Anda di halaman 1dari 6

Roleplay Komunikasi Terapeutik pada Down Syndrome

ROLEPLAY : Komunikasi Terapeutik pada Down Syndrome


1 Daftar Pemain
Narrator : Indri Yuliani
Anak Autis (Opi) : Windi Anggraeni
Mama Opi (Nana) : Firghy Damayanti P
Papa Opi (Utuh) : Ryan Andryana L
Adeknya Opi (Tari) : Wilda Siti N
Dokter (Vika) : Rinanti Silvina Sukma
Perawat (Lilis ) : Yunita Tri Rizki
Perawat (Melda) : Ajeng Sinta N
Perawat (Dion) : Purnama Miftahul I

2 Rencana Kegiatan

No Kegiatan Waktu
1 Orientasi : 5 menit
a. Narator membacakan skenario (sesuai
dengan judul)
b. Narator menegnalkan para pemain
dalam role play
2 Tahap Kerja : 20 menit
a. Menyusun setting tempat roleplay
b. Setiap pemain berperan sesuai dengan
yang telah di bacakan dan sesuai
dengan skenario yang telah di tetapkan

3 Tahap Terminasi : 5 menit


a. Narator menutup kegiatan roleplay
b. Narator meyampaikan kesimpulan
dari roleplay

3 Dialog
Opi lahir dalam keadaan tidak normal, sejak dari kandungan ia telah didiagnosa
menderita down syndrome. Orang tuanya kurang pengetahuan tentang anak down syndrome
dan hanya melihat bahwa ada perbedaan antara dia dan adiknya Tari. Opi lebih menyendiri
dan tidak pernah responsif jika di ajak bicara.

Siang itu, orang tuanya Opi dan Tari baru pulang kerja. Tari yang sedang asyik membaca
buku, mengetahui orang tua nya pulang, langsung beranjak dan berlari membukakan pintu.
Mama & Papa : Assalammualaikum ...
Tari : (berlari + membuka pintu) Mamaaa Papaaa pulangggg , yeeeeyeyee ....
Mama : hehe, iyaa sayangg. Kakak kamu mana ?
Tari : di kamar maa.
Papa : ngapain kakak kamu dikamar ? dia gatau yaa mama papa dah pulang ?
Tari : hmm, ga tauu paa. (mengangkat bahunya, Tari pun berjalan ke ruang tengah,
melanjutkan membaca buku)
Mama & Papa: (berjalan, menuju kamar Opi)

Orang tuanya hanya melihat Opi di depan pintu kamar. Ternyata Opi punya keasikan
tersendiri. Dimana kedatangan orang tuanya sama sekali tidak membuatnya berhenti, malah
tetap bermain dengan kesibukannya bermain boneka. Opi bermain sandiwara, menyuapi
bonekanya dan memberi minum kemudian mengelus kepala bonekanya.

Melihat tingkah Opi yang berbeda dari anak lainnya, Orang tuanya mempunyai rencana
untuk membawa Opi ke Psikiater di rumah sakit.
Mama : pak, gimana kalo besok kita bawa Opi kerumah sakit, membicarakan
masalah Opi ini ke Psikiater ?
Papa : iya, baiklah buk.

Keesokan harinya , Orang Tuanya mengajak Opi ke rumah sakit.


Mama : Opi, ayoo ikut sama mama papa yaa, kita kerumah sakit.
Opi : (Opi sibuk dengan bonekanya)
Papa : Opii.. Opiii ... (memanggil Opi dengan lembut)
Opi : (memandang Papa dan tersenyum)
Papa : kita ke rumah sakit yaa ?
Opi : (mengangguk)

Sesampainya di rumah sakit, di ruangan Psikiater. Mereka duduk di depan meja dokter,
Opi duduk di tengah – tengah Orang tuanya.
Mama : begini dok, ini anak kami namanya Opi.
Dokter : heyy, Opiii....
Opi : (melihat dokter dan hanya tersenyum)
Dokter : iya buk, terus ?
Mama : kami khawatir dengan tingkah anak kami pak, dia lebih suka menyendiri.
Papa : iya pak, dia punya keasikan tersendiri. Contohnya saja, pas kami pulang
kerja , dia asik bermain dengan boneka nya di kamar dan yang membukakan kami pintu,
menyambut kami itu malah adiknya aja pak.
Dokter : oh begitu pak buk.
Opi : (bingung, melihat sekelilingnya, menggaruk kepala)
Papa : iya dok, terus jika dia ajak bicara, dia tidak pernah responsif. Sejak dari
kandungan memang saya diberitahu Opi menderita down syndrome, tapi saya tidak tahu
kalau akibatnya akan seperti ini sampai dia besar.
Dokter : Bapak dan ibu tidak perlu khawatir, di rumah sakit ini kami punya terapi
penanganan untuk anak Down Syndrome.
Papa : baiklah dok, kalau itu merupakan penanganannya, kami akan mengikuti
terapi tersebut.
Mama : iya dok, bantu anak kami .
Dokter : baiklah pak buk. Besok datang saja kerumah sakit ini jam 8 pagi, anak ibu
dan bapak sudah bisa mengikuti terapi disini.
Mama : iya dok, kalo begitu kami permisi pulang dulu ya dok, terima kasih.
Dokter : iya sama – sama pak bu.

Keesokan harinya, Mama mengantar Opi kerumah sakit untuk terapi.


Dokter : baiklah bu, ini ruangan terapinya. Opi akan di dampingi oleh Suster Lilis dan
Suster Melda.
Mama : baiklah dok.

Opi masuk ke ruangan terapi dan Mama pun pergi ketempat kerjanya.
Perawat Lilis : Namanya siapa dek ?
Opi : Nama sayaa Opiii.
Perawat Lilis : Umurnya berapa ?
Opi : limaaa tauuunnn (sambil memainkan , menunjukkan jarinya yang lima)
Perawat Lilis : kalau sudah besar mau jadi apa ?
Opi : Doktelll , hehe...
Perawat Melda: Suster Lilis, langsung aja yaa kita lakukan terapi yang pertama bagaimana ?
Perawat Lilis : Oh iyaa , baiklah suster Melda.

Pertama tama, mengajarkan Opi menirukan gerakan tangan/kaki yang merupakan gerakan
motorik kasar.
Perawat Lilis : ayo, tirukan yaaa, ikuti kakak. (membentangkan tangan)
Opi : (gamau, malah mengangkat tangannya keatas kepala)
Perawat Melda: (membantu, mengambil tangan Opi, ikut membentangkan tangan Opi dan
menurunkannya)
Perawat Lilis : tirukan ... (sambil membentangkan tangan)
Opi : (menirukan dan membentangkan tangannya)
Perawat Lilis : yeee , pinter sekaliii.. (mencubit pipi Opi)
Opi : hehehe, makasiiii..
Perawat Melda: Baiklah sus, selanjutnya menirukan gerakan benda.

Suster Melda mengambil mangkok dan sendok dan memberikannya kepada suster
Lilis.
Perawat Lilis : (menggoyang goyangkan sendok di dalam mangkok, memutarnya) ayo
tirukann...
Opi : (kelihatan tertarik, kemudian mengambil sendok tersebut dan menirukan
memutarkan sendok tersebut) hehehe ..
Perawat Lilis : iyappp, pinterrr..

Terapi hari tersebut selesai dan Opi pun pulang bersama mamanya.
Keesokan harinya, Opi melanjutkan terapinya.
Perawat Melda: suster Lilis, terapi Opi selanjutnya mempelajari menyamakan benda.
Perawat Lilis : oh iya , baiklah sus.
Perawat Melda menyiapkan sendok, gelas dan piring di atas meja.
Perawat Lilis : (memberikan sendok ke Opi) Ayo Opii coba samakan yaa...
Opi : ( Opi melihat kebenda – benda yang ada di meja dan kemudian menyamakan
sendok yang di tangannya dengan sendok yang ada di meja)
Perawat Lilis : iyahhh bener, bagus yaa Opi..
Perawat Melda: Baiklah Opi, selanjutnya kita belajar menggerakan motorik halus yaitu
gerakan jari yahh...
Perawat Lilis : ikuti yaaa.. (memperlihatkan jari telunjuk, angka satu)
Opi : (tersenyum dan melihat jari telunjuk suster Lilis)
Perawat Melda: (mengambil jari telunjuk Opi )
Perawat Lilis : iyaaah, pinter. Selanjutnya, berdiri.
Opi : ( Opi tetap duduk)
Perawat Melda: (membantu Opi berdiri)
Perawat Lilis : (duduk kemudian berdiri) Berdiri...
Opi : (Opi pun berdiri) hehehe...
Perawat Lilis : heheh bagus , Opi pinterrr..
Terapi hari itu pun selesai dan Opi pun pulang.

Keesokan harinya, Mama membangunkan Opi dan badan Opi terasa panas. Opi pun mulai
rewel dan teriak – teriak, memukul mukul dirinya, menutup telinganya seperti orang
ketakutan.
Mama : Pak
Papa : Iyaaa kenapa bu ?
Mama : Opi badannya panas, liat tuh dia rewel sekali.
Papa : ya udah papa bawa aja dia kerumah sakit sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, Papa Opi bertemu dengan seorang perawat yaitu perawat Dion.
Dan menceritakan keluhan anaknya kepada perawat sebelum ia bertemu dengan dokter.
Perawat Dion : Pagi pak.
Papa : Pagi juga pak.
Perawat Dion : Ada yang bisa saya bantu pak ?
Papa : Begini pak, anak saya rewel sekali karena demam tinggi.
Perawat Dion : Baiklah pak, saya akan memeriksa anak bapak. Ayo pak, ikut saya ke
ruangan.
Perawat Dion : Pagi dek. Pagi ini , adek udah makan belum ?
Opi : (mengangguk sambil sibuk memainkan boneka teddy bearnya yang sedari
tadi ia genggam).
Perawat Dion : Sekarang kakak boleh memeriksa kamu nggak?
Opi : (terus bermain, tidak mendengarkan perkataan perawat).
Perawat Dion : (sambil membelai kepala anak tersebut) adik manis, kakak boleh memeriksa
kamu nggak? Supaya kakak tau kamu sakit apa, terus nanti diobati supaya kamu cepat
sembuh. Dek mau gak? Kalo adik mau, nanti kakak kasih permen lollipop deh.
Opi : mau,mau mau. (terlihat senang)
Perawat Dion : nah, sekarang adik manis, kakak boleh lihat tangannya dulu gak dek...
Opi : (mengulurkan tangannya).
Perawat Dion : pinter adik ini, adik gak usah takut ya, ini gak sakit kok adik manis. (sambil
tersenyum). Nah, udah siap dik, gimana ada terasa sakit gak tadi waktu kakak periksa
tangannya?
Opi : nggak., permen ,permen…!!!! (mengulurkan tangannya)
Perawat Dion : oh,iya. Kakak hampir lupa. Ini permennya adik manis. (sambil memberikan
permen lollipop yang ada di tangannya).
Papa : bagaimana pak , anak saya ?
Perawat Dion : sebentar yaa pak, saya panggilkan dokter dulu.
Papa : iyaa sus.
Perawat Dion : Dok, ini ada pasien adek Opi, ini data nya.
Dokter : (melihat data) oh baiklah , tolong orang tua nya suruh masuk keruangan saya
yah.
Perawat Dion : iyaa, baiklah dok.
Perawat Dion : pak, silahkan masuk..
Papa : oh iyaa. (masuk keruangan dokter)
Dokter : silahkan duduk pak.
Papa : iyaa dok. (duduk) bagaimana anak saya dok ?
Dokter : anak bapak ga kenapa-kenapa kok, cuma demam biasa. Cuma butuh istirahat,
mungkin dia kecapean.
Papa : oh begitu dok, trus bagaimana apa harus dirawat di rumah sakit ?
Dokter : ga perlu pak, gapapa, Opi bisa di rawat di rumah kok. Opi Cuma butuh
istirahat yang banyak saja.
Papa : oh baiklah dok, terima kasih .
Dokter : iya pak, sama-sama.

Setelah di rawat di rumah, akhirnya Opi pun sembuh dari demamnya. Tetapi penyakit
Down Syndromenya tidak dapat di sembuhkan. Dan Opi pun masih tetap melanjutkan terapi
nya. Dari terapi-terapi yang telah dijalaninya, Opi sudah bisa komunikasi dengan orang
sekitarnya walaupun tidak lancar seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai