Penelitian
Penelitian
USULAN PENELITIAN
TATUK HIMAWAN
NIM 22130115320011
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
DAFTAR ISI
3.3 Hipotesis................................................................................................................... 29
3
4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................................... 34
4
BAB I
PENDAHULUAN
pada ekstremitas inferior yang meliputi tulang, sendi, dan vascular. Tindakan
bedah pada tulang meliputi osteotomi dan fiksasi tulang pada kasus fraktur,
bearing dari sendi lutut atau pinggul amputasi dengan sendi baru untuk
meredakan nyeri dan disabilitas pada lutut yang diakibatkan oleh berbagai
bawah yang optimal adalah kunci untuk pemulihan dan mendapatkan hasil
fungsional yang lebih cepat. Nyeri pasca operasi yang tidak diatasi dengan
komplikasi lain dan nyeri akan berkembang sebagai nyeri pasca operasi
persisten yang akan meningkatkan keseluruhan waktu rawat inap dan biaya.1-3
5
penggunaannya banyak digunakan dalam operasi ekstremitas bawah.
yang lebih panjang. Bupivacaine menjadi pilihan karena durasi kerjanya yang
panjang.4
pasca operasi, yang terjadi karena disregulasi dari sitokin proinflamasi atau
6
seperti ketorolac mampu secara efektif mengontrol rasa sakit pasca operasi
dan insufisiensi ginjal. Oleh karena itu, Penelitian ini untuk bertujuan untuk
Surgery.7,8
0.125% dan paracetamol 1000 mg terhadap kadar IL1β pada pasien pasca
mg terhadap kadar IL1β pada pasien pasca Lower Limb Orthopedic Surgery.
7
b) Manfaat untuk pelayanan kesehatan
mg terhadap kadar IL1β pada pasien pasca Lower Limb Orthopedic Surgery.
1000 mg terhadap kadar IL1β pada pasien pasca Lower Limb Orthopedic
Surgery
8
Controlled Analgesia9 propacetamol (dicampur signifikan dalam skor
dengan fentanyl) selama 10 VAS antara kelompok
Penulis :Bong Ha Heo
menit. Para pasien kemudian pada setiap titik
et al.
diberi 180 mg ketorolak atau waktu.Skor kepuasan
Tahun : 2015 8 g propacetamol (dicampur antar kelompok tidak
dengan fentanyl dan menunjukkan
ramosetron) melalui PCA. perbedaan yang
Peneliti menilai skala nyeri signifikan.
analog visual (VAS) pada
waktu sebelum pemberian
(baseline) dan pada 15, 30,
dan 60 menit, dan 24 jam
setelah pemberian. Juga,
efek samping dari masing-
masing rejimen dan setiap
tingkat kepuasan pasien
dinilai.
2. Pengaruh Preventif Penelitian eksperimental Rerata kadar IL-1β
Multimodal Analgesia dilakukan secara acak pada prabedah pada
Terhadap Dinamika 50 pasien dengan kelompok parecoxib
Kadar Il - status fisik (ASA PS) II 1,05±1,25 pg/ml, 1,24
1β, Intensitas Nyeri yang akan menjalani ± 1,54 pg/ml untuk 2
Pada Pascabedah prosedur laparotomi jam pascabedah dan
Laparotomi ginekologi dengan 1,82 ± 2,16 pg/ml pada
Ginekologi10 anestesi epidural. Subyek 24 jam pascabedah.
penelitian dibagi dalam dua Kelompok kontrol,
Penulis : Muhammad
kelompok perlakuan, yakni kadar IL-1β prabedah
Hisyam et al
kelompok pertama dengan 1,65±1,69 pg/ml,
kombinasi parecoxib 40 mg 2,55±2,77 pg/ml untuk
9
kelompok tersebut pg/ml pada 24 jam
mendapatkan pascabedah. Tidak ada
anestesi epidural selama perbedaan bermakna
operasi dan sebagai rerata skor NRS diam
analgesia pascabedah. dan bergerak 2 jam, 12
Pengambilan jam, dan 24 jam
sampel darah pasien pascabedah diantara
dilakukan 35 menit sebelum kedua kelompok
pembedahan untuk sampel (p>0,05).
pengukuran
kadar IL-1 β, selanjutnya
dilakukan pada 2 jam dan 24
jam pascabedah. Analisis
statistik menggunakan uji
Mann-Whitney U dan
Levane test.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Bong Ha Heo et al dalam hal
variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian tersebut telah dilakukan dengan
ada Visual Analogue Scale. Subjek penelitian yakni pasien pasca operasi dengan
aladalah terdapat pada variabel bebas, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2.1.2.1 Osteotomi
sendi adalah dasar untuk menganalisis deformitas tulang. Operasi korektif yang
maksimal namun pada beberapa kasus tidak selalu diperlukan sebagai contoh
mencapai fungsional maksimal harus lebih besar daripada koreksi anatomi yang
akurat.1,11
dalam tulang dimana batang atau cincin terpasang dan saling berhubungan.
11
Fiksator berfungsi sebagai eksoskeleton di mana tulang pasien sendiri dapat
dan untuk rekonstruksi anggota gerak menggunakan metode Ilizarov. Metode ini
kondisi jaringan lunak lokal perlu adanya perbaikan sebelum operasi terbuka,
atau pada kasus darurat yang memer;ukan fiksasi beberapa fraktur tulang
panjang.1,11
2.1.3.1 Arthrotomi
atau abses, mengangkat struktur yang rusak misal pada kasus Meniskus yang
harus ditangani dengan sangat hati-hati, dan jika terjadi perdarahan pasca operasi
2.1.3.2 Arthroplasty
dari sendi dengan tujuan meredakan nyeri atau mengembalikan fungsi gerakan
dari sendi. Artroplasti terdiri atas beberapa jenis yaitu eksisi artroplasti, partial
12
replacement yaitu dimana sebagian artikulasi saja yang diganti misalnya pada
prostesis femoralis untuk colum femur yang fraktur, tanpa komponen asetabular,
atau satu kompartemen sendi yang diganti misalnya setengah medial atau lateral
oleh implan prostetik seperti pada kasus Total Knee Replacement atau Total Hip
lutut dengan sendi baru untuk meredakan nyeri dan disabilitas pada lutut yang
osteoartritis lanjut pada satu atau lebih dari tiga kompartemen lutut.TKR dapat
dipertimbangkan ketika perawatan non-bedah gagal dan nyeri lutut pasien secara
memindahkan bagian tubuh yang kurang fungsional (misal pada jari kaki) untuk
mengganti bagian tubuh yang lebih fungsional yang hilang (misalnya jari
2.1.4 Amputasi
13
fungsional yang lebih buruk dibandingkan bagian tubuh tersebut diamputasi.
Penyebab lain kematian anggota tubuh adalah trauma, luka bakar yang parah,
yang mematikan dan crush injury. gangguan anatomis dan fungsional yang
buruk seperti: rasa sakit; malformasi parah, sepsis berulang atau kehilangan
fungsi yang parah. Kombinasi dari deformitas dan kehilangan sensasi terutama
untuk pemulihan dan mendapatkan hasil fungsional yang lebih cepat. Operasi
menyakitkan. Nyeri pasca operasi yang tidak diatasi dengan baik akan
nyeri akan berkembang sebagai nyeri pasca operasi persisten yang akan
permasalahan yang masih banyak ditemui pada pasien. Modalitas yang dapat
digunakan pada analgesia pasca operasi ekstremitas inferior antara lain pre-
ekstremitas inferior, namun metode ini memiliki beberapa efek samping yang
14
perlu diperhatikan seperti ketidakstabilan hemodinamik, disfungsi kandung
kemih dan peristaltic usus, kelemahan motorik yang membuat aktivitas pasien
merupakan pendekatan holistik untuk nyeri pasca operasi dengan tujuan untuk
periarticular dengan anestesi lokal, dan program standar untuk pasca operasi
komunikasi antar sel yang memiliki peran inflamasi dan anti-inflamasi. Pada
15
inflamasi ini dimulai segera setelah cedera traumatis. Setelah cedera bedah,
diaktifkan oleh sekresi berbagai mediator termasuk sitokin dan molekul lain
produksi glukosa hepatik dari substrat yang berasal dari katabolisme jaringan.
Hati mensintesis fase akut reaktan seperti protein C-reaktif (CRP), protease
terjadi trauma, tetapi dapat terjadi disregulasi pada kondisi trauma yang berat
16
pada host. Penerapan sitokin rekombinan seperti TNF-a pada uji hewan dapat
6, IL-8, IL-12, dan IFN-g merupakan sitokin pro inflamasi yang paling
memasukkan obat anti nyeri ke dalam cavum epidural medulla spinalis yang
batas anterior dan posterior masing-masing adalah dura mater dan ligamentum
flavum, di dalamnya terdapat jaringan lemak, limfatik, dan vena, dengan radiks
saraf yang melintasinya. Jumlah lemak yang ada pada cavum epidural adalah
salah satu faktor yang menentukan volume yang diperlukan untuk anestesi atau
analgesia yang memadai. Pada orang dewasa, medulla spinalis berakhir di batas
bawah vertebra L1, sedangkan pada anak-anak berada di batas bawah dari L3.
Pada usia 8 tahun, penempatan epidural dapat dilakukan dengan aman seperti
pendekatan ke ruang epidural caudal yang paling aman, secara umum untuk
menentukan tingkat lumbal terbaik adalah aspek superior dari krista iliaka.
Garis horizontal imajiner yang ditarik di antara batas superior dari kedua krista
iliaka sesuai dengan vertebra L4t ruang intervertebra L4-5. Untuk epidural di
segmen torakal , batas inferior skapula sejajar dengan vertebra T7, jarak dari
17
kulit ke ruang epidural pada 80% individu adalah 4-6 cm , namun pada pasien
keinginan untuk melakukan blok sensorik atau motorik, atau yang diharapkan
potensi dan durasi agen anestesi lokal tertentu. Obat anestesi local berdasarkan
durasi kerjanya dapat dibagi menjadi kerja pendek, menengah, atau akting
lama yang memerlukan anestesi lokal yang bekerja menengah. Durasi aksi dari
namun hal ini memiliki potensi untuk peningkatan kejadian hipotensi karena
venous pooling akibat efek beta dari epinefrin. Anestesi lokal yang bekerja
analog dari mepivacaine, durasi kerjanya lebih pendek, efek blok motoric yang
lebih rendah, dan profil toksisitas yang lebih rendah daripada dosis bupivacaine
tertinggi di antara semua pilihan anestesi lokal. Ini karena tingkat pengikatan
protein yang tinggi dan efek blok yang lebih besar pada saluran natrium
jantung.4,13
18
2.4 Bupivacaine
2.4.2 Farmakodinamik
membran saraf. Anestesi lokal dari tipe amida diduga bekerja di dalam
saluran natrium dari membran saraf, memiliki efek yang sama pada membran
di otak dan miokardium. Jika jumlah obat yang berlebihan mencapai sirkulasi
sistemik dengan cepat, gejala dan tanda toksisitas akan muncul, yang
epidural atau spinal tergantung pada sejauh mana blok simpatis bersamaan.14
2.4.3 Farmakokinetik
/ mL memiliki durasi aksi 2 hingga 5 jam setelah injeksi epidural tunggal dan
hingga 12 jam setelah blok saraf tepi. Permulaan blokade lebih lambat
sedikit efek pada serabut saraf motorik dan durasi kerjanya lebih pendek.
19
Namun, konsentrasi rendah memiliki keuntungan untuk menghilangkan rasa
paruh eliminasi 2,7 jam (kisaran 1,5 hingga 5,5 jam) dan rasio ekstraksi
Waktu paruh eliminasi terminal lebih panjang pada bayi baru lahir yaitu
sekitar 8 jam (kisaran 8,1 hingga 14,0 jam). Pada anak-anak berusia di atas 3
96%. Penyerapan bupivacaine dari ruang epidural terjadi dalam 2 fase; fase
pertama pada 7 menit dan yang kedua dalam 6 jam. Absorpsi lambat
plasma bupivacaine. Tingkat obat bebas akan tetap sama, ini menjelaskan
mengapa konsentrasi total plasma di atas tingkat ambang toksik yang jelas
yaitu 2,6 hingga 3,0 mg / L tampaknya ditoleransi dengan baik dalam situasi
dapat secara signifikan diubah oleh sejumlah faktor termasuk adanya penyakit
20
hati dan ginjal, rute pemberian, usia pasien, ada atau tidak adanya adrenalin
2.5 Ketorolac
managemen nyeri akut sedang sampai berat yang memerlukan analgesik pada
level opium dan hanya sebagai terapi lanjutan setelah pemberian dosis
dalam 30 menit, dengan efek maksimum antara 1 dan 2 jam dan durasi 4
50 kali lipat dari naproxen. Ketorolac memiliki efek antipiretik 20 kali lipat
dari aspirin sehingga dapat digunakan sebagai anti piretik ketika diberikan
nyeri sedang pasca operasi. Efek analgesik dari dosis oral 10 mg dilaporkan
21
sebanding dengan PCA intravena setelah operasi ginekologis. Bong Ha Heo
2.4.1 Farmakodinamik
percobaan. Mekanisme aksi dari ketorolac, sama seperti obat NSAID lainnya,
Puncak dari efek analgesik obat ini terjadi dalam 2 hingga 3 jam dan secara
direkomendasikan. Perbedaan signifikan antara dosis besar dan kecil dari obat
2.4.2 Farmakokinetik
pemberian bentuk obat oral dan IM adalah sama dengan obat yang diberikan
secara IV.8,15
22
Tabel 2. Parameter Farmakokinetik Rata-Rata (Mean SD) Setelah Dosis
Ketorolac Oral, Intramuskuler dan Intravena
2.4.2.1Kinetik Linear
tromethamine pada orang dewasa, baik dosis tunggal atau ganda secara IM
atau IV maupun oral, adalah linear. Pada dosis lebih tinggi yang
2.4.2.2 Absorbsi
oral. Pemberian obat ini secara oral setelah mengkonsumsi makanan yang
23
2.4.2.3 Distribusi
lengkap adalah sekitar 13 liter. Parameter ini ditentukan dari data tunggal.
sekitar 5% dari situs pengikatan albumin. Dengan demikian, fraksi yang tidak
dalam ASI.8,15
2.4.2.4 Metabolisme
2.4.2.5 Ekskresi
Sekitar 92% dari dosis yang diberikan dapat ditemukan dalam urin, sekitar
40% sebagai metabolit dan 60% sebagai ketorolac yang tidak berubah.
Sekitar 6% dari dosis diekskresikan dalam tinja. Sebuah studi dosis tunggal
dua kali lebih cepat daripada R-enansiomer dan juga clearance tidak
tergantung pada rute pemberian. Ini berarti rasio konsentrasi plasma S/R
24
menurun dengan waktu. Ada sedikit atau tidak ada inversi bentuk R- ke S
pada manusia. Pembersihan rasemat pada subjek normal, orang lanjut usia,
dan pasien dengan gangguan hari dan ginjal diuraikann pada Tabel 2.8,15
jam lebih cepat jika dibandingkan dengan waktu paruh R-enansiomer yaitu 5
jam. Pada studi lain, waktu paruh untuk rasemat dikatakan antara 5 sampai 6
jam.8,15
Tabel 3. Pengaruh Usia, fungsi hati, dan fungsi ginjal pada clearance dan Waktu
Paruh Terminal Ketorolac Tromethamine (IM 1 dan ORAL 2) pada Populasi Dewasa
2.6 Paracetamol
memounyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
nyeri pasca operasi akut. Sebuah meta-analisis dari 47 uji klinis acak, double
25
asetaminofen adalah analgesic yang efektif untuk nyeri pasca operasi akut
alternatif untuk NSAID pada pasien berisiko tinggi karenai insidensi efek
Farmakokinetik
serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam.
melalui urin dan 80-90% dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam
sulfuric kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian
Farmakodinamik
rendah pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan
asam basa.16,17
26
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang
prostaglandin.16,17
27
BAB III
PROSTAGLANDIN
INTERLEUKIN 1B
sebagai berikut:
Bupivacaine 0.125% +
Ketorolac 30 mg
Kadar IL1β
Bupivacaine 0.125% +
Paracetamol 1000mg
28
3.3 Hipotesis
Surgery.
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
kadar IL1β melalui sampel plasma darah. Sampel dibagi menjadi tiga kelompok
epidural 0.125%
30
4.1.1Skema Alur Penelitian
Randomisasi
Analisis Statistik
Populasi
31
Sampel
Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang yang telah menjalani prosedur
Jumlah Sampel
yaitu semua pasien yang telah diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Keterangan:
n : besar sampel
Q :1–P
peneliti
Q : 1 – P1
Q2 : 1 – P2
32
Penelitian ini menggunakan IK: 95%, berarti nilai α : 0,05; power
80%, Zα: 1,96, Zβ : 0,84. Pada penelitian oleh Adegboye dkk tahun 2018 di
(-0.31)2
Nilai nK= nP1 = nP2 17, total sampel 51. Untuk mengantisipasi subyek
drop out sebanyak 10% , maka didapatkan jumlah sampel total 54 subyek.
Memiliki riwayat alergi obat sakit jantung, gangguan ginjal gangguan hati
dan gastritis
Osteoartritis
33
Sedang menggunakan obat-obatan penekan imun seperti kortikosteroid dan
dalam kemoterapi
4.4 Randomisasi
Kelompok K : 18 pasien
Kelompok P1 : 18 pasien
Kelompok P2 : 18 pasien
Kadar IL1β
Bupivacaine
0.125% +
Ketorolac 30
mg Bupivacaine
Bupivacaine 0.125% +
0.125% Paracetamol
1000 mg
Kadar
IL1β
34
4.7 Definisi Operasional
Definisi Operasional
NO Variabel Unit Skala
dan Cara Pengukuran
Epidural Bupivacaine
0.125% + Paracetamol
1000mg
Merupakan sitokin
Enzyme Linked
Immunosorbant Assay
(ELISA)
35
4.8 Bahan, Alat Penelitian dan Cara Kerja
Alat
1) Tabung reaksi
2) Sentrifuge
3) Inkubator panas
4) ELISA reader
5) ELISA washer
6) Well plate
7) Mikropipet
8) Pipet
9) Spektrofotometer
Bahan
1) Plasma darah
2) EDTA
3) IL1βELISA Kit
36
kelompok pasien pasca Lower Limb Orthopedic Surgeryyang mendapatkan
4.10Prosedur Pemeriksaan
Pasien yang telah menjalani operasi Lower Limb Orthopedic Surgery dan
37
+ ketorolac 30 mg dan bupivacaine epidural + paracetamol 1000 mg dilakukan
pengambilan sampel darah untuk diuji ukur kadar IL1β menggunakan metode
Data primer yang didapatkan dilakukan uji normalitas data dengan uji
kelompok. Apabila data tidak terdistribusi normal dilakukan uji Kruskal Wallis
dengan nilai derajat kemaknaan adalah apabila p<0,05 pada interval kepercayaan
95%.
38
DAFTAR PUSTAKA
Postoperative Pain after Total Knee Arthroplasty. Knee Surgery & Related
4. Bauer, M., George, J. E., Seif, J., & Farag, E. (2012). Recent advances in
23–28.
ONE, 8(8),
pain: A clinical practice guideline from the American pain society, the
39
executive committee, and administrative council. Journal of Pain, 17(2),
131–157.
8. Lee, S. Y., Lee, W. H., Lee, E. H., Han, K. C., & Ko, Y. K. (2010). The
9. Heo, B. H., Park, J. H., Choi, J. Il, Kim, W. M., Lee, H. G., Cho, S. Y., &
203–209. https://doi.org/10.3344/kjp.2015.28.3.203
10. Hasyim, D., Samodro, R., Sasongko, H., & Leksana, E. (2012).Pengaruh
11. M.Azar, F., Beaty, J. H., & Canale, T. (2017). Campbell’s Operative
29(3), 27–31.
Research, 1(3).
14. Bowdle, T. A., Knutsen, L. J. S., & Williams, M. (2007). Local and Adjunct
40
15. White, P. F., Raeder, J., & Kehlet, H. (2012). Ketorolac: Its role as part of a
16. Sharma, C. V., & Mehta, V. (2014). Paracetamol: Mechanisms and updates.
158.
SEVIER. p62-65
41