Anda di halaman 1dari 184

TINGKAT KONSUMSI KOPI BERDASARKAN

PENDAPATAN, USIA, DAN HARGA DI KOTA DEPOK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk memenuhi prasyarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:
Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala
NIM : 1113084000067

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
i
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala


No Induk Mahasiswa : 1113084000067

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :

1. Tidak menggunankan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan


dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Oktober 2017

Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala


NIM. 1113084000067

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama lengkap : Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala

Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 11 April 1995

Alamat : Perumahan Bukit Rivaria sektor 2 blok H2 no.

12A RT 04 RW 011, Kecamatan Bedahan,

Kelurahan Sawangan, Kota Depok 16519

Nomor Handphone : 08568474653

E-mail : roroatiqah@gmail.com

Latar Belakang Keluarga

Nama Ayah : Muhammad Raja Ulung Sembiring

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Agutus 1966

Nama Ibu : Raden roro Dian Galuh Seharjanti

Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 24 Juni 1972

Anak Ke dan Dari : 1 dari 3 Bersaudara

Pendidikan Formal

1. SD Negeri Anyelir 1 Depok Tahun 2001 - 2007

2. SMP Negeri 2 Depok Tahun 2007 - 2010

3. SMA Negeri 5 Depok Tahun 2010 - 2013

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 – 2017

Pengalaman Organisasi

1. Anggota Teater Embun SMAN 5 Depok


2. Anggota Paduan Suara SMAN 5 Depok
3. Bendahara Palang Merah Remaja SMAN 5 Depok
4. Anggota Komunitas Pengusaha Kampus Depok

v
5. Anggota Komunitas Wirausaha UINpreneurs
6. Sekretaris Departemen Kewirausahaan di Himpunan Mahasiswa Jurusan
Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Anggota Tim Kontrol Internal DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Non Formal, Seminar, dan Workshop

1. Workshop Kepemudaan : Integrity Goes To You, HMJ Ekonomi


Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
2. Seminar Rembuk Kebangsaan : Sosialisasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sebagai Sistem Keuangan Baru Melalui Kebudayaan, 2013
3. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014
4. Workshop Entrepreneur : Moslem Billionaire, LDK Syahid, 2014
5. Company Visit Bank Indonesia, 2015
6. Seminar Nasional Kewirausahaan. FST Entrepreneurship Week, 2015
7. Relawan Belanja Bareng Yatim bersama PKPU Human Initiative, 2015

vi
ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the effect of income, age and price
towards coffee consumption level in Depok City. The object of this study is the
coffee drinkers who live in Depok City and accustomed to consume coffee in
several places, such as home, coffee kiosk, or premium coffee shop. This reseach
uses descriptive quantitative analysis. Using questionnaire, there are 60
respondent selected as sample for this research using purposive sampling
technique. By multiple linier regression method, it was found that income (X1) and
age (X2) positively and significantly affect coffee consumption level (Y).
Meanwhile, price (X3) negatively and signifcantly affect coffee consumption level
(Y).

Keywords : Coffee consumption level, income, age, and price.

vii
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pendapatan, usia, dan harga terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota Depok. Objek
penelitian dari studi ini adalah penikmat kopi di Kota Depok yang gemar
meminum kopi baik di rumah, warung kopi (warkop), maupun di coffee shop
premium. Penelitia ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dengan
menggunakan kuesioner, responden yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 60 sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
menggunakan teknik purposive sampling. Melalui metode regresi linier berganda
dapat terlihat bahwa variabel pendapatan (X1) dan usia (X2) berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap variabel tingkat konsumsi (Y), sementara itu
variabel harga (X3) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel
tingkat konsumsi (Y).

Kata kunci : Tingkat Konsumsi Kopi, Pendapatan, Usia, dan Harga.

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan rahmatNya dan karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang. Penelitian yang berjudul
Tingkat Konsumsi Kopi Berdasarkan Pendapatan, Usia, dan Harga di Kota
Depok ini merupakan salah satu prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, pengarahan, bimbingan serta memberikan dukungan
berupa semangat dan doa selama proses studi penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Adapun pihak-
pihak tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Ulung Sembiring dan Ibunda Dian Galuh
Suharjanti yang tidak pernah berhenti membimbing dan memanjatkan do’a
serta selalu mengiringi langkahku dengan penuh keikhlasan. Yah, Bun,
terimakasih untuk segala bentuk kasih sayang, dukungan, kesabaran, dan
kepercayaan yang diberikan kepada mba selama masa studi hingga mba
dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta untuk adik-adikku, Aji Bagaskoro
dan Rizky Fadhillah, terimakasih selalu menghibur dan memberi semangat
dikala kepenatan melanda penulis, serta menemani penulis selama masa
observasi untuk skripsi ini.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan berharga
yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix
3. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si dan Ibu Najwa Khairina, SE, MA selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas perannya untuk selalu mengingatkan penulis dan
teman-teman lainnya dalam hal akademik.
4. Bapak Drs. Pheni Chalid, S.F., M.A., Ph.D selaku satu-satunya dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta arahan
kepada penulis dengan sabar dan bijaksana sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas banyak waktu yang telah
bapak luangkan dan ilmu yang telah bapak berikan. Semoga ilmu-ilmu
tersebut dapat bermanfaat bagi penulis di kemudian hari.
5. Seluruh tenaga pengajar di Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu
yang telah diberikan menjadi manfaat bagi penulis di kemudian hari.
6. Seluruh karyawan baik di tingkat jurusan, fakultas, dan universitas yang
telah membantu penulis dalam mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi dalam berbagai kegiatan yang telah penulis jalani selama
masa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Para sahabat terbaik, Ayu, Dita, Lina, Oki, Tanti, dan Wiwid. Terimakasih
sudah menciptakan persahabatan yang saling menjaga, mendoakan serta
mengingatkan, berbagi tawa dan tangis, serta memberikan segala bentuk
dukungan selama masa studi penulis hingga penulis menyelesaikan skripsi
ini.
8. Para sahabat lelaki terbaik ku, Bagus, Didi dan Kak Windi. Terimakasih
atas segala bentuk dukungan yang diberikan untuk penulis. Terimakasih
sudah bersedia menjadi tempat penulis berkeluh kesah dan bertukar
pikiran, serta bersedia selalu direpotkan oleh penulis dalam berbagai hal
selama masa studi penulis.
9. Seluruh teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2013,
Alvi, Gufron, Heri, Luthfan, Mahatir, Subhan, Yoga, Zekha, serta teman-
teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu secara

x
lengkap. Terimakasih telah membantu penulis dalam segala hal, berbagi
canda tawa, dan membuat kenangan yang indah selama masa studi penulis.
10. Seluruh sahabat-sahabat di KKN DAUN yang menjadi salah satu tempat
penulis menghilangkan kepenatan dalam proses penyusunan skripsi.
Terimakasih atas segaja bentuk perhatian dan dukungan kepada penulis.
11. Seluruh teman-teman HMJ Ekonomi Pembangunan dan DEMA Fakultas
Ekonomi dan Bisnis atas kesempatan serta pengalaman berharga dalam
berorganisasi yang telah diberikan kepada penulis,
12. Seluruh responden, owner, serta barista yang berada di tempat peneliti
melakukan penelitian. Terimakasih telah meluangkan waktu dan
menciptakan kerjasama yang baik sehingga penelitian ini berjalan dengan
baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala
bentuk saran, masukan dan kritik dari pembaca akan diterima oleh penulis guna
memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian
ini dapat berguna serta bermanfaat bagi para pembaca yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Oktober 2017

Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...............................................iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................xviii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xxi

DAFTAR GRAFIK ....................................................................................... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xxiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 12

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13

xii
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 15

A. Landasan Teori ............................................................................ 15

1. Konsumsi .............................................................................. 15

a. Pengertian Konsumsi ....................................................... 15

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi ............. 17

c. Teori Konsumsi ................................................................ 20

2. Perilaku Konsumen ............................................................... 25

a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach) ...................... 26

b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach) ......................... 37

c. Pendekatan Atribut ........................................................... 28

3. Tingkat konsumsi.................................................................. 29

a. Konsep Umum ................................................................. 29

b. Konsep Badan Pusat Statistik .......................................... 30

4. Kopi ...................................................................................... 34

a. Pengertian Kopi................................................................ 34

b. Jenis-Jenis Minuman Kopi ............................................... 35

5. Pendapatan ............................................................................ 37

6. Usia ....................................................................................... 38

7. Harga..................................................................................... 40

B. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 41

C. Kerangka Berpikir........................................................................ 47

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 49

xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 51

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 51

B. Metode Penentuan Sampel........................................................... 52

C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 54

1. Studi Lapangan ..................................................................... 55

a. Observasi .......................................................................... 55

b. Kuesioner ......................................................................... 55

2. Jenis Data .............................................................................. 56

a. Data Primer ...................................................................... 56

b. Data Sekunder .................................................................. 57

D. Metode Analisis Data................................................................... 57

1. Pemodelan Analisis Regresi Linier Berganda ...................... 57

2. Uji Asumsi Klasik................................................................. 58

a. Uji Normalitas .................................................................. 58

b. Uji Multikolinieritas ......................................................... 59

c. Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 62

d. Uji Autokorelasi ............................................................... 63

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ............................ 63

4. Uji Hipotesis ......................................................................... 64

a. Uji Parsial (Uji t) .............................................................. 64

b. Uji Simultan (Uji F) ......................................................... 65

E. Operasional Variabel Penelitian .................................................. 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................. 69

xiv
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................ 69

1. Ranah Kopi ........................................................................... 71

2. Barov Coffee ......................................................................... 72

3. Maxx Coffee ......................................................................... 73

4. Starbucks Coffee ................................................................... 75

5. Warkop Dua Empat .............................................................. 76

6. Warkop Puskesmas Sawangan ............................................. 76

B. Deskripsi Responden ................................................................... 79

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 79

2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...................... 80

3. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .............................. 81

4. Responden Berdasarkan Status Perkawinan ......................... 82

5. Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi ...... 83

6. Jenis Minuman Kopi Yang Paling Sering Diminum

Responden............................................................................. 84

7. Lama Responden Mengkonsumsi Kopi ................................ 85

8. Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi ........................ 86

9. Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi ..... 87

10. Responden Berdasarkan Pendapatan yang Dimiliki ............. 89

11. Responden Berdasarkan Usia ............................................... 90

12. Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi Per

Gelas yang Biasa Diminum .................................................. 91

13. Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Kopi

xv
per Bulan ............................................................................... 92

C. Penemuan dan Pembahasan ......................................................... 93

1. Tabulasi Silang ..................................................................... 93

a. Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk Meminum

Kopi .................................................................................. 93

b. Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi ............... 94

c. Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi ............ 95

2. Uji Asumsi Klasik................................................................. 97

a. Uji Normalitas .................................................................. 97

b. Uji Multikolinieritas ....................................................... 100

c. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 101

d. Uji Autokorelasi ............................................................. 101

3. Keluaran Regresi ................................................................ 102

4. Uji koefisien determinasi .................................................... 104

5. Uji Hipotesis ....................................................................... 104

a. Uji t ................................................................................ 104

b. Uji F ............................................................................... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 111

A. Kesimpulan ................................................................................ 111

B. Saran .......................................................................................... 111

1. Saran Teoritis ...................................................................... 112

2. Saran Praktis ....................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 114

xvi
LAMPIRAN ................................................................................................... 117

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Ekspor 10 Komoditas Utama Tahun 2013 – Tahun 2016 Nilai

(FOB) : Ribu US$ ........................................................................ 2

Tabel 1.2 Konsumsi Per Kapita Dalam Rumah Tangga Setahun Menurut

Kelompok Bahan Minuman (Dalam Satuan ons) Tahun 2010 –

Tahun 2014 .................................................................................. 5

Tabel 1.3 Perbedaan-Perbedaan Antara Warung Kopi (Warkop),

Kedai Kopi, dan Coffee Shop Premium di Kota Depok ............ 10

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ............................................ 44

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ................................................ 67

Tabel 4.1 Perbedaan-Perbedaan dari Masing-Masing Tempat

Observasi ................................................................................... 78

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..................................... 79

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir........................... 80

Tabel 4.4 Responden Bedasarkan Jenis Pekerjaan .................................... 81

Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Status Perkawinan .............................. 82

Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi........... 83

Tabel 4.7 Responden Berdasarkan Jenis Minuman Kopi Yang Paling

Sering Diminum ........................................................................ 84

Tabel 4.8 Responden Berdasarkan Sudah Berapa Lama Mengkonsumsi

Kopi ........................................................................................... 85

Tabel 4.9 Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi ............................. 87

Tabel 4.10 Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi .......... 88

xviii
Tabel 4.11 Responden Berdasarkan Pendapatan ......................................... 89

Tabel 4.12 Responden Berdasarkan Usia .................................................... 90

Tabel 4.13 Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi........................ 91

Tabel 4.14 Responden Frekuensi Rata-Rata Meminum Kopi dalam Satu

Bulan.......................................................................................... 92

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk

Meminum Kopi ......................................................................... 93

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum

Kopi ........................................................................................... 95

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum

Kopi ........................................................................................... 96

Tabel 4.18 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ................................................. 99

Tabel 4.19 Hasil Uji Multikolinieritas ....................................................... 100

Tabel 4.20 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 101

Tabel 4.21 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 102

Tabel 4.22 Hasil Keluaran Regresi ............................................................ 103

Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................. 104

Tabel 4.24 Hasil Uji t ................................................................................ 105

Tabel 4.25 Hasil Uji F ............................................................................... 110

xix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kota Depok ........................................................................ 69

Gambar 4.2 Kedai Ranah Kopi ..................................................................... 72

Gambar 4.3 Kedai Barov Coffee ................................................................... 73

Gambar 4.4 Kedai Maxx Coffee ................................................................... 74

Gambar 4.5 Kedai Starbucks Coffee ............................................................. 75

Gambar 4.6 Warkop Dua Empat ................................................................... 76

Gambar 4.7 Warung Kopi Puskesmas Sawangan ......................................... 77

Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ................................... 98

Gambar 4.9 Hasil Uji Normalitas dengan P Plot........................................... 98

xx
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Kerangka Berpikir ..................................................................... 49

Diagram 4.1 Penduduk Kota Depok Berdasarkan Umur ............................... 70

xxi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Produksi Kopi Tahun 2012 – Tahun 2015 (Dalam Ton) ............. 3

xxii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................... 117

Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian ......................................................... 123

Lampiran 3 Jenis Kelamin Responden....................................................... 125

Lampiran 4 Pendidikan Terakhir Responden............................................. 127

Lampiran 5 Jenis Pekerjaan Responden..................................................... 129

Lampiran 6 Status Perkawinan Responden ................................................ 131

Lampiran 7 Tempat Biasa Responden Meminum Kopi............................. 133

Lampiran 8 Jenis Minuman Kopi Yang Digemari Responden .................. 135

Lampiran 9 Lama Waktu Responden Mengkonsumsi Kopi ...................... 137

Lampiran 10 Pengaruh Lingkungan Responden Untuk Mengkonsumsi

Kopi ............................................................................................... 139

Lampiran 11 Alasan Utama Respondenden Untuk Mengkonsumsi

Kopi ........................................................................................ 141

Lampiran 12 Usia Responden ...................................................................... 143

Lampiran 13 Pendapatan Responden ........................................................... 145

Lampiran 14 Harga Kopi Yang Biasa Responden Konsumsi ...................... 147

Lampiran 15 Frekuensi Responden Mengkonsumsi Kopi Dalam Satu

Bulan....................................................................................... 149

Lampiran 16 Hasil Uji Normalitas ............................................................... 151

Lampiran 17 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................... 154

Lampiran 18 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................. 155

Lampiran 19 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 156

xxiii
Lampiran 20 Hasil Uji R Square ................................................................... 157

Lampiran 21 Hasil Uji T ............................................................................... 158

Lampiran 22 Hasil Uji F ............................................................................... 159

xxiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) kata agraris memiliki arti yaitu, segala sesuatu yang

berhubungan dengan pertanian. Negara agraris memiliki pengertian sebagai

suatu negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu

pendorong pembangunan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi

di negara tersebut. Pengertian lainnya adalah suatu negara yang mayoritas

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Indonesia disebut negara

agraris karena Indonesia memiliki keberagaman sumber daya alam pertanian

yang berlimpah, yang merupakan salah satu keunggulan yang bisa

dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian nasional. Indonesia

merupakan negara agraris yang sebagian mata pencaharian penduduknya

adalah dengan cara bertani atau berkebun sehingga sektor pertanian dan sub

sektor perkebunan sangat vital bagi Indonesia.

Sektor perkebunan di Indonesia memiliki beberapan komoditas yang

menjadi primadona dalam perdagangan dalam negeri maupun luar negeri.

Komoditi-komoditi perkebunan terbukti menjadi komoditi unggulan Indonesia

seperti yang tertulis dalam website resmi Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia terdapat 4 komoditi perkebunan yaitu karet, sawit, kakao dan kopi

yang termasuk dalam ekspor 10 komoditas utama. Seperti yang terlihat pada

gambar dibawah ini :

1
Tabel 1.1 Ekspor 10 Komoditas Utama Tahun 2013 – Tahun 2016

Nilai (FOB) : Ribu US$

NO. KOMODITI 2013 2014 2015 2016


Tekstil dan Produk
1 Tekstil 12.683.713,50 12.742.635,10 12.284.963,10 11.835.377,20
2 Elektronik 9.666.295,70 9.294.658,30 8.231.238,40 7.645.840,30
3 Karet dan Produk Karet 9.394.177,40 7.100.023,10 5.913.509,60 5.664.242,40
4 Sawit 15.838.850,20 17.464.904,70 15.385.275,30 14.366.754,00
5 Produk Hasil Hutan 9.043.477,20 9.293.110,40 9.008.276,40 8.542.125,00
6 Alas Kaki 3.860.393,90 4.108.448,50 4.507.024,30 4.639.859,30
7 Otomotif 4.426.015,30 5.172.761,30 5.372.717,40 5.802.560,50
8 Udang 1.481.284,30 1.815.229,80 1.356.322,50 1.492.420,90
9 Kakao 993.072,70 1.095.237,90 1.146.928,30 1.029.055,40
10 Kopi 1.174.044,50 1.039.609,50 1.197.735,10 1.008.549,10
Total 10 Komoditi Utama 68.561.324,70 69.126.618,60 64.403.990,40 62.026.784,10
Sumber : Badan Pusat Statistik dalam Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia , 2017

Tabel 1.1 menunjukkan ekspor 10 komoditi Utama dalam nilai (FOB) ribu

US$ selama tahun 2013 hingga tahun 2016. Dari 10 komoniti utama, dapat

dilihat bahwa 4 komoditi berasal dari sektor perkebunan yaitu karet, sawit,

kakao, dan kopi. Hal ini membuktikan bahwa sektor perkebunan di Indonesia

merupakan salah satu kontributor penerimaan devisa negara yang dapat

diandalkan.

Komoditi kopi menjadi salah satu primadona dalam komoditi pertanian

Indonesia yang memilik potensi untuk dikembangkan baik dalam negeri

maupun luar negeri. Dapat dilihat dari jumlah produksi kopi yang cukup tinggi

dalam beberapa tahun terakhir yang digambarkan dalam grafik dibawah ini :

2
Grafik 1.1

Produksi Kopi Tahun 2012 – Tahun 2015

(Dalam Satuan Ton)

PRODUKSI KOPI (dalam satuan ton)


1400000
1380000
1360000
1340000
1320000
PRODUKSI KOPI (dalam
1300000 satuan ton)
1280000
1260000
1240000
1220000
2012 2013 2014 2015

Sumber : Kementerian Pertanian Republik Indonesia, diolah, 2017

Grafik 1.1 menunjukkan produksi kopi selama tahun 2012 hingga tahun

2015 dalam satuan ton. Dapat dilihat walaupun terdapat penurunan dari tahun

ke tahun, namun dari tahun ketahun jumlah produksi kopi selalu diatas

1.000.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi kopi di Indonesia tidak

bisa dikatakan berskala kecil, tentu saja .dalam skala besar yang dapat

dikembangkan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Kopi sendiri dapat diolah menjadi berbagai olahan yang bermanfaat bagi

kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa olahan kopi yang dapat ditemui :

1. Cascara

3
Cascara merupakan jenis minuman yang berasal dari kulit ceri kopi.

Cascara juga biasa disebut sebagai ‘teh dari kopi’.

2. Bubuk Kopi

Bubuk kopi merupakan bahan minuman yang berasal dari biji kopi

yang dapat diolah menjadi minuma kopi dengan aroma dan citarasa

tertentu.

3. Tepung Kopi

Tempung kopi merupakan jenis olahan kopi yang berasal dari buah

kopi yang dipisahkan dengan bijinya, lalu diolah menjadi tepung

kopi.Tepung roti biasanya digunakan untuk bahan membuat aneka

makanan.

4. Bahan Bakar Pengganti Gas

Selain daging dan biji kopi yang dapat diolah, kulit kopi juga dapat

diolah menjadi olahan yang dapat dimanfaatkan. Dewasa ini, kulit kopi

sudah mulai dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar pengganti

gas.

Dari keempat contoh jenis olahan kopi diatas, jenis olahan yang paling

digemari oleh masyarakat Indonesia adalah bubuk kopi yang diolah menjadi

berbagai jenis minuman kopi. Jenis olahan lain yaitu tepung kopi juga digemari

sejumlah masyarakat Indonesia walau tidak sepopuler bubuk kopi. Sementara

itu jenis olahan kopi cascara dan bahan bakar pengganti gas belum banyak

diketahui oleh masyarakat Indonesia.

4
Di Indonesia sendiri, jenis minuman kopi bukan merupakan hal yang

asing. Masyarakat di berbagai daerah menjadikan kegiatan meminum kopi

sebagai rutinitas harian, bahkan masyarakat di perkotaan banyak yang

menjadikan kegiatan mengkonsumsi kopi sebagai gaya hidup. Tak hanya soal

kebiasaan meminum kopi, namun beberapa daerah di Indonesia juga terkenal

menghasilkan biji kopi yang dapat disamakan dengan biji kopi dari negara-

negara produsen biji kopi lainnya. Jenis kopi yang menjadi andalan Indonesia

untuk di konsumsi antara lain Kopi Jawa, Kopi Mandailing, Kopi Toraja, Kopi

Gayo, Kopi Ijen, Kopi Kintamani, dan Kopi Robusta. Keunggulan kopi-kopi

spesial tersebut terletak pada cita rasa yang khas, nikmat dan sangat beragam,

yang tidak dimiliki oleh kopi yang berasal dari Brazil, Vietnam, dan negara

penghasil kopi lainnya.

Kopi kini hadir dengan segala variasi. Bila zaman dulu orang hanya tahu kopi

tubruk atau kopi susu yang dapat dinikmati di rumah ataupun di warung kopi

(warkop), kini baik jenis biji kopi, teknik peracikan, bahan, hingga perniknya

pun membuat kopi lebih menarik. Ini ditandai dengan kemunculan kedai-kedai

kopi baru dan euforia orang-orang mengenai kopi. Hal tersebut didukung oleh

Tabel 1.2 yang menunjukkan besarnya konsumsi per kapitadalam rumah tangga

setahun menurut kelompok bahan minuman selama tahun 2010 – 2014 yang

berasal dari website resmi Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Tabel 1.2

Konsumsi Per Kapita Dalam Rumah Tangga Setahun Menurut

Kelompok Bahan Minuman (Dalam Satuan ons)

5
Tahun 2010 – Tahun 2014

TAHUN
JENIS
2010 2011 2012 2013 2014
Teh 6.883 6.570 5.162 6.153 6.101

Kopi biji/bubuk 12.879 13.661 10.637 13.714 13.401

Coklat Bubuk 0.052 0.156 0.834 0.104 0.104


Sumber : Kementerian Pertanian RI, diolah, 2016

Tabel 1.2 menunjukkan besarnya konsumsi per kapita bahan minuman di

Indonesia dalam satuan ons dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Berdasarkan

tabel di atas, bila kopi disandingkan dengan bahan minuman lain yang sama-

sama digemari masyarakat yaitu teh dan coklat bubuk, kopi berada di urutan

pertama yang mendominasi konsumsi bahan minuman yang dilakukan oleh

masyarakat. Konsumsi kopi mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga

2011 dan mengalami penurunan pada tahun 2012, lalu kembali mengalami

kenaikan pada tahun 2013, dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2014

namun tidak terlalu signifikan.

Kopi merupakan minuman yang di kenal sebagai minuman dengan cita

rasa dan aroma yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari

gaya hidup sekaligus penghubung dalam berkomunikasi. Peningkatan taraf

hidup dan bertambahnya golongan menengah di Indonesia juga membawa

perubahan positif terhadap gaya hidup, terutama dalam gaya hidup meminum

kopi.

Dulu meminum secangkir kopi bisa dilakukan di rumah ataupun di warung

kopi (warkop), tetapi kini menikmati kopi dapat juga dilakukan di kedai kopi

dan coffee shop premium dengan segmen yang semakin luas, baik dari sisi
6
gender, rentang usia, serta jenis pekerjaan. Tradisi meminum kopi mengalami

perubahan yang besar dari segi usia maupun tempat. Hal ini menjadi peluang

yang cukup besar bagi produsen kopi dalam negeri untuk fokus menggarap

pasar lokal.

Sama seperti tradisi ngeteh, ngopi kini menjadi bagian dari gaya hidup

kaum urban, terlebih lagi kebiasaan itu tidak hanya menyerang kaum pria saja,

namun telah menyerang kaum wanita. Dalam pemilihan tempat ngopi pun

dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan seseorang. Semakin tinggi tingkat

pendapatan biasanya seseorang tersebut memilih tempat ngopi yang bergensi

untuk menuruti gaya hidupnya, sehingga gaya hidup seseorang berbanding

lurus dengan tingkat pendapatan.

Jika dahulu meminum kopi hanya identik pada pria dewasa, kini anak

muda baik laki-laki maupun perempuan juga gemar meminum kopi. Namun

dikalangan anak muda, kegiatan meminum kopi biasanya memiliki frekuensi

yang lebih sedikit dibanding dengan orang dewasa. Hal ini membuktikan

bahwa usia berbanding lurus dengan frekuensi ngopi seseorang yang

menjadikan ngopi sebagai bagian dari gaya hidupnya.

Banyak aktifitas dalam kehidupan masyarakat seperti rapat, pertemuan

bisnis, reuni, kencan dan lain sebagainya dihiasi dengan secangkir kopi. Tidak

hanya itu sejumlah tempat ngopi pun didesain secara khusus, sehingga suasana

minum kopi benar-benar membawa suasana segar dan nyaman. Hal inilah yang

membuat tren peminum kopi terus meningkat dari tahun ke tahun.

7
Hadirnya fenomena ini membuat para pengusaha melihat peluang bisnis

yang menjanjikan, sehingga munculah banyak kedai kopi dan coffee shop

premium yang menawarkan konsep one stop shopping. Dimana kehadiran

kedai kopi dan coffee shop premium ini dinilai yang paling sesuai dengan trend

dan gaya hidup kaum urban saat ini. Suasana yang nyaman, pilihan menu yang

berkualitas dengan harga yang beragam tentu merupakan alasan bagi

masyarakat untuk memilih kedai kopi dan coffee shop premium sebagai tempat

untuk refreshing, hang out, dan berkumpul dengan teman atau kerabat.

Pengunjung dapat memilih dimana tempat ia akan ngopi sesuai dengan

harga yang ingin ia beli. Semakin bergensi tempat tersebut, semakin mahal pula

harga kopi yang dijual ditempat tersebut. Pengunjung juga dapat memperoleh

keinginannya sekaligus dalam satu tempat misalnya pengunjung dapat

menikmati hiburan yang disediakan di tempat tersebut sambil menikmati

hidangan yang disediakan sekaligus sambil bekerja dengan memanfaatkan

fasilitas hotspot atau wifi yang kini banyak ditawarkan di kedai kopi dan coffee

shop premium yang berada di kota-kota wilayah industri atau kota-kota dimana

banyak kelas menengah berada, dalam hal ini termasuk pelajar dan mahasiswa.

Dengan maraknya keberadaan kedai kopi dan coffee shop premium ini

tidak membuat usaha warung kopi (warkop) sepi pengunjung. Warung kopi

(warkop) masih menjadi salah satu tempat favorit bagi penikmat kopi tanpa

harus merogoh kocek terlalu dalam. Sebagian orang memilih meminum kopi

di warung kopi (warkop) karena di dalam warung kopi, para pengunjung dapat

membaur dengan pengunjung lainnya dan membahas apa yang sedang menjadi

8
hot news saat itu atau hanya sekedar menguping. Jenis kopi yang dijual di

warung kopi (warkop) pun merupakan jenis kopi bubuk instan dari merk-merk

terkenal yang harganya tidak semahal jenis kopi yang dijual di kedai kopi dan

coffee shop premium.

Perkembangan tren meminum kopi seperti yang dijelaskan diatas biasanya

muncul di kota-kota besar, contohnya seperti di kota Jakarta. Tren meminum

kopi yang berkembang di kota Jakarta tersebut terbawa ke kota-kota sekitarnya,

salah satunya adalah kota Depok.

Sebagai kota yang memiliki beberapa kampus unggulan dan pilihan

hiburan wisata, Depok telah mengalami pertumbuhan jumlah usaha kuliner

resto dan kafe yang terus meningkat setiap tahunnya termasuk kedai kopi dan

coffee shop premium. Perkembangan kedai kopi dan coffee shop premium itu

sendiri di kota Depok memiliki intensitas yang termasuk pesat. Terbukti

dengan banyak bermunculannya kedai kopi dan coffee shop premium baik itu

yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan hasil pra

penelitian dalam bentuk observasi yang dilakukan oleh peneliti di 3 kecamatan

di kota Depok, bila dipukul rata jumlah kedai kopi di Depok sekitar 100 kedai

kopi, sementara jumlah coffee shop premium di Depok sebanyak 7 gerai.

Maraknya kedai kopi dan coffee shop premium di kota Depok tidak membuat

usaha warung kopi (warkop) kehilangan pelanggannya. Warung kopi (warkop)

masih memiliki tempat tersendiri di hati para penikmat kopi, terutama kelas

menengah kebawah. Jumlah warung kopi (warkop) tak kalah banyak dengan

kedai kopi dan coffee shop premium lainnya. Warung kopi (warkop) dapat

9
mudah ditemui di mana saja, umumnya di pertigaan jalan, perempatan jalan dan

beberapa tempat strategis lainnya. Berdasarkan hasil pra penelitian dalam

bentuk observasi yang dilakukan oleh peneliti di 3 kecamatan di kota Depok,

bila dipukul rata jumlah warung kopi (warkop) yang terdapat di Depok sekitar

400 gerai.

Berdasarkan hasil pra penelitian dalam bentuk observasi yang dilakukan

di warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee shop premium yang berada di

kota Depok, peneliti mengamati bahwa ada beberapa perbedaan yang terdapat

pada tiga jenis tempat tersebut antara lain : gelas yang digunakan, fasilitas yang

tersedia, metode pembuatan kopi, serta topping yang disediakan untuk 1 gelas

kopi. Tabel 1.3 di bawah ini menjelaskan perbedaan-perbedaan apa saja yang

terdapat di antara warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee shop premium

yang diperoleh berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Tabel 1.3

Perbedaan-Perbedaan Antara Warung Kopi (Warkop), Kedai Kopi, dan

Coffee Shop Premium di Kota Depok

Warung Kopi Coffee Shop


Perbedaan Kedai Kopi
(Warkop) Premium
Gelas beling, Gelas plastic,
Gelas Gelas beling
cangkir gelas kertas
Wifi, AC, atop
kontak, live
Wifi, AC, stop
music, alat
Fasilitas Tidak ada kontak, smoking
permainan,
area
kamar mandi,
smoking area
Metode Seduh Biasa Mesin Espresso, Mesin Espresso,
Pembuatan Kopi (diaduk French Press, Por Over.

10
menggunakan Pour Over,
sendok) Vietnam Drip,
Percolator.
Whipped cream,
Whipped cream,
Topping Tidak ada foam, gula, susu,
gula, susu, sirup
sirup, coklat.
Sumber : Data Primer diolah, 2017

Semakin maraknya masyarakat dalam mengkonsumsi kopi di luar rumah

membuat para pemilik warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee shop

premium berlomba-lomba memperoleh kepuasan konsumen yang akan

berakhir dengan terjadinya pembelian secara terus-menerus. Karena hal inilah

yang menyebabkan para pemilik warung kopi (warkop), kedai kopi, dan coffee

shop premium harus memahami faktor penyebab terjadinya keputusan

konsumen dalam melakukan pembelian kopi. Menurut Setiadi (2003:12)

keputusan seseorang membeli suatu barang atau jasa untuk di konsumsi juga

di pengaruhi oleh ciri - ciri kepribadiannya termasuk usia, pekerjaannya,

kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian.

Dengan semakin digandrunginya kopi diberbagai golongan masyarakat

baik itu dari segi pendapatan, usia, dan jenis kelamin dengan tingkat harga yang

beragam, maka dapat dikatakan bahwa selain menjadi 10 komoditas utama

dalam ekspor tetapi kopi juga mulai menjadi salah satu komoditas utama baik

produksi ataupun konsumsi dalam negeri terutama dalam kategori bahan

minuman. Maka untuk meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor yang

membuat seseorang mulai menggandrungi kopi, maka dibuatlah penelitian ini

dengan judul “Tingkat Konsumsi Kopi Berdasarkan Pendapatan, Usia, dan

Harga Kopi di Kota Depok”.


11
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, kini masyarakat di Kota Depok

melakukan kegiatan meminum kopi bukan hanya bisa dilakukan di rumah

ataupun di warung kopi (warkop) yang berada di pinggir jalan. Kini meminum

kopi dapat juga dilakukan di kedai kopi dan coffee shop premium yang dapat

dijumpai di pinggi jalan ataupun di mall dengan segmen yang semakin luas,

baik dari sisi gender, rentang usia, jenis pekerjaan dan harga kopi per gelas.

Seiring dengan semakin menjamurnya tempat ngopi berupa kedai kopi dan

coffee shop premium dapat pula meningkatkan tingkat konsumsi kopi

seseorang. Dalam terjadinya peningkatan tingkat konsumsi kopi tersebut

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Diantara nya faktor pendapatan,

usia, dan harga.

Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi biasanya akan

mengkonsumsi kopi lebih banyak dibandingkan dengan seseorang yang

memiliki tingkat pendapatan yang rendah. Maka dapat dikatakan bahwa

pendapatan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi kopi seseorang. Yang

dimana kegiatan mengkonsumsi kopi tersebut sudah merupakan bagian dari

gaya hidup seseorang.

Dapat kita temui pengunjung di tempat-tempat ngopi baik itu warung kopi

(warkop), kedai kopi, maupun coffee shop premium berasal dari berbagai

rentan usia baik itu yang berusia muda hingga yang berusia tua. Namun

besarnya tingkat konsumsi kopi juga didasarkan kepada berapa usia seseorang

tersebut. Semakin tua usia seseorang maka semakin tinggi pula tingkat

12
konsumsi kopi nya. Namun sebaliknya, seseorang dengan usia muda biasanya

tingkat konsumsi kopi nya lebih rendah. Hal ini biasanya dikarenakan

seseorang yang berusia muda hanya ikut-ikutan dalam mengkonsumsi kopi,

berbeda hal nya dengan seseorang yang berusia tua yang memang menyukai

cita rasa kopi.

Keputusan seseorang untuk mengkonsumsi kopi juga biasa nya

dipengaruhi oleh harga yang ditawarkan oleh penjual kopi tersebut. Semakin

tinggi harga yang ditawarkan, maka semakin rendah tingkat konsumsi kopi

seseorang tersebut. Hal ini dikarenakan seseorang dengan tingkat pendapatan

tertentu lebih memilih mengalokasikan pendapatan nya ke harga kopi yang

lebih murah dibanding dengan membeli kopi dengan harga yang cukup mahal.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi beberapa pertanyaan yang muncul. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap tingkat konsumsi kopi di

Kota Depok?

2. Seberapa besar pengaruh perbedaan usia terhadap tingkat konsumsi kopi di

Kota Depok?

3. Seberapa besar pengaruh harga kopi terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota

Depok?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di

atas, maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini adalah :

13
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap tingkat

konsumsi kopi di Kota Depok.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan usia terhadap

tingkat konsumsi kopi di Kota Depok.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh harga kopi terhadap tingkat

konsumsi kopi di Kota Depok.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di

atas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan input

bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk mengatasi

permasalahan ekonomi terutama masalah konsumsi di masyarakat.

2. Sebagai sarana pengetahuan untuk kalangan akademik maupun publik

mengenai konsumsi kopi di masyarakat.

3. Sebagai bahan masukan maupun referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya pada bidang yang sama dengan penelitian ini.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsumsi

a. Pengertian Konsumsi

Dalam istilah sehari-hari konsumsi kerap diartikan sebagai

tindakan terhadap pemenuhan makanan dan minuman saja. Namun

pada sejatinya tindakan konsumsi lebih luas dari pengertian tersebut.

Dalam ekonomi, konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas

yaitu seluruh pembelian barang dan jasa akhir yang sudah siap

dikonsumsi oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya

(McEachern, 2001:490).

Secara epistemologi barang dapat dibedakan menjadi barang

tidak tahan lama (non durable goods) yaitu merupakan barang yang

habis dipakai dalam jangka waktu pendek, seperti makanan dan

pakaian. Sementara itu barang tahan lama (durable goods) yaitu

merupakan barang yang memiliki usia panjang seperti mobil, televisi,

dan alat-alat elektronik. Sementara itu jasa (service) meliputi

pekerjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan

perusahaan seperti potong rambut dan berobat ke dokter (Mankiw,

2006:11-12). Fungsi utama dari barang dan jasa yang dikonsumsi

ialah untuk memenuhi kebutuhan langsung pemakainya (Soediyono,

1989).

15
Kata konsumsi itu sendiri dalam Kamus Besar Ekonomi diartikan

sebagai suatu tindakan manusia baik secara langsung maupun tak

langsung untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan (utility)

suatu barang pada pemuasan terakhir dari kebutuhannya (Sigit dan

Sujana, 2007:115). Menurut Gilarso (2003:89), konsumsi merupakan

titik pangkal dan tujuan akhir dari seluruh kegiatan ekonomi dalam

masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan aktivitas

yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga untuk menghabiskan

nilai guna dari barang atau jasa.

Menurut Eugene A. Diulio dalam bukunya yang berjudul “Teori

dan Masalah dalam Uang dan Bank” (1993), konsumsi terbagi

menjadi 2 (dua) macam yaitu konsumsi rutin dan konsumsi sementara.

Konsumsi rutin adalah pengeluran untuk pembelian barang dan jasa

yang secara terus menerus dikeluarkan selama beberapa tahun.

sedangkan konsumsi sementara adalah setiap tambahan konsumsi

yang tidak terduga terhadap konsumsi rutin.

Konsumsi suatu negara terdiri atas konsumsi pemerintah dan

masyarakat. Namun yang menjadi perhatian dalam penelitian ini

adalah konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat karena nilainya

yang tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi perekonomian,

melainkan juga karena sifatnya yang endogenus (Rahardja dan

Manurung, 2008:257). Endogenus adalah suatu objek atau variabel

yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel lainnya. Dalam hal

16
ini berarti bahwa tinggi atau rendahnya tingkat konsumsi seorang

individu akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya seperti ekonomi,

demografi, dan sosial budaya.

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Tinggi atau rendahnya tingkat konsumsi seseorang individu

dipengaruhi oleh berbagai hal. Berikut faktor-faktor yang

mempengaruhi seorang individu untuk melakukan tindakan konsumsi

menurut Rahardja Pratama dan Mandala Manurung dalam bukunya

yang berjudul “Pengantar Ilmu Ekonomi: Makroekonomi &

Mikroekonomi” (2008:264-268).

1) Faktor Ekonomi

a) Pendapatan

Untuk membeli barang konsumsi individu menggunakan

uang dari penghasilan atau pendapatan. Tingkat pendapatan

berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran konsumsi yang

dilakukan. Pada umumnya semakin tinggi pendapatan

individu/rumah tangga maka pengeluaran konsumsinya juga

akan mengalami kenaikan.

b) Tingkat Harga

Apabila harga barang/jasa kebutuhan hidup meningkat

maka konsumen harus mengeluarkan tambahan uang untuk

bisa mendapatkan barang/jasa tersebut. Atau, konsumen

dapat mengatasi dengan mengurangi jumlah barang/jasa

17
yang dikonsumsi, karena kenaikan harga menyebabkan

pendapatan riil masyarakat berkurang.

c) Ketersediaan Barang dan Jasa

Meskipun konsumen memiliki uang untuk membeli

barang konsumsi, ia tidak dapat mengkonsumsi barang/jasa

yang dibutuhkan apabila barang/jasa tersebut tidak tersedia.

Semakin banyak barang/jasa tersedia, maka pengeluaran

konsumsi masyarakat/individu akan cenderung semakin

besar.

d) Tingkat Bunga

Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat

konsumsi karena orang lebih tertarik menabung di bank

dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi

dibanding dengan membelanjakan banyak uang.

e) Perkiraan Masa Depan

Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang

akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang

yang mau pensiun, punya anak yang butuh biaya sekolah, ada

yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain

sebagainya.

2) Faktor Demografi

a) Komposisi Penduduk

18
Dalam suatu wilayah jika jumlah orang dengan usia

kerja produktif berjumlah banyak maka konsumsinya akan

tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi

suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan

sumber daya manusia di wilayah itu tinggi maka biasanya

pengeluaran wilayah tersebut ikut menjadi tinggi.

b) Jumlah Penduduk

Daerah yang memiliki jumlah penduduk banyak maka

tingkat konsumsi masyarakat juga tinggi. Begitu pula

sebaliknya, suatu daerah yang memiliki jumlah penduduk

sedikit tingkat konsumsinya tergolong rendah.

c) Letak Demografi

Masyarakat di pedesaan dalam hal konsumsi akan lebih

rendah dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan.

Masyarakat di pedesaan hanya mengeluarkan sebagian

pendapatan untuk mengkonsumsi makanan saja, untuk non

makanan masih rendah. Sedangkan masyarakat di perkotaan

antara konsumsi makanan dan non makanan bisa dikatakan

hampir sama.

3) Faktor Non Ekonomi

a) Kebiasaan Adat Sosial Budaya

Kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat

konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat

19
istiadat untuk hidup sederhana biasanya masyarakatnya akan

memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah

yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya

masyarakatnya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar.

b) Gaya Hidup

Seseorang yang memiliki gaya hidup tinggi maka akan

memiliki pengeluran konsumsi yang tinggi pula. Gaya hidup

antara perempuan dengan laki-laki berbeda, hal ini yang

menjadi sebab kenapa pengeluaran konsumsi mereka

berbeda-beda. Latar belakang keluarga dan adat istiadat yang

berbeda membuat pengeluaran konsumsi seseorang yang

tinggal di kos dengan seseorang yang tinggal di rumah

bersama orang tua berbeda. Kebiasaan di rumah biasanya

akan diterapkan juga dalam kehidupan sehari-hari seseorang

tersebut. Ketika pendapatan seseorang meningkat, secara

langsung tingkat konsumsi juga mengalami peningkatan

yang biasanya digunakan untuk konsumsi bukan makanan.

c. Teori Konsumsi

1) Teori Konsumsi menurut John Maynard Keynes

Pada tahun 1930-an John Maynard Keynes menjelaskan

sebuah teori individu dalam berkonsumsi. Seperti yang dikutip

oleh Rahardja dan Manurung (2008:257), menurut Keynes,

jumlah konsumsi seorang individu saat ini (current income)

20
berhubungan langsung dengan pendapatan disposable yang

diperoleh pada saat ini (current disposable income). Pendapatan

disposabel disini merupakan pendapatan yang diterima oleh

seorang individu dan siap untuk dibelanjakan karena sudah

dikurangi dengan beban pajak dan penambahan biaya transfer.

Hubungan antara tingkat konsumsi dan pendapatan tersebut dapat

dijelaskan melalu fungsi konsumsi. fungsi konsumsi

menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat

pendapatan. Secara matematis, fungsi konsumsi Keynes adalah

sebagai berikut :

C = a + bYd

Keterangan:

C = konsumsi seluruh rumah tangga (agregat).

a = konsumsi autonomus, yaitu besarnya konsumsi ketika

pendapatan nol (merupakan konstanta).

b = marginal propensity to consume, yaitu perbandingan

antara

besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan, dapat juga

disebut dengan kecondongan mengkonsumsi. (0 < b ≤ 1)

Y = pendapatan disposable.

Sehingga secara garis besar teori konsumsi Keynes

menyatakan bahwa, (besar-kecil) konsumsi masyarakat

sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Sedangkan

21
unsur tabungan tidak terlalu berdampak terhadap perubahan

jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

2) Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)

Teori konsumsi hipotesis siklus hidup ini dikembangkan oleh

Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg. Teori

ini lebih menekankan kepada variabel sosial ekonomi dalam

suatu masyarakat, dimana yang menjadi perhatian adalah variabel

usia. Teori ini menerangkan bahwa pengeluaran konsumsi

masyarakat berdasarkan kepada pola penerimaan dan pola

pengeluaran konsumsi seseorang pada umumnya dipengaruhi

oleh masa dalam siklus hidupnya.

Teori ini membagi tingkat konsumsi seseorang menjadi 3

bagian berdasarkan usia seseorang tersebut (Guritno dan Algifari,

1998:66-67) :

a) Orang cenderung menerima pendapatan yang rendah pada

usia muda, sehingga rasio tabungan akan berfluktuasi

seiring dengan perkembangan umur mereka yaitu ketika

semakin muda usia seseorang maka orang tersebut akan

mempunyai tabungan yang cenderung negatif (dissaving)

dan seseorang melakukan konsumsi bergantung pada orang

lain.

b) Pada usia menengah pendapatan seseorang cenderung

semakin tinggi dibandingkan saat usia muda, sehingga pada

22
usai menengah seseorang melakukan konsumsi dalam

kondisi saving. Pada usia menegah ini pula seseorang dapat

menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa

muda mereka. Karena pada tahap ini pengeluaran konsumsi

seseorang tidak bergantung pada orang lain.

c) Pada kategori usia tua atau usia tidak produktif, seseorang

cenderung akan mengambil tabungan yang dibuatnya

ketika masa usia menengah. Kemudian ketika seseorang

sudah tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri,

sehingga bila ia tidak memiliki tabungan maka ia akan

mengalami kecenderungan dissaving dan pengeluaran

konsumsi seseorang tersebut kembali bergantung pada orang

lain seperti masa usia muda.

Teori ini menganggap bahwa pentingnya peranan kekayaan

(assets) sebagai penentu tingkah laku seseorang dalam

mengkonsumsi suatu barang. Konsumsi seseorang akan

meningkat apabila terjadi kenaikan pada tingkat kekayaan

seseorang tersebut yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan.

Sehingga teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup ini

berkesimpulan bahwa, konsumsi seseorang sangat dipengaruhi

oleh kekayaan atau besarnya pendapatan yang diperoleh.

Pendapatan yang diperoleh tersebut bergantung pada usia yang

dimiliki oleh seseorang itu sendiri.

23
3) Stagnasi Sirkuler dan Simon Kusnets (Teka-Teki Konsumsi)

a) Stagnasi Sirkuler (Circular Stagnasi)

Stagnasi sirkuler (Mankiw, 2007: 449) adalah keadaan

dimana terjadi depresi dalam jangka waktu yang panjang

tanpa batas. Hal ini dimungkinkan karena munculnya teori

Keynes yang mengungkapkan bahwa kecenderungan

mengkonsumsi rata-rata (APC) semakin menurun seiring

meningkatnya pendapatan. Jika hal ini terjadi secara terus

menerus, para ekonom memprediksi permintaan terhadap

barang dan jasa semakin turun dari waktu ke waktu dan akan

mengakibatkan lesunya investasi.

b) Teori Teka-Teki Konsumsi menurut Simon Kuznets

Simon Kuznets dalam buku “Makroekonomi” yang

ditulis oleh Gregory Mankiw (2007:450), menemukan bahwa

rasio konsumsi terhadap pendapatan cenderung stabil dari

satu dekade ke dekade selanjutnya meskipun terdapat

kenaikan pendapatan. Temuan ini menunjukkan bahwa

kecenderungan konsumsi rata-rata (APC) hampir konstan

dalam jangka waktu panjang. Hal ini menimbulkan adanya

teka-teki yang memotivasi diadakannya penelitian mengenai

konsumsi.

24
2. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana seorang konsumen

memutuskan berapa jumlah kombinasi barang atau jasa yang akan dibeli

dalam berbagai kondisi yang dihadapi. Bersama-sama konsumen individu

akan membentuk permintaan di pasar. Perilaku konsumen adalah tindakan

yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Perilaku konsumen

merupakan perilaku yang ditunjukkan dalam mencari, membeli,

menggunakan, menilai dan memutuskan produk, jasa, dan gagasan yang

berhubungan dengan konsumsi (Schiffman and Kanuk, 2004:6).

Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana

didapati dalam hukum permintaan, yang menyatakan bahwa “bila harga

suatu barang naik maka jumlah yang diminta oleh konsumen akan barang

tersebut turun”. Hukum permintaan tersebut berlaku dengan asumsi ceteris

paribus. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang

mempengaruhi jumlah barang yang diminta dianggap tidak berubah atau

tetap (Boediono, 2002:138).

Berdasarkan teori ekonomi, permintaan timbul karena konsumen

memerlukan manfaat dari komoditas yang dibeli. Manfaat tersebut dikenal

dengan istilah utilitas (utility). Permintaan suatu komoditas

menggambarkan permintaan akan utilitas dari komoditas tersebut. Dengan

25
kata lain, permintaan suatu komoditas merupakan derivasi (penurunan)

dari utilitas yang diberikan oleh komoditas tersebut.

Dalam teori tingkah laku konsumen diterangkan dua hal berikut :

a. Alasan para konsumen untuk membeli lebih banyak barang pada

harga yang lebih rendah dan mengurangi pembelian pada harga yang

tinggi.

b. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi

dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.

Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menjelaskan

tingkah laku konsumen, yaitu:

a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)

Menurut pendekatan ini, utilitas dapat diukur dengan satuan uang,

dan tinggi rendahnya nilai utilitas tergantung pada subjek yang

menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin

berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati.

Asumsi dari pendekatan ini adalah:

1) Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan

kepuasannya dengan batasan pendapatannya.

2) Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang

diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya

konsumsi dari komoditas tersebut.

3) Pendapatan konsumen tetap

4) Uang memiliki nilai subjektif yang tetap.

26
5) Total utilitas adalah additive dan independent. Additive artinya

utilitas dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas

masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent

berarti bahwa utilitas X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan

mengkonsumsi barang X2, X3 .... Xn dan sebaliknya. Dalam artian

manfaat dari sekumpulan barang yang dikonsumsi adalah fungsi

dari kuantitas masing-masing barang tersebut dan manfaat dari

satu barang tertentu tidak dipengaruhi oleh tindakan

mengkonsusmsi barang yang lain.

b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)

Dalam pendekatan ini utilitas suatu barang tidak perlu diukur,

cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi

rendahnya utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok

barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah

inddiference curve, yaitu kurva yang menunjukkan kombinasi 2 (dua)

macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan sama.

Asumsi dari pendekatan ini adalah :

1) Konsumen rasional.

2) Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang

disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.

3) Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu.

4) Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

27
5) Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada

barang B karena A lebih disukai daripada B, tidak berlaku

sebaliknya.

6) Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B

dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C.

Artinya barang yang paling disukai oleh konsumen adalah barang

yang paling banyak memberikan manfaat.

c. Pendekatan Atribut

Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa konsumen dalam

membeli produk tidak hanya karena utilitas dari produk tersebut,

tetapi karena karakteristik atau atribut-atribut yang disediakan oleh

produk tersebut. Ada beberapa keunggulan pendekatan atribut antara

lain:

1) Terlepas dari diskusi mengenai bagaimana mengukur daya guna

suatu barang, yang merupakan asumsi dari pendekatan

sebelumnya.

2) Pendekatan ini memandang suatu barang diminta konsumen

bukan karena jumlahnya, melainkan atribut yang melekat pada

barang tersebut, sehingga lebih dapat dijelaskan tentang pilihan

konsumen terhadap produk.

3) Dapat digunakan untuk banyak barang, sehingga bersifat praktis

dan lebih mendekati kenyataan, serta operasionalnya lebih

mudah.

28
Keluarga mempunyai pengaruh penting dalam keputusan pembelian

untuk konsumsi. Dalam hal ini sikap orang tua memiliki hubungan kuat

dengan sikap anak dalam pengambilan keputusan konsumsi. Seperti yang

dikatakan Bennett dan Kassarjian yang dikutip oleh Assael dalam bukunya

“Consumer Bihavior and Marketing Action” (1992:79) bahwa sikap

terhadap kesehatan pribadi, pilihan item-item produk, sikap terhadap

sayuran yang direbus atau makanan kering, dan kepercayaan mengenai

nilai medis dari sop ayam semuanya diperoleh dari orang tua.

3. Tingkat konsumsi

a. Konsep Umum

Dalam kegiatan konsumsi, tingkat pengeluaran antar rumah

tangga tidak akan pernah sama persis. Tingkat pengeluaran ini bisa

juga disebut tingkat konsumsi (sebab konsumsi merupakan suatu

bentuk pengeluaran). Tingkat konsumsi berasal dari kata tingkat dan

konsumsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata

tingkat memiliki arti klasifikasi atau tinggi rendahnya suatu objek,

sedangkan konsumsi adalah pengeluaran untuk pembelian barang-

barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi

kebutuhannya (Samuelson & Nordhaus, 1996:123). Jadi, tingkat

konsumsi adalah tinggi atau rendahnya pengeluaran seseorang untuk

pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan kepuasan

ataupun memenuhi kebutuhannya.

29
b. Konsep Badan Pusat Statistik

Tingkat konsumsi dapat dijadikan sebagai salah satu indikator

kesejahteraan rumah tangga. Tingkat konsumsi yang tinggi pada

konsumsi makanan merupakan potret masyarakat dengan

kesejahteraan yang masih rendah. Sebaliknya tingkat konsumsi yang

tinggi pada konsumsi nonmakanan merupakan gambaran dari rumah

tangga yang lebih sejahtera. Hal ini disebabkan rumah tangga yang

memiliki pendapatan rendah hanya dapat fokus memenuhi kebutuhan

pokok demi keberlangsungan hidup rumah tangga sehingga tingkat

konsumsi tampak dominan pada konsumsi makanan. Sedangkan

rumah tangga yang memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dapat

memenuhi baik kebutuhan makanan maupun nonmakanan. Berikut

penjelasan Badan Pusat Statistik dalam bukunya yang berjudul

“Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia” (2011:57-113)

mengenai konsumsi makanan, minuman, tembakau serta konsumsi

nonmakanan.

1) Konsumsi makanan, minuman dan tembakau

a) Padi-padian, macam: beras, jagung basah dengan kulit, beras

jagung, sorgum, bulgur, dan nasi aking (sisa nasi yang

dikeringkan dan dimasak kembali).

b) Umbi-umbian, macam: sagu daripohon sagu, gaplek antara

lain gadung, oyek (beras yang dibuat dari singkong), uwi,

gembili, gogik, dan sagu dari ketela pohon.

30
c) Ikan, daging, cumi, kerang, penyu, ubur-ubur, dan teripang,

ikan dalam kaleng, ikan diawetkan, ubur-ubur diawetkan,

remis diawetkan, abon udang, dan bekicot diawetkan.

d) Daging, terdiri dari daging kambing, unggas, daging kaleng,

abon daging, daging yang diawetkan, daging kuda, daging

kelinci, ular, dan anjing, laron, belalang, tawon, dan marus

(darah ayam atau sapi).

e) Telor dan susu, meliputi telur penyu, telur angsa, telur asin,

baik mentah maupun yang siap dimakan matang, susu murni,

susu cair bubuk, dan susu bubuk bayi serta hasil dari

pengolahan susu seperti yogurt dan dadih.

f) Sayur-sayuran.

g) Kacang-kacangan, seperti kacang kedelai, kacang merah,

kacang polong, kacang tunggak, kacang bogor, kacang koro,

kacang jogo, dan kacang ercis/kapri, saridele, kembang tahu,

tepung hunkwe, dan makanan lainnya dari kacang-kacangan.

h) Buah-buahan.

i) Minyak dan lemak, meliputi minyak jagung, minyak kelapa,

minyak samin, minyak lemak dan santan instant, serta

minyak yang sudah dimurnikan.

j) Bahan minum, seperti gula merah (gula air), coklat instan,

gula saeharin, gula biang, coffe mix, nutrisari, exxence, madu

dan lain-lain.

31
k) Bumbu-bumbuan, seperti penyedap masakan/vetsin, bumbu

masak jadi/kemasan, cuka, jahe, lengkoas, kunyit, kayu

manis, jeruk purut, jeruk limau, sereh, tempoyak, jeruk nipis,

dan daun salam.

l) Konsumsi lain meliputi mi instan, bihun, bubur bayi

kemasan, soun, misoa, kwee tiau basah, vanili, dan macam-

macam bumbu kue, selai, meses dan lain-lain.

m) Makanan dan minuman jadi, misal roti tawar, kue basah,

makanan gorengan.

n) Tembakau dan sirih, meliputi rokok kretek filter, rokok

kretek tanpa filter, rokok putih, sirih/pinang termasuk

gambir, rokok klobot, rokok menyan, papir, daun kawung,

cerutu, klembak menyan, dan saos rokok/tembakau,

termasuk filter plastik.

2) Konsumsi bukan makanan/nonmakanan

a) Perumahan dan fasilitas rumah tangga, meliputi sewa rumah,

pembayaran air, pemeliharaan dan perbaikan generator, kayu

bakar dan bahan bakar lainnya.

b) Aneka barang dan jasa seperti; sabun cuci, bahan

pemeliharaan pakaian, biaya pelayanan obat, biaya obat,

biaya pelayanan pencegahan, biaya pemeliharaan kesehatan

seperti vitamin, jamu, urut, sumbangan pembangunan

sekolah SPP dan atau BP3, iuran sekolah lainnya, buku

32
pelajaran, foto copy buku pelajaran, baik untuk sekolah

maupun kursus, transportasi/pengangkutan umum, hotel,

penginapan, bioskop, sandiwara, olahraga, dan rekreasi

lainnya, upah/gaji pembantu rumah tangga, satpam, tukang

kebun, dan sopir, jasa lembaga keuangan (jasa ATM, jasa

kartu kredit, biaya transfer, dsb).

c) Pakaian, alas kaki, dan tutup kepala, meliputi semua jenis

pakaian laki-laki dan perempuan dewasa, semua jenis

pakaian anak-anak, serta pengeluaran lainnya untuk pakaian,

alas kaki, tutup kepala serta handuk, mukena, sajadah, jubah,

ikat pinggang, semir sepatu, sikat sepatu, ongkos binatu, dan

gantungan pakaian.

d) Bahan tahan lama, terdiri dari; perbaikan perabot,

perlengkapan, dan perkakas rumah tangga, HP dan

asesorisnya termasuk perbaikannya, mainan anak dan

perbaikannya, pengeluaran untuk alat hiburan, binatang dan

tanaman peliharaan, barang tahan lama lainnya seperti

pemasangan instalasi listrik, pemasangan instalasi telepon

termasuk pesawat telepon, pemasangan instalasi ledeng,

ayunan, kereta bayi dan biaya perbaikannya.

e) Pajak, pungutan dan asuransi, seperti PBB, pajak kendaraan

bermotor, pungutan/retribusi iuran RT/kampung, sampah,

keamanan, perbaikan jalan, kebersihan, parkir, dan

33
sebagainya. Pengeluran berbagai jenis asuransi misalnya

asuransi kesehatan, asuransi jiwa serta asuransi kerugian.

Pengeluran lainnya seperti tilang, denda dan lainnya.

f) Keperluan pesta dan upacara/kenduri, seperti untuk pesta

perkawinan, khitanan dan ulang tahun, perayaan hari agama,

ongkos naik haji.

4. Kopi

a. Pengertian Kopi

Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses

pengolahan biji tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili

Rubiaceae dengan genus Coffea. Secara umum kopi hanya memiliki

dua spesies yaitu Coffea arabica dan Coffea robusta (Saputra E.,

2008:46).

Sebelum kopi dapat diminum, biji kopi perlu melalui proses yang

panjang yaitu mulai dari pemanenan biji kopi yang telah matang baik

dengan cara mesin maupun dengan tangan. Kemudian biji kopi yang

telah matang dikeringkan melalui proses pengeringan. Proses

selanjutnya yaitu penyangraian dengan tingkat derajat yang

bervariasi. Setelah disangrai, biji kopi digiling atau dihaluskan

menjadi bubuk kopi. Bubuk kopi tersebut yang menjadi bahan dasar

minuman kopi yang biasa dinikmati oleh banyak orang.

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman

berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia

34
di Benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi

kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu

minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai

kalangan masyarakat, termasuk di Indonesia.

b. Jenis-Jenis Minuman Kopi

Kopi merupakan salah satu minuman yang paling digemari oleh

seluruh orang di dunia. Bagi pecinta kopi, nikmat meminum kopi di

pagi dan sore hari memang tidak bisa tergantikan. Selain sebagai

minuman yang digunakan untuk menghilangkan rasa ngantuk, kopi

sekarang telah menjadi gaya hidup di sebagaian besar masyarakat.

Banyak masyarakat yang gemar meminum kopi dengan berbagai

macam racikan. Berikut beberapa racikan minuman kopi yang paling

digemari oleh masyarakat Indonesia :

1) Kopi Tubruk

Jenis racikan kopi ini asli dari Indonesia. Cara

menyajikannya sangat sederhana dan mudah. Biji kopi yang telah

disangrai dan digiling dituangkan dalam gelas sesuai keinginan

dan ditambahkan dengan air panas. Jika ingin mengurangi rasa

pahit kopi, biasanya ditambahkan gula dengan takaran sesuai

selera. Para penikmat kopi menyukai kopi tubruk karena

aromanya aromanya yang kuat dan rasanya yang khas.

2) Kopi Luwak

35
Kopi luwak merupakan jenis racikan kopi khas Indonesia.

Racikan ini menggunakan biji kopi yang dipilah dari kotoran

luwak, yaitu binatang liar sejenis musang. Kopi ini sangat

digemari karena memiliki cita rasa yang sangat unik dan

berkualitas. Kopi jenis ini termasuk kopi yang paling mahal di

dunia.

3) Espresso

Espresso adalah kopi yang disajikan secara cepat kepada

pembeli. Espresso dihasilkan dengan cara melakukan ekstraksi

pada biji kopi yang sudah melalui proses penggilingan.

Dibutuhkan sebuah mesin espresso untuk meracik kopi dengan

cara ini. Meracik kopi ala espresso ini mulai dikenal di Italia.

4) Latte

Latte adalah kopi yang memadukan espresso dengan susu.

Sebagian barista mengatakan bahwa perbandingan yang ideal

antara kopi dan susu adalah 3:1. Sebagian lagi menggunakan

rasio 4:1. Intinya, jumlah kopi yang digunakan lebih banyak

daripada susu. Karena jumlah kopi yang lebih banyak digunakan,

latte hanya memiliki sedikit busa tipis di permukaan kopi.

5) Cappuccino

Jenis racikan kopi ini berasal dari espresso yang dicampur

dengan susu. Perbandingan antara kopi dan susu dalam

cappuccino adalah 1:3. Jenis racikan kopi ini identik dengan

36
tampilan busa atau foam yang banyak di permukaan kopi dan

rasanya yang halus dan manis. Cappuccino seringkali menjadi

pilihan bagi pencinta kopi yang ingin menikmati minuman kopi

yang ringan, karena lebih banyak kandungan susu di dalamnya.

6) Frappe

Tidak seperti kebanyakan kopi lainnya, frappe dibuat dengan

menggunakan air dingin sehingga tercipta es kopi. Frappe terbuat

dari kopi instan, air, gula dan es batu.

7) Mochaccino

Nama mocca berasal dari sejenis kopi asli dari Mocha,

Yaman. Racikan mochaccino berasal dari campuran espresso

dengan coklat dan susu. Kebanyakan target dari racikan

mochaccino adalah para pecinta kopi yang juga menyukai coklat.

5. Pendapatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendapatan adalah

hasil kerja (usaha atau sebagainya). Hal senada juga diungkapkan oleh

Reksoprayitno (dalam Mahyu Danil, 2013:37) yang menyatakan bahwa

pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh

seseorang pada periode tertentu. Menurut Mubyarto dalam bukunya yang

berjudul “Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia” (2005:10), menyatakan

bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau material lainnya. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan jumlah

penghasilan yang diterima oleh setiap anggota masyarakat dalam jangka

37
waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang telah

disumbangkan.

Menurut Mangkoesoebroto Guritno dan Algifari (1998:72),

pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat dapat digolongkan menjadi 2

yaitu :

a. Pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan yang

selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan

sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji.

b. Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang

tidak selalu diterima seseorang pada periode tertetu dan tidak dapat

diperkirakan sebelumnya.

Sementara itu, menurut Richard G. Lipsey pendapatan dapat

diklasifikasi menjadi 2, yaitu :

a. Pendapatan pribadi adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau

dibayarkan kepada seseorang sebelum dikurangi dengan pajak

penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan pribadi dibayar

untuk pajak dan sebagian lainnya digunakan oleh rumah tangga untuk

kegiatan konsumsi dan digunakan untuk tabungan (saving).

b. Pendapatan disposible adalah pendapatan seseorang pada saat ini yang

dapat dibelanjakan atau ditabung yang telah dikurangi dengan pajak.

6. Usia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) usia adalah lama

waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Kamus Oxford

38
menjelaskan bahwa usia adalah lamanya waktu yang menunjukkan

seseorang hidup atau keberadaan dari suatu benda. Dalam penelitian ini,

secara umum kita dapat mengartikan usia sebagai lamanya periode waktu

dari kehidupan seseorang yang dimulai pada saat lahir hingga pada saat

ini.

Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul

“Psikologi Perkembangan” (1980:278-305) pembagian masa-masa

perkembangan mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat

perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati

dengan pembagian periodisasinya.

Berikut pembagian masa-masa perkembangan menurut Elizabeth B.

Hurlock :

a. Masa sebelum lahir (pranatal) : 9 bulan

b. Masa bayi baru lahir (new born) : 0 - 2 minggu

c. Masa bayi (babyhood) : 2 minggu - 2 tahun

d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) : 2 tahun - 6 tahun

e. Masa kanak-kanak akhir (later chilhood) : 6 tahun - 12 tahun

f. Masa puber (puberty) : 12 tahun – 16 tahun

g. Masa remaja ( adolesence) : 16 tahun – 21 tahun

h. Masa dewasa awal (early adulthood) : 21 tahun - 40 tahun

i. Masa dewasa madya(middle adulthood) : 40 tahun - 60 tahun

j. Masa usia lanjut (later adulthood) : 60 tahun - meninggal

39
Usia seseorang dinilai dapat mempengaruhi jumlah pengeluarannya

untuk konsumsi. Pada individu yang berusia tidak produktif tingkat

konsumsinya cenderung lebih rendah dibanding dengan indivu yang

berusia produktif. Pada negara-negara dengan komposisi penduduk yang

didominasi oleh usia produktif, biasanya laju pertumbuhan ekonominya

digerakan salah satunya oleh tingkat konsumsi baik itu individu maupun

rumah tangga.

7. Harga

Dalam ilmu ekonomi, secara jelas menunjukan bahwa harga

merupakan salah satu faktor yang penting yang harus dipertimbangkan

dalam mengpengaruhi perilaku konsumen dalam memutuskan untuk

mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Dalam banyak kasus, harga

merupakan variabel keputusan yang paling penting yang diambil oleh

pelanggan karena berbagai alasan. Harga merupakan sejumlah uang atau

barang atau jasa yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa

yang disediakan penjual. Sedangkan Steven dan Wiesberg (2007:276)

menyatakan harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan

pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Definisi harga menurut

Kotler dan Armstrong (2001: 439) adalah sejumlah uang yang dibebankan

atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen

atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa

tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang

yang telah ditetukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang

40
diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk

memuaskan keinginan pelanggan serta merupakan salah satu faktor

penting dalam pengambilan keputusan pembelian.

B. Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Andy Umarah Yusuf Lubis pada

tahun 2015 yang berjudul “Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Pengambilan

Keputusan Pembelian Produk pada Music Coffee Dr. Mansyur Medan” telah

membuktikan bahwa pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup dan kepribadian

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa pekerjaan dan

keadaan ekonomi tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, variabel

gaya hidup dan kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian konsumen. Nilai Adjusted R Square = 0,229 berarti 22,9

% faktor-faktor keputusan pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh variabel

bebas (pekerjaan,keadaan ekonomi,gaya hidup dan kepribadian) terhadap

keputusan pembelian produk pada konsumen di music coffee Dr Mansyur

Medan.Angka R Square sebesar 0,275 menunjukkan bahwa 27,5 % keputusan

pembelian konsumen dapat dijelaskan oleh variabel pekerjaan, keadaan

ekonomi, gaya hidup dan kepribadian sedangkan sisanya 72,5% di jelaskan

oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Dalam kesempatan yang berbeda, Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan

Surip Mawardi pada tahun 2009 melakukan sebuah penelitian yang berjudul

“Komsumsi Kopi Masyarakat Perkotaan dan Faktor-Faktor yang

41
Berpengaruh : Kasus di Kabupaten Jember”. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kopi perorangan 2,91 kg/tahun,

konsumsi kopi pada laki-laki 3,83 kg/tahun dan perempuan 1,97 kg/tahun.

Konsumsi kopi perorangan sangat dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur,

pendapatan, harga, aktivitas dan konsumsi rokok. Tingkat konsumsi pada

perempuan dipengaruhi secara nyata oleh faktor umur, harga dan konsumsi

rokok. Tingkat konsumsi kopi pada kelompok laki-laki dipengaruhi secara

nyata oleh faktor umur, harga, lama aktivitas dan konsumsi rokok. Mayoritas

kelompok umur ≤ 25 tahun mengkonsumsi kopi dengan jenis kopi campur.

Kelompok umur > 25 tahun mengkonsumsi kopi jenis kopi bubuk bermerek.

Frekuensi konsumsi kopi yang sering dilakukan responden adalah 1-2

cangkir/hari, dengan ukuran kemasan yang sering dibeli 0,01–0,10 kg.

Mayoritas peminum kopi mengkonsumsi kopi di rumah. Kelompok dengan

pendapatan kurang dari Rp1.000.000 per bulan mengkonsumsi kopi bubuk

curah, sedangkan kelompok dengan pendapatan lebih dari Rp1.000.000 per

bulan mengkonsumsi kopi bubuk bermerek.

Herlinae, Redianto, dan Yemima melakukan penelitian pada tahun 2015

dengan judul “Analisis Faktor Harga, Umur, dan Pendapatan Konsumen

Terhadap Permintaan Daging Babi pada Pasar Tradisional Kuala Kurun

Kabupaten Gunung Mas”. Data penelitian ini dianalisis menggunakan metode

deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel harga, umur

dan pendapatan konsumen secara simultan berpengaruh nyata terhadap

permintaan daging babi pada Pasar Tradisional Kuala Kurun, sedangkan

42
secara parsial variabel harga dan variabel umur tidak berpengaruh nyata

terhadap permintaan daging babi dan variabel pendapatan yang

berpengaruh nyata terhadap permintaan daging babi pada Pasar Tradisional

Kuala Kurun.

Pada tahun 2013, Mahyu Danil melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pada Pegawai Negeri

Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireun”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pola pengeluaran konsumsi PNS Kantor Bupati

Kabupaten Bireuen dan untuk mengetahui pengaruh pendapatan yang

diperoleh terhadap pola konsumsi PNS. Sampel dalam penelitian ini adalah

44 orang PNS, yang dianalisis secara deksriptif dan metode regresi sederhana

berdasarkan teori fungsi konsumsi. Hasil penelitian, menunjukkan pendapatan

PNS dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhankebuhan konsumsi, seperti

biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, biaya transportasi dan biaya lain-

lain. 82,8 % pendapatan diakomodasikan dalam konsumsi. Perubahan

pendapatan memiliki pengaruh sebesar 1,21% pada tingkah laku konsumsi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurmasari Sigit pada tahun 2016

dengan judul “Hubungan Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dengan Perilaku

Konsumen dalam Mengkonsumsi Kopi di Kota Medan” menunjukkan bahwa

perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian adalah

gemas mengkonsumsi kopi; ada hubungan yang nyata antara faktor budaya,

sosial, pribadi dan psikologis dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi

kopi; dan ada hubungan yang nyata antara umur, tingkat pendidikan,

43
pendapatan dan jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi kopi di lokasi penelitian.

Shabrina Masvira Halim melakukan penelitian pada tahun 2009 dengan

judul “Pengaruh Faktor Pribadi Terhadap Keputusan Pembelian Pada

Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan” dan hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa variabel usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,

dan kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian pada Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan. Hal ini dapat dilihat

dari hasil uji F dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Berdasarkan uji t dari

kelima variabel bebas bahwa pekerjaan yang paling dominan mempengaruhi

keputusan pembelian pada Starbucks Coffee Shop Sun Plaza Medan. Analisis

koefisien determinan (R2) dilihat dari Adjusted R2 sebesar 78,70% yang berarti

variabel terikat yaitu keputusan pembelian dapat dijelaskan dengan

menggunakan variabel bebas yaitu usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya

hidup dan kepribadian sedangkan sisanya 21,30% dijelaskna oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Sebelumnya

Nama Judul Tahun Variabel Alat Hasil Penelitian


No
Peneliti Penelitian Analisis

44
1 Andy Pengaruh 2015 Pekerjaan Analisis Penelitian ini
Umarah Faktor Pribadi (X1), deskriptif membuktikan
Yusuf Terhadap Keadaan pekerjaan,
Pengambilan Ekonomi keadaan
Keputusan (X2), Gaya ekonomi, gaya
Pembelian Hidup (X3), hidup dan
Produk Pada Kepribadian kepribadian
Music Coffee (X4), dan berpengaruh
Dr. Mansyur Keputusan secara positif dan
Medan Pembelian signifikan
Produk (Y) terhadap
keputusan
pembelian
konsumen.

2 Endang Komsumsi 2009 Harga (X1), Analisis Hasil penelitian


Wiji Kopi Pendapatan Deskriptif
Lestari, Masyarakat (X2), Lama menunjukkan
bahwa rata-rata
Idha Perkotaan dan Aktivitas
konsumsi kopi
Haryanto Faktor-Faktor (X3), Umur
perorangan 2,91
, dan yang (X4),
kg/tahun,
Surip Berpengaruh : Konsumsi
Mawardi Kasus di Rokok (X5), konsumsi
Kabupaten Jenis kopi pada laki-
Jember Kelamin laki 3,83
(X6), dan kg/tahun dan
Tingkat perempuan 1,97
Konsumsi kg/tahun.
Kopi (Y) Konsumsi kopi

perorangan
sangat
dipengaruhi oleh
faktor jenis
kelamin, umur,
pendapatan,
harga,

aktivitas dan
konsumsi rokok.

45
3 Herlinae, Analisis Faktor 2015 Harga (X1), Analisis Hasil Penelitian
Redianto Harga, Umur, Umur (X2), Deskriptif ini menunjukkan
, dan dan Pendapatan bahwa variabel
Yemima Pendapatan (X3), dan Harga, Umur dan
Konsumen Permintaan Pendapatan
Terhadap Daging Babi Konsumen
Permintaan (Y) secara simultan
Daging Babi berpengaruh
pada Pasar nyata terhadap
Tradisional permintaan
Kuala Kurun daging babi
Kabupaten
Gunung Mas pada Pasar
Tradisional
Kuala Kurun.

4 Mahyu Pengaruh 2013 Pendapatan Analisis Hasil penelitian,


Danil Pendapatan (X) dan Deskriptif menunjukkan
Terhadap Tingkat terdapatan
Tingkat Konsumsi pengaruh yang
Konsumsi (Y) signifikan
Pada Pegawai pendapatan PNS
Negeri Sipil di terhadap Tingkat
Kantor Bupati konsumsi. 82,8
Kabupaten % pendapatan
Bireun diakomodasikan
dalam konsumsi.
Perubahan
pendapatan
memiliki

pengaruh sebesar
1,21% pada
tingkah laku
konsumsi.

5 Nurmasa Hubungan 2016 Umur (X1), Analisis Hasil penelitian


ri Sigit Faktor-Faktor Tingkat deskriptif menunjukkan
Sosial Pendidikan bahwa ada
Ekonomi (X2), hubungan yang
dengan Pendapatan nyata antara

46
Perilaku (X3), Jumlah umur, tingkat
Konsumen Tanggungan pendidikan,
dalam (X3), dan pendapatan dan
Mengkonsumsi Perilaku jumlah
Kopi di Kota Konsumen tanggungan
Medan (Y) dengan perilaku
konsumen dalam
mengkonsumsi
kopi di lokasi
penelitian.

6 Shabrina Pengaruh 2009 Usia (X1), Analisis Hasil penelitian


Masvira Faktor Pribadi Pekerjaan deskriptif ini menunjukkan
Halim Terhadap (X2), dan bahwa variabel
Keputusan Keadaan analisis usia, pekerjaan,
Pembelian Ekonomi kuantitatif keadaan
Pada Starbucks (X3), Gaya ekonomi, gaya
Coffee Shop Hidup (X4), hidup, dan
Sun Plaza Kepribadian kepribadian
Medan (X5), dan berpengaruh
Keputusan positif dan
Pembelian signifikan
(Y) terhadap
keputusan
pembelian pada
Starbucks Coffee
Shop Sun Plaza
Medan.

C. Kerangka Berpikir

Tingkat konsumsi kopi seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, salah

satunya adalah faktor ekonomi seperti pendapatan. Pendapatan yang dimiliki

oleh seseorang dapat mencerminkan daya beli seseorang yang akan

mempengaruhi tingkat konsumsi seorang individu terhadap suatu barang dan

47
jasa, dalam penelitian ini adalah kopi. Apabila pendapatan seorang individu

tinggi, maka berpengaruh terhadap tingkat konsumsi kopi seseorang tersebut

yang cenderung akan tinggi pula.

Selain itu, faktor demografi berupa usia penduduk juga turut dominan

mempengaruhi tingkat konsumsi kopi. Dengan semakin banyaknya tempat

ngopi yang tersebar di berbagai daerah menandakan bahwa kopi kini semakin

banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai segmen termasuk pada rentan

usia baik itu yang berusia muda hingga berusia tua. Semakin diminatinya kopi

diberbagai rentan usia membuat tingkat konsumsi kopi pada seorang individu

dapat meningkat.

Selain pendapatan, faktor ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi

tingkat konsumsi kopi seseorang adalah harga. Harga yang dimaksud adalah

harga yang dijual oleh penjual untuk satu gelas kopi. Seorang individu dengan

tingkat pendapatan tertentu cenderung memilih harga kopi yang sesuai dengan

kemampuan seseorang tersebut untuk membeli yang akan berpengaruh

terhadap tingkat konsumsi kopi seseorang.

Ketiga faktor yang telah dijelaskan diatas yaitu pendapatan, usia, dan

harga kemudian dianalisis dalam bentuk variabel independen (X) yang

kemudian mempengaruhi variabel dependen (Y) yang berupa tingkat konsumsi

kopi. untuk mempermudah dalam penelitian, maka skema kerangka berpikir

tersebut digambarkan sebagai berikut :

48
Diagram 2.1

Kerangka Berpikir

PENDAPATAN (X1)

TINGKAT
USIA (X2)
KONSUMSI KOPI
(Y)

HARGA (X3)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tidak lain merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap

masalah penelitian yang kemudian kebenarannya harus diuji secara empiris.

Dalam penelitian ini, berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan, disusun kesimpulan sementara sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh parsial yamg signifikan antara pendapatan terhadap

tingkat konsumsi kopi di Kota Depok.

2. Terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara usia terhadap tingkat

konsumsi kopi di Kota Depok.

3. Terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara harga terhadap tingkat

konsumsi kopi di Kota Depok.

49
4. Terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara pendapatan, usia, dan

harga terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota Depok.

50
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian diperlukan adanya suatu ruang lingkup atau batasan-

batasan penelitian. Kemudian dalam ruang lingkup tersebut dibutuhkan

penekanan pada aspek lokasi, waktu atau sektor, serta variabel-variabel yang

akan dibahas. Hal ini diperlukan bagi seorang peneliti agar penelitiannya tidak

keluar dari tujuan yang ingin dicapai.

Dalam penelitian ini, peneliti telah membatasi ruang lingkup penelitiannya

agar mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Ruang lingkup dalam

penelitian ini difokuskan pada satu variable terikat (variabel dependen) yaitu

tingkat konsumsi kopi dan tiga variabel bebas (variabel independen) yaitu

pendapatan, usia dan harga. Data yang digunakan merupakan data dari

variabel-variabel yang sedang terjadi pada saat survey berlangsung, yaitu pada

bulan Agustus 2017. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data silang

(cross section). Objek penelitian ini adalah individu yang berada di Kota

Depok yang gemar mengkonsumsi kopi baik di rumah, warung kopi (warkop),

maupun di coffee shop premium. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisa

pengaruh pendapatan, usia, dan harga terhadap tingkat konsumsi kopi di Kota

Depok, yang pada akhirnya akan ditarik kesimpulan untuk melihat pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial maupun

simultan.

51
B. Metode Penentuan Sampel

Populasi merujuk pada keseluruhan jumlah orang yang akan diobservasi.

Populasi penelitian adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat

dibedakan satu sama lain (J Supranto, 2000:21). Menurut Santoso dan Tjiptono

(2002:79), populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki

kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok

dalam suatu riset khusus, populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan

jelas sebelum penelitian dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,

populasi adalah semua objek yang diteliti dalam penelitian. Populasi daalam

penelitian ini adalah seluruh individu di Kota Depok yang mengkonsumsi kopi.

Menurut Sukardi (dalam Johni, 2013:56) sampel adalah sebagian atau

wakil dari populasi yang akan diteliti. Sampel yang baik adalah sampel yang

representative, dengan arti bahwa sampel tersebut mampu mewakili

populasinya. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

itu.

Karena tidak terdapat data sekunder yang menjelaskan secara tepat jumlah

individu di Kota Depok yang mengkonsumsi kopi, menyebabkan tidak ada nya

kerangka sampel. Oleh sebab itu maka teknik penarikan sampel yang dipilih

adalah teknik nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang

52
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel

(Sugiyono, 2014:120).

Sesuai dengan karakteristik sampel yang dibutuhkan, maka teknik

pengambilan sampel probabilitas yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling, ialah pengambilan anggota

sampel dari populasi yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan dari

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono 2014:122).

Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling karena tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah peneliti

tentukan. Oleh karena itu, peneliti memilih teknik purposive sampling dengan

menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang

harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Adapun pertimbangan-pertimbanga atau kriteria-kriteria yang telah

peneliti tentukan adalah sebagai berikut:

1. Individu yang gemar meminum kopi.

2. Individu yang berusia minimal 18 tahun.

3. Individu yang bertempat tinggal di Kota Depok.

Dalam penelitian ini, pengambilan jumlah sampel disesuaikan dengan

pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2007:74) yang memberikan saran-saran

tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini :

53
1. Ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500.

2. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate

(korelasi atau regresi berganda misalnya) maka jumlah anggota sampel

minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya jumlah

variabel penelitian 5 variabel (independen & dependen), maka jumlah

sampel minimal = 5 x 10 = 50 orang.

Kemudian menurut Sudman dan Blair, salah satu penentu ukuran sampel

adalah dengan pendekatan non statistic dimana sampel didapatkan dengan

pertimbangan tertentu dengan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan

oleh periset-periset yang lain (Istijanto, 2009:128). Berdasarkan pendapat-

pendapat para ahli tersebut diatas, maka peneliti menetapkan bahwa jumlah

sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, data memegang peranan penting sebagai alat

pembuktian hipotesis agar tercapainya tujuan dalam suatu penelitian. Peneliti

harus mengetahui jenis data apa saja yang diperlukan dan bagaimana caranya

mengidentifikasi, mengumpulkan, serta mengolah data tersebut. Metode

pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam

kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian.Dalam hal pengumpulan

data sebagai kelengkapan dari penelitian, peneliti memperoleh informasi, data,

serta bahan-bahan pendukung lainnya dengan menggunakan beberapa sumber

data yaitu :

54
1. Studi Lapangan

Berikut ini beberapa cara pengumpulan data lapangan yang dilakukan

dalam penelitian ini:

a. Observasi

Observasi yaitu sebagai teknik pengumpulan data yang

mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu

besar (Sugiyono, 2012:145).

Observasi dilakukan mulai dari bulan Maret hingga Mei.

Observasi dilakukan di lokasi yang berbeda-beda yaitu di beberapa

warung kopi, kedai kopi, coffee shop premium yang berada di Kota

Depok.

b. Kuesioner

Teknik yang menggunakan angket/kuesioner adalah suatu cara

mengumpulkan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar

pertanyaan kepada responden dnegan harapan mereka akan

memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2010:167).

Jawaban dari responden kemudian diolah dengan alat ukur

statistik untuk mendapatkan pendekatan kuantitatif terhadap

pertanyaan penelitian. Kelebihan dari teknik kuesioner adalah :

1) Kuesioner mudah dikelola

2) Data yang diperoleh dapat dipercaya

3) Penetapan kode, analisis, interpretasi data relatif sederhana.


55
Sementara itu kekurangan dari teknik kuesioner adalah

memungkinkan bahwa responden tidak mampu atau tidak bersedia

memberikan informasi yang diharapkan dan penyusunan pertanyaan

yang mudah dipahami merupakan hal yang tidak mudah.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

angket terbuka untuk variabel usia, harga, dan tingkat konsumsi kopi,

sementara angket model tertutup digunakan untuk variabel

pendapatan.

2. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari jenis data yang

berbeda. Berikut ini adalah jenis data dan cara memperoleh data penelitian

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dengan

melakukan penelitian lapangan terhadap responden yang dituju. Data

primer diperoleh dari sumber pertama yaitu individu ataupun

perseorangan. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Data primer akan diperoleh melalui

penyebaran kuesioner kepada sampel yang sudah ditentukan (Umar,

2010:130). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari observasi,

kuesioner. dan dokumentasi.

56
b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang diolah dan disajikan

oleh pihak lain (Umar, 2010:36). Dalam penelitian ini hanya

menggunakan satu macam data sekunder, yaitu digital resource

(sumber digital). Digital resource merupakan data dalam bentuk

digital yang diperoleh melalui website terkait, jurnal digital, berita

digital dan bahan bacaan lainnya dalam bentuk digital.

D. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner

dikelompokkan dan dibersihkan (cleaning) sehingga menjadi informasi yang

mudah dikenali dan layak untuk dianalisis yang pada akhirnya dapat dijadikan

dasar pengambilan kesimpulan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan

bantuan software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.

Terdapat empat tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu pemodelan

analisis regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi

(Adjusted R2), dan uji hipotesis. Berikut ini adalah penjelasan tiap tahap analisis

data yang digunakan :

1. Pemodelan Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara beberapa variabel bebas (independent) secara bersama-

sama terhadap variabel terikat (dependent). Persamaan regresi dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara

variabel bebas (independent) yaitu pendapatan (X1), usia (X2),dan harga


57
(X3) terhadap variabel terikata (dependent) yaitu tingkat konsumsi kopi

(Y). Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini mempunyai

persamaan sebagai berikut :

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝑒

Di mana :

Y = Tingkat konsumsi kopi

𝛼 = Konstanta

𝑋1 = Pendapatan

𝑋2 = Usia

𝑋3 = Harga

𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3 , 𝛽4 = Koefisien Regresi

𝑒 = Residual

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus

dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Uji

normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

(Ghozali, 2012:70). Data yang baik dan layak dalam penelitian adalah

yang memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali (2011:163-165),

ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

atau tidak, yaitu dengan cara :

58
1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual

adalah dengan melihat grafik histogram dan juga dapat melihat

dari Normal Probability Plot. Untuk mendeteksi normalitas dapat

dilakukan dengan melihat sebaran data yang menyerupai lonceng

atau tidak menyerupai lonceng pada histogram dan melihat

sebaran data disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah

diagonal pada Normal Probability Plot.

2) Analisis Statistik

Uji normalitas dengan cara analisis grafik dapat menyesatkan

kalau tidak hati-hati, karena secara visual terlihat normal, namun

secara statistik justru sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan

analisis statistik dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov.

Dalam kolmogorov-smirnov apabila nilai sig. < 0,05 maka data

tidak terdistribusi dengan normal. Namun jika nilai sig > 0,05

maka data terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011:106), uji multikolinieritas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang

59
memiliki nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan

nol.

Untuk mendeteksi adanya multikolineritas adalah dengan melihat

(1) tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua

ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur

variabilitas variabel bebas yang terpilih jika dijelaskan oleh variabel

bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10

atau sama dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan

tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai

tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolinieritas 0,95.

Wing Wahyu Winarno pada bukunya “Analisis Ekonomika dan

Statistika dengan SPSS” pada tahun 2011, menjelaskan kondisi

terjadinya gejala multikolinieritas dengan dideteksinya beragam

alternative cara sebagai berikut :

1) Nilai koefisien determinasi (R2) tinggi, tetapi variabel independen

banyak yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

2) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen.

Apabila koefisiennya rendah, maka dapat dikatakan bahwa tidak

terdapat gejala multikolinieritas.

60
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih

variabel independen yang secara bersama-sama (misalnya X2 dan

X3) mempengaruhi satu variabel independen yang lainnya

(misalnya X1).

Apabila model prediksi memiliki gangguan multikolinieritas

akan menimbulkan akibat-akibat seperti estimator yang masih bersifat

BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), tetapi memiliki varian dan

kovarian yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi. Dan

juga interval estimasi cenderung lebar dan nilai statistic uji t akan

kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan

secara statistic dalam mempengaruhi variabel dependen (Winarno,

2011).

Untuk menghilangkan gejala multikolinieritas, terdapat beberapa

alternatif cara yang dapat digunakan oleh para peneliti (Winarno,

2011). Cara-cara tersebut antara lain :

1) Membiarkan model mengandung gejala multikolinieritas karena

estimatornya masih dapat bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak

terpengaruh oleh ada atau tidaknya korelasi antar variabel

independen. Namun yang menjadi catatan adalah mutikolinieritas

akan menyebabkan standard error yang besar.

61
2) Menambahkan data observasi bila memungkinkan karena

masalah multikoliniertias biasanya muncul karena jumlah

observasinya sedikit.

3) Menghilangkan salah satu variabel independen, terutama yang

memiliki hubungan linier yang kuat dengan variabel lain. Namun

apabila menurut teori variabel independen tersebut tidak mungkin

untuk dihilangkan, berarti harus tetap dipakai.

4) Mentransformasikan salah satu atau beberapa variabel, termasuk

misalnya dengan melakukan diferensiasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139), uji heteroskedasitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model

regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas.

Pada praktiknya heteroskedastisitas banyak ditemui pada data

cross section karena pengamatan dilakukan pada individu berbeda

pada saat yang sama. Akan tetapi bukan tidak terdapat pada data time

series dikarenakan ketika menganalisis perilaku data yang sama dari

waktu ke waktu fluktuasinya akan relatif lebih stabil (Widarjono,

2007: 29).

62
d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual atau observasi

dengan residual lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data

yang bersifat runtun waktu karena sifat dari data pada saat ini yang

dipengaruhi oleh data-data masa sebelumnya. Meskipun demikian,

tetap dimungkinkan bahwa gejala otokorelasi dapat dijumpai pada

data yang bersifat cross section atau data silang.

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) ini digunakan untuk

mengukur kedekatan hubungan yang dipakai. Koefisien determinasi

menunjukkan kemampuan garis regresi untuk menerangkan variasi

variabel terikat (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) (Ajija,

2011:34). Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu (0 < R2

< 1). Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol memiliki arti bahwa

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

sangat terbatas.

Sebaliknya, dengan nilai R2 yang mendekati nilai satu berarti bahwa

variabel independen yaitu dalam penelitian ini adalah variabel pendapatan,

usia, dan harga mampu memberikan semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen yaitu dalam penelitian ini adalah

variabel tingkat konsumsi kopi.

63
4. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas

(independen) secara masing-masing (parsial) atau individu memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada

tingkat singnifikansi 0,05 (5%). Menurut Ghozali (2012:80), uji

statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen yaitu pendapatan, usia, harga secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yaitu tingkat

konsumsi kopi. Apabila sig. t lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima.

Demikian pula sebaliknya, jika sig. t lebih kecil dari 0,05 maka H 0

ditolak. Bila H0 ditolak ini berarti ada hubungan yang signifikan

antara variabel independen dan variabel dependen.

Menurut Nachrowi (2006:17), hipotesis yang digunakan adalah :

1) H0 : βi = 0

Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima

dan H1 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas

(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel

pendapatan, usia, dan harga tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan secara parsial terhadap variabel terikat (dependen)

yaitu dalam penelitian ini adalah variabel tingkat konsumsi kopi.

2) H1 : βi ≠ 0

64
Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas

(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel

pendapatan, usia, dan harga mempunyai pengaruh secara parsial

terhadap variabel terikat (dependen) yaitu dalam penelitian ini

adalah variabel tingkat konsumsi kopi.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas

(independen) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat

singnifikansi 0,05 (5%).

Apabila F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05, jika F hitung

> F tabel maka secara simultan (bersama-sama) seluruh variabel bebas

(independen) mempengaruhi variabel terikat (dependen). Selain itu,

dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas

lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi = 0,05), maka

variabel bebas (independen) secara simultan (bersama-sama)

berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen). Sedangkan jika

nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi

= 0,05), maka variabel bebas (independen) secara simultan (bersama-

sama) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen).

Menurut Nachrowi (2006:16), hipotesis yang digunakan adalah :

65
1) H0 : β1 = β2 = β3 = 0

Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima

dan H1 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas

(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel

pendapatan, usia, dan harga tidak mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap variabel terikat (dependen) yaitu dalam

penelitian ini adalah variabel tingkat konsumsi kopi.

2) H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0

Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak

dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas

(independen) yaitu dalam penelitian ini adalah variabel

pendapatan, usia, dan harga mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap variabel terikat (dependen) yaitu dalam

penelitian ini adalah variabel tingkat konsumsi kopi.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang sifatnya berubah-ubah dari unit ke unit,

kebalikan dari variabel ini adalah konstanta (Sedarmayanti dan Syarifudin,

2011:71), sedangkan operasional variabel mendefinisikan variabel secara

operasional yang berdasarkan kepada karakterisitik yang diamati dengan

tujuan mempermudah peneliti dalam melakukan observasi secara cermat

terhadap suatu objek penelitian. Setiap variabel yang terlibat dalam suatu

penelitian harus didefinisikan. Hal ini untuk mendapatkan kesamaan makna

dan kejelasan batasan dari tiap variabel.

66
Berikut operasional variabel yang digunakan oleh peneliti yang dapat

dijelaskan dalam tabel dibawah ini :

TABEL 3.1

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Indikator Pengukuran

Tingkat konsumsi kopi yang Skala Interval.

dimaksud adalah besaran


Tingkat Konsumsi
1 frekuensi responden dalam
Kopi (Y)
meminum kopi selama satu

bulan.

Pendapatan yang digunakan Skala Interval.

dalam penelitian ini terbagi

menjadi 3 jenis, yaitu :


2 Pendapatan (X1)
1. Pendapatan utama

2. Pendapatan tambahan

3. Uang saku

Usia yang digunakan adalah Skala Interval.

3 Usia (X2) usia responden pada saat

mengisi kuesioner.

Harga yang dimaksud Skala Interval.

4 Harga (X3) adalah besaran rupiah yang

harus dikeluarkan oleh

67
responden untuk setiap 1

cangkir kopi.

68
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambar 4.1
Peta Kota Depok

Sumber : Google maps, 2017

Kota Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak

tepat di selatan Jakarta, yaitu di antara Kota Jakarta dan Kota Bogor. Kota

Depok merupakan salah satu kota penyangga Jakarta bersama dengan Kota

Bekasi, Tangerang dan Bogor.

Penduduk Kota Depok didominasi oleh penduduk usia produktif dengan

umur 20-39 tahun dengan persentase 37% dari total jumlah penduduk.

Sementara penduduk usia non-produktif, yaitu di atas umur 60 tahun, hanya

sebesar 6% dari populasi penduduk Kota Depok.


69
Diagram 4.1
Penduduk Kota Depok Berdasarkan Umur

6%

23% 34%
0-19
20-39
40-59
60<

37%

Sumber : BPS Kota Depok, diolah

Sebagai kota penyangga Jakarta dan kota dengan penduduk usia produktif,

Kota Depok mengalami perubahan dari segi kegiatan ekonomi baik berupa

sektor produksi maupun konsumsi masyarakat. Perubahan yang terjadi dari sisi

konsumsi adalah tumbuhnya tingkat konsumsi di masyarakat Kota Depok.

Salah satunya adalah munculnya minat mengonsumsi kopi.

Tumbuhnya minat mengonsumsi kopi tersebut dibuktikan dengan banyak

bermunculannya kedai kopi dan coffee shop premium di Kota Depok baik itu

yang berasal dari luar negeri maupun lokal. Tidak ada data yang pasti ada

berapa banyak kedai kopi dan coffee shop premium yang kian menjamur di

Kota Depok. Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cinere dan Kecamatan

70
Beji dari 11 kecamatan yang terdapat di Kota Depok, ditemukan jumlah kedai

kopi di kecamatan Sawangan sebanyak 10 kedai, di kecamatan Cinere

sebanyak 6 kedai, dan di kecamatan Beji sebanyak 12 kedai. Jika dipukul rata,

tiap kecamatan di Kota Depok terdapat 9 kedai kopi di tiap kecamatan yang

berada di Kota Depok. Sementara itu peneliti menemukan jumlah coffee shop

premium yang tersebar di Kota Depok sebanyak 6 gerai yang terdapat di

beberapa pusat perbelanjaan.

Terdapat pula warung kopi (warkop) yang masih memiliki tempat

tersendiri di hati para penikmat kopi, terutama kelas menengah ke bawah.

Jumlah warung kopi (warkop) tak kalah banyak dengan kedai kopi dan coffee

shop premium lainnya. Warung kopi (warkop) dapat mudah ditemui di mana

saja, umumnya di pertigaan jalan, perempatan jalan dan beberapa tempat

strategis lainnya. Berdasarkan hasil pra penelitian dalam bentuk observasi yang

dilakukan oleh peneliti di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sawangan, Kecamatan

Cinere dan Kecamatan Beji dari 11 kecamatan yang terdapat di Kota Depok,

ditemukan jumlah warung kopi di kecamatan Sawangan sebanyak 35 warung

kopi, di kecamatan Pancoranmas sebanyak 40 warung kopi, dan di kecamatan

Beji sebanyak 42 warung kopi. Jika dipukul rata, tiap kecamatan di Kota Depok

terdapat 39 warung kopi di tiap kecamatan yang berada di Kota Depok.

Adapun beberapa tempat ngopi di Kota Depok yang menjadi perhatian

peneliti di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Ranah Kopi

71
Gambar 4.2
Kedai Ranah Kopi

Sumber : Dokumentasi pribadi

Ranah Kopi merupakan kedai kopi yang terletak di daerah Margonda.

Ranah kopi mulai beroperasi sejak tahun 2013. Kafe ini mempunyai jam

operasi dari pukul 07:00 hingga 23:00. Kopi yang disajikan dan menjadi

favorit di kedai kopi ini di antaranya kopi tubruk khas Indonesia dari

Toraja dan Aceh Gayo dan cappuccino. Harga yang ditawarkan bervariasi

mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 28.000 per gelasnya. Dalam sebulan,

Ranah Kopi didatangi sekitar 1.000-1.700 orang pengunjung yang datang

dari berbagai golongan masyarakat.

Selain menyajikan kopi, Ranah Kopi juga mempunyai fasilitas seperti

wi-fi dan AC, smoking area, colokan listrik di setiap meja dan juga kamar

mandi.

2. Barov Coffee

72
Gambar 4.3
Kedai Barov Coffee

Sumber : Dokumentasi pribadi

Barov Coffe merupakan kedai kopi yang terletak di daerah Cinere.

Barov Coffee mulai beroperasi pada tahun 2015. Kedai ini memiliki jam

operasi dari pukul 09:00 hingga 24:00. Barov Coffe biasa melayani 800-

1300 pengunjung per bulannya.

Kopi yang disajikan di tempat ini di antaranya kopi espresso, latte dan

cappucino. Di antara jenis kopi tersebut, kopi capuccino merupakan kopi

yang paling digemari oleh pengunjung kedai. Harga yang ditawarkan

berkisar di antara Rp 22.000 hingga Rp 31.000 per gelas.

Barov Coffee juga mempunyai fasilitas berupa wi-fi, alat musik, alat

permainan, ruangan ber-AC, colokan listrik di beberapa meja dan juga

kamar mandi.

3. Maxx Coffee

73
Gambar 4.4
Kedai Maxx Coffee

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kedai kopi di Kota Depok juga merambah pusat-pusat perbelanjaan

seperti mall. Salah satu kedai kopi yang berada di dalam mall adalah Maxx

Coffee yang terletak di Margonda. Maxx Coffee mulai beroperasi pada

tahun 2016. Jam operasi Maxx Coffee mengikuti jam operasional mall

yaitu pukul 10:00 hingga 22:00. Jumlah pengunjung per bulan di tempat

ini berkisar di antara 900-1500 orang.

Jenis kopi yang disajikan di Maxx Coffee di antaranya latte dan

cappuccino. Jenis Kopi cappuccino merupakan jenis kopi yang paling

digemari oleh pengunjung coffee shop ini. Harga yang ditawarkan berada

di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 56.000 per gelas. Maxx Coffee juga

mempunyai fasilitas untuk menunjang kenyamanan pengunjungnya

berupa ruangan ber-AC, wi-fi, dan smoking area.

74
4. Starbucks Coffee

Gambar 4.5
Kedai Starbucks Coffee

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Starbucks Coffee merupakan salah satu kedai kopi terkenal yang

menjalankan bisnisnya di Kota Depok. Salah satu gerai Starbucks Coffee

adalah yang berada di dalam salah satu pusat perbelanjaan di Kota Depok

yaitu Margo City yang mulai beroperasi pada tahun 2006. Jam operasional

coffee shop premium ini mulai dari pukul 10:00 hingga 22:00. Dalam

sebulan, Starbucks Coffee ini didatangi sekitar 1.000 hingga 1.800 orang

pengunjung.

Adapun jenis kopi yang menjadi favorit di tempat ini di antaranya

latte, macchiato dan cappucino. Harga yang ditawarkan pun bervariasi

sesuai jenis kopi, yaitu mulai dari Rp 21.000 hingga Rp 58.000 per gelas.

Fasilitas lain yang berada di kedai ini adalah wi-fi, ruangan ber-AC,

colokan listrik, smoking area dan kamar mandi.

75
5. Warkop Dua Empat

Gambar 4.6
Warkop Dua Empat

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Warkop Dua Empat merupakan salah satu kedai kopi yang beroperasi

mulai tahun 2015 di daerah Pancoranmas. Salah satu perbedaan warung

kopi ini dengan yang lainnya adalah jam operasinya yang 24 jam sehari.

Jumlah pengunjung dalam sebulan berkisar di antara 900-1200 orang per

bulannya. Harga kopi yang disajikan di warung kopi ini sendiri cukup

murah, yaitu sekitar Rp 2.500 hingga Rp 7.500 per gelasnya.

Jenis kopi yang disajikan adalah kopi-kopi instan seperti Torabika,

Nescafe, dan Coffeemix. Jenis Kopi Coffeemix merupakan jenis kopi yang

paling digemari oleh pengunjung warung kopi ini. Fasilitas lain yang

disediakan oleh warkop ini adalah wi-fi dan TV kabel.

6. Warkop Puskesmas Sawangan

76
Gambar 4.7
Warung Kopi Puskesmas Sawangan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Di Kota Depok sendiri mulai bermunculan kedai kopi sederhana yang

tersebar di pinggiran kota. Salah satunya yang berada di daerah Sawangan.

Warung kopi ini sudah cukup lama beroperasi, yaitu dari tahun 2005.

Warung kopi ini mulai beroperasi pukul 06:00 hingga 24:00.

Dalam satu bulan, warung kopi ini melayani sekitar 500-700 orang

pengunjung. Harga kopi yang disajikan di warung kopi ini sendiri cukup

murah, yaitu sekitar Rp 2.500 hingga Rp 5.000 per gelasnya.

Jenis kopi yang disajikan di tempat ini di antaranya kopi hitam merk

Liong dan Kopi Susu merk ABC. Kopi Susu ABC tersebut juga

merupakan jenis kopi yang paling digemari oleh pengunjung waung kopi

ini. Berbeda dengan jenis kedai kopi lain, tidak ada fasilitas penunjang

kenyamanan di warung kopi ini.

Dapat disimpulkan perbedaan-perbedaan yang terdapat di masing-masing

tempat observasi diatas sebagai berikut :


77
Tabel 4.1
Perbedaan-Perbedaan dari Masing-Masing Tempat Observasi

Warung Kopi
Kedai Kopi Coffee Shop Premium
(warkop)
Perbedaan-
Warkop
Perbedaan Ranah Barov Maxx Starbucks Warkop
Puskesmas
Kopi Kopi Coffee Coffee 24
Sawangan
Tahun
2013 2015 2016 2006 2015 2005
Beroperasi
Jam 07:00 – 09:00 – 10:00 – 10:00 – 06:00 –
24 jam
Operasional 23:00 24:00 22:00 22:00 24:00
Jenis
Kopi Kopi
minuman Toraja, Espresso, Latte,
Instan Instan
kopi yang Aceh Gayo, Latte, Cappuccino Cappuccino,
Merk Merk Kopi
menjadi Cappuccino Cappuccino Machiato
Coffeemix Susu ABC
favorite
Rp 15.000 Rp 22.000 Rp 15.000 Rp 2.500
Rp 21.000 – Rp 2.500 –
Harga – Rp – Rp – Rp – Rp
Rp 58.000 Rp 5.000
28.000 31.000 56.000 7.500
Jumlah
900 –
pengunjung 1000 – 800 – 1300 900 – 1500 1000 – 1800 500 – 700
1200
dalam 1 1700 orang orang orang orang orang
orang
bulan
Wifi, AC, Wifi, Alat Wifi, AC,
Smoking musik, alat Colokan
AC, Wifi,
Area, Permainan, Listrik,
dan Wifi dan
Fasilitas Colokan AC, Kamar Smoking Tidak Ada
Smoking TV Kabel
Listrik, dan Mandi, dan Area, dan
Area
kamar Colokan Kamar
mandi Listrik. Mandi

Salah satu perbedaan yang mencolok adalah dari segi pendapatan dalam 1

bulan. Terlihat bahwa pendapatan warung kopi (warkop) paling sedikit

dibanding tempat lainnya. Hal ini dikarenakan dari segi harga yang disajikan

di warkop paling murah diantara tempat lain. Selain dari segi harga, jumlah

pengunjung warung kopi (warkop) dalam 1 bulan pun paling sedikit dibanding
78
tempat lain. Hal ini terjadi karena masyarakat mulai beralih ngopi dari warung

kopi (warkop) ke kedai kopi dan coffee shop premium seiring dengan

maraknya kedai kopi dan coffee shop premium di Kota Depok.

B. Deskripsi Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kota Depok yang

mengkonsumsi kopi. Adapun jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60

responden yang dipilih secara acak.

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan

jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, status perkawinan, tempat

biasa meminum kopi, jenis minuman kopi yang paling sering diminum, lama

mengkonsumsi kopi, dipengaruhi/diajak pertama kali oleh siapa untuk

meminum kopi, dan alasan utama meminum kopi. Penggolongan yang

dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

secara jelas mengenai gambaran responden sebagai objek penelitan.

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran

responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:

Tabel 4.2
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

Pria 39 65%
Wanita 21 35%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017
79
Pada tabel diatas terlihat bahwa konsumen kopi di Kota Depok

didominasi oleh responden pria sebanyak 39 orang dengan persentase

sebesar 65%. Sedangkan responden wanita berjumlah 21 orang dengan

persentase sebesar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi kopi tidak

hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi juga mulai diminati oleh perempuan.

Hasil ini dipengaruhi oleh ketersediaan responden melalui metode

purposive sampling yang dilakukan.

2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan

formal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran

responden berdasarkan pendidikan terakhir dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Presentase


SMP/Sederajat 6 10%
SMA/Sederajat 13 21,7%
D3/Sederajat 6 10%
S1 23 38,3%
S2 9 15%
S3 3 5%
Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

80
Dari penelitian yang telah dilakukan, kebanyakan responden memiliki

pendidikan terakhir S1 sebesar 38% dari total responden yang ada. Posisi

kedua ditempati responden dengan pendidikan SMA/sederajat dengan

persentase 21,7%. Kemudian diikuti oleh responden dengan pendidikan

terakhir S2 sebesar 15%. Sementara responden dengan pendidikan terakhir

D3 dan SMA/sederajat memiliki persentase yang lebih kecil lagi, yaitu

hanya sebesar 10% untuk kedua kategori pendidikan terakhir tersebut.

Sementara responden dengan pendidikan terakhir S3 adalah yang paling

kecil, yaitu 5% dari total responden yang ada.

3. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran

responden berdasarkan jenis pekerjaan dalam penelitian ini dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4
Responden Bedasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase


Pelajar 1 1,7%
Mahasiswa 11 18,3%
Pegawai Swasta 26 43,3%
Pegawai Negeri 7 11,7%
Wirausaha 9 15%
Lainnya 6 10%
Total 60 100,0%
Sumber : Data primer diolah, 2017

81
Pada tabel diatas terlihat bahwa dari keseluruhan responden dalam

penelitian ini, jenis pekerjaan yang paling banyak ditekuni oleh responden

adalah pegawai swasta berjumlah 26 orang dengan persentase sebesar

43,3% dan jenis pekerjaan yang paling sedikit ditekuni oleh responden

adalah pelajar yang berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 1,7%.

Sedangkan responden yang menjadi mahasiswa berjumlah 11 orang

dengan persentase sebesar 18,3%, responden dengan jenis pekerjaan

sebagai pegawai negeri berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar

11,7%, responden dengan jenis pekerrjaan sebagai wirausaha berjumlah 9

orang dengan persentase sebesasr 15%, dan responden dengan jenis

pekerjaan lainnya yang tidak terdapat dalam pilihan kuesioner berjumlah

6 orang dengan persentase sebesar 10%.

4. Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan teknik kuesioner, maka didapatkan hasil persebaran

responden berdasarkan status perkawinan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5
Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Status Perkawinan Frekuensi Persentase

Lajang 25 41,7%

Menikah 27 45%

Pernah Menikah 8 13,3%

Total 60 100
82
Sumber : Data primer diolah, 2017

Mayoritas responden yang menjadi sampel penelitian memiliki status

menikah, yaitu sebesar 45%. Persentase tersebut hanya sedikit lebih tinggi

dibanding responden dengan status lajang yang memiliki persentase

41,7%. Sementara terdapat pula responden dengan status pernah menikah

sebesar 13,3%.

5. Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi

Tabel 4.6
Responden Berdasarkan Tempat Biasa Meminum Kopi

Tempat biasa untuk


Frekuensi Persentase
meminum kopi

Rumah 6 10%

Warung Kopi (Warkop) 4 6,7%

Kedai Kopi 34 56,6%

Coffee Shop premium 16 26,7%

Total 60 100%
Sumber : Data Primer, diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan responden biasa

menikmati kopi di kedai-kedai kopi di Kota Depok, yaitu sebesar 56,6%

dari total responden. Selain itu, responden juga cukup banyak yang

menikmati kopi di coffee shop premium, yaitu sebesar 26,7%. Selain di

kedua tempat tersebut, terdapat pula 10% responden yang menikmati kopi

di warung kopi dan 6,7% responden yang menikmati kopi di rumah.

83
Hasil ini membuktikan bahwa responden memperhatikan kualitas

tempat meminum kopi yang mereka kunjungi. Kedai kopi dan coffee shop

premium kebanyakan memiliki fasilitas tambahan seperti wi-fi dan

ruangan yang nyaman. Fasilitas-fasilitas tersebut menambah kenyamanan

responden dalam menikmati kopi atau berbincang-bincang dengan teman

dalam waktu yang lama. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa menikmati

kopi juga memiliki fungsi sosial yang erat dan dipengaruhi atribut-atribut

kenyamanan tempat meminum kopi. Walau untuk menikmati fasilitas-

fasilitas tambahan tersebut, pengunjung harus membayar harga yang lebih

mahal dibandingkan warung kopi biasa.

6. Jenis Minuman Kopi Yang Paling Sering Diminum Responden

Kopi memiliki beberapa varian yang cita rasa yang berbeda. Setiap

penikmat kopi mempunyai preferensi yang berbeda mengenai kopi yang

biasa mereka konsumsi. Jenis kopi ini erat kaitannya dengan pola

konsumsi kopi dari responden.

Tabel 4.7
Responden Berdasarkan Jenis Minuman Kopi Yang Paling Sering
Diminum
Jenis Minuman Kopi Frekuensi Persentase

Kopi Instan 4 6,7%

Kopi Hitam/Tubruk 21 35%

Kopi dengan campuran


23 38,3%
(susu/krim/cokelat)

Lainnya 12 20%

Total 60 100%

84
Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil yang didapat adalah mayoritas responden lebih menyukai kopi

dengan campuran susu/krim/coklat, yaitu sebesar 38,3%. Angka tersebut

berbeda tipis dengan responden yang lebih menyukai kopi hitam/tubruk

yang mempunyai persentase 35%. Terdapat pula sebagian kecil responden

sebesar 6,7% yang lebih menikmati kopi instan. Sementara untuk jenis

kopi lainnya yang tidak terdapat dalam kuesioner adalah sebesar 20%.

Hasil ini dapat diartikan berimbangnya jumlah responden yang

menikmati rasa kopi yang murni dan responden yang menyukai rasa kopi

yang lebih manis. Dalam hal ini, kopi yang memiliki campuran susu lebih

mudah dinikmati oleh orang yang baru mulai menikmati kopi, sedangkan

kopi hitam biasa dinikmati oleh orang yang sudah sering mengkonsumsi

kopi.

7. Lama Responden Mengkonsumsi Kopi

Selain jenis kopi, pola konsumsi seorang individu juga dapat dilihat

dari lama individu tersebut mengonsumsi suatu barang. Maka, diajukanlah

pertanyaan untuk melihat seberapa lama responden terbiasa mengonsumsi

kopi. Hasilnya terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.8
Responden Berdasarkan Sudah Berapa Lama Mengkonsumsi Kopi

Berapa lama meminum kopi Frekuensi Persentase

< 1 tahun 16 26,7%

1 - 3 tahun 18 30%

85
3 - 5 tahun 15 25%

> 5 tahun 11 18,3%

Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari tabel di atas, terlihat persebaran yang cukup merata di antara

responden dengan beberapa jangka waktu konsumsi kopi. Responden yang

telah mengonsumsi kopi pada kisaran 1-3 tahun sebesar 30%, responden

yang mengonsumsi kopi kurang dari 1 tahun sebesar 26,7%, dan

responden yang mengonsumsi kopi pada kisaran 3-5 tahun sebesar 25%.

Terdapat pula responden yang telah mengonsumsi kopi lebih dari 5 tahun

sebesar 11%.

Dengan tersebarnya lama responden mengonsumsi kopi, dapat

disimpulkan bahwa kopi memang mulai digemari oleh responden dalam

beberapa tahun terakhir. Selain itu, responden yang lama juga semakin

mudah menemukan tempat-tempat meminum kopi yang nyaman sehingga

makin menikmati kopi itu sendiri.

8. Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi

Keputusan seseorang mengonsumsi kopi juga tidak terlepas dari

pengaruh lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini juga akan

memperkuat kelekatan variabel-variabel sosial terhadap perilaku ekonomi.

Hasil yang didapat dari pertanyaan ini terlihat dalam tabel di bawah.

86
Tabel 4.9
Pengaruh Sosial Dalam Mengonsumsi Kopi

Dipengaruhi Oleh Frekuensi Persentase

Keluarga 18 30%

Teman 32 53,3%

Tidak ada 10 16,7%

Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa

mayoritas responden mengonsumsi kopi karena dipengaruhi oleh teman,

yaitu sebesar 53,3%. Pihak kedua yang mempengaruhi konsumen kopi

adalah keluarga, yaitu sebesar 30%. Sedangkan responden yang

mengonsumsi kopi karena keinginan sendiri adalah sebesar 16,7%.

Hasil ini menunjukkan keterkaitan yang erat antara faktor sosial dan

keputusan ekonomi. Keterkaitan ini ditunjukkan dengan keputusan

mengonsumsi kopi yang lebih dikarenakan pengaruh orang lain, baik

keluarga maupun teman. Ditambah dengan kenyamanan tempat-tempat

ngopi yang dapat dijadikan tempat menghabiskan waktu bersama orang

terdekat.

1. Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi

Terkait dengan tempat meminum kopi yang dilengkapi fasilitas-

fasilitas yang menambah kenyaman, masyarakat tidak hanya mengunjungi


87
menikmati kopi untuk melepas dahaga saja, tapi juga untuk melepas lelah,

menghabiskan waktu dan tujuan lainnya. Untuk itu, pertanyaan ini

diajukan kepada responden untuk melihat alasan responden mengonsumsi

kopi.

Tabel 4.10
Responden Berdasarkan Alasan Utama Meminum Kopi

Alasan utama Frekuensi Persentase

Ketagihan 16 26,7%

Melepas dahaga 12 20%

Menyegarkan pikiran 8 13,3%

Hangout dengan kerabat 13 21,7%

Lainnya 11 18,3%

Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

Hasil yang didapat adalah kebanyakan responden mengonsumsi kopi

karena ketagihan dengan cita rasa kopi yang dikonsumsi, yaitu sebesar

26,7%. Selain itu, terjadi persebaran yang cukup merata antara berbagai

alasan utama mengonsumsi kopi lainnya. Responden yang mengonsumsi

kopi untuk hangout dengan kerabat sebesar 21,7%, responden yang

mengonsumsi kopi untuk melepas dahaga sebesar 20% dan responden

yang mengonsumsi kopi untuk menyegarkan pikiran sebesar 13,3%.

Terdapat pula responden yang mengonsumsi kopi untuk alasan lainnya

sebesar 18,3%.

88
Dengan cukup tingginya responden yang mengonsumsi kopi sambil

hangout dengan kerabat, makin menguatkan bahwa konsumsi kopi kini

sudah merupakan sebagian dari gaya hidup yang tidak terhindarkan dari

kegiatan sehari-hari para pengonsumsi kopi.

10. Responden Berdasarkan Pendapatan yang Dimiliki

Besarnya tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi

seseorang dalam mengkonsumsi kopi. Untuk itu perlu diketahui rata-rata

tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing responden dalam

satu bulan agar kita dapat mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat

konsumsi kopi responden dalam satu bulan. Berikut tabel yang

menggambarkan rata-rata tingkat pendapatan responden dalam satu bulan

Tabel 4.11

Responden Berdasarkan Pendapatan

Total Pendapatan Frekuensi Persentase

1.000.000 – 4.500.000 28 46,67%

4.500.000 – 8.000.000 21 35%

8.000.000 – 11.500.000 11 18,33%

Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari data diatas didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden

memiliki pendapatan diangka Rp 1.000.000 – Rp 4.500.000 yaitu

sebanyak 28 responden atau sebesar 46,67%. Sementara itu responden

89
dengan pendapatan Rp 4.500.000 – Rp 8.000.000 sebesar 35% dari 60

responden atau sebanyak 21 responden. Dari 60 responden yang diteliti,

pendapatan Rp 8.000.000 – Rp 11.500.000 merupakan tingkat pendapatan

yang paling sedikit dimiliki oleh responden yang diteliti, yakin sebanyak

11 orang atau sebesar 18,33%.

Dengan hasil yang didapat tersebut, didapatkan bahwa responden

dengan tingkat pendapatan menengah kebawah masih mendominasi

tempat-tempat ngopi di Kota Depok. Hal ini berbanding lurus dengan

tingkat konsumsi kopi responden yang dipengaruhi oleh tingkat harga

yang ditawarkan oleh para pemilik warung kopi (warkop) dan kedai kopi

yang relaitf terjangkau.

11. Responden Berdasarkan Usia

Usia seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam

mengkonsumsi kopi baik itu jenis kopi yang diminum, alasan utama

meminum kopi, hingga tingkat konsumsi kopi. Berikut adalaj tabel yang

mengklasifikasikan responden berdasarkan usia :

Tabel 4.12

Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

18 – 26 Tahun 20 33,33%

27 – 35 Tahun 28 46,67%

36 – 44 Tahun 12 20%

Total 60 100%

90
Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari data yang didapat, dapat diketahui bawah responden yang berusia

antara 18 sampai 26 tahun sebanyak 20 responden atau sebesar 33,33%,

responden yang berusia antara 27 sampai 35 tahun sebanyak 28 responden

atau sebesar 46,67%, sementara itu responden yang berusia anatara 36

sampai 44 tahun sebanyak 12 responden atau sebesar 20%.

12. Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi Per Gelas yang Biasa

Diminum

Keputusan responden untuk membeli kopi dipengaruhi oleh harga

yang ditawarkan oleh tempat ngopi tersebut yang mana nanti nya akan

berpengaruh terhadap frekuensi responden meminum kopi dalam satu

bulan. Berikut tabel rata-rata harga kopi per gelas yang paling sering

diminum oleh responden :

Tabel 4.13

Responden Berdasarkan Rata-Rata Harga Kopi

Harga Kopi Frekuensi Persentase

3.000 – 18.000 12 20%

18.000 – 33.000 37 61,67%

33.000 – 48.000 11 18,33%

Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dari

60 responden yang bersedia mengisi kuesioner terdapat 12 responden atau

91
sebesar 20% yang memilih kopi dengan harga per gelas sebesar Rp 3.000

– Rp 18.000, sebanyak 37 responden atau sebesar 61,67% yang memilih

harga per gelas sebesar Rp 18.000 – Rp 33.000, dan sisanya sebanyak 11

responden atau sebesar 18,33% memilih untuk membeli kopi dengan harga

per gelas sebesar Rp 33.000 – Rp 48.000.

13. Responden Berdasarkan Tingkat Konsumsi Kopi per Bulan

Tingkat konsumsi kopi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,

contohnya seperti pendapatan yang dimiliki seseorang, usia seseorang,

harga yang ditawarkan oleh penjual kopi, hingga gaya hidup. Untuk dapat

meneliti lebih lanjut tentang tingkat konsumsi kopi seseorang, maka perlu

diketahui frekuensi rata-rata seseorang dalam satu bulan dalam

mengkonsumsi kopi. Berikut adalah tabel frekuensi rata-rata seseorang

mengkonsumsi kopi dalam satu bulan :

Tabel 4.14

Responden Frekuensi Rata-Rata Meminum Kopi dalam Satu Bulan

Frekuensi Meminum
Frekuensi Persentase
Kopi
20 – 26 gelas 18 30%

27 – 33 gelas 24 40%

34 – 40 gelas 18 30%

Total 60 100%
Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari data diatas, ditemukan bahwa dari 60 responden yang diteliti

terdapat sebanyak 18 responden atau sebesar 30% memiliki frekuensi

92
meminum kopi antara 20 hingga 26 gelas dalam satu bulan, sementara itu

paling banyak responden yang memiliki frekuensi meminum kopi antara

27 hingga 33 gelas dalam satu bulan yaitu sebanyak 24 responden atau

sebesar 40%, dan 18 responden lainnya atau sebesar 30% memiliki

frekuensi meminum kopi antara 34 hingga 40 gelas dalam satu bulan.

C. Penemuan dan Pembahasan

1. Tabulasi Silang

a. Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi

Tabulasi silang ini dilakukan untuk melihat karakteristik

pengunjung tempat ngopi berdasarkan pendapatan yang dimiliki.

Untuk melihat hal tersebut, pendapatan responden dibagi menjadi 3

tingkatan, yaitu pendapatan Rp 1.000.000-4.500.000, Rp 4.500.000-

8.000.000, dan Rp 8.000.000-11.500.000. Hasil yang didapat adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.15
Tabulasi Silang Total Pendapatan dan Tempat Biasa Untuk
Meminum Kopi

Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi


Warung Coffee
Total Pendapatan Kedai Total
Rumah Kopi Shop
Kopi
(Warkop) Premium
1.000.000 – 4.500.000 1 1 14 12 28
4.500.000 – 8.000.000 5 3 11 2 21
8.000.000 – 11.500.000 0 0 9 2 11
Total 6 4 34 16 60
Sumber : Data Primer, diolah

93
Dari tabel di atas terlihat bahwa kedai kopi adalah kedai kopi

adalah tempat yang paling disukai oleh semua tingkat pendapatan.

Walaupun begitu, untuk tingkat pendapatan Rp 1.000.000 hingga Rp

4.500.000 terdapat perbedaan tipis antara responden yang menyukai

kedai kopi dan coffee shop premium.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih menyukai

kedai-kedai kopi yang lebih mudah ditemukan dibanding coffee shop

premium. Responden juga tidak banyak yang memilih rumah dan

warung kopi sebagai tempat ngopi dikarenakan kurang beragamnya

jenis kopi yang disajikan. Cukup banyaknya responden dengan

pendapatan rendah yang memilih coffee shop premium menandakan

bahwa pendapatan tidak menghalangi responden untuk menikmati

kopi dengan kualitas yang tinggi dan tentunya lebih mahal.

b. Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi

Beberapa tahun yang lalu, kopi diidentikkan dengan individu

yang berusia tua, namun saat ini kopi mulai dinikmati oleh berbagai

golongan usia masyarakat. Hal ini dikarenakan mulai beragamnya

jenis tempat ngopi yang dapat dikunjungi oleh masyarakat. Untuk

melihat hubungan usia dan tempat ngopi tersebut, dilakukan tabulasi

silang dengan hasil sebagai berikut:

94
Tabel 4.16
Tabulasi Silang Usia dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi

Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi


Warung Coffee
Usia Kedai Total
Rumah Kopi Shop
Kopi
(Warkop) Premium
18-26 0 1 14 5 20
27-35 4 2 12 10 28
36-44 2 1 8 1 12
Total 6 4 34 16 60
Sumber : Data Primer, diolah

Berdasarkan hasil di atas, kedai kopi menjadi jenis tempat ngopi

yang paling banyak dikunjungi oleh responden dari berbagai golongan

usia. Walaupun begitu, pada golongan usia 27-35 tahun terdapat

perbedaan tipis antara responden yang lebih suka mengunjungi kedai

kopi dan coffee shop premium.

Banyaknya responden yang mengunjungi coffee shop premium

tersebut dikarenakan pada tingkat usia tersebut, responden memiliki

tingkat konsumsi dan interaksi sosial yang tinggi sehingga memilih

coffee shop premium yang juga dapat dijadikan tempat berkumpul

bersama teman atau sahabat terdekat. Responden pada tingkatan usia

tersebut juga cenderung memiliki pendapatan yang lebih stabil

dibanding responden usia 18-26 sehingga lebih mudah mengakses

coffee shop premium.

c. Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi

Tabulasi silang ini dilakukan untuk melihat karakteristik

pengunjung tempat ngopi berdasarkan harga kopi yang biasa

95
responden beli. Untuk melihat hal tersebut, harga dibagi menjadi 3

tingkatan, yaitu harga Rp 3.000 sampai Rp 18.000, Rp 18.000 sampai

Rp 33.000, Rp 33.000 sampai Rp. 48.000. Hasil yang didapat adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.17
Tabulasi Silang Harga dan Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi

Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi


Warung Coffee
Harga Kedai Total
Rumah Kopi Shop
Kopi
(Warkop) Premium
Rp 3.000 – Rp 18.000 6 4 2 0 12
Rp 18.000 – Rp 33.000 0 0 32 5 37
Rp 33.000 – Rp 48.000 0 0 0 11 11
Total 6 4 34 16 60
Sumber : Data Primer, diolah

Dari tabel di atas terlihat angka yang paling besar yaitu 32

responden memilih kedai kopi sebagai tempat yang paling disukai

dengan tingkat harga Rp 18.000 hingga Rp 33.000. Walaupun begitu,

untuk tingkat harga antara Rp 3000 hingga Rp 18.000 terdapat

perbedaan yang tipis antara responden yang menyukai rumah, warung

kopi dan kedai kopi untuk tempat ngopi.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden lebih menyukai

kedai-kedai kopi yang lebih mudah ditemukan dan menawarkan harga

yang cukup terjangkau dibanding coffee shop premium. Responden

juga hanya sedikit yang memilih rumah dan warung kopi sebagai

tempat ngopi dengan harga yang sangat terjangkau dikarenakan

96
kurang beragamnya jenis kopi yang disajikan dan kurangnya fasilitas

bila dibandingkan dengan kedai kopi dan coffee shop premium.

Dengan banyaknya responden memilih kedai kopi dengan tingkat

harga yang cukup terjangkau yaitu Rp 18.000 hingga Rp 33.000

menandakan bahwa harga yang ditawarkan cukup besar

mempengaruhi keputusan responden untuk memilih tempat ngopi.

2. Uji Asumsi Klasik

Analisis regresi memerlukan pemenuhan syarat berbagai asumsi agar

model estimasi dapat digunakan sebagai alat estimasi yang baik dan

memenuhi syarat sebagai kualitas data yang baik. Kualitas data dikatakan

baik ketika data yang ada memenuhi asumsi BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), yaitu koefisien regresi yang linear, tidak bias, konsisten

(walaupun sampel diperbesar menuju tak terhingga, taksiran yang didapat

akan tetap mendekati nilai parameternya), serta efisien (memiliki varians

yang minimum).

a. Uji Normalitas

Salah satu asumsi dalam analisis regresi linier berganda adalah

sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel yang digunakan

dalam penelitian memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.

Berikut hasil uji normalitas untuk penelitian ini :

97
Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram

Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan histogram dengan

program SPSS, terlihat pada gambar 4.8 bahwa sebaran data

berbentuk menyerupai lonceng di histogram. Maka dapat dikatakan

bahwa data berdistribusi normal.

Gambar 4.9
Hasil Uji Normalitas dengan P Plot

Sumber : Data primer diolah, 2017

98
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan normal P-P Plot

(probability plot) dengan program SPSS, terlihat pada gambar 4.9

bahwa titik-titik data yang tersebar disekitar garis diagonal dan

penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan pola

grafik yang normal. Maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi

normal.

Tabel 4.18
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 1,86159063
Most Extreme Differences Absolute ,079
Positive ,078
Negative -,079
Test Statistic ,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,849
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data primer diolah, 2017

Selain menggunakan histogram dan P-P Plot, uji normalitas juga

dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan program

SPSS. Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.18

didapatkan angka signifikansi sebesar 0,849 yang lebih besar dari

0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

99
b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk

memastikan apakah di dalam sebuah model regresi ada interkorelasi

atau kolinearitas antar variabel bebas. Interkorelasi adalah hubungan

yang linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas atau

variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di dalam sebuah

model regresi. Dalam penelitian ini, ada tidaknya gejala

multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan Varian Inflation

Factor (VIF). Berikut hasil uji multikolinieritas untuk penelitian ini :

Tabel 4.19
Hasil Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Pendapatan 0,337 2,967
Usia 0,332 3,012
Harga 0,933 1,072
Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.19 diatas, dapat dijelaskan bahwa model

regresi pada penelitian ini tidak mengalami gangguan

multikolinieritas atau tidak terdapat korelasi antara variabel bebas.

Hal ini terlihat pada tolerance untuk ketiga variabel bebas yang lebih

dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas yang

nilainya lebih dari 95% dan nilai Varian Inflation Factor (VIF) tidak

lebih dari 10.

100
c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menunjukan bahwa

variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada

heteroskedastisitas kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi

menunjukan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu

atau lebih variabel. Dalam penelitian ini, uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan menggunakan uji glejser. Berikut hasil uji

heteroskedastisitas untuk penelitian ini :

Tabel 4.20
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2,660 1,096 2,426 ,019
Pendapatan -1,039E-008 ,000 -,021 -,093 ,926
Usia -,025 ,042 -,135 -,592 ,556
Harga -1,801E-005 ,000 -,132 -,969 ,337

a. Dependent Variable: ABS_RES


Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari hasil uji heteroskedasitas di atas, terlihat masing-masing

variabel independen mempunyai nilai signifikansi yang lebih besar

dari 0,05. Hal ini menandakan tidak adanya gejala heteroskedasitas

dalam model penelitian

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi biasa dilakukan dalam data time series, namun

tidak menutup kemungkinan autokorelasi dapat terjadi dalam data


101
cross section. Maka, dari itu uji autokorelasi dilakukan untuk

memastikan data yang digunakan memenuhi asumsi BLUE. Berikut

hasil uji autokorelasi untuk penelitian ini :

Tabel 4.21
Hasil Uji Autokorelasi

Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


R R Square Square Estimate
,936a ,877 ,870 1,911 1,092
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Usia, Harga
b. Dependent Variable: KonsumsiKopi
Sumber : Data primer diolah, 2017

Tabel di atas menunjukkan koefisien durbin watson sebesar1,092.

Nilai ini memenuhi kriteria data yang tidak mengalami autokorelasi

berdasarkan Sunyoto (2011) yang menyatakan bahwa data tidak

mengalami autokorelasi jika mempunyai nilai durbin watson di antara

-2 hingga 2.

3. Keluaran Regresi

Analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel

independen (pendapatan, usia, dan harga) terhadap variabel dependen

(tingkat konsumsi kopi). Dengan menggunakan program SPSS versi 20,

berikut ringkasan keluaran regresi dengana menggunakan program

tersebut :

102
Tabel 4.22
Hasil Keluaran Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 12,444 1,728 7,203 ,000
Pendapatan 3,980E-007 ,000 ,183 2,270 ,027
Usia ,594 ,067 ,724 8,898 ,000
Harga -9,936E-005 ,000 -,165 -3,394 ,001

a. Dependent Variable: KonsumsiKopi


Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari hasil keluaran diatas, persamaan regresi yang diperoleh adalah :

Y = 12,444 + 0,000000398 X1 + 0,594 X2 – 0,00009936 X3

Keterangan :

Y = Tingkat konsumsi kopi

X1 = Pendapatan

X2 = Usia

X3 = Harga

Persamaan regresi yang telah diperoleh diatas dapat menjelaskan bahwa

variabel pendapatan akan berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi kopi.

Dapat dilihat dari nilai koefisiennya adalah sebesar 0,000000398. Variabel usia

akan berpengaruh positif terhadap tingkat konsumsi kopi. Dapat dilihar dari nilai

koefisiennya adalah sebesar 0,594. Variabel harga akan berpengaruh negatif

103
terhadap tingkat konsumsi kopi. Dapat dilihat dari nilai koefisiennya adalah -

0,00009936.

4. Uji koefisien determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk melihat kemampuan

variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara

bersama-sama. Uji ini dilakukan melalui program SPSS dengan hasil

sebagai berikut.

Tabel 4.23
Hasil Uji Koefisien Determinasi

R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


,936a ,877 ,870 1,911

Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan uji yang telah dilakukan, nilai adjusted R2 yang

didapatkan adalah sebesar 0,87. Hal ini menandakan variabel pendapatan,

usia, dan harga (variabel independen) dapat mempengaruhi variabel

tingkat konsumsi kopi (variabel dependen) sebesar 87%, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam

penelitian.

5. Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji ini merupakan bagian

dari metode regresi linier berganda. Untuk mengetahui apakah


104
variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen, dapat dilihat dengan membandingkan nilai

signifikansi setiap variabel dengan tingkat signifikansi 5 persen atau

0,05. Berikut adalah hasil uji t untuk penelitian ini :

Tabel 4.24
Hasil Uji t

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 12,444 1,728 7,203 ,000
Pendapatan 3,980E-007 ,000 ,183 2,270 ,027
Usia ,594 ,067 ,724 8,898 ,000
Harga -9,936E-005 ,000 -,165 -3,394 ,001

a. Dependent Variable: KonsumsiKopi


Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan uji yang telah dilakukan dengan program SPSS di

atas, dapat disimpulkan dari ketiga variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model regresi, bahwa ketiga variabel

independen yaitu variabel pendapatan, variabel usia, dan variabel

harga berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel

dependen yaitu variabel tingkat konsumsi kopi. Berikut rincian tiap

variabel dari hasil uji t diatas :

1) Variabel Pendapatan

Untuk variabel pendapatan terlihat mempunyai nilai

signifikansi sebesar 0,027 atau dapat dikatakan nilainya lebih

kecil dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini dapat kita simpulkan

105
bahwa variabel pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi kopi

secara nyata atau signifikan. Adapun nilai koefisien yang didapat

bernilai positif yaitu sebesar 3,980e-007. Hal ini menunjukkan

jika pendapatan seseorang meningkat sebesar 1 satuan, maka

tingkat konsumsi kopi pada setiap individu akan meningkat

sebesar 0,000000398.

Berdasarkan nilai signifikansinya, terlihat bahwa variabel

usia memiliki pengaruh yang sangat kuat dibanding variabel

harga dan variabel pendapatan.

Hasil ini membuktikan bahwa teori konsumsi menurut John

Maynard Keynes mengenai konsumsi seorang individu saat ini

(current income) berhubungan langsung dengan pendapatan

disposable yang diperoleh pada saat ini (current disposable

income) dapat diaplikasikan dalam penelitian ini. Semakin tinggi

pendapatan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin tinggi

pula tingkat konsumsi yang dimiliki orang tersebut, begitu juga

sebaliknya.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan Surip Mawardi

pada tahun 2009 yang menemukan bahwa konsumsi kopi

perorangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

adalah pendapatan yang dimilikinya.

106
Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden yang

diteliti, pendapatan terbanyak yang diperoleh adalah sebesar Rp

1.000.000 – Rp 4.500.000 yaitu sebanyak 28 responden (lihat

tabel 4.11). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Depok

yang paling banyak mengkonsumsi kopi adalah masyarakat

menengah kebawah yang memiliki pendapatan antara Rp

1.000.000 hingga Rp 4.500.000.

2) Variabel Usia

Untuk variabel usia terlihat mempunyai nilai signifikansi

sebesar 0,000 atau dapat dikatakan nilai nya lebih kecil dari nilai

signifikansi 0,05. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa variabel

usia mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara nyata atau

signifikan. Adapun nilai koefisien regresi yang didapat bernilai

positif yaitu sebesar 0,594. Hal ini menunjukkan jika usia

responden meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat konsumsi

kopi pada setiap individu akan meningkat sebesar 0,594.

Berdasarkan nilai signifikansinya, terlihat bahwa variabel

usia memiliki pengaruh yang sangat kuat dibanding variabel

harga dan variabel pendapatan.

Hasil ni membuktikan bahwa teori konsumsi hipotesis siklus

hidup (Life Cycle Hypothesis) yang dikembangkan oleh Franco

Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg mengenai

pengeluaran konsumsi masyarakat berdasarkan kepada pola

107
penerimaan dan pola pengeluaran konsumsi seseorang pada

umumnya dipengaruhi oleh masa dalam siklus hidupnya (usia).

Semakin tua umur seseoang maka semakin tinggi pula tingkat

konsumsi yang dimiliki orang tersebut, begitu juga sebaliknya.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan Surip Mawardi

pada tahun 2009 yang menemukan bahwa konsumsi kopi

seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

adalah usia yang dimilikinya. Hal senada juga diungkapkan oleh

Shabrina Masvira Halim pada tahun 2009 bahwa variabel usia

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

kopi

Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden yang

diteliti, rentan usia terbanyak adalah ditingkat 27 tahun hingga 35

tahun yaitu 28 responden (lihat tabel 4.12). Hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat Kota Depok yang paling banyak

mengkonsumsi kopi adalah individu yang memiliki usia

produktif.

3) Variabel Harga

Untuk variabel harga terlihat mempunyai nilai signifikansi

sebesar 0,001 atau dapat dikatakan lebih kecil dari nilai

signifikansi 0,05. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa variabel

harga mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara nyata atau

108
signifikan. Adapun nilai koefisien regresi yang didapat bernilai

negatif yaitu sebesar -9,936E-005. Hal ini menunjukkan jika

ketika harga meningkat sebesar 1 satuan, maka tingkat konsumsi

kopi akan menurun sebesar 0,00009936. Dengan kata lain,

terdapat hubungan terbalik di antara harga dan tingkat konsumsi

kopi.

Berdasarkan nilai signifikansinya, terlihat bahwa variabel

harga memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding variabel

pendapatan namun tidak lebih kuat dibanding variabel usia.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Endang Wiji Lestari, Idha Haryanto, dan Surip Mawardi

pada tahun 2009 yang menemukan bahwa konsumsi kopi

seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya

adalah harga per gelas dari kopi yang akan diminum. Hal senada

juga diungkapkan oleh Herlinae, Redianto, dan Yemima

melakukan penelitian pada tahun 2015 bahwa variabel harga

berpengaruh nyata terhadap permintaan suatu barang yang dapat

digambarkan dengan tingkat konsumsi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 60 responden yang

diteliti, harga terbanyak yang didpilih oleh responden sebesar Rp

18.000 hingga Rp 33.000 yaitu sebanyak 37 responden (lihat tabel

4.13). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Depok yang

paling banyak mengkonsumsi kopi adalah masyarakat yang

109
memilih untuk membeli segelas kopi dengan harga yang cukup

terjangkau.

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen

berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan

melalui program SPSS. Uji F dapat dilihat dengan membandingkan nilai

signifikansi uji F dengan tingkat signifikansi 5 persen atau 0,05. Berikut

adalah hasil uji F untuk penelitian ini :

Tabel 4.25
Hasil Uji F

Sum of Mean
Model Square Df Square
F Sig.
1 Reggresion 1455,468 3 485,156 132,877 ,000b
Residual 204,466 56 3,651
Total 1659,933 59
a. Dependent Variable: KonsumsiKopi
b. Predictors: (Constant), Pendapatan, Usia, Harga

Sumber : Data primer diolah, 2017

Berdasarkan hasil uji di atas, terlihat bahwa nilai signifikansi yang

didapat adalah 0,000 atau dapat dikatakan lebih kecil dari taraf signifikansi

0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel indepeden yakni pendapatan,

usia, dan harga berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel

dependen yakni tingkat konsumsi kopi secara bersama-sama atau simultan.

110
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah didapat, maka kesimpulan yang dapat

diambil mengenai analisis tingkat konsumsi berdasarkan pendapatan, usia, dan

harga di Kota Depok adalah sebagai berikut :

1) Variabel pendapatan mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,027 atau lebih

kecil dari nilai signifikansi 0,05 (tabel 4.23). Maka hal ini dapat

menyimpulkan bahwa variabel pendapatan mempengaruhi tingkat

konsumsi kopi secara signifikan.

2) Variabel usia mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil

dari nilai signifikansi 0,05 (tabel 4.23). Maka hal ini dapat menyimpulkan

bahwa variabel usia mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara

signifikan.

3) Variabel harga mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil

dari nilai signifikansi 0,05 (tabel 4.23). Maka hal ini dapat menyimpulkan

bahwa variabel harga mempengaruhi tingkat konsumsi kopi secara

signifikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari

bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalam penelitian ini. Untuk itu

peneliti mempunyai beberapa saran agar dapat dilakukan penyempuraan pada

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian serupa. Saran pertama

111
adalah saran teoritis yang merupakan saran-saran yang diajukan kepada pihak-

pihak yang ingin menyempurnakan penelitian ini. Sedangkan saran kedua

adalah saran praktis yang merupakan saran-saran yang diajukan kepada pihak-

pihak yang berpentingan dan pemangku kebijakan. Adapun saran-saran

tersebut yakni :

1. Saran Teoritis

a. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan pengembangan

model penelitian dengan menggunakan variabel-variabel lain dalam

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

kopi diluar dari variabel dalam penelitian ini. Hal ini akan

memberikan tambahan informasi dan memberikan pemahaman

tersendiri tentang partisipasi setiap individu dalam kegiatan ekonomi.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk memperoleh jumlah

sampel yang lebih banyak agar dapat memperkecil tingkat kesalahan

dalam penelitian berikutnya.

c. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usia ternyata

merupakan variabel yang memiliki peran sasngat penting dalam

mempengaruhi tingkat konsumsi kopi seorang individu. Dengan

demikian maka hal ini dapat dijadikan sebagai landasan bagi peneliti

selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut tentang tingkat konsumsi

kopi.

112
2. Saran Praktis

a. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, usia merupakan variabel

yang sangat penting dalam mempengaruhi tingkat konsumsi kopi

seorang individu. Oleh karena itu, seorang individu harus dapat

mengontrol tingkat konsumsi kopi nya mengingat bahwa tingkat

konsumsi kopi yang terus meningkat akan menyebabkan pengaruh

yang buruk terhadap kesehatan seorang individu pada rentan usia

tertentu.

b. Melihat dari hasil penelitian yang dilakukan, warung kopi merupakan

tempat yang paling sedikit digemari oleh responden. Oleh karena itu,

bagi para pemilik warung kopi (warkop) sebaiknya melakukan variasi

menu minuman kopi dan penambahan sejumlah fasilitas agar tidak

kalah oleh kedai kopi dan coffee shop premium yang dari waktu ke

waktu semakin banyak digemari oleh masyarakat.

c. Bagi kementerian terkait dan pengusaha kopi Indonesia sebaiknya

bekerjasama untuk lebih mengenalkan kopi khas Indonesia kepada

masyarakat agar dapat meningkatkan daya beli dan daya saing kopi

khas Indonesia di tingkat nasional.

d. Kepada kementerian terkait juga diharapkan dapat melakukan

berbagai bantuan agar pengusaha-pengusaha kecil menengah di

industri kopi khas Indonesia baik berupa bantuan fasilitas alat

produksi maupun bantuan berupa peningkatan kompetensi sumber

daya manusia.

113
DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul R, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba Empat, Jakarta,
2011.

Algifari & Guritno Mangkoesoebroto. “Teori Ekonomi Makro”, STIE YKPN,


Yogyakarta, 1998.

Badan Pusat Statistik. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2011.


http://www.bps.go.id, diakses pada 03 Mei 2017 pukul 16:33 WIB.

Badan Pusat Statistik Kota Depok. Kota Depok Dalam Angka 2017.
https://depokkota.bps.go.id/index.php/publikasi/167, diakses pada 09
September 2017 pukul 21:45 WIB.

Boediono. “Ekonomi Mikro: Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, Edisi 2,


BPFE,Yogyakarta, 2002.

Diulio, A. Eugene. “Teori dan Masalah dalam Uang dan Bank”, Erlangga, Jakarta,
1993.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”,
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2011.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20”,
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang, 2012.

Gilarso, T, Drs, SJ. “Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro”, Kanisius, Yogyakarta, 2003.

Hamid, Abdul. “Pedoman Penulisan Skripsi”, FEB UIN, Jakarta, 2012.

Hariwijaya dan Triton. “Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis”, Suku Buku,
Jakarta, 2011.

Hermawa, A. “Penelitian Bisnis-Paradigma Kuantitatif”, Grasindo, Jakarta, 2006.

Hurlock, Elizabeth .B. ”Psikologi Perkembangan”, Erlangga. Jakarta, 1980.

H, Assael. “Consumer Bihavior and Marketing Action”, Kent. Publishing


Company, Boston, 1992.

Istijanto. “Aplikasi Praktis Riset Pemasaran”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,


2009.

114
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 10 Komoditi Utama dan Potensi.
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/10-main-and-potential-
commodities, diakses pada 26 Juni 2017 pukul 16:50 WIB.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Konsumsi Per Kapita Dalam Setahun


Menurut Kelompok Bahan Minuman (ons) tahun 2009 – 2014.
http://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas_kom_th.php,
diakses pada 30 April 2017 pukul 20:35 WIB.

_____. Data Keluaran Berdasarkan Komoditas.


https://aplikasi2.pertanian.go.id/bdsp2/id/komoditas, diakses pada 10 Mei
2017 pukul 16:50 WIB.

Kotler, Philip dan Armstrong. “Prinsip-prinsip Pemasaran”, Edisi kedelapan.


Erlangga, Jakarta, 2001.

Lipsey, Richard G. “Pengantar Makroekonomi”, Erlangga, Jakarta, 1993.

Mahyu Danil. “Pengaruh Pendapatan terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai


Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireuen”, Jurnal Ekonomika
Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7 Maret 2013.

Mankiw, Gregory. “Pengantar Ekonomi Makro”, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

_____. “Makroekonomi”, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 2007.

McEachern, William A. “Ekonomi Mikro”, Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Mubyarto. “Sistem dan Moral Ekonomi Indonesia”, LP3ES, Jakarta, 2005.

Nachrowi, Djalal dan Usman, Hardius, “Pendekatan Populer dan Praktis


Ekonometrikauntuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. “Pengantar Ilmu Ekonomi:


Mikroekonomi & Makroekonomi”, LPFEUI, Depok, 2008.

Samuelson, Paul A., William D. Nordhaus. “Makro Ekonomi”, Erlangga, Jakarta,


1996.

_____. “Ilmu Makroekonomi”, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.

Santoso, Singgih, dan Fandy Tjiptono. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”,
PT. Elexmedia Computindo, Jakarta, 2002

Saputra E. “Kopi”, Harmoni, Yogyakarta, 2008.


115
Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. “Consumer Behavior”, 8th Edition, Pearson
Prantice Hall, New Jersey, 2004.

Setiadi, Nugroho J. “Perilaku Konsumen”, Kencana, Jakarta, 2003.

Setiawan, Maman. “Data Entry dan Eviews Application”, LP3E FE UNPAD,


Bandung, 2005.

Sigit Winarno dan Sujana Ismaya. “Kamus Besar Ekonomi”, Pustaka Grafika,
Bandung, 2007.

Soediyono, R. “Ekonomi Mikro: Perilaku, Harga Pasar dan Konsumen”, Edisi 3,


Liberty, Yogyakarta, 1989.

Sugiyono.“Metedologi Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D”, Alfabeta, Bandung, 2007.

_____. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta, Bandung,


2012.

_____. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta, Bandung,


2014.

Sunyoto, Danang, Drs. “Praktik SPSS Untuk Kasus”, Nuha Medika, Yogyakarta,
2011.

Supranto, J. “Statistik Teori dan Aplikasi”, Erlangga, Jakarta, 2000.

Taff, J Steven dan Sanford Weisberg. “Compensated Short Term Conservation


Restrictions May Reduce Sale Prices”, The Appraisal Journal, 2007.

Umar, Husein. “Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen”, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta, 2010

Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi”, Ekonisia FE UII,


Yogyakarta, 2007.

Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,


UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 20011

Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. “SPSS Complete”, Salemba Infotek, Jakarta,
2009.

Zulganef. “Metode Penelitian Sosial dan Bisnis”, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008.

116
LAMPIRAN

117
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb.

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam.

Perkenalkan, saya Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Meliala mahasiswi


Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi saya
guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (S.E).

Jika Bapak/Ibu/Saudara/i memenuhi kriteria dibawah ini :

1. Gemar meminum kopi.


2. Berusia minimal 18 tahun.
3. Bertempat tinggal di Kota Depok.

Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk memberikan jawaban yang


sesuai dengan keadaan sebenarnya dan apa adanya pada kuesioner sehingga
penelitian ini menjadi objektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan
dijamin kerahasiaannya dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata.

Apabila Bapak/Ibu/Saudara/i memiliki pertanyaan terkait kuesioner ini, silahkan


hubungi saya melalui :

Whatsapp/sms : 08568474653

Email : roroatiqah@gmail.com

Terima kasih atas kesediaan dan waktu yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan untuk
mengisi kuesioner ini. Semoga dibalas dengan pahala dan dimudahkan segala
urusannya.

Hormat saya,

Raden roro Atiqah Sekararum Dewanti Melial

118
No. Kuesioner
Tingkat Konsumsi Kopi Berdasarkan
Pendapatan, Usia, dan Harga di Kota Depok

Hari/tanggal :

Lokasi :

BAGIAN 1. Karakteristik Responden


1. Usia : Tahun

2. Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita

3. Pendidikan Terakhir : □ Tidak tamat SD □ Tamat


SD/Sederajat

□ SMP/Sederajat □
SMA/Sederajat
□ D3/Sederajat □ S1
□ S2 □ S3
4. Jenis Pekerjaan : □ Pelajar □ Mahasiswa
□ Pegawai Swasta □ Pegawai
Negeri
□ Wirausaha □ Lainnya,
sebutkan ……..

5. Status Perkawinan : □ Lajang □ Menikah


□ Pernah Menikah
6. Tempat Anda biasa untuk mengkonsumsi kopi

119
□ Rumah
□ Warung Kopi (warkop)
□ Kedai Kopi
□ Coffee Shop premium (Starbucks, Excelso, Coffee Bean & Tea Leaf,
Maxx Coffee, dll)

BAGIAN 2. Tingkat Pendapatan


1. Pendapatan Utama
Pendapatan bulanan yang merupakan gaji pokok dari tempat Anda bekerja.
(Jika anda seorang mahasiswa atau pelajar dan belum mempunyai pendapatan
utama, silahkan pilih angka 0 pada pilihan dibawah ini).
□ < Rp. 1.000.000
□ Rp. 1.000.000 – Rp. 4.000.000
□ Rp. 4.000.000 – Rp. 7.000.000
□ Rp. 7.000.000 – Rp. 10.000.000
□ > Rp. 10.000.000

2. Pendapatan Tambahan
(Pendapatan bulanan yang diperoleh di luar gaji pokok dari tempat Anda
bekerja dan uang saku yang Anda peroleh sebagai pelajar atau mahasiswa. (Jika
Anda tidak memiliki pendapatan tambahan, silahkan pilih angka 0 pada pilihan
di bawah ini).
□ < Rp. 1.000.000
□ Rp. 1.000.000 – Rp. 4.000.000
□ Rp. 4.000.000 – Rp. 7.000.000
□ Rp. 7.000.000 – Rp. 10.000.000
□ > Rp. 10.000.000

120
3. Uang Saku
(Uang saku bulanan yang Anda peroleh sebagai pelajar atau mahasiswa. (Jika
Anda seorang pekerja dan bukan seorang pelajar atau mahasiswa silahkan pilih
angka 0 pada pilihan di bawah ini).
□ < Rp. 1.000.000
□ Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000
□ Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000
□ Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000
□ > Rp. 4.000.000
BAGIAN 3. Pola Konsumsi Kopi
1. Frekuensi rata-rata Anda meminum kopi dalam 1 bulan

Gelas.

2. Rata-rata harga kopi per gelas yang biasa Anda minum

Rp.

3. Jenis minuman kopi yang paling sering Anda minum

□ Kopi Instan
□ Kopi Hitam/Tubruk
□ Kopi dengan campuran susu/krim/cokelat (Latte, Cappuccino, Macchiato,
Mocha, dll)

□ Lainnya…………
BAGIAN 4. Informasi Terkait Pola Konsumsi Kopi
1. Sudah berapa lama Anda mengkonsumsi kopi

□ < 1 tahun
□ 1 – 3 tahun
121
□ 3 – 5 tahun
□ > 5 tahun
2. Dipengaruhi / pertama kali diajak oleh siapa untuk mengkonsumsi kopi

□ Keluarga
□ Teman
□ Tidak ada
3. Alasan utama Anda meminum kopi

□ Ketagihan
□ Melepas dahaga
□ Menyegarkan pikiran
□ Hangout dengan kerabat
□ Lainnya………………

122
LAMPIRAN 2

TABULASI DATA PENELITIAN

No. Tingkat Konsumsi Pendapatan Usia Harga

1 25 3500000 30 30000
2 33 5500000 35 32000
3 37 8500000 40 22000
4 39 11000000 42 25000
5 35 8500000 35 26000
6 33 5500000 32 29000
7 31 3500000 30 30000
8 35 6500000 36 24000
9 32 5500000 35 26000
10 31 3500000 30 29000
11 33 5500000 34 25000
12 34 8500000 40 21000
13 32 6500000 33 20000
14 29 3500000 27 25000
15 32 5500000 31 17000
16 30 3500000 28 20000
17 27 1500000 25 22000
18 25 1000000 22 24000
19 27 3500000 24 17000
20 24 1500000 21 20000
21 25 3500000 24 5000
22 26 5500000 28 17000
23 22 2500000 24 20000
24 20 1500000 21 23000
25 25 3500000 23 18000
26 22 2000000 20 20000
27 26 5000000 23 25000
28 22 2000000 19 30000
29 25 4000000 24 24000
30 29 5500000 26 21000
31 29 5500000 26 20000

123
32 30 6500000 31 15000
33 40 8000000 33 7000
34 34 3500000 30 15000
35 36 5500000 35 5000
36 37 6500000 39 3000
37 36 5500000 37 5000
38 38 6500000 41 14000
39 34 5500000 38 20000
40 30 3500000 34 27000
41 28 2500000 32 34000
42 31 5500000 33 30000
43 29 3500000 30 35000
44 25 2500000 27 38000
45 22 1500000 23 40000
46 26 4000000 24 35000
47 23 3500000 20 37000
48 20 1500000 18 40000
49 22 2500000 23 35000
50 27 3500000 25 31000
51 32 5500000 34 27000
52 35 6500000 39 25000
53 37 8500000 40 22000
54 40 11000000 42 20000
55 35 8500000 35 26000
56 33 5500000 32 35000
57 31 3500000 30 34000
58 35 10000000 36 31000
59 32 8500000 35 30000
60 25 6500000 30 37000

124
LAMPIRAN 3

JENIS KELAMIN RESPONDEN

Jenis Kelamin
No.
Pria Wanita
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √

125
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

126
LAMPIRAN 4

PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN

Pendidikan Terakhir
No.
SMP/Sederajat SMA/Sederajat D3/Sederajat S1 S2 S3
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √

127
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

128
LAMPIRAN 5

JENIS PEKERJAAN RESPONDEN

Jenis Pekerjaan
No.
Pelajar Mahasiswa Pegawai Swasta Pegawai Negeri Wirausaha Lainnya
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √

129
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

130
LAMPIRAN 6

STATUS PERKAWINAN RESPONDEN

Status Perkawinan
No.
Lajang Menikah Pernah Menikah
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √

131
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

132
LAMPIRAN 7

TEMPAT BIASA RESPONDEN MEMINUM KOPI

Tempat Biasa Untuk Meminum Kopi


No. Kedai
Rumah Warung Kopi (warkop) Kopi Coffee Shop Premium
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
133
32 √
33 √
34
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

134
LAMPIRAN 8

JENIS MINUMAN KOPI YANG DIGEMARI RESPONDEN

Jenis Minuman Kopi yang Paling Sering Diminum


No. Kopi dengan campuran
Kopi Instan Kopi Hitam/Tubruk Lainnya
(susu/krim/cokelat)
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
135
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

136
LAMPIRAN 9

LAMA WAKTU RESPONDEN MENGKONSUMSI KOPI

Lama Waktu Meminum kopi


No.
< 1 tahun 1 - 3 tahun 3 - 5 tahun > 5 tahun
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
32 √
33 √
34 √
137
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

138
LAMPIRAN 10

PENGARUH LINGKUNGAN RESPONDEN UNTUK MENGKONSUMSI


KOPI

Dipengaruhi Oleh
No.
Keluarga Teman Tidak Ada
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √

139
31 √
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

140
LAMPIRAN 11

ALASAN UTAMA RESPONDENDEN UNTUK MENGKONSUMSI KOPI

Alasan Utama
No. Menyegarkan
Ketagihan Melepas Dahaga Hangout dengan Kerabat Lainnya
Pikiran
1 √
2 √
3 √
4 √
5 √
6 √
7 √
8 √
9 √
10 √
11 √
12 √
13 √
14 √
15 √
16 √
17 √
18 √
19 √
20 √
21 √
22 √
23 √
24 √
25 √
26 √
27 √
28 √
29 √
30 √
31 √
141
32 √
33 √
34 √
35 √
36 √
37 √
38 √
39 √
40 √
41 √
42 √
43 √
44 √
45 √
46 √
47 √
48 √
49 √
50 √
51 √
52 √
53 √
54 √
55 √
56 √
57 √
58 √
59 √
60 √

142
LAMPIRAN 12

USIA RESPONDEN

No. Usia

1. 30
2. 35
3. 40
4. 42
5. 35
6. 32
7. 30
8. 36
9. 35
10. 30
11. 34
12. 40
13. 33
14. 27
15. 31
16. 28
17. 25
18. 22
19. 24
20. 21
21. 24
22. 28
23. 24
24. 21
25. 23
26. 20
27. 23
28. 19
29. 24
30. 26
31. 26

143
32. 31
33. 33
34. 30
35. 35
36. 39
37. 37
38. 41
39. 38
40. 34
41. 32
42. 33
43. 30
44. 27
45. 23
46. 24
47. 20
48. 18
49. 23
50. 25
51. 34
52. 39
53. 40
54. 42
55. 35
56. 32
57. 30
58. 36
59. 35
60. 30

144
LAMPIRAN 13

PENDAPATAN RESPONDEN

No. Pendapatan Utama Pendapatan Tambahan Uang Saku Total Pendapatan

1 2500000 1000000 0 3500000


2 5500000 0 0 5500000
3 8500000 0 0 8500000
4 10000000 1000000 0 11000000
5 8500000 0 0 8500000
6 5500000 0 0 5500000
7 2500000 1000000 0 3500000
8 5500000 1000000 0 6500000
9 5500000 0 0 5500000
10 2500000 1000000 0 3500000
11 5500000 0 0 5500000
12 8500000 0 0 8500000
13 5500000 1000000 0 6500000
14 2500000 1000000 0 3500000
15 5500000 0 0 5500000
16 2500000 1000000 0 3500000
17 0 0 1500000 1500000
18 0 0 1000000 1000000
19 2500000 1000000 0 3500000
20 0 0 1500000 1500000
21 0 2500000 1000000 3500000
22 5500000 0 0 5500000
23 0 1000000 1500000 2500000
24 0 1500000 1500000
25 2500000 1000000 0 3500000
26 0 1000000 1000000 2000000
27 2500000 2500000 0 5000000
28 0 1000000 1000000 2000000
29 0 2500000 1500000 4000000
30 5500000 0 0 5500000
31 5500000 0 0 5500000

145
32 5500000 1000000 0 6500000
33 5500000 2500000 0 8000000
34 2500000 1000000 0 3500000
35 5500000 0 0 5500000
36 5500000 1000000 0 6500000
37 5500000 0 0 5500000
38 5500000 1000000 0 6500000
39 5500000 0 0 5500000
40 2500000 1000000 0 3500000
41 2500000 0 0 2500000
42 5500000 0 0 5500000
43 2500000 1000000 0 3500000
44 2500000 0 0 2500000
45 0 0 1500000 1500000
46 2500000 1500000 4000000
47 0 2500000 1000000 3500000
48 0 0 1500000 1500000
49 2500000 0 0 2500000
50 2500000 0 1000000 3500000
51 5500000 0 0 5500000
52 5500000 1000000 0 6500000
53 8500000 0 0 8500000
54 10000000 1000000 0 11000000
55 8500000 0 0 8500000
56 5500000 0 0 5500000
57 2500000 1000000 0 3500000
58 10000000 0 0 10000000
59 8500000 0 0 8500000
60 5500000 1000000 0 6500000

146
LAMPIRAN 14

HARGA KOPI YANG BIASA RESPONDEN KONSUMSI

No. Harga

1 30000
2 32000
3 22000
4 25000
5 26000
6 29000
7 30000
8 24000
9 26000
10 29000
11 25000
12 21000
13 20000
14 25000
15 17000
16 20000
17 22000
18 24000
19 17000
20 20000
21 5000
22 17000
23 20000
24 23000
25 18000
26 20000
27 25000
28 30000
29 24000
30 21000
31 20000

147
32 15000
33 7000
34 15000
35 5000
36 3000
37 5000
38 14000
39 20000
40 27000
41 34000
42 30000
43 35000
44 38000
45 40000
46 35000
47 37000
48 40000
49 35000
50 31000
51 27000
52 25000
53 22000
54 20000
55 26000
56 35000
57 34000
58 31000
59 30000
60 37000

148
LAMPIRAN 15

FREKUENSI RESPONDEN MENGKONSUMSI KOPI DALAM SATU


BULAN

No. Frekuensi

1 25
2 33
3 37
4 39
5 35
6 33
7 31
8 35
9 32
10 31
11 33
12 34
13 32
14 29
15 32
16 30
17 27
18 25
19 27
20 24
21 25
22 26
23 22
24 20
25 25
26 22
27 26
28 22
29 25
30 29

149
31 29
32 30
33 40
34 34
35 36
36 37
37 36
38 38
39 34
40 30
41 28
42 31
43 29
44 25
45 22
46 26
47 23
48 20
49 22
50 27
51 32
52 35
53 37
54 40
55 35
56 33
57 31
58 35
59 32
60 25

150
LAMPIRAN 16

HASIL UJI NORMALITAS

151
152
153
LAMPIRAN 17

HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS

154
LAMPIRAN 18

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

155
LAMPIRAN 19

HASIL UJI AUTOKORELASI

156
LAMPIRAN 20

HASIL UJI R SQUARE

157
LAMPIRAN 21

HASIL UJI t

158
LAMPIRAN 22

HASIL UJI F

159

Anda mungkin juga menyukai