Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kolesistitis akut (KA) adalah peradangan pada kantong empedu. KA dapat berupa
kalkulosa dan akalkulosa. Kolesistitis akut tanpa batu empedu disebut kolesistitis akalkulosa
dan dapat ditemukan pasca bedah.
Kolesistitis akut dimulai oleh adanya sumbatan batu empedu pada duktus sistikus.
Akibatnta dapat terjadi kolik bilier yang menghasilkan distensi kantung empedu dan
inflamasi. Kelainan ini terdapat pada 5% penderita kolelitiasis. Awalnya terjadi reaksi kimia,
namun kemudian terjadi infeksi oleh bakteri pada organ yang mengalami inflamasi.
Kombinasi distensi, iskemia, dan infeksi dapat mengakibatkan kandung empedu mengalami
empiema, nekrosis, perforasi, abses peri-cholecystic atau empedu-peritonitis.
Pada kolik bilier nyeri dapat menghilang dalam hitungan jam. Sebaliknya, di KA,
gejala dan tanda-tanda tidak menghilang. Pada KA disertai dengan tanda lokal (misalnya,
peritonitis atau massa) dan sistemik (misalnya, demam, leukositosis) dengan adanya bukti
peradangan, sedangkan pada kolik bilier tidak terdapat tanda seperti diatas.
Keluhan utama KA adalah nyeri akut di perut kuadran kanan atas yang kadang
menjalar ke daerah belakang didaerah skapula. Gambaran klinis Murphy Sign merupakan
tanda yang sugestif. Biasanya ditemukan riwayat serangan kolik dimasa lalu yang sulit
dibedakan dengan nyeri kolik yang ditemukan sekarang. Pada KA nyeri meneta dan ditandai
dengan tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan, nyeri lepas dan defans muskular otot
dinding perut. Kadang kantung empedu yang membesar dapat teraba. Pada separuh penderita
nyeri disertai dengan mual dan muntah. Ikterus yang ringan agak jarang ditemukan. Suhu
badan sekitar 380 C. Apabila timbul demam dan mengigil harus dicurigai komplikasi yang
lebih berat atau penyakit lainnya. Temuan Laboratorium yaitu leukositosis dan elevasi
bilirubin dan/atau enzim hati dapat mendukung. Terdapat peningkatan kadar alkali fosfatase.
Kantung empedu yang membesar serta dinding dan jaringan sekitar yang mengalami
peradangan sering terlihat pada foto polos abdomen sebagai massa jaringan lunak lonjong
yang menekan dinding kolon tranversum yang berisi udara.
1
dapat dilakukan (dan harus) pemeriksaan USG atau radionuclide HIDA (hepatic
Iminodiacetic acid) scan. Temuan ultrasonografi pada KA adalah batu atau lumpur kandung
empedu, menebal dinding, cairan peri-cholecystic atau udara intramural. Tidak semua temuan
ini diperlukan untuk membuat diagnosis.
Associated jaundice? peningkatan ringan sampai sedang dari bilirubin dan enzim hati
sering ditemukan pada KA, hal ini disebabkan oleh peradangan reaktif pedikel hati dan
parenkim hati.
Pengelolaan
Manajemen non-operatif
Manajemen bedah
Kolesistektomi darurat
Prosedur darurat harus dilakukan pada pasien dengan bukti klinis adanya peritonitis
dan toksisitas sistemik, atau adanya gas dalam dinding kandung empedu yang menunjukkan
adanya perforasi, nekrosis atau empiema kandung empedu.
Kolesistektomi awal
2
Pendekatan lain adalah kolesistektomi dini yang awalnya diberikan terapi konservatif
dan dipantau selama 24-48 jam. Biasanya keadaan pasien lebih baik dan infeksi telah dapat
teratasi. Tindak bedah dini yang dapat dilakukan dalam 72 jam pertama memberikan
keuntungan karena mempersingkat masa rawat dirumah sakit sampai 5-7 hari dan
mempersingkat masa sakit sekitar 30 hari. Insidensi penyulit pasca bedah dan angka kematian
ternyata tidak berbeda antara pembedahan dini dan pembedahan elektif. Pada pasien KA yang
mengalami sirosis dapat dilakukan laparoskopi kolesistektomi untuk menghindari perdarahan
yang masif baik pada saat operasi atau post operasi.
Kolesistitis Akalkulosa
Lebih kurang 5-10% kolesistitis akut terjadi tanpa batu. Kelainan ini sering ditemukan
pada penderita sakit berat yang sedang dirawat karena trauma multipel, pasca bedah besar,
sepsis, keracunan obat, dan gagal organ multipel. Dapat juga terjadi pada pasien yang
dipuasakan lama dan dirawat dengan nutrisi intravena. Jalur patogen umum yaitu iskemia
kandung empedu, cedera mukosa dan invasi bakteri sekunder. Pada penderita biasanya timbul
stasis empedu yang dapat menjadi lumpur empedu. Lumpur empedu yang terdiri atas
endapan kalsium bilirubinat agaknya ikut berperan untuk menumbulkan kelainan ini.
Keluhan dan gejala klinis pada kolesistitis akalkulosa akut memang serupa dengan
kolesistitis akut pada kolelitiasis, yaitu nyeri perut kuadran kanan atas, nyeri tekan, defans
otot dan demam. biasanya ditemukan leukositosis dan gangguan faal hati. Kadar fosfatase
alkali meningkat pada setengah jumlah penderita, kadar bilirubin meninggi pada sepertiga
penderita, dan kadar transaminase serum meningkat pada seperempat penderita.
Pasien dengan kolesistitis akalkulosa dapat dengan cepat menjadi nekrosis dan
perforasi. Perlu dilakukan tindakan kolisistektomi segera guna menyelamatkan nyawa pasien.