Waham Jiwa
Waham Jiwa
WAHAM
(Diajukan untuk memenuhi salah tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II)
Disusun Oleh :
Ade Roghit A N Miftah Fauzi
Anis Khairunnisa Mukhsin Abdulah
Afila Daeng Syayang Rima Yasika
Ayu Siti Rahayu Rosmiati
Azizah Fakhrunnisa Salma Ayu Lestari
Bhakti Gustiarosma S Vina Alawiyah
Firda Nur Anisa Wildan Kharisma F
Febby Firmansyah
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan makalah yang
berjudul “Waham” sebagai salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa II”.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Keperawatan Jiwa II, Bapak Dosen Mata Kuliah, yang telah memberi
dukungan serta bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini.
Meskipun penulis berharap bahwa makalah ini bebas dari kesalahan dan
kekurangan, tetap saja tak ada gading yang tak retak. Penulis tidak dapat
menghindari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar tugas makalah ini dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Pengertian ................................................................................................ 3
B. Tipe Waham ............................................................................................ 3
C. Klasifikai Waham.................................................................................... 4
D. Proses Terjadinya Waham....................................................................... 6
E. Faktor Predisposisi .................................................................................. 8
F. Faktor Presipitasi ..................................................................................... 9
G. Tanda dan Gejala..................................................................................... 9
H. Sumber Koping ..................................................................................... 10
I. Mekanisme Koping .............................................................................. 10
J. Rentang Respon .................................................................................... 11
A. Pengkajian ............................................................................................. 15
B. Diagnosa Keperawatana ........................................................................ 19
C. Perencanaan........................................................................................... 20
D. Evaluasi ................................................................................................. 21
ii
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 22
A. Kesimpulan ........................................................................................... 22
B. Saran ...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO sehat adalah keadaan seimbang yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
Menurut UU kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan
sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
prosuktif secara sosial dan ekonomis.
Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk
sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehatemosional psikologis dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.
(Videbeck, 2008)
Gagngguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan
adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau distabilitas (kerusakan pada
suatu atau lebih area fungsi yang penting). (Videbeck, 2008)
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh,
kuat, tidak sesuai dengan intelegasia dan latar belakang budaya, selalu
dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian waham ?
2. Sebutkan tipe-tipe waham !
3. Sebutkan klasifikasi waham !
4. Sebutkan bagaimana proses terjadinya waham !
5. Jelaskan faktor predisposisi waham !
6. Jelaskan faktor presipitasi waham !
1
7. Jelaskan tanda dan gejala waham !
8. Jelaskan sumber koping waham !
9. Jelaskan mekanisme koping waham !
10. Jelaskan bagaimana rentang respon waham !
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian waham
2. Untuk mengetahui tipe-tipe waham
3. Untuk mengetahui klasifikasi waham
4. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya waham
5. Untuk mengetahui faktor predisposisi waham
6. Untuk mengetahui faktor presipitasi waham
7. Untuk mengetahui tanda dan gejala waham
8. Untuk mengetahui sumber koping waham
9. Untuk mengetahui mekanisme koping waham
10. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon pada waham
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran jkien yang sudah kehilangan kontrol.
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan
dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih
sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999)
Kesimpulan dari beberapa penulis, waham atau (delusi) adalah keyakinan
individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas. Haber
(1982) keyakinana individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budayanya (Rawulin, 1993). Dan tidak dapat
digoyahkan atau diubah dengan alasan yang logis (Cook and vontain
1987) serta keyakinan tersebut diucapkan berulang-ulang.
B. Tipe waham
Tipe-tipe waham antara lain:
1. Tipe eritomatik: klien dicintai mati-matian oleh orang lain,
biasanya orang yang sangat terkenal, seperti artis, penjabat, atau
atasannya. Klien biasanya hidup terisolasi, menarik diri, hidup
sendirian, dan bekerja dalam keadaan sederhana.
2. Tipe kebesaran (magalomania): keyakinan seseorang memiliki
bakat, kemampuan, wawasan yang luar biasa tetapi tidak dapat
diketahui.
3. Waham cemburu: misalnya cemburu terhadap pasangannya. Tipe
ini jarang ditemukan (0,2%) dari pasien psikiatrik. Onset sering
mendadak, dan hilang setelah perpisahan atau kematian pasangan.
3
Tipe ini menyebabkan penyiksaan hebat dan fisik yang bermakna
terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat membunuh pasangan,
oleh karena delusinya.
4. Waham kejar: keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, diikuti oleh
orang lain. Tipe ini lebih sering ditemukan pada gangguan jiwa.
Dapat berbentuk sederhana, ataupun terperinci, dan biasanya
berupa tema yang berhubungan difitnah secara kejang, diusik,
dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalammengeejar tujuan
jangka panjang.
5. Waham tipe somatik atau psikosishipokondrial monosimptomatik.
Perbedaan dengan hipopedrial adalah pada derajat keyakinan yang
dimiliki klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa
adanya gejala psikotik lainnya menyatakan gangguan delusional
atau waham tipe somatik.
C. Klasifikasi waham
Jenis-jenis waham antara lain :
1. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan. Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi,
orang yang pandai sekali, orang kaya.
Contoh : “saya ini pejabat di departemen kesehatan” atau “saya punya
tambang emas”.
2. Waham berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa
yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
3. Waham di kejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar kejar oleh orang lain atau
kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat kepadanya.
4. Waham curiga
4
Klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya. Individu juga merasa selalu di sindir oleh orang-
orang sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini
mecari-cari hubungan antara dirinya dengan orang lain di sekitarnya,
yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak
senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal
“ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu
dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-
gerik tangan, nyanyian, dsb) mempunyai hubungan dengan dirinya.
Contoh : “saya tahu, seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan ke suksesan saya”
5. Waham cemburu
Selalu cemburu pada orang lain
6. Waham somatik atau hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya
seperti usus nya yang membusuk, otak yang mecair.
7. Waham ke agamaan
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan. Keyakinan
dan pembicaraan klien selalu tentang agama.
Contoh :”kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari”
8. Waham nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia.
Contoh :”inikan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-
roh”.
9. Waham pengaruh
Klien merasa pikiran, emosi dan perbuatan nya di awasi atau di
pengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
10. Waham somatik
Klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu, terserang penyakit atau
di dalam tubuhnya terdapat binatang.
5
Contohnya :”saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium
tidak di temukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
11. Wham sisip pikir
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan
kedalam pikirannya.
12. Waham siar pikir
Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirnnya, padahal dia
tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut.
13. Waham kontrol pikir
Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
6
kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan diterima
dilingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan
sekitar pasien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
dekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjadi perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alas an pengakuan pasien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (meyakini) pasien
dalam lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung lama-
kelamaan pasien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
sesuatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang oleh karenanya,
mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongan serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya, pasien lebih sering
menyendiri dan menghindari interaksi social (isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi,
keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering
berkaitan dengan kejadian traumatic masa lalu atau berbagai
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.
7
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah:
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Klien disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya
menyalahkan orang lain.
E. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan
ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi
tidak epektif.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham.
3. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkaran terhadap
kenyataan.
4. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi Karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel diotak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
5. Faktor genetic
8
F. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
9
4. Fisik
a. Hygiene kurang
b. muka pucat
c. sering menguap
d. BB menurun
H. Sumber koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat
berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber
koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang
tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda
tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar
dan pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang
penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.
I. Mekanisme koping
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan
mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan
waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,
penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi dugunakan sebagai
pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan
yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri mengenali
impus yang tidak dapat diterima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan
perasaan inferioritas telah dihypotesiskan telah menyebabkan reaksi
formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.
10
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan fikiran, rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka. (kaplan dan saddock, 1997).
J. Rentang Respon
11
BAB III
ANALISA JURNAL
12
3. C Ya Penelitian ini bertujuan untuk
( Comparation mengetahui ide-ide saat terjadi waham
) pada pasien yang di rwata di rumah sakit
jiwa.
13
9. Merasa ,emerima sihir atau
santet dari orang lain
10. Bertemu dengan mahluk gaib
11. Menganggap orang lain yang
merasa iri atau dengki
12. ,erasa akan dibunuh
13. Merasa memiliki fisik yang
cacat atau rusak
14. Mengaku sebagai tuhan
15. Dikendalikan oleh dewa
5. T Tidak
ada
14
BAB IV
ASKEP WAHAM
A. Pengkajian
Menurut Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan
dasar proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang
dibutuhkan djkumpulkan untuk menentukan masalah
keperawatan.PatriciaA Potter et al (1 993) dalam bukunya menyebutkan
bahwa pengkajian terdiri dari 3 kegiatan yaitu: pengumpulan data,
pengelompokan data atau analisa data dan perumusan diagnosa
keperawatan. Data dapat djkumpulkan dari berbagai sumber data yaitu
sumber data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga,
teman terdekat kljen, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis
klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji :
1. Faktor predisposisi
a. Genetik: diturunkan
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre fmntal dan
konteks limbik
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan
glutamat.
d. Virus : paparan virus influinsa pads. trimester III.
e. Psikologi : ibu pencemas, terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
2. Factor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
c. Adanya gejala pemicu.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat
dan tanggal dirawat. Isi pengkajian meliputi :
a. IdentifIkasi klien
15
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat,
tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pemah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pemah melakukanz mengalami,
penganiayaan flsik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian
pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
a) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon psikologis dari klien.
b) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP,
pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
neonatus dan anak-anak.
c) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya
(peperangan; kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang tedsolasi
scrta stress yang menumpuk.
d) Aspek £sik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-
tanda vita]: TD, nadi, suhu, pemafasan. Ukur tinggi badan dan
bcrat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e) Aspek psikososial
Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga
generasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan
16
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
Konsep diri
- Citra tubuh : mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukaj.
- Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan
kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan.
- Peran : tugas yang diemban dalam keluarga/kelompok
dan masyarakat dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas tersebut.
- Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas,
lingkungan dan penyakitnya.
- Harga diri : hubungan klien dengan orang lain,
penjlaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya,
biasanya texjadi pengungkapan kekecewaan terhadap
dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan
ibadah.
f) Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan
klien, aktivitas motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut,
khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
g) Kebutuhan persiapan pulang
Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
17
Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan Gan
membersihkan WC serta membersihkan dan merapikan
pakaian.
Mandi klien dengan cara berpakajan, observasi kebersihan
tubuh klien.
Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di hm
rumah.
Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang
dirasakan setelah minum obat.
18
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda benda di
sekitarnya aneh dun tidak nyata?
d. Apakah pasien pemah mcrasakan bahwa ia berada diluar
tubuhnya?
e. Apakah pasien pemah merasa diawasi atau dibicarakan oleh
orang Lain?
f. Apakah pasien berpikir bahwa pildran atau tindakannya
dikontrol oleh orang lain atau kckuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memihki kekuatan fisik
atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat
membaca pikirannya?
B. Diagnosa keperawatan
Adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pcndidikan dan pengalamannya perawat mampu
mengatasinya (Carpernito, 2000).
Masalah keperawatan yang sen'ng muncul yang dapat disimpulkan
dari basil pengkajian adalah:
1. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham
a. Data subjektif : Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesamn, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang
kali seoara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
b. Data objektif : Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang
19
panik, sangat waspada, tidalk tepat menilai lingkungan/ realitas,
ekspresi wajah klien tegmg, mudah tersinggung.
Diagnosa keperawatan :
20
d) Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya,
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
pembicaraan sampai pasien berhenti membicarakannya.
e) Berikan Pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas
c. Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan flsik dan
emosional pasien.
e. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
f. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
g. Berdiskusi tentang obat yang diminum.
h. Melatih minum obat yang benar.
3. Tindakan keperawatan pasien dengan menggunakan pendekatan
strategi pelaksanaan.
a. SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, mengidentiflkasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
b. SP 2 Pasien
Mengidentiiikasi kemampuan positif yang dimiliki pasien dan
membantu mempraktikkannya
c. Sp 3Pasien
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
D. Evaluasi
Format evaluasi untuk menilaj kemampuan pasien keluarga dan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
waham.
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola prilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung distress (penderitaan) dan
menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan
manusia. Salah satu gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat,
yaitu waham. Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh
orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah
kehilangan control.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya
perawat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan
keperawatan secara intensif serta mampu berpikir kritis dalam
melaksanakan proses keperawatan apabila mendapati klien dengan
penyakit gangguan kejiwaan.
22
Daftar Pustaka
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika