Anda di halaman 1dari 5

Semen merupakan hasil sekresi organ reproduksi ternak jantan yang secara normal

diejakulasikan melalui penis ke dalam saluran kelamin betina sewaktu terjadi kopulasi. Semen
mengandung dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa. Plasma semen merupakan
cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar vesikularis dan jumlah kecil disekresikan
oleh testis. proses pembentukan dan pematangan spermatozoa melalui proses spermatogenesis
yang berlangsung pada testis selama 72 hari.
Dengan kemajuan teknologi saat ini selain melalui kopulasi semen dapat pula ditampung
dengan berbagai cara untuk keperluan inseminasi buatan. Inseminasi buatan dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas dan juga perbaikan mutu genetik domba yang berlipat ganda dalam
waktu relatif singkat. Sehingga dalam program Inseminasi Buatan sebaiknya memperhatikan
proses penampungan semen dan menggunakan semen pejantan yang telah diseleksi untuk produksi
bibit domba yang unggul.
Pada praktikum yang telah dilakukan dalam menampung semen disiapkan kolektor dan
handle yang mengenakan jas lab, sepatu, dan gloves. Menurut Sugoro (2009), Kolektor harus
mengenakan pakaian pelindung, seperti sepatu, helm, dan glove untuk menghindari bahaya.
Sedangkan handle harus membawa pejantan mengelilingi atau berputar-putar didekat pemancing.
Penampungan semen dilakukan pada kandang yang telah dibersihkan sesuai dengan pendapat
Rinaldi (2012) yang menyatakan bahwa Lokasi penampungan semen harus bersih dan kering,
Suasana di sekitar lokasi penampungan harus tenang dan tidak banyak orang yang menonton, dan
kandang penampung mempunyai lantai atau tempat berpijak yang tidak licin.
Penampungan semen yang telah dilakukan menggunakan vagina buatan yang telah diisi air
hangat 550C dan ditiupkan sedikit udara. Setelah itu dioleskan bagian dalam vagina buatan dengan
vaselin. Artificial Vagina perlu diisi dengan air hangat pada suhu 40-50˚C sebanyak ± 100 ml
untuk kambing atau domba. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan suhu vagina asli dari
kambing ataupun domba. Setelah pengisian tersebut perlu dilakukan pemompaan yang disesuaikan
dengan ukuran penis dari pejantan. Hal tersebut bertujuan untuk memperoleh kekenyalan yang
sama dengan kondisi vagina asli dari kambing ataupun domba. Sebelum digunakan, perlu diolesi
dengan Lubricating jelly dengan menggunakan Stick steril mulai dari bagian luar lubang
sampai 1/3 bagian atas Artificial Vagina. Hal tersebut bertujuan untuk melumaskan atau
memudahkan jalannya masuk penis pejantan kedalam Artificial Vagina dan mengurangi adanya
resiko luka pada penis pejantan (Nilna, 2010).
Menurut Sugoro (2009) pada proses penampungan semen diperlukan Bull teaser atau
hewan pemancing. Pada kambing atau domba bisa digunakan Bull teaser jantan dan betina. Bull
teaser yang digunakan harus berukuran lebih kecil dan tidak aktif daripada pejantan. Sebelum
dilakukan pemancingan libido pejantan tubuh bagian belakang bull teaser dilap dengan handuk
bersih yang telah dibasahi larutan desinfektan perbandingan 1:1000, tujuannya adalah agar penis
pejantan tidak terkontaminasi ketika dilakukan mounting (menaiki bull teaser). Selain itu, petugas
atau kolektor memeriksa keadaan penis pejantan pada saat mounting pertama.
Dilakukan penampungan semen sebanyak 2 kali ejakulasi. Dari ejakulsi I ke ejakulasi II
pejantan diistirahatkan ditempat peristirahatan selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk
memulihkan stamina pejantan sebelum dilakukan penampungan semen yang ke II. Apabila
dilakukan penampungan semen lebih dari 2 kali akan menyebabkan pejantan lelah dan konsentrasi
sperma rendah. Pada praktikum yang telah dilakukan bull teaser yang digunkan yaitu jantan dan
betina dan dilakukan penampungan semen sebanyak 2 kali ejakulasi namun sebelum dilakukan
penampungan tubuh bagian belakang bull teaser tidak dibersihkan dengan handuk yang dibasahi
larutan desinfektan. Langkah yang dilakukan ketika menampung semen yaitu pertama pejantan
didekatkan dengan bull teaser. Menurut Nurcholis, dkk. (2011) pendekatan pejantan dengan bull
teaser bertujuan agar memancing libido pejantan. Setelah penis pejantan mengalami Mounting 3-
5 kali dan memiliki tanda-tanda berupa keluarnya cairan Accesoris, kolektor mulai
memasukkan Artificial Vagina pada penis pejantan.
Setelah dilakukan penampungan semen maka dilakukan evaluasi semen untuk
mendapatkan bibit unggul yang akan diaplikasikan pada IB. Evaluasi semen dapat dilakukan
dengan melakukan penilaian terhadap karakteristik semen secara makroskopis maupun
mikroskopis. Penilaian secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi (kekentalan), bau,
dan pH. Volume semen domba berkisar antara 0,65±0,82 ml (Santoso & Herdis, 2013), volume
ini sesuai dengan hasil praktikum yang didapatkan volume kedua semen domba 0,8 ml. Menurut
Herdis (2017), Warna dan konsistensi (kekentalan) semen dipengaruhi oleh konsentrasi
spermatozoa, dimana semakin tinggi konsentrasi spermatozoa maka warna semen akan semakin
keruh dan akan semakin kental. Pada praktikum didapatkan semen 1 dan semen 2 berwarna putih
keruh dengan konsistensi kental sehingga kedua semen memiliki konsentrasi spermatozoa yang
tinggi. Apabila warna kemerahan pada semen maka menunjukkan bahwa semen telah
terkontaminasi oleh darah, sedangkan apabila warnanya berubah coklat menunjukkan bahwa
semen yang telah terkontaminasi darah mengalami dekomposisi pada darahnya dan Warna semen
kehijauan merupakan indikasi adanya bakteri pembusuk (). Derajat keasaman (pH) sangat
mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. Perubahan pH disebabkan oleh metabolisme
spermatozoa dalam keadaan anaerob yang menghasilkan asam laktat yang semakin meningkat.
Semen yang berkualitas baik mempunyai pH sedikit asam (Nurcholis, dkk., 2016), yaitu lebih kecil
dari 7,0 dengan rata-rata 6,7 sesuai dengan hasil yang didapatkan dari praktikum dimana pH semen
berada diantar 6,0 - 7,0. Pengujian pH dari semen dilakukan dengan menggunakan pH paper BTB
atau kertas lakmus. Bau semen tercium bau khas domba.
Setelah dilakukan pemeriksaan semen secara makroskopis, selanjutnya dilakukan
pemeriksaan semen secara mikroskopis. Pemeriksaan semen secara mikroskopis ini bertujuan
untuk menganalisa kondisi semen meliputi gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi sel dan
viabilitas. Pada pemeriksaan gerakan massa, 10 µl semen diteteskan pada objek glas tanpa ditutup
dengan Cover glass kemudian diamati dibawah mikroskop perbesaran 40x, sedangkan pada
pemeriksaan gerakan individu, semen harus diencerkan dengan NaCl fisiologis dengan
perbandingan 1 : 100 yaitu 100 µl semen diencerkan dengan 100 ml NaCl fisiologis kemudian
divortex dan diteteskan pada objek glas lalu ditutup dengan Cover glass dan diamati dibawah
mikroskop perbesaran 100x. Gerakan massa sperma merupakan derajat keaktifan bergerak sperma
(sebagai indikator tingkat atau persentase sperma hidup dan aktif) dalam semen. Penilaian gerakan
massa (+++) jika spermatozoa tersebut kelihatan seperti kumpulan awan gelap yang bergerak aktif
dan sangat cepat, (++) jika spermatozoa tersebut kelihatan seperti awan gelap tetapi gerakannya
tidak terlalu cepat, ( + ) jika yang terlihat hanya pergerakan individu saja dan tidak ada kumpulan
spermatozoa, dan ( 0 ) jika spermatozoa tidak bergerak (). Seperti yang telah dipaparkan …….. (),
gerakan massa pada kedua semen trelihat seperti kumpulan awan gelap yang bergerak aktif dan
sangat cepat maka penilaian gerakan massa pada kedua semen yaitu (+++).
Menurut … (), Penilaian Gerakan Individu merupakan evaluasi gerakan spermatozoa yang
bergerak progresif kedepan (pergerakan mundur dan melingkar tidak diikut sertakan)
dibandingkan dengan spermatozoa yang diam di tempat. Penilaian motilitas individu ini dalam
bentuk prosentase spermatozoa yang bergerak. Dari hasil praktikum kedua sampel didapatkan
bergerak progresif kedepan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh …. ()
Viabilitas dan morfologik spermatozoa dapat diamati menggunakan metode pewarnaan
diferensial eosin-negrosin. Semen 3 µl diteteskan pada ujung tepi objek glass dan sisi lain ujung
tepi objek glass diteteskan pewarna eosin-negrosin dan dihomogenkan. Setelah itu di ulas ke arah
depan selanjutnya difiksasi di atas bunsen dan diamati menggunakan mikroskop. Viabilitas
adalah kemampuan spermatozoa untuk tetap tahan hidup sejak awal penyimpanan
hingga spermatozoa yang mati, dengan batasan bahwa spermatozoa yang hidup tidak menyerap
warna pada bagian kepalanya, sedangkan spermatozoa yang mati akan menyerap warna karena
permeabilitas dindingnya meningkat. Perbedaan afinitas zat warna antara sel-sel sperma yang mati
dan yang hidup digunakan untuk menghitung jumlah sperma hidup secara objektif. Jumlah
spermatozoa yang hidup dan mati diamati pada beberapa bidang pandang sehingga diperoleh
jumlah sel 100 -200 sel spermatozoa. Dari hasil praktikum didapatkan pada semen 1 jumlah
sperma yang hidup 116 dari total sperma 172 maka didapatkan presentase sperma hidup 67,4%.
Menurut Gazali & Tambing (2002) rataan persentase Motilitas dan Viabilitas semen segar domba
adalah 76,67±86,6. Hasil praktikum menunjukan prsentase yang lebih rendah dikarenakan waktu
penampungan semen terlalu lama sehingga jumlah sperma yang motil berkurang.
Jadi untuk optimalisasi IB dalam meningkatkan kualitas anakan yang unggul maka perlu
dilakukan seleksi pejantan unggul, penampungan semen secara tepat dan evaluasi semen. Proses
penampungan semen menggunakan vagina buatan yaitu menyiapkan pejantan kemudian
membersihkan preputium. Gunakan hewan pemancing yang sedang birahi. Tabung semen dibuka
dari corong karet dan ditutup dengan kertas atau kain agar terhindar dari sinar matahari
langsung. Proses evaluasi semen yaitu melakukan pengujian makroskopis yang meliputi warna,
bau, pH, kekentalan dan volume. Melakukan pengujian mikroskopis yang meliputi gerakan massa,
gerakan individu, viabilitas, dan konsentrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Alvionita, cindy, Siti Darodjah Rasad, Nurcholidah solihati. 2015. Kualitas Semen Domba
Lokal Pada Berbagai Kelompok Umur Semen Quality Of Ram At Different Age-Group.
Universitas Padjajaran.
Feradis. 2007. Karakteristik Sifat Fisik Semen Domba St. Croix. Jumal Petemakan.Vol
40
Gazali M, Tambing SN. 2002. Kriopreservasi sel spermatozoa. Hayati 9 (1): 27-32.

Herdis. 2017. Karakteristik Semen Segar Domba Garut Tipe Laga Pada Tiga Waktu Penampungan
Semen. Zoo Indonesia 26(1): 8-19

Layla, Zulqoyah. 2000. Teknik Menghitung Jumlah Sel Spermatozoa Dalam Semen
Kambing Dengan Menggunakan Spektrofhotometer. Balai Penelitian Ternak Bogor.
Nilna.2010. Standar Operasional Pekerjaan Prosesing Semen. Sumatra Barat: Pengawas Mutu
Bibit Ternak pada Dinas peternakan
Nurcholis , Raden Iis Arifiantini , Mohamad Yamin. 2016. Kriopreservasi Semen Domba Garut
Menggunakan Tris Kuning Telur yang Disuplementasi Omega-3 Minyak Ikan Salmon. Jurnal
Veteriner Vol. 17 No. 2 : 309-315

Rinaldi.2012. Penampungan Semen Dan Sni Semen Beku. Sumatra Utara: Attribution Non-
commercial.
Santoso & Herdis. (2013). Peranan raffinosa ke dalam mempertahankan kualitas semen beku
domba Garut. Dalam R. I. Arifiantini (Editor), Prosiding seminar nasional : Peran reproduksi
dalam penyelamatan & pengembangan plasma nutfah hewan di Indonesia. Bogor: Asosiasi
Reproduksi Hewan Indonesia.

Saputra, D. J., M. N. Ihsan dan N. Isnaini. 2017. Korelasi Antara Lingkar Skrotum Dengan
Volume Semen, Konsentrasi Dan Motilitas Spermatozoa Pejantan Sapi Bali. Journal of
Tropical Animal Production Vol 18, No. 2 pp. 47-53
Sugoro, I. 2009. Pemanfaatan Inseminasi Buatan (IB) untuk Peningkatan Produktivitas sapi.
Bandung: Sekolah Tinggi dan Ilmu Hayati ITB.

Anda mungkin juga menyukai