Ubiquinone (UQ) merima membentuk radikal hidroksil melalui reaksi Fenton,
elektron dari kompleks I (NADH dehidrogenase) yang merupakan bentuk ROS yang paling merusak,
dan II (succinate dehidrogenase) dan mengalami yang akan secara langsung merusak membran lipid,
proses reduksi satu elektron dua tahap menjadi protein dan asam nukleat yang pada akhirnya
ubisemiquinon dan ubiquinol, yang akhirnya akan menyebabkan kerusakan dan kematian sel.
mentransfer reduksi ini ke rantai transport elektron
selanjutnya yakni kompleks III (UQ-sitokrom c Peningkatan produksi ROS telah didentifikasi
reduktase), sitokrom c, kompleks IV (sitokrom c sebagai mekanisme penting yang menyebabkan
oksidase) dan akhirnya ke kompleks V (ATP menurunnya plastisitas neuron pada cedera otak
sintetase). Secara umum 1-2% dari oksigen yang traumatik. Proses fisiologis dan kognitif yang
direduksi oleh mitokondria dikonversi menjadi O2- terjadi pada saraf tergantung pada tersedianya
pada level kompleks I atau pada level UQ energi untuk menjaga fungsi sinaps dan
(gambar1) eksitabilitas saraf. Peningkatan ROS akan
menurunkan plastisitas sinaps yang dimediasi oleh
Tetapi, komponen enzimatis ini berikatan secara brain derived neurotropic factor (BDNF).
longgar dengan membran dalam mitokondria dan
selama beberapa proses patofisiologi pembuangan,
pelepasan dan inaktivasi membran dalam ini akan IV. Sistem Antioksidan Otak
menurunkan kapasitas rantai transport elektron dan Sistem antioksidan otak akan menghambat dan
elektronnya akan didonasikan ke O2 yang menetralisasi ROS sehingga memberikan efek
mengakibatkan peningkatan produksi O2- yang proteksi terhadap jaringan otak. Pada tingkat sel,
reaktif. astroglia sangat penting dalam upaya
mempertahankan jaringan otak dari serangan ROS
Sumber lain yang penting dari O2- adalah influks seperti H2O2. Astroglia bahkan menyokong sel-sel
Ca2+. Influks Ca2+ akan mengakibatkan terjadinya otak yang lain dari serangan ROS. Pada penelitian
perubahan struktur membran dalam menggunakan kultur jaringan, didapatkan kultur sel
mitokondria,yang akan meningkatkan ROS karena astroglia juga melindungi oligodendrosit dan sel
terjadi disorganisasi rantai transport elektron. neuron dari toksisitas H2O2. Kultur sel neuron
lebih rentan terhadap ROS, seperti terhadap H2O2
dan peroksinitrit, dari pada kultur sel astroglia.
III. Stres Oksidatif pada Cedera Otak
Salah satu penyebab kerentanan sel neuron
Traumatik
REAKTIF OKSIGEN SPESIES PADA CEDERA OTAK 87
TRAUMATIK

terhadap ROS ini adalah sel neuron memiliki kadar terjadi ekspresi katalase yang berlebih, didapatkan
glutation lebih rendah dari kadar glutation sel adanya proteksi yang bersifat dose-dependent oleh
astroglia.10 katalase pada neuron.16
ROS yang terutama terbentuk pada jaringan otak
adalah anion radikal superoksida (O2-) yang V.Peroksidasi Lipid
terbentuk akibat proses transport elektron di Reaksi antara ROS dan polyunsaturated fatty acid
mitokondria. Jaringan saraf mengekspresi dua (PUFA) mengakibatkan terjadinya peroksidasi
enzim superoksida dismutase (SOD) yakni Mn- lipid. Kaskade ini menghasilkan formasi radikal
SOD yang terletak di mitokondria dan Cu/Zn-SOD peroksil dan perubahan sifat asam lemak, yang
yang terutama terdapat pada sitoplasma, yang akan mengakibatkan hilangnya integritas fungsional
mengkonversi O2- menjadi hidrogen peroksida membran sel. 4-hydroxynoneal, produk aldehid dari
(H2O2). Selanjutnya dua enzim bertanggungjawab peroksidasi lipid membran, memberikan kontribusi
terhadap proses detoksifikasi H2O2 lebih lanjut pada kaskade injuri dengan meghambat ambilan
pada jaringan, yakni glutation peroksidase (GPx) glutamat dan fungsi mitokondria. 17
dan katalase (CAT). Glutation peroksidase dan
katalase yang terdapat di sitosol dan peroksisom, Peroksidasi lipid dapat diukur dengan beberapa
memecah H2O2 menjadi H2O dan mengakhiri siklus tehnik. Pengukuran kadar malondialdehid (MDA)
netralisasi superoksida.11-13 yang merupakan penanda peroksidasi lipid melalui
reaksi thiobarbiturat sehingga terbentuk chromogen
Glutation peroksidase (GPx) adalah glikoprotein yang dapat diukur dengan spektrofotometri
yang mengandung residu selenosistein pada pusat flourescen adalah teknik yang umum digunakan.
aktif dari setiap sub-unitnya. Pada reaksi yang
dikatalisa oleh GPx, tripeptida GSH (γ- Peningkatan kadar MDA terjadi dalam 1-24 pasca
glutamilsisteinil-glisin) bertindak selaku donor cedera otak traumatik difus dan sampai 36 jam pada
elektron untuk mereduksi H2O2 menjadi H2O. marmut dengan cedera otak traumatik akibat
Selain mengkonversi H2O2, GPx juga mereduksi dijatuhkan beban (weight drop injury). Dengan
hidroperoksida organik menjadi alkohol. Isoform pemeriksaan resonansi elektron spin (electron spin
sitosolik GPx (GPx1) sangat penting untuk resonance) terbentuknya radikal hidroksil ini
pertahanan anti oksidatif otak, karena hasil berkorelasi kuat dengan terjadinya edema dan
beberapa percobaan menunjukkan tikus yang dibuat peroksidasi lipid pada 6 jam pasca cedera otak
defisiensi GPx1 mengalami cedera otak yang lebih traumatik.
berat dibanding dengan tikus liar.12, 14, 15
Katalase merupakan enzim peroksisomal yang
berkontribusi besar terhadap detoksifikasi H2O2.
Katalase merupakan salah satu enzim yang paling
efisien dan dapat melakukan dekomposisi jutaan
molekul H2O2 perdetik. Selain H2O2, katalase juga
mampu memetabolisme berbagai substrat lain
seperti etanol, metanol, fenol dan nitrit. Katalase
memiliki empat sub unit, masing-masing memiliki
kelompok heme yang memungkinkan enzim ini
bereaksi. Karenanya, aktifitas enzim katalase tidak
hanya akan tergantung pada kemampuan sel
menghasilkan kerangka proteinnya, tetapi juga
produksi kelompok heme ini, yang sebagian dibuat
di mitokondria. Katalase adalah enzim yang
dikendalikan oleh difusi dan karenanya secara
khusus sangat aktif bila terdapat konsentrasi H2O2
yang tinggi di dalam sel.11, 16
Gambar 2. Jalur Utama ROS dan Sistem Oksidan pada
Walaupun aktifitas spesifik katalase di jaringan Cedera Otak Traumatik
otak lebih rendah dari pada di hati dan ginjal, enzim Dikutip dari: Lewen, Matz, dan Chan 17
ini sangat penting dalam metabolisme H2O2 di otak.
Faktanya didapatkan ekspresi katalase pada semua VI. Aktifitas Enzim sebagai Penanda Stres
tipe sel otak, baik in vitro maupun in vivo. Pada Oksidatif
penelitian eksperimental menggunakan kultur Konversi xantine dehidrogenase (XDH) menjadi
neuron tikus yang dilakukan transfer gen sehingga xantine oxydase (XO) akan berkontribusi pada
pembentukan radikal superoksida. Karenanya mengetahui jalur kematian mana yang dilalui oleh
pengukuran XDH dan XO dapat digunakan sebagai sel, sehingga kita dapat menghentikan proses ini.
penanda tidak langsung terjadinya radikal bebas. Nekrosis adalah kejadian kematian sel yang pasif,
Kadar XO pada keadaan normal umumnya rendah terutama terjadi karena tidak tersedianya ATP yang
pada perenkim otak, sedangkan baik kadar XDH akan menyebabkan kegagalan pompa ion Na/K,
dan XO pada sel endotel. Pada penelitian cedera pembengkakan sel, lisis dan bocornya komponen
otak traumatik didapatkan inhibisi XO akan intrasel ke jaringan di sekitarnya. Proses nekrosis
menyebabkan menurunnya pembentukan radikal ini akan diikuti oleh respon inflamasi dan edema.
hidroksil pasca cedera otak traumatik.17
Apoptosis, atau kematian sel yang terprogram
Aktifitas enzimatis glutamin sintetase mudah secara klasik adalah proses bunuh diri sel yang
mengalami inaktivasi oksidatif akibat adanya terjadi pada masa pertumbuhan untuk
radikal bebas, sehingga aktifitasnya dapat mengeliminasi kelebihan sel tanpa mengakibaatkan
digunakan sebagai indikator kerusakan akibat adanya reaksi inflamasi. Apoptosis dapat dilihat
radikal bebas. Walau imunoreaktifitas glutamin secara biokimia dan morfologis. Secara biokimia
sintetase meningkat sampai 2 kali lipat, pada cedera apoptosis menunjukkan adanya pelepasan
otak traumatik aktifitasnya akan menurun sampai sitokrom-c mitokondria, aktivasi caspase dan
50 % pada hari 3-18 pasca cedera otak. nuklease yang akan mengakibatkan terjadinya
fragmentasi DNA. Apoptosis secara morfologis
Aktifitas glutation peroksidase dan katalase akan
akan menunjukkan adanya pengkerutan sel,
meningkat dan mencapai puncaknya pada korteks
kondensasi inti sel, pembentukan badan apoptosis
serebri pada hari ke 3-7 pasca cedera otak traumatik
dan dis-integrasi sel.
kontusio kortikal pada tikus. Ekspresi kedua enzim
ini meningkat secara bersamaan, tetapi peningkatan Proses apoptosis ini memerlukan sejumlah ATP,
katalase berlangsung lebih awal dan mencapai dan bila tidak tersedia ATP proses ini bisa terhenti
puncaknya pada hari ke 3 pasca cedera otak dan mengakibatkan kematian sel yang terjadi
traumatik. merupakan kombinasi dari proses apoptosis dan
nekrosis. Diketahui pula bahwa ATP merupakan
Aconitase, suatu enzim mitokondria yang sangat
faktor kunci dalam menentukan jalur kematian sel.
sensitif terhadap radikal superoksida juga telah
Bila ATP yang tersedia sedikit (dibawah 15 % dari
digunakan sebagai penanda radikal superoksida
normal) akan mengakibatkan terjadinya nekrosis,
pada neuron. Tikus coba yang mengalami defisiensi
sedangkan bila jumlah ATP antara 25-70 % dari
MnSOD mitokondria juga menunjukkan penurunan
jumlah normal akan terjadi apoptosis.
aktifitas aconitase pada jaringan otak.
Terdapat hubungan yang jelas antara apoptosis,
nekrosis dan stres oksidatif. Paparan terhadap H2O2
VII. Penanda Morfologis Stres Oksidatif
dalam jumlah besar akan mengakibatkan terjadinya
Menggunakan bagian nitroblue tetrazolium yang
nekrosis, sedangkan paparan dalam jumlah sedang
dapat diinhibisi oleh SOD, anion radikal
akan menimbulkan terjadinya apoptosis. Langkah
superoksida dapat dideteksi pada ruang
signifikan yang memulai kaskade apoptosis adalah
ekstraseluler otak segera pascacedera otak
terjadinya pelepasan sitokrom-c dari mitokondria.
traumatik, yakni 1 jam pascacedera otak.
Sitokrom-c adalah protein dari ruang intermembran
Imunokimia nitrotirosin sekarang ini juga
mitokondria yang larut dalam air, adalah komponen
digunakan sebagai indikator adanya peroksi nitrit
esensial rentai respirasi. Sekali terlepas dari
dan zat nitrosilasi lainnya. Pada model cedera
mitokondria, sitokrom-c berinteraksi dengan faktor-
kontusio kortikal sel yang imuno positif terhadap
faktor sitosol lainnya seperti dengan Apaf-1, d-ATP
nitrotirosin sudah dapat terdeteksi pada 24 jam
dan caspase-9 dan mengaktivasi caspase-3, yang
pasca cedera otak.
akan mengakibatkan terjadinya fragmentasi DNA
Teknik lain untuk mendeteksi adanya peroksidasi dan proses apoptosis selanjutnya dengan bantuan
lipid in vivo adalah pemeriksaan imunohistokimia enzim nuklease.
untuk produk peroksidasi yakni protein 4-
Proses translokasi sitokrom-c ini diketahui terjadi
hidroksinoneal, hidroetidin untuk superoksida dan
setelah adanya fokal serebral iskemia, transien
dihidrorodamin 1,2,3 untuk peroksi nitrit.
global iskemia dan pada akson setelah cedera otak
traumatik. Translokasi ini tampaknya dimodulasi
VIII. Apoptis akibat ROS pada Cedera Otak oleh ROS, karena pada penelitian dengan tikus
Traumatik coba yang SOD2 nya di lumpuhkan, didapatkan
Nekrosis dan apoptosis adalah dua jenis adanya peningkatan pelepasan sitokrom-c oleh
fundamental kematian sel. Sangat penting untuk mitokondria dan terjadinya fragmentasi DNA.
REAKTIF OKSIGEN SPESIES PADA CEDERA OTAK 89
TRAUMATIK

Sedangkan pada binatang yang memiliki ekspresi and practice. New York: Demos Medical
berlebih (over-expressing) SOD1 menunjukkan Publishing; 2007, 81-96.
pelepasan sitokrom-c yang rendah.
6. Zitnay GA, Zitnay KM, Povlishock JT, Hall
Pelepasan sitokrom-c ini lebih lanjut akan ED, Marion DW, Trudel T, et al. Traumatic
meningkatkan produksi ROS karena terjadi inhibisi brain injury research priorities: The
rantai respirasi. Kejadian ini mengakibatkan conemaugh international brain injury
terjadinya lingkaran setan (vicious cycle) symposium. J Neurotrauma. 2008;25:1135-52.
peningkatan pelepasan sitokrom-c akan
7. Demaurex N, Scorrano L. Reactive oxygen
mengakibatkan peningkatan produksi ROS oleh
species are Noxious for neurons. Nature
mitokondria dan seterusnya yang akan
neurosci. 2009;12(7):819-20.
mengakibatkan terjadinya aktivasi kaskade
apoptosis. 8. Ansari MA, Roberts KN, Scheff SW.
Oxidative stress and modification of synaptic
proteins in hippocampus after traumatic brain
IX. Simpulan injury. J Free Radicals Biol and Med.
Cedera otak mengakibatkan cedera primer, diikuti 2008;45:443-52.
cedera sekunder. Akibat cedera sekunder terjadi 9. Fiskum G, Danilov CA, Mehrabian Z,
gangguan metabolik yang mengakibatkan produksi Bambrick LL, Kristian T, McKenna MC, et al.
ROS yang berlebihan, sehingga terjadi ketidak Postischemic oxidative stress promotes
seimbangan dengan sistem antioksidan yang mitochondrial metabolic failure in neurons and
tersedia sehingga akan terjadi stres oksidatif. H2O2 astrocytes. Ann NY Acad Sci. 2008:129–38.
Bila tidak dikonversi menjadi H2O oleh sistem
glutation dan katalase, dapat membentuk radikal 10. Miyamoto S, Arai H, Terao J. Enzymatic
hidroksil melalui reaksi Fenton, yang merupakan antioxidant defenses. Dalam: Aldini G, Yeum
bentuk ROS yang paling merusak, yang akan secara K-J, Niki E, Russell RM, editors. Biomarkers
langsung merusak membran lipid, protein dan asam for antioxidant defense and oxidative damage:
nukleat yang pada akhirnya menyebabkan Principles and practical applications. Danvers,
kerusakan dan kematian sel melalui jalur nekrosis MA: Blackwell Publishing; 2010, 21-34.
maupun apoptosis. 11. Dringen R, Hamprecht B. Involvement of
glutathione peroxidase and catalase in the
Daftar Pustaka disposal of exogenous hydrogen peroxide by
cultured astroglial cells. Brain Res.
1. Homi HlM, Freitas JJS, Curi R, Velasco IT, 1997;759:67-75.
Junior BAS. Changes in superoxide dismutase
and catalase activities of rat brain regions 12. Liddell JR, Robinson SR, Dringen R.
during early global transient Endogenous glutathione and catalase protect
ischemia/reperfusion. Neurosci Lett. cultured rat astrocytes from the iron-mediated
2002;333:37-40. toxicity of hydrogen peroxide. Neurosci Lett.
2004;364 164-7.
2. Adibhatla RM, Hatcher JF. Lipid oxidation and
peroxidation in CNS health and disease: from 13. Mattson MP. Free radical–mediated disruption
molecular mechanisms to therapeutic of cellular ion homeostasis, mitochondrial
opportunities. Antiox Redox Signal dysfunction, and neuronal degeneration in
2010;12(1):125-69. sporadic and inherited alzheimer’s disease.
Dalam: Poli G, Cadenas E, Packer L, editors.
3. Chan Ph, Epstein J, Li Y, Huang TT, Carlson Free radicals in brain pathophysiology. New
E, Kinouchi H, et al. Transgenic mice and York: Marcel Dekker; 2000, 323-81.
knockout mutants in the study of oxidative
stress in brain injury. J Neurotrauma. 14. Dringen R, Pawlowski PG, Hirrlinger J.
1995;12(5):815-24. Peroxide detoxification by brain cells. J
Neurosci Res. 2005;79:157-65.
4. Greve MW, Zink BJ. Pathophysiology of
traumatic brain injury. Mount Sinai Journal of 15. Goss JR, Taffe KM, Kochanek PM, DeKosky
Medicine 2009;76:97-104. ST. The antioxidant enzymes glutathione
peroxidase and catalase increase following
5. Kochanek PM, Clark RSB, Jenkins LW. TBI: traumatic brain injury in the rat. Exp Neurol.
Pathobiology. In: Zasler ND, Katz DI, Zafonte 1997;146:291-4
RD, editors. Brain injury medicine : principles
16. Gaspar T, Domoki F, Lenti L, Institoris Á,
Snipes JA, Bari F, et al. Neuroprotective effect
of adenoviral catalase gene transfer in cortical
neuronal cultures. Brain Res. 2009;1270:1-9.
17. Lewen A, Matz P, Chan PH. Free radical
pathways in CNS injury. J Neurotrauma.
2000;17(10):871-90.

Anda mungkin juga menyukai