PRAKTIKUM II : SUPPOSITORIA
171200206/A2C
Dosen Pengampu :
SUPPOSITORIA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memformulasikan
sediaan suppositoria dan evaluasi kontrol kualitasnya seperti uji
kekerasan, uji waktu larut dan uji disolusinya.
D. Basis Suppositoria
Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan
obat yang dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria
adalah selalu padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur
atau melarut pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat
tersedia sepenuhnya, segera setelah pemakaian (Ansel, 2008).
Basis suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat,
gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran
polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam
lemak polietilen glikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat
berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik (Depkes RI, 1995).
Ada beberapa basis yang umum digunakan untuk pembuatan
suppositoria yaitu :
1. Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai,
terdiri dari oleum cacao, dan macam-macam asam lemak yang
dihidrogenasi dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak
biji kapas. (Lachman, 2008).
2. Basis suppositoria larut air dan basis yang bercampur dengan air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin
tergliserinasi dan basis polietilen glikol. Basis gelatin tergliserinasi
terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal sehingga hanya
digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis ini melarut dan
bercampur dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan
oleum cacao sehingga cocok untuk sediaan lepas lambat. Basis ini
menyerap air karena gliserin yang higroskopis. Oleh karena itu, saat
akan dipakai, suppo harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.
(Lachman, 2008).
3. Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik
sehingga dapat digunakan tanpa penambahan zat tambahan lain.
Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis lain. Basis ini
dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut
lemak. Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati
polietilen glikol dapat digunakan sebagai bahan pembawa
suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam lemak
polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat
digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa
suppositoria lain untuk memperoleh rentang suhu lebur yang lebar
dan konsistensi. Salah satu keuntungan utama pembawa ini adalah
dapat terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-hati dalam
penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan kecepatan
absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik. (Lachman, 2008).
E. Metode Pembuatan
Ada beberapa metode pembuatan yang umum digunakan untuk
membuat suppositoria yaitu :
1. Dengan tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk
suppositoria yang mengguanakan bahan dasar oleum cacao skala
kecil, dan jika bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan. Metode
ini kurang cocok untuk iklim panas (Lachman, 2008).
2. Dengan mencetak hasil leburan
Cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan paraffin cair
bagi yang memakai bahan dasar gliserin/gelatin. Tetapi untuk
oleum cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut pada
proses pendinginan dan mudah dilepas dari cetakan (Lachman,
2008).
3. Dengan kompresi
Pada metode ini proses penuangan, pendinginan, dn pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis kapasitas bisa
sampai 3500-6000 suppositoria perjam (Lachman, 2008).
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih Bahasa Ibrahim,
F. Jakarta : UI Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soedani,
N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.