Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus Pada Pekerja
Wanita Di Pt X Kabupaten SumedangProvinsi Jawa Barat Tahun 2013
ABSTRAK
Kejadian abortus di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar dua juta
dari 4,2 juta kasus. Abortus juga merupakan penyebab ke empat tertinggi dari kematian ibu.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus
pada pekerja wanita di Perusahaan Garmen PT X Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat
tahun 2013.Penelitian ini penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional,
menggunakan data primer. Populasi penelitian adalah semua penderita abortus,jumlah sampel
98 dimana semua populasi dijadikan sampel. Analisis hubungan menggunakan uji chi square
dengan CI 95% dan α = 0,05. Hasil menunjukan ada hubungan antara jarak kehamilan dengan
kejadian abortus (7,500; 0,946-59,438). Sedangkan umur, paritas, jenis pekerjaan dan aktifitas
kerja tidak berhubungan dengan kejadian abortus.
ABSTRACT
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus
Definisi abortus
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan
dengan berat badan kurang dari 1000 gr atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu
(Manuaba, 2008)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan (Sarwono, 2009).
Abortus dini terjadi pada kehamilan sebelum 12 minggu, sedangkan abortus tahap
akhir (late abortion) terjadi antara 12-20 minggu. Sebelum usia kehamilan 12 minggu abortus
cenderung komplit. Hal ini disebabkan karena vili khorialis belum tertanam dengan kuat ke
dalam decidua hingga telur mudah terlepas secara utuh, sedangkan setelah 12 minggu hasil
konsepsi cenderung lebih bertahan (Sinclair, 2010)
Kelainan telur juga menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan
chromosom. Kelainan pertumbuhan selain oleh kelainan benih dapat juga disebabkan oleh
kelainan lingkungan atau faktor exogen (virus, radiasi,zat kimia) (Obstetri patologi FK
Unpad).
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan, dalam kondisi ini kehamilan masih mungkin berlanjut dan
dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002).
§ Proses awal dari suatu keguguran, ditandai dengan perdarahan pervaginam,
sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan hasil konsepsi/ janin
masihbaik didalam uterus
§ Pengeluaran hasil konsepsi berupa darah yang disertai mules atau tanpa mules
§ Kehamilan pada abortus ini masih bisa dipertahankan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan study cross
sectional, dimana pengamatan terhadap variabel dependen dan variabel independen dilakukan
4
dalam satu waktu secara bersamaan. Data yang diteliti berupa data primer yang berasal dari
wawancara langsung pada responden, serta data sekunder yang diperoleh dari klinik dan
manajemen perusahaan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pekerja wanita yang mengalami
abortus pada kurun waktu Januari 2011 sampai dengan Maret 2013, dengan menggunakan
lembar kuesioner. Cara pengumpulan data yaitu dengan mengumpulkan responden sehabis
bekerja shift pagi dan yang shift sore sebelum bekerja dengan dibantu oleh karyawan bagian
HRD. Sedangkan data sekunder yang diperoleh melalui HRD perusahaanberupa daerah
penelitian yang meliputi data demografi, upaya kesehatan yang telah dilakukan atau yang
tersedia dan masalah kesehatan yang sering terjadi, serta data lain yang mendukung penelitian
ini.
5
Hasil Analisis
Analisis Univariat
Analisis univariat menggambarkan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
penelitian ini variabel dependennya adalah kejadian abortus dan variabel indevendennya
adalah karakteristik wanita pekerja (umur, paritas, jarak kehamilan dan usia kehamilan) serta
lingkungan kerja (jenis pekerjaan dan aktivitas kerja).
Tabel.5.1 Distribusi Frekuensi menurut karakteristik pekerja wanita dan lingkungan kerja di
PT. X tahun 2013
No Variabel n=98 Persentase (%)
1 Kejadian abortus
Kejadian abortus 76 77,6
Ancaman abortus 22 22,4
2 Umur
< 20 tahun, > 35 tahun 25 25,5
20 tahun -35 tahun 73 74,5
3 Paritas
>3 kali 21 21,4
≤ 3 kali 77 78,6
4 Jarak kehamilan
< 2 tahun 21 21,4
≥ 2 tahun 77 78,6
5 Jenis pekerjaan
Bagian gudang 22 22,4
Bagian produksi 76 77,6
6 Aktivitas duduk/ berdiri
> 4 jam 74 75,5
≤ 4 jam 24 24,5
7 Aktivitas mengangkat/ mendorong
Barang berat 50 51
Barang ringan 48 49
Analisis Bivariat
Tabel.5.2 Hubungan Karakteristik Pekerja Wanita Dan Lingkungan Kerja
Menurut Kejadian Abortus Di PT. X Tahun 2013
Ancaman
Kejadian
abortus
abotus Total OR
Variabel (95%CI) P
No
n % n % n %
1 Umur
< 20 tahun, > 35 tahun 21 84 4 16 25 100 1,72 0,54
20-35 tahun 55 75,3 18 24,7 73 100 (0,52 -5,67)
2 Paritas
>3 kali 18 85,7 3 14,3 21 100 1,97 0,39
≤ 3 kali 58 75,3 19 24,7 77 100 (0,52 - 7,41)
3 Jarak kehamilan
< 2 tahun 20 95,2 1 4,8 21 100 7,52 0,03
≥ 2 tahun 56 72,7 21 27,3 77 100 (0,94-59,43)
4 Jenis pekerjaan
Bagian gudang 19 86,4 3 13,6 22 100 2,11 0,38
7
Bagian produksi 57 75 19 25 76 100 (0,56 - 7,93)
5 Aktivitas duduk berdiri
> 4 jam 61 82,4 13 17,6 74 100 2,82 0,08
≤ 4 jam 15 62,5 9 37,5 24 100 (1,01 - 7,81)
Aktivitas mengangkat
6 mendorong
Barang berat 43 86 7 14 50 100 2,79 0,07
Barang ringan 33 68,8 15 31,3 48 100 (1,02-7,63)
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kejadian abortus pada pekerja wanita di perusahaan garmen ini masih banyak
yaitu: 20% dari jumlah kehamilan.Berdasarkan jumlah abortus yang dialami
responden 77,6% mengalami kejadian abortus sedangkan yang mengalami ancaman
abortus dan kehamilannya masih bisa dipertahankan sebanyak 22,4% dari jumlah
kejadian abortus. Kehamilan yang masih bisa dipertahankan mendapatkan cuti
bekerja dan perawatan di rumah maupun di rumah sakit dengan ongkos biaya
ditanggung oleh perusahaan. Kebijakan keringanan pekerjaan pada pekerja wanita
yang mengalami ancaman abortus diberikan oleh manajemen perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan kehamilan sampai saat melahirkan dan menjaga
agar kondisi kesehatan reproduksi tetap aman dan sehat melalui program safe
motherhood.
2. Karakteristik pekerja wanita yang hamil dan mengalami abortus bervariasi, bila
dilihat dari umur, kelompok usia 20 – 35 tahun lebih banyak dari pada usia 35
tahun ke atas, karena kelompok usia tersebut secara keseluruhan yang paling
banyak dan merupakan kelompok usia produktif. Usia kurang dari 20 tahun hanya
beberapa orang saja karena perusahaan tidak menerima karyawan dengan usia di
17
bawah umur untuk dipekerjakan.Berdasarkan paritas rata – rata kehamilan antara 2
–3, namun kehamilan ke 4 dan ke 5 masih ada. Menurut jarak kehamilan paling
banyak pada jarak kehamilan lebih dari 2 tahun.
3. Lingkungan pekerjaan di perusahaan sudah memenuhi aturan sesuai Undang-
Undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja terbukti dengan adanya susunan
kepengurusan kesehatan kerja, klinik kesehatan yang berada di dalam lingkungan
perusahaan, pekerja menggunakan alat pelindung diri, setiap ruangan seperti
gedung produksi dan gudang cukup penerangan, luas dan sirkulasi udara baik.
Khusus untuk kesehatan reproduksi perusahaan mempunyai program safe
motherhood untuk melayani kehamilan di mulai pada bulan ke lima, masa
melahirkan dan nifas, masa menyusui, serta KB.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari karakteristik responden hubungannya
dengan kejadian abortus 2 dari 3variabel tidak menunjukan hubungan yang
signifikan tetapi nilai OR memperlihatkan adanya perbedaan bahwa kelompok
resiko mempunyai peluang 2 sampai 3 kali lebih besar untuk mengalami abortus
dibanding kelompok tidak beresiko. Sedangkan untuk variabel jarak kehamilan
dengan kejadian abortus menunjukan adanya hubungan yang signifikan dan
kelompok resiko mempunyai peluang 8 kali lebih besar untuk mengalami abortus
dibanding kelompok tidak beresiko.
5. Hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian abortus berdasarkan hasil
penelitian dari dua variabel yang dianalisis tidak menunjukan hubungan yang
signifikan,tetapi nilai OR memperlihatkan bahwa kelompok resiko mempunyai3
kali lebih besar mengalami abortus dibanding kelompok tidak beresiko.
Saran
Bagi Perusahaan
1. Untuk mengurangi kejadian abortus diharapkan ada kebijakan baru tentang
pengelolaan pada pekerja wanita yang hamil. Kebijakan diberikan sejak diketahui
hamil karena pada awal kehamilan saat dimana pembentukan janin berlangsung
dan pada masa ini rentan terjadi resiko kehamilan diantaranya abortus, kelainan/
kecacatan pada bayi, persalinan prematur dan bayi BBLR.
2. Berdasarkan hasil penelitian, jarak kehamilan mempunyai resiko besar terjadinya
abortus, makin banyak anak makin dekat jarak kehamilan yang dialami. Untuk
menghindari hal tersebut perlu adanya aturan untuk menjarangkan kehamilan dan
18
pembatasan jumlah anak dengan mengharuskan pekerja wanita untuk ikut
program KB dengan metode jangka panjang.
3. Untuk mengurangi aktivitas kerja dengan kegiatan yang sama dalam waktu yang
lama dan mengurangi beban psikologis khusus untuk pekerja wanita yang hamil,
bekerja non shift dan jatah istirahat dibagi dua termint.
4. Semua pekerja khususnya yang sedang hamil perlu adanya bimbingan dari tenaga
ahli bagaimana aktivitas kerja yang baik dan benar dan mengurangi aktivitas kerja
di rumah tangga dengan berbagi tugas bersama anggota keluarga yang lain.
5. Dengan melaksanakan K3 dan mengembangkan program safemotherhood lebih
kearah pencegahan sejak dini terhadap resiko diharapkan kesehatan reproduksi
akan meningkat dan biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, perawatan dan
pemulihan kesehatan pekerja khususnya dengan masalah reproduksi akan lebih
berkurang.
Bagi Pekerja
1. Perlu adanya keterbukaan dari pekerja wanita sejak diketahui dirinya hamil dengan
menunjukan bukti hasil pemeriksaan dan kondisikehamilannya kepada manajemen
perusahaan untuk ditindaklanjuti sesuai kebijakan.
2. Dapat mengatur pekerjaan di rumah dengan berbagi tugas pekerjaan bersama anggota
keluarga yang lain.
3. Diharapkan mau menggunakan KB dengan menggunakan metode jangka panjang
untuk mengurangi kegagalan.
Bagi instansi Terkait
1. Adanya kebijakan yang mengatur tentang pekerja wanita hamil diberi keringanan
sejak awal kehamilan.
2. Adanya pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di semua perusahaan di wilayah
kerja yang terus menerus dan terarah.
DAFTAR PUSTAKA