Pajak Parkir didefinisikan oleh UU No.28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 31 sebagai berikut:
• Penyelenggara
Pajak Parkir diatur lebih lanjut oleh setiap Pemerintah Kabupaten/Kota.Bahkan bisa jadi
Pemerintah Kabupaten/Kota bersikap murah hati dan tidak menerapkannya sama sekali
karena potensi PAD-nya minim atau karena penyelenggaraannya malah membuang-buang
APBD saja.
• Objek
Pajak parkir dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan baik berkaitan
dengan pokok usaha maupun sebagai suatu usaha,termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
Maksud ‘tempat parkir di luar badan jalan’ antara lain meliputi Gedung Parkir,Area/Pelataran
Parkir,Garasi,dan Tempat Penitipan Kendaraan Bermotor.
Tapi,anda tidak akan dikenakan Pajak Parkir bila anda memarkir kendaraan anda di area
parkir yang:
– Diselenggarakan pemerintah
– Diselenggarakan perusahaan (khusus bagi pegawai dan tamu)
– Diselenggarakan oleh kedutaan,konsulat,atau perwakilan negara asing
Ilustrasi tempat parkir yang tidak berada di pinggir jalan
Pajak Parkir berbeda dengan Retribusi Parkir dan Retribusi Tempat Khusus Parkir;Retribusi
Parkir dikenakan bila anda memarkir kendaraan di tepi jalan raya,sementara Retribusi
Tempat Khusus Parkir dikenakan atas layanan parkir dari pemerintah daerah (bila dipungut
bayaran).
• Subjek
Secara hukum,Pajak Parkir dikenakan pada Orang Pribadi/Badan yang melakukan parkir
Kendaraan Bermotor. (atau pendeknya:konsumsi lahan parkir) Jadi tidak perlu
khawatir:Teorinya,bila anda membawa sepeda ke tempat parkir di mal,maka anda tidak perlu
khawatir dikenakan pajak parkir*.
*Kemungkinan tetap dikenai tarif parkir.Untuk penjelasan lebih lanjut silakan bertanya pada
pengelola parkir di daerah anda.
• Wajib Pajak
Meskipun anda yang membayar Pajak Parkir ke Pengusaha Parkir,tentunya anda sebagai
konsumen parkir tidak perlu mengurus pajaknya ke pemerintah,karena hal itu terlalu
menyebalkan dan menyusahkan kehidupan umat manusia.Sebagai gantinya,pengelola/pemilik
lahan parkirlah yang harus mengorbankan dirinya untuk menyetor dan melaporkan Pajak
Parkir ke pemerintah.
Pajak Parkir ini tidak akan ditemukan di karcis parkir secara tertulis.Hal ini disebabkan oleh
sifat pelaporannya yang didasarkan pada penerimaan parkir pada masa tertentu,bukan per
kendaraan.Meskipun begitu,dalam tarif parkir sebenarnya sudah termasuk tanggungan
konsumen lahan parkir terhadap pajak parkir tersebut.
Contohnya:
– Berdasarkan Perwalkot BandungNo.1005 tahun 2014 batas atas parkir kendaraan roda 4 di
gedung parkir adalah Rp3,000,-/jam (Pajak Parkir 20%) .Maka bila kita ingin menghitung
batas atas pajak parkirnya per karcis per jam (tanpa valet) maka nilainya adalah Rp3,000 x
20%=Rp600,-
– Rp600,- ini termasuk tarif parkir pada karcis yang ditanggung konsumen parkir
– Dalam satu masa pajak Pendapatan Parkir mencapai Rp35,000,000,- ditambahkan voucher
parkir Rp1,540,000,-maka dasar pengenaan pajaknya adalah Rp36,540,000,-,sedangkan Pajak
Parkirnya adalah sebesar Rp7,308,000,- yang dilaporkan lewat SPTPTD
Pajak parkir diperhitungkan dan dilaporkan oleh pengelola/pemilik area parkir dengan sistem
self-assessment.Pelaporan Pajak Parkir dilakukan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah(SPTPD) dan disetor ke Pemerintah Kota/Kabupaten melalui bagian Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda)/Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah (BPPDRD) via
bank dalam kurun waktu tertentu,sebagai contoh bulan takwim sebagai masa pajak.
Berdasarkan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak dan pendapatan yang dilakukan oleh
petugas Dispenda/BPPDRD, bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh bupati
datau walikota menetapkan pajak parkir dengan menerbitkan surat ketetapan pajak daerah
(SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama 30 hari sejak diterimanya SKPD
oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh bupati/walikota.
Ketetapan hukum mengenai pemungutan pajak parkir dapat ditelusuri berdasarkan aturan
daerah Kabupaten/Kota dan Peraturan Kepala Daerah masing-masing.