Anda di halaman 1dari 54

1.

Ciri Daun
VI. Daun (Folium)
 Tipis dan lebar
 Kaya akan klorofil
 Umurnya terbatas
 Saat muda berwarna hijau muda keputih-putihan
(ada yang merah muda) dan menjadi coklat saat tua
 Daun yang rontok diganti daun baru yang jumlahnya
lebih banyak
 Tanaman ada yang bersifat tropophyta (meranggas,
ex. Jati) atau evergreen (ex. Sawo kecik)

2. Fungsi Daun
 Resorbsi (mengambil zat makanan – CO2)
 Asimilasi (Pengolahan makanan)
 Transpirasi (Penguapan air), Gutasi
 Respirasi (Pernapasan)
 Alat perkembangbiakkan vegetatif, Ex. Cocor bebek
 Daun dapat bermodifikasi menjadi duri (ex. kaktus), dan berakibat
daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun
tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan
fungsi menjadi organ penyimpan air.
 Warna hijau pada daun karena kandungan klorofil pada daun.
Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi
panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam
fotosintesis.
 Daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna
jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna
merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua
kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning
atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
3. Bagian-bagian Daun
 Upih atau Pelepah daun (Vagina)
 Tangkai daun (Petiolus)
 Helaian daun (Lamina)

 Daun lengkap jika mempunyai ketiga


bagian daun tersebut (vagina, petiolus
dan lamina)
Ex. Pisang, bambu, pinang, talas
 Daun tidak lengkap jika tumbuhan hanya
mempunyai satu atau dua bagian saja
Ex. Nangka, jagung, mangga

4. Alat Tambahan pada Daun


o Stipula (daun penumpu), Ex. Mawar
o Ochrea (Selaput bumbung),
Ex. Polyginum
o Ligula (Lidah daun), Ex. Gramineae
Beberapa kemungkinan jika
daun tidak lengkap, yaitu:
 Daun terdiri atas tangkai dan
helaian daun, disebut daun
bertangkai. Ex. Nangka, mangga
 Daun terdiri dari upih dan
helaian, disebut daun berupih
atau daun berpelepah. Ex.
Jagung, padi
 Daun hanya terdiri dari helaian
saja tanpa upih dan tangkai,
disebut daun duduk, ex. Biduri,
dan karena tidak bertangkai
sehingga memeluk batang, ex.
Tempuyung
 Daun yang hanya terdiri dari atas
tangkai=Filodia. Ex. Acacia
Upih Daun (Vagina)
 Daun yang berupih umumnya hanya didapati
pada tumbuhan yang tergolong dalam
tumbuhan yang berbiji tunggal
(Monocotyledoneae) suku
rumput(gramineae), suku empon-
empon(Zingiberaceae)
 Upih daun selain merupakan bagian daun
yang melekat atau memeluk batang, juga
dapat mempunyai fungsi lain, yaitu:
a. Sebagai pelindung kuncup yang masih
muda, seperti dapat dilihat pada tanaman
tebu (Saccharum officinarum L)
b. Memberi kekuatan pada batang
tanaman.Upih daun (batang semu)
membungkus batang, sehingga batang
tidak nampak seperti pada pisang (Musa
paradisiaca).
Tangkai Daun (Petiolus )
 Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung
helaiannya dan bertugas menempatkan helaian daun
pada posisi sedemikian rupa sehingga memperoleh
cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan
ukuran tangkai daun berbeda-beda menurut jenisnya
tumbuhan, bahkan pada satu tumbuhan ukuran dan
bentuknya dapat berbeda.
 Umumnya tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi
agak pipih dan menebal pada pangkalnya.
 Penampang melintang tangkai daun berbentuk:
a. Bulat dan berongga, ex. Pepaya
b. Pipih dan tepinya melebar, ex. Jeruk
c. Bersegi
d. Setengah lingkaran dan sisi atas beralur , ex. Pisang
Helaian Daun (Lamina)
 Daun tumbuhan beraneka ragam bentuk,
ukuran, maupun warnanya. Helaian daun
merupakan bagian daun yang terpenting dan
lekas menarik perhatian.
 Suatu sifat yang sesungguhnya hanya
berlaku untuk helaian daun dapat pula
dijadikan sebagai sifat daunnya, yang
selanjutnya dijadikan ciri suatu tanaman
yang akhirnya dijadikan sebagai tanda
pengenal suatu tumbuhan
 Jika bentuk daun berbeda pada suatu
tanaman, maka disebut Heterofilii,
ex. Nangka, kelapa, lobak
 Warna daun dapat berbeda pada suatu
tanaman, yaitu berwarna merah saat muda,
hijau saat dewasa dan coklat saat tua,
ex. Mangga, kakao
4. Sifat Daun
Sifat-sifat daun dapat dipakai sebagai petunjuk untuk
mengenal suatu jenis tumbuhan. Sifat-sifat daun yang
perlu diperhatikan adalah :
• Bangunnya (circumscriptio)
• Ujungnya (apex)
• Pangkalnya (basis)
• Susunan tulangnya (nervatio atau venatio)
• Tepinya (margo)
• Daging daunnya (intervenium)
• Sifat-sifat lainya (keadaan permukaannya atas
maupun bawah
ex. Gundul, berambut; warna, dll)
Bangun/bentuk daun (Circumscriptio)

 Penentuan bangun daun tidak terpengaruh oleh toreh


atau lekuk pada tepi daun. Ex. Daun pepaya dianggap
bangunnya bulat
 Penggolongan bangun daun jika didasarkan atas letak
bagian daun yang terlebar, maka dibagi atas 4 golongan
daun, yaitu :
1. Bagian yang terlebar terdapat kira-kira di tengah-
tengah helaian daun
2. Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-
tengah helaian daun,
3. Bagian yang terlebar terdapat di atas tengah-tengah
helaian daun,
4. Tidak ada bagian yang terlebar, artinya helaian daun
dari pangkal ke ujung dapat dikatakan sama lebarnya.
Ad1. Bagian yang terlebar terdapat kira-
kira di tengah-tengah helaian daun.
Bentuknya al. :

a. Bulat atau bundar (Orbicularis)


(Panjang : Lebar = 1 : 1)
Ex. Daun Teratai besar
b. Bangun Perisai (Peltatus)
Ex. Daun Jarak
c. Jorong (Ovalis = elipticus)
(Panjang : Lebar = 1,5 - 2 : 1)
Ex. Daun Nangka
d. Memanjang (Oblongus)
(Panjang : Lebar = 2,5 - 3 : 1)
Ex. Daun Srikaya, Sirsat
e. Lanset (Lanceolatus)
(Panjang : Lebar = 3 - 5 : 1)
Ex. Daun Kamboja, Oleander
Ad2. Bagian yang terlebar terdapat di bawah tengah-
tengah helaian daun. Terbagi 2 bagian, yaitu:
A. Pangkal daun tidak bertoreh
a. Bulat telur (Ovatus) Ex. Daun
Kembang sepatu
b. Segitiga (Triangularis)
Ex. Daun pukul empat
c. Delta (Deltoideus) Ex.
Bunga airmata pengantin
d. Belah ketupat (Rhomboideus) Ex.
Daun Bengkoang
B. Pangkal daun bertoreh / berlekuk
a. Jantung (Lanceolatus)
Ex. Daun Waru
b. Bangun Ginjal (Reniformis) Ex.
Daun Centella asiatica
c. Anak panah (Sagittatus)
Ex. Daun Enceng
d. Tombak (Hastatus)
Ex. Monochoria hastata
e. Bertelinga (Auriculatus)
Ex. Tempuyung

Ad3. Bagian yang terlebar terdapat di


atas tengah-tengah helaian daun.
Bentuknya al. :
a. Bulat telur sungsang (Obovatus)
Ex. Sawo kecik
b. Jantung sungsang (Obcordatus)
Ex. Sidaguri
c. Segitiga terbalik (Cuneatus)
Ex. Semanggi
d. Sudip / spatel (Sphatulatus)
Ex. Lobak
Ad.4. Tidak ada Bagian yang terlebar atau dari pangkal
sampai ujung hampir sama lebar. Bentuknya al. :
a. Bangun Garis (Linearis), Ex. Gramineae
b. Bangun Pita (Ligulatus), Ex. Jagung
c. Bangun Pedang (Ensiformis), Ex. Agave sisalana
d. Bangun Paku atau Dabus (Subulatus),
Ex. Auricaria cunninghamii
e. Bangun Jarum (Acerosus), Ex. Pinus mercusii
Ujung Daun (Apex Folii)
Bentuk-bentuk ujung daun yang sering dijumpai adalah:
a. Runcing (acutus). Ex. Oleander (Nerium oleander)
b. Meruncing (acuminatus). Ex. Sirsak (Annona muricata)
c. Tumpul (obtusus). Ex. Sawo kecik (Manilkara kauki)
d. Membulat (rotundatus). Ex. Kaki kuda (Centella asiatica)
e. Rompang (truncatus). Ex. Jambu Mete (Anacardium occidentale)
f. Terbelah (Retusus). Ex. bayam (Amaranthus hybridus)
g. Berduri (mucronatus). Ex. Nenas sebrang (Agave sp.)
Pangkal Daun (Basis Folii)

Pangkal daun dibedakan atas 2 kelompok,


yaitu
1. Tepi daun tidak pernah bertemu, dipisah
oleh ibu tulang / ujung tangkai daun.
Bentuknya antara lain:
a. Runcing (acutus), biasanya terdapat
pada bangun daun memanjang,
lanset, belah ketupat
b. Meruncing (acuminatus), biasanya
terdapat pada bangun daun bulat
telur sungsang, sudip
c. Tumpul (obtusus), terdapat pada
bangun daun bulat telur dan jorong
d. Membulat (rotundatus) ), biasanya
terdapat pada bangun daun bulat,
jorong, dan bulat telur
e. Rompang atau rata (truncatus), biasanya terdapat pada
bangun daun segitiga, delta dan tombak
f. Berlekuk (emanginatus), biasanya terdapat pada
bangun daun jantung, ginjal, anak panah.
2. Tepi daun dapat bertemu dan berlekatan satu sama lain
(biasanya terdapat pada daun membulat

Susunan Tulang-tulang Daun (Nervatio)


Tulang daun mempunyai kegunaan:
1. Memberi kekuatan pada daun sehingga seluruh tulang-tulang
pada daun dinamakan pula “rangka daun”
2. Merupakan berkas pembuluh yang berfungsi sebagai
pengangkutan zat-zat makanan yang diambil tumbuhan dari
dalam tanah berupa air dan garam terlarut, serta
pengangkutan hasil asimilasi dari tempat pembuatannya di
daun ke bagian lain yang memerlukan zat tersebut.
Tulang daun menurut besar kecilnya
dibedakan atas 3 macam, yaitu:
1. Ibu tulang daun (costa), adalah
tulang daun terbesar dan
merupakan terusan tangkai daun,
bersifat simetris namun ada pula
yang asimetris seperti Begonia
2. Tulang-tulang cabang (nervus
lateralis), adalah tulang yang
lebih kecil dan berpangkal dari ibu
tulang daun, sehingga mungkin
terbentuk tulang cabang tingkat 1
atau tingkat 2
3. Urat-urat daun (vena), bentuknya
kecil dan lembut yang berangkai
membentuk susunan seperti jala
Berdasarkan susunan tulang daun,
daun dibagi atas 4 golongan, yaitu:
1. Menyirip (penninervis), mempunyai
satu ibu tulang daun dari pangkal ke
ujung, dan dari ibu tulang daun
keluar cabang sehingga bentuknya
seperti sirip ikan. Umumnya
terdapat pada Dicotyledoneae,
Ex. Mangga
2. Menjari (palminervis), jika dari
ujung tangkai daun keluar beberapa
tulang daun yang memencar seperti
jari pada tangan, jumlahnya ganjil
dan yang ditengah paling panjang
dan besar sedangkan ke samping
semakin pendek. Umumnya
terdapat pada Dicotyledoneae,
misalnya Pepaya, jarak, dan kapas
3. Melengkung (cervinervis), mempunyai tulang daun di
tengah sedangkan lainnya mengikuti jalannya tepi daun,
sehingga semula memancar kemudian kembali menuju
kesatu arah di ujung daun. Umumnya terdapat pada
Monocotyledoneae, misalnya Genjer, Gadung
4. Sejajar/lurus (rectinervis), biasanya terdapat pada daun
bangun garis atau pita yang mempunyai satu tulang di
tengah yang besar dan membujur sedang tulang lainnya
lebih kecil dan arahnya sejajar dengan ibu tulang daun.
Umumnya terdapat pada Monocotyledoneae, misalnya
jenis rumput (Gramineae) dan teki-tekian (Cyperaceae)

 Dicotyledoneae mempunyai daun bertulang menyirip atau


menjari, kecuali sirih, melastoma (bertulang melengkung)
 Monocotyledoneae mempunyai daun bertulang
melengkung atau sejajar, kecuali pisang, canna (bertulang
menyirip) dan siwalan (bertulang menjari).
Tepi Daun (Margo Folii)
Tepi daun dibedakan atas 2 macam:
1. Rata (integer)
2. Bertoreh (divisus), sifatnya tidak
mempengaruhi bentuk = merdeka atau
mempengaruhi bentuk. Perhatikan Sinus
(torehannya) dan angulus (bagian tepi daun
yang menonjol keluar)
A. Tepi daun dengan toreh yang merdeka
a. Bergerigi (serratus), jika sinus dan angulus
sama, Ex. Lantana camara
b. Bergerigi ganda =rangkap (biserratus), sama
bergerigi tetapi angulus cukup besar dan
tepinya bergerigi lagi
c. Bergigi (dentatus), sinus tumpul sedang
angulus lancip, ex. Beluntas
d.Beringgit (crenatus), kebalikan bergigi yaitu sinusnya
tajam dan angulusnya yang tumpul, misalnya Cocor bebek
e.Berombak (repandus), jika sinus dan angulus sama-sama
tumpul, misalnya air mata pengantin (Antigonom leptopus)

B. Tepi daun dengan toreh yang mempengaruhi bentuk


 Disebabkan karena toreh daun besar dan dalam sehingga
bangun asli tidak tampak
 Berdasarkan dalamnya torehan, tepi daun dibedakan atas
a.Berlekuk (lobatus), jika dalamnya toreh kurang dari
setengah panjang tulang yang terdapat di kanan-kirinya
b.Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih
sampai tengah-tengah panjang tulang daun di kanan-
kirinya
c.Berbagi(partitus), jika dalamnya toreh melebihi
setengah panjang tulang daun di kanan-kirinya
Untuk mencandra daun dapat dilakukan dengan meng-kombinasi antara
sifat toreh dengan susunan tulang daun, Ex.
a. Berlekuk menyirip, misalnya daun terong
b. Bercangap menyirip, misalnya daun keluwih
c. Berbagi menyirip, misalnya daun sukun
d. Berlekuk menjari, misalnya daun Jatropha curcas
e. Bercangap menjari, misalnya daun Ricinus communis
f. Berbagi menjari, misalnya daun ubi kayu
Daging Daun (Intervenium)
 Adalah bagian daun yang terdapat diantara tulang daun
dengan urat-urat daun
 Berdasarkan tebal tipisnya, daun terbagi atas:
a. Tipis seperti selaput (membranaceus) misalnya daun paku
b. Seperti Kertas (papyraceus), tipis tetapi cukup tegar,
misalnya daun pisang
c. Tipis lunak (herbaceus), misalnya daun slada air
d. Seperti Perkamen (perkamenteus), misalnya daun kelapa
e. Seperti Kulit/belulang (coriaceus), jika helaian daun tebal
dan kaku, misalnya daun nyamplung
f. Berdaging (carnosus), jika daun tebal dan berair,
misalnya daun lidah buaya
Sifat lain dari daun
A. Warna daun
Umumnya hijau atau hijau dengan berbagai variasi dan nuansa serta
warna lain, seperti:
- Merah, misalnya pada daun bunga buntut bajing
- Hijau bercampur/tertutup merah, misalnya puring
- Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni
B. Permukaan daun
 Warna daun sisi atas tampak lebih hijau, licin atau mengkilat dibanding
sisi bawah daun
 Seringkali terdapat alat tambahan pada permukaan daun seperti sisik,
rambut atau duri. Kemungkinannya adalah:
a. Licin (laevis):
- Mengkilap (nitidus), seperti sisi atas daun kopi robusta, beringin
- Suram, seperti pada ubi jalar
- Berselaput lilin, seperti sisi bawah daun pisang, tasbih
b. Gundul (glaber), misalnya daun jambu air
c. Kasap (scaber), misalnya daun jati
d. Berkerutl (rugosus), misalnya daun jambu biji
e. Berbingkul-bingkul (bullatus), misalnya air mata pengantin
f. Berbulu (pillosus), halus dan jarang, Ex. daun tembakau
g. Berbulu halus dan rapat (villosus), terasa seperti beludru
h. Berbulu kasar (hispidus), misalnya daun gadung
i. Bersisik (lepidus), misalnya sisi bawah daun durian
DAUN MAJEMUK (Folium Compositum)

 Daun tunggal (Folium Simplex) adalah daun yang hanya terdapat


satu helaian saja pada tangkai daun
 Daun majemuk (Folium Compositum) tangkai bercabang-
cabang, dan pada tangkai cabang tersebut terdapat helaian
daun sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari 1 helaian
daun.
 Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun
tunggal yang torehnya sedemikian dalamnya sehingga bagian
daun diantara toreh-toreh tersebut terpisah satu sama lain, dan
masing-masing merupakan suatu helaian kecil tersendiri
 Suatu daun majemuk dapat dibedakan:
a. Ibu tangkai daun (petiolus communis)
b. Tangkai anak daun (petiololus)
c. Anak daun (foliolum)
d. Upih daun (vagina)
 Perbedaan antara daun majemuk dengan suatu cabang yang mempunyai
daun-daun tunggal, adalah:
1. Pada daun majemuk anak daun terjadi besama-sama dan rontok
bersama-sama pula, sedangkan pada cabang daun tidak sama
umurnya sehingga tidak rontok bersama-sama
2. Pada daun majemuk, pertumbuhannya terbatas (tidak bertambah
panjang), sedangkan cabang selalu bertambah panjang
3. Pada daun majemuk tidak ada kuncup pada ketiak daun, sedangkan
pada suatu cabang biasanya terdapat satu atau lebih kuncup/tunas

 Menurut susunan anak daun pada ibu tangkai , daun majemuk dibagi 4
golongan, yaitu daun majemuk: menyirip, menjari, bangun kaki, dan
campuran
 Daun majemuk Menyirip (Pinnatus), adalah daun majemuk yang
anak daunnya terdapat di kanan-kiri ibu tangkai daun, jadi tersusun
seperti sirip ikan. Terbagi atas:
a. Menyirip beranak daun 1(unifoliolatus), Ex. Jeruk besar
b. Menyirip Genap (abrupte pinnatus),
sejumlah anak daun berpasangan
terletak di kanan-kiri ibu tulang, ex.
asam
c. Menyirip Gasal (imparipinnatus), jumlah
anak daunnya ganjil, biasanya di ujung
ibu tangkai terdapat anak daun tersendiri
dan ukurannya lebih besar, ex. Mawar

 Daun majemuk menyirip dapat pula dibedakan menurut duduk anak


daun pada ibu tangkai, yaitu:
a. Daun majemuk menyirip dengan anak daun yang ber-pasang-
pasangan, jika duduknya anak daun pada ibu tangkai berhadap-
hadapan
b. Menyirirp berseling, jika anak daun pada ibu tangkai duduknya
berseling
c. Menyirip berselang-seling, jika anak daun pada ibu tangkai
berselang-seling pasangan anak daun yang lebar dengan pasangan
anak daun yang sempit. Ex. tomat
 Pada daun majemuk seringkali anak daun tidak
langsung duduk pada ibu tangkai tetapi pada
cabang ibu tangkai sehingga disebut daun
majemuk rangkap atau ganda (biasanya hanya
terdapat pada daun majemuk menyirip)

 Menurut letak anak daun pada cabang tingkat


berapa dari ibu tangkai, maka dapat dibedakan
atas:
a. Menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak
daun duduk pada cabang tingkat satu dari ibu
tangkai, misalnya daun kembang merak
(Caesalpinia pulcherrima), lamtoro (Leucaena
glauca)
b. Menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak
daun duduk pada cabang tingkat dua dari
ibu tangkai, misalnya kelor (Moringa
oleifera)
c. Menyirip ganda empat, dst.
 Daun majemuk Menjari (Palmatus), adalah
daun majemuk yang semua anak daunnya
tersusun memencar pada ujung ibu tangkai
daun

 Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun


majemuk menjari dibedakan:
a. Beranak daun dua (bifoliolatus), pada
ujung ibu tangkai terdapat dua anak
daun, misalnya daun Nam-nam
b. Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada
ujung ibu tangkai terdapat tiga anak
daun, misalnya daun Karet
c. Beranak daun lima (quenquefoliolatus),
pada ujung ibu tangkai terdapat lima
anak daun, misalnya daun Maman
d. Beranak daun tujuh (septemfoliolatus),
pada ujung ibu tangkai terdapat tujuh
anak daun, misalnya daun Randu
 Daun majemuk Bangun Kaki
(Pedatus), adalah seperti susunan
daun majemuk menjari tetapi dua
anak daun yang paling pinggir tidak
duduk pada ibu tangkai, melainkan
pada anak daun disampingnya.
Misalnya pada Arisaema filiforme
 Daun majemuk Campuran
(Digitatospinnatus), adalah suatu
daun majemuk ganda yang
mempunyai cabang ibu tangkai
memencar seperti jari dan
terdapat pada ujung ibu tangkai,
tetapi cabang ibu tangkai ini
terdapat anak-anak daun yang
tersusun menyirip. Misalnya Sikejut
(Mimosa pudica)
TATA LETAK DAUN PADA BATANG
(Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)

 Bagian batang atau cabang tempat duduknya suatu daun disebut


buku (nodus). Bentuknya membesar dan melingkari batang
seperti cincin, misalnya pada bambu, tebu
 Bagian batang antar dua buku disebut ruas (internodium)
 Tata letak daun adalah aturan letak daun satu sama lain pada
batang. Pada tanaman sejenis (ex. Pepaya), dimana-pun tumbuh
akan didapati tata letak daun yang sama sehingga dapat
dijadikan “Tanda pengenal suatu tumbuhan”
 Untuk mengetahui tata letak daun, maka perlu dilihat berapa
jumlah daun yang terdapat pada satu buku batang, yang
kemungkinannya adalah:
a. Hanya terdapat satu daun saja disebut tersebar
b. Terdapat dua daun yang berhadapan
c. Terdapat lebih dari dua daun
 Rumus daun (Divergensi) adalah perbandingan antara berapa
kali garis spiral mengelilingi batang(a) dengan jumlah daun
yang dilewati (b)  a/b
 Rumus daun mengikuti aturan “Deret Fibonacci”, yaitu:
1/2; 1/3; 2/5; 3/8; 5/13; 8/21; …; dst
 Deret pecahan tersebut mengikuti sifat:
1. Suku ke-3 pembilang atau penyebutnya adalah jumlah kedua
pembilang atau penyebut dari dua suku didepannya,
contohnya: 2/5  2 = 1+1 dan 5 = 2+3
2. Nilai pembilang merupakan selisih antara penyebut dan
pembilang suku didepannya, sedangkan nilai penyebutnya
adalah jumlah penyebut suku didepannya dengan pembilang
suku itu sendiri
contohnya: …; 5/13; ? 5/13; 8/21;
13-5=8 (pembilang) dan 13+8=21 (penyebut)  8/21
 Jika pada setiap buku hanya
terdapat satu daun, sering
ditemukan daun berkarang (Roset
daun = Rosula), yaitu duduk daun
yang berjejal-jelal yang terjadi
akibat ruas batang yang amat
pendek sehingga duduk daun pada
batang tampak hampir sama
tinggidan sangat sukar untuk
menentukan urutan tua-mudanya
 Kemungkinan terbentuk Roset Akar,
yaitu jika batang amat pendek
sehingga daun berjejal diatas tanah
(roset amat dekat dengan akar).
Misalnya Lobak, Tapak liman
 Roset Batang, jika daun rapat
berjejal pada ujung batang. Misalnya
kelapa atau jenis palem
 Pada cabang yang mendatar atau serong
ke atas, daun dengan tata letak tersebar
dapat teratur sedemikian rupa sehingga
helaian daun pada cabang akan teratur
pada suatu bidang datar dan membentuk
suatu pola seperti mosaik (pola karpet).
Susunan daun tersebut disebut Mosaik
Daun
 Pada cabang mendatar , mosaik daun
terjadi karena semua daun terlentang ke
kiri dan ke kanan dengan menggunakan
bidang datar seefektif mungkin, ex.
Alnus
 Pada cabang yang serong ke atas , daun
yang tata letaknya tersebar
menempatkan helaian daun pada bidang
datar di ujung cabang (helaian daun
muda di tengah dan yang tua di pinggir
dan lebar. Ex. Kemiri, Begonia
 Jika pada setiap buku terdapat 2 daun, maka letaknya akan:
- Berhadapan (terpisah oleh jarak 180o)
- Berhadapan Bersilang (folia apposita atau folia misalnya
pada Asoka dan Mengkudu
 Jika pada setiap buku terdapat lebih dari 2 daun disebut
berkarang (folia verticillata), misalnya pada Alamanda, Oleander
 Pada tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang
tidak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi bisa diperlihatkan
ortostiknya yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu
sama lain
 Tata letak daun pada batang dapat
diperlihatkan denga 2 cara, yaitu:
a. Membuat Bagan dan skema
b. Membuat diagramnya
 Caranya: batang digambar sebagai silinder,
kemudian digambar membujur garis ortostik
dan buku batangnya; sedang daun digambar
segitiga dengan dasar lebar menghadap
keatas (ν)
 Contoh rumus daun 2/5,
Gambar silinder, kemudian buat 5 buah
ortostik pada silinder tersebut. Selanjutnya
gambar daun pada setiap buku dengan jarak
2/5 lingkaran, sehingga dimulai dari daun
manapun akan terlihat garis spiral genetik
yang melingkari batang sampai 2 kali akan
melewati 5 daun selama melingkar 2 kali tadi
 Untuk membuat diagram batang, maka batang dipandang
sebagai kerucut memanjang dengan buku batang sebagai
lingkaran. Jika menggambar rumus 2/5 maka untuk
memperlihatkan daun yang duduk pada ortostiknya maka
dibuat minimal 6 (n+1) lingkaran yang konsentris
 Selanjutnya bagi lingkaran menjadi 5 sektor yang sama
besar. Gambar daun pada setiap lingkaran berturut-turut
dari luar ke dalam dengan jarak antara 2 daun adalah
2/5 lingkaran untuk meloncati satu ortostik
 Spiral genetik dalam diagram daun merupakan suatu garis
spiral yang putarannya semakin ke atas digambar
semakin sempit
 Pada bagan dan diagram akan terlihat bahwa daun nomor
1, 6, 11, dst (tiap kali ditambah 5) atau 2,7,12, dst akan
terletak pada ortostik yang sama (sejajar).
Spirostik dan Parastik
 Garis ortostik pada suatu tumbuhan
biasanya tanpak lurus ke atas, tetapi
kadang mengalami perubahan arah
karena pengaruh bermacam faktor.
 Kadang terjadi perubahan garis
ortostik menjadi garis spiral yang
tanpak melingkari batang sehingga
letak daun mengikuti ortostik disebut
Spirostik. Hal ini biasa terjadi kalau
pertumbuhan batang tidak lurus tetapi
memutar, misalnya Costus speciosus (1
spirostik), Bupleurum falcatum (2
spirostik), Pandanus tectorius (3
spirostik)
 Pada Kelapa sawit, daunnya mengikuti
garis spiral kekiri dan kekanan
(Parastik), juga pada buah nenas
BAGIAN LAIN PADA TUMBUHAN
(Metamorfosis Akar, Batang, dan Daun)

 Kadang ditemukan penjelmaan salah satu kombinasi bagian pokok tanaman


(akar, batang, daun) = in statu nascendi, al.:
A. Kuncup (gemma), adalah calon tunas yang terdiri atas calon batang dan
calon daun, biasanya dilindungi (rambut, sisik atau daun penumpu) dari
kerusakan oleh pengaruh faktor luar
Menurut tempatnya, kuncup dibedakan atas:
- Kuncup ujung (gemma terminalis),
- Kuncup ketiak (gemma axillaris )
- Kuncup liar ((gemma adventicius),
misalnya tempatnya di
* Batang  Wiwilan = tunas air pada Kakao
* Tepi daun pada Cocor bebek
* Akar pada Sukun
 Tunas dapat mengalami metamorfosis menjadi kuncup daun
(gemma foliifera), kuncup bunga (gemma florifera), dan
kuncup campuran (gemma mixta)
 Berdasarkan ada tidaknya pelindung bagi kuncup, dapat
dibedakan atas: kuncup telanjang = tidak ada pelindung gemma
nudus), dan kuncup tertutup = ada pelindung yang
menyelubungi kuncup (gemma cilausus)
B. Rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus)
 Alat ini merupakan badan yang membengkak dan umumnya
menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan dan alat
perkembangbiakan
 Rimpang adalah batang beserta daun yang terdapat didalam
tanah, bercabang dan tumbuh mendatar, dan dari ujungnya
dapat tumbuh tunas yang muncul diatas tanah sebagai
tumbuhan baru, misalnya pada Canna edulis
 Merupakan penjelmaan batang karena cirinya adalah beruas-
ruas, berbuku-buku; berdaun (telah menjelma menjadi sisik-
sisik), mempunyai kuncup, tumbuhnya tidak ke pusat bumi
atau air tetapi mucul diatas tanah

 Umbi, merupakan badan yang membengkak, bangun bulat


seperti kerucut atau tidak beraturan, dapat merupakan
penjelmaan batang atau akar
 Umbi batang (tuber caulogenum), misalnya kentang (Solanum
tuberosum) dan ubi rambat (Ipomoea batatas) (disebut juga
umbi telanjang karena tidak ada sisa daun pada umbi dan
permukaannya licin). Ditandai adanya kuncup (mata) pada
umbi yang dapat bertunas menjadi tumbuhan baru
 Umbi akar (tuber rhizogenum), misalnya yang berasal dari akar
tunggang seperti lobak dan bengkowang; dan yang berasal dari
akar serabut seperti ubi kayu dan dahlia

 Umbi Lapis, merupakan penjelmaan batang dan daun yang


tersusun berlapis-lapis yang terdiri atas daun yng telah menjadi
tebal, lunak dan berdaging. Batangnya hanya merupakan bagian
yang kecil pada bagian bawah umbi tsb.
Bagian umbi lapis terdiri atas subang atau cakram (discus),
sisik-sisik (tunica), kuncup (gemmae), dan akar serabut
 Jika menurut sifat sisik, maka umbi lapis dibedakan atas: yang
berlapis, misalnya bawang merah; yang bersisik, misalnya lili.
C. Alat Pembelit atau sulur (chirrus),
 adalah bagian tumbuhan yang biasanya menyerupai spiral dan
berguna untuk membelit benda yang disentuhnya untuk
berpegangan pada waktu tumbuhan berusaha mendapatkan
penunjang untuk dapat naik ke atas (memanjat)
 Merupakan metamorfosis dahan (cabang), daun atau akar
 Menurut asalnya, alat pembelit dapat dibedakan atas:
- Cabang pembelit (sulur dahan/cabang), ex. markisa
- Daun pembelit (sulur daun), ex. Kacang kapri
- Akar pembelit, ex. Panili
D. Piala (ascidium) dan Gelembung (utriculus),

 Merupakan metamorfosis daun, biasa digunakan untuk menangkap


serangga sehingga terdapat pada tumbuhan pemakan serangga
(insectivora)
 Piala merupakan ujung daun yang diubah menjadi badan yang
menyerupai piala yang lengkap dengan tutupnya. Pada tepi piala
terdapat kelenjar madu untuk menarik serangga, dan jika
serangga tergelincir masuk dalam piala maka zat (enzima) yang
dikeluarkan oleh kelenjar yang terdapat pada dinding dalam piala
akan mencernanya kemudian diserap oleh tumbuhan. Ex. kantong
semar (Nephentes ampullaria)
 Gelembung, terdapat pada tumbuhan
pemakan serangga yang hidup di air yang
berfungsi sebagai bubu untuk menangkap
serangga kecil yang hidup di air, misalnya
rumput Utricularia flexuosa
E. Duri (spina)
Menurut asalnya, duri dibedakan atas
1. Duri sejati (metamorfosis salah satu bagian pokok tumbuhan
sehingga sukar ditanggalkan), terbagi atas: duri dahan (pada
Bougenvil), duri daun (pada kaktus), duri akar (pada
gembili), duri daun penumpu (pada Euphorbia trigona)
2. Duri tempel /kulit, bukan merupakan metamorfosis tetapi
hanya merupakan alat tambahan
F. Alat Tambahan (Organa accesoria)
Menurut susunan dalamnya, alat ini dapat dibedakan atas:
1. Papilla (papillae), yaitu penonjolan pada permukaan suatu
alat yang terasa halus seperti beludru, misalnya pada
Clitoria ternatea, rambut pada biji kapas
2. Rambut-rambut (trichoma), dapat berupa sisik bulu pada
pakis haji; sisik pada sisi bawah daun durian; bulu-bulu atau
rambut halus pada daun waru; rambut kelenjar yang
mengeluarkan resin pada daun tembakau
3. Emergensia, adalah alat tambahan yang tersusun atas bagian
luar dan dalam kulit luar, digolongkan atas: rambut
gatal/perangsang (stimulus), ujungnya mudah patah yang
berfungsi sebagai jarum suntik untuk menusuk kulit dan
memasukkan zat yang memberi rasa gatal dan panas.
Contohnya pada daun Kemaduh (Laportea stimulans); Duri
tempel terdapat pada mawar dan kapok randu
Alat tambahan ini mempunyai fungsi antara lain:
a. Sebagai pelindung terhadap gangguan binatang (duri-duri
dan rambut-rambut gatal)
b. Sebagai pelindung terhadap kekeringan, penguapan air yang
berlebihan, misalnya rambut pada kaktus
c. Sebagai alat untuk penyerapan air dan zat makanan, yaitu
pada bulu akar
d. Sebagai alat untuk pemencaran biji, misalnya rambut pada
biji kapas
e. Sebagai alat untuk pernafasan, yaitu lentisel
Hei, Belajar Yach

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai