Anda di halaman 1dari 24

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN [SAK]

IMUNISASI

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti

kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan

atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain

diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem

kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap

serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi

harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat

membahayakan kesehatan dan hidup anak.

Pemberian imunisasi dimaksudkan untuk membentuk kekebalan tubuh.

Kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :

- Tingginya kadar anti body pada saat dilakukan imunisasi

- Potensi antigen yang disuntikkan

- Waktu antara pemberian imunisasi

Mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan bergantung dari factor

yang mempengaruhinya sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
2. Tujuan Imunisasi

Tujuan dari pemberian imunisasi adalah :

1. Untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu.

2. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan bahkan bisa menyebabkan cacat atau kematian pada penderitanya.

3. Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi dapat di bagi atas dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

   IMUNISASI AKTIF

Merupakan pemberiaan zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu

proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan

menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga

apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Imunisasi

aktif ada dua yaitu :

a. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh

sembuh dari suatu penyakit.

b. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di

berikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.

Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinya

anyara lain:

1). Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna

terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus

dilemahkan atau bakteri dimatikan.


2). Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

3). Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya

mikroba dan sekaligus untuk srabilisasi antigen.

4). Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan

imunogenitas antigen.

   IMUNISASI PASIF

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan

melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang

digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang

terinfeksi. Imunisasi pasif ada dua , yaitu :

a. Imunisasi pasif alamiah

Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh Ibu yang

merupakan orang tua kandung , langsung ketika berada dalam kandungan.

b. Imunisasi pasif buatan

Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah

penyakit tertentu.
4. Macam-Macam Imunisasi

Dalam pemberian imunisasi pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan beberapa

imunisasi yang dianjurkan :

A. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang

berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah

dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC yang

selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini

merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberiaan

imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan,

akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudiaan cara

pemberiaan imunisasi BCG melalui intra derma. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus

pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas.

2. Kontra Indikasi

 Adanya penyakit kulit yang berat atau menahun seperti eksim, furunkolis, dan sebagainya.

 Mereka yang sedang menderita TBC.

3. Efek Samping

Imunisasi BCG meninggalkan indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah

menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan akan sembuh

secara spontan dan akan meninggalkan tanda parut. 11

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau di leher, terasa padat

tetapi tidak sakit, tidak perlu di obati akan sembuh dengan sendirinya
B. Imunisasi PPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri.

Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah

dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid).

Frekuensi pemberiaan imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberiaan pertama zat

anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan organ-organ tubuh

membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zay anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi

DPT antar umur 2-11 bulan dengan interval empat minggu. Cara pemberiaan imunisasi DPT

melalui intra muscular.

2. Efek Samping

Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti

pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat

menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,

ensefalopati, dan shock.

3. Kontra Indikasi

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius

keabnormalan pada saraf merupakan kontra indikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-

gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihilangkan pada dosis kedua dan

untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

C. Imunisasi Polio

1. Indikasi
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis

yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang

dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberiaan

imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberiaan empat minggu. Cara

pemberiaan imunisasi polio melalui oral.

2. Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping . efek samping berupa paralysis yang

disebabkan oleh vaksin sangat jarang ( < 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 :1998)

3. Kontra Indikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang

timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya

sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

D. Imunisasi Campak

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada

anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

Frekuensi pemberiaan imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberiaan imunisasi campak

pada umur 9-11 bulan. Cara pemberiaan imunisasi campak melalui subkutan.

13

2. Efek Samping

Efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas selama 3 hari

yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksin.


3. Kontra Indikasi

Individu yang menderita penyakit immune deficiency atau individu yang di duga

menderita gangguan respon imun seperti leukemia, lymphoma.

E. Imunisasi Hepatitis B

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang

kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga

kali. Waktu pemberiaan imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberiaanya adalah

intramuscular.

2. Efek Samping

Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat

penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah dua hari.

3. Kontra Indikasi

Hipersensitif pada komponen vaksin. Seperti vaksin-vaksin yang lain, vaksin ini tidak

boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai kejang.

F. Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubela)

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjadinya

penyakit campak (measles), gondong , parotis epidemika (mumps) dan rubela (campak jerman).

Dalam imunisasi MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strainedmonson yang

dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada

bayi usia dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibodi maternal

yang masih ada, khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang
monovalen dahulu pada usia 4-6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dapat dilakukan MMR pada

usia 15-18 bulan.

2. Efek Samping

Efek samping vaksin porotitis biasanya berupa pembengkakan kelenjar liur yang timbul

10-14 hari setelah vaksin. Sedangkan untuk vaksin rubella, efek sampingnya terinfeksi rubella

ringan seperti demam ringan, nyeri tenggorokan, pusing ruam, dan pembengkakan kelenjar.

G. Imunisasi Tiphus Abdominalis

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus

abdominalis, dalam persediaannya khususnya Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus

abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotf, berna) dan

antigen capsular Vi polysacchgaride (typhim Vi, Pasteur meriux) pada vaksin kuman yang

dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun 0,2 ml, dan 2-12 tahun

adalah 0,5 ml, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak dua kali dengan interval empat

minggu kemudian penguat setelah satu tahun kemudian. 15

Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul ateric coated sebelum

makan pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen capsular diberikan pada

usia diatas dua tahun dan dapat diulang tiap tiga tahun.

H. Imunisasi Varicella

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit varicella

(cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup varicella zoozter strain OKA yang

dilemahkan pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntukan tunggal pada usia 12 tahun di
daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8

minggu.

I. Imunisasi Hepatitis A

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A.

pemberiaan imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas dua tahun. Untuk imunisasi awal

dengan menggunakan vaksin havrix (isinya virus hepatitis A strain HM175 yang inactivated)

dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan boster pada enam bulan kemudiaan dan apabila

menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0, 6 dan 12 bulan.

J. Imunisasi HIB (Haemophilus Influenza Tipe B)

1. Indikasi

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe

b. 16

Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP; purified capsular polysacharide)

kuman H. Influenzae tipe b , antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-

protein lain seperti toksoid tetanus (PRP- OMPC). Pada pemberiaan imunisasi awal dengan PRP-

T dilakukan dengan tiga suntikan dengan interval dua bulan kemudian vaksin PRP OMPC

dilakukan dengan suntikan dengan interval dua bulan kemudian bosternya dapat dilakukan pada

usia 18 bulan.

2. Efek Samping

Efektivitas vaksi HIB sekitar 95 % dan relative aman meskipun menimbulkan reaksi local

berupa rasa nyeri dan kemerahan pada sekitar 5-15 % bayi.


2.5 Penyakit-Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

 Tuberculosis

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Cara penularannya melalui

droplet atau percikan air ludah, sedangkan reservoar adalah manusia, imunisasi yang dapat

mencegah penyakit ini adalah BCG.

 Difteri

Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan

intermedium, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. gejala ringan berupa

membran pada rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan napas karena

mengenai laring, saluran napas bagian atas, tonsil dan kelenjar sekitar leher membengkak.

Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT.

17

 Pertusis

Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella. Penularan melalui droplet, bahayanya dapat

menyebabkan pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala berupa batuk pilek, untuk

mencegah penyakit ini maka kita gunakan imunisasi DPT.

 Tetanus

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tetani. Gejala awal ditunjukkan dengan bayi

tidak mau menyusu. Kekebalan pada penyakit ini hanya diperoleh dengan imunisasi atau

vaksinasi lengkap, imunisasi yang diberikan tidak haya DPT pada anak, tetapi juga TT pada

calon pengantin.

 Poliomyelitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, 3, yang menyerang myelin atau serabut

otot. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam ringan dan infeksi saluran pernapasan

atas (ISPA), penularan penyakit ini melalui droplet atau fekal, reservoarnya adalah manusia yang

menderita polio. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksinasi

polio, bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio 100%.

 Campak

Penyebab penyakit infeksi adalah virus morbili yang menular melalui droplet, gejala awal

ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi,

dan menjalar ke wajah dan anggota badan, imunisasi yang diberikan pada usia 9 bulan dengan

rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9

bulan.

18

 Hepatitis B

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang kelompok resiko

secara vertical yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan

paramedic, pecandu narkotika, pasien hemodialisis. Gejala yang muncul tidak khas, seperti

anoreksia, mual dan kadang-kadang ikterik. Pencegahannya lakukan imunisasi hepatitis B

diberikan pada bayi 0-11bulan dengan maksud untuk memutus rantai penularan dari ibu ke bayi.

2.6 Pemberian Imunisasi Menurut WHO

1. Sifat Fisik

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau

racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan

tubuh seseorang.
Vaksin dibagi menurut:

 Sensitivitas terhadap suhu

a. Vaksin yang Sensitive terhadap beku (freeze sensitive = FS), yaitu : DPT, DT, TT,

Hepatitis B dan DPT-HB

b. Vaksin yang sensitive terhadap panas (heat sensitive = HS), yaitu : vaksin campak, polio,

dan BCG

 Substrat pembuatannya

a. Vaksin kuman yang hidup dilemahkan seperti :

 Virus campak dalam vaksin campak 19

 Virus polio dalam sabin pada vaksin polio

 Kuman TBC dalam vaksin BCG

b. Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti :

 Bakteri pertusis dalam DPT

 Virus polio jenis salk dalam vaksin polio

c. Vaksin dari racun/toksin kuman yang dilemahkan seperti :

 Racun kuman seperti toxoid (TT), diphtheria, toxoid dalam DPT

d. Vaksin yang terbuat dari protein khusus kuman seperti Hepatitis B

2. Kontra Indikasi

Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan

untuk tidak memberikan imunisasi pada anak:

 Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius

 Perubahan pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
 Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse

darah, dan immunoglobulin

 Riwayat alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis

20

3. Dosis

Jenis vaksin Dosis

 BCG 20/Ampul

 DPT 10/Vial

 Polio 10/Vial

 Campak 10/Vial

 Hepatitis B uniject 1/Kemasan

 DT 10/Vial

 TT 10/vial

 DPT-HB 5/Vial

4. Tempat Pemberian

Cara pemberian imunisasi dasar (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia,

DepKes 2000)

Vaksin Dosid Cara dan tempat pemberiaan

BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan

DPT 0,5 cc Intramuskular

Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut


Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya lengan kiri atas

Hepatitis B 0,5 cc Intramuscular pada paha bagian luar

TT 0,5 cc Intramuskular dalam biasa di muskulus deltoideus

21

5. Komplikasi

Adapun biasanya terjadi komplikasi pada penyakit campak seperti otitis media,

konjungtivitis berat, enterititis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan status gizi buruk.

PANDANGAN 5 AGAMA TENTANG IMUNISASI PADA BAYI

Agama Hindu , Agama Islam , Agama Budha , Agama Kristen Protestan dan Agama

Kristen Katolik :

- Umumnya setiap agama mengharapkan Imunisasi ini dapat memberikan hal yang positif

pada bayi maupun Ibu. Oleh karena itu Imunisasi pada bayi harus dilaksanakan dengan

pengawasan yang efektif sehingga tidak ada kesalahan dalam pemberian obat tersebut , Bagi

setiap Ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke posyandu

agar menghindari dan mencegah timbulnya / gejala suatu penyakit pada Bayi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI

I. Pengkajian
A. Biodata
Nama : By U. K
Umur : 5 hari
Berat badan : 3.600 gram
Panjang badan : 50 cm
Jenis kelamin : Laki- laki
Tanggal lahir : 30 Oktober 2017 jam 08.40 WITA

Nama ibu : Ny J.L


Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Karawang

Nama ayah : Tn S. K
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir
Alamat : Karawang
B. Pemeriksaan fisik
1.Kepala
Lingkar kepala 36 cm, tidak ada benjolan, persebaran rambut merata
2. Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterus
3. Telinga
Simetris kiri dan kanan, ada lubang telinga dan ada kartilago
4. Hidung
Ada lubang hidung, terdapat mukus yang berlebihan
5. Mulut
Palatum utuh, lidah ada, refleks menghisap (+)
6 Leher
Tidak ada pembengkakan
7. Dada
Simetris kiri dan kanan, lingkar dada 34 cm, terlihat prosesus xipoideus
8. Abdomen
Tali pusat masih basah, tidak ada benjolan, tidak kembung
9. Genetalia
Jenis kelamin perempuan, terdapat Labia
10. Anus
Ada lubang anus, pengeluaran mekonium (+)
11. Punggung
Refleks melengkung batang tubuh aktif
12. Kulit
Warna merah muda, halus
13. Ekstremitas atas
Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap
14. Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap, pergerakan aktif

C. Pemeriksaan fisik Bayi


Pengukuran umum
Lingkar kepala : 36 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar lengan : 11 cm
Berat badan : 3.600 gram
Panjang badan : 50 cm

Tanda-tanda vital :
Nadi : 160 x/menit
Respirasi : 36 x/menit
Suhu badan : 36,2 o C
D. Rencana Asuhan Keperawatan bayi baru lahir

N diagnosa keperawatan tujuan dan kriteria hasil Intervensi


O
1 Hipertermi NOC NIK
setelah dilakukan tindakan  Monitor suhu sesering mungkin
Definisi : Suhu tubuh keperawatan diharapkan
 Monitor IWL
naik diatas rentang masalah
 Monitor warna dan suhu kulit
normal hIpertermi teratasi.  Monitor tekanan darah, nadi dan
 Suhu tubuh dalam rentang RR
Batasan Karakteristik : normal  Monitor penurunan tingkat
 Kenaikan suhu  Nadi dan RR dalam rentang kesadaran
tubuh diatas normal  Monitor WBC, Hb, dan Hct
rentang normal  Tidak ada perubahan warna  Monitor intake dan output
 Serangan atau kulit dan tidak ada pusing,
konvulsi (kejang)  Berikan anti piretik
merasa nyaman
 Kulit kemerahan  Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
 Pertambahan RR
 Selimuti pasien
 Takikardi
 Lakukan tapid sponge
 Saat disentuh
tangan terasa  Berikan cairan intravena
hangat  Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2 jam
 Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 resiko perubahan NOC NIC


suhu tubuh setelah diberikan perawatan ● selimuti bayi dengan rapat
Definisi : kegagalan bayi akan menunjukan : dalam selimut hangat
untuk memelihara 1. tidak memperlihatkan ● tempatkan bayi dalam lingkungan
suhu berkeringat,menggigil atau yang dihangatkan sebelumnya
tubuh dalam batas merinding dibawah penghangat infawarmer
normal 2. mempertahankan TTV atau didekat ibu
faktor-faktor resiko : dalam rentang normal ● tempatkan bayi pada permukaan
1. perubahan laju 3. melaporkan suhu yang yang diberi bantalan dan penutup
metabolisme aman ● ukur suhu bayi pada saat tiba
2. dehidrasi 4. menguraikan tindakan ditempat perawatan atau kamar
3. terpajan suhu adaptif untuk meminimalkan ibu
lingkungan yang fluktuasi suhu tubuh ● pertahankan temperatur ruangn
dingin, 5. melaporkan tanda dan antara 24°c-25,5°c dan kelembaban
sejuk,hangat,atau gejala awal hipotermia dan sekitar 40%-50%
panas hipertermia ● mandikan bayi 6 jam setelah lahir
4. berat badan yang untuk mencegah bayi
rendah menggigil.
5. imaturitas system ● beri pakaian dan popok pada bayi
regulasi suhu bayi dan bedong dalam selimut
6. ketidakmampuan ● berikan penutup kepala pada
untuk berkeringat bayi untuk mencegah kehilangan
7. pakaian yang panas
tidak sesuai dengan ● waspada terhadap tanda
suhu hipotermia atau hipertermia
lingkungan
8. pengobatan yang
menyebabkan
vasokontriksi atau
vasodilatasi
3
Resiko Infeksi NOC : NIC :
definisi : ● immune status ● cuci tangan sebelum dan setelah
peningkatan resiko ● Knowledge : infection merawat bayi
masuknya control ● pakai sarung tangan ketika
organisme patogen ● risk control kontak dengan sekresi tubuh
Faktor-faktor resiko : Kriteria hasil : ● periksa mata setiap hari untuk
● prosedur infasif ● klien bebas dari tanda dan melihat adanya tanda-tanda
● ketidakcukupan gejala infeksi inflamasi
pengetahuan untuk ● mendeskripsikan proses ● jaga bayi dari sumber potensial
menghindari penularan penyakit, faktor infeksi
paparan patogen yang ● bersihkan vulva pada arah
mempengaruhi penularan posterior untuk mencegah
● trauma
serta penatalaksanaannya kontaminasi
●kerusakan jaringan
dan peningkatan ● menunjukan kemampuan fecal terhadap vagina atau uretra
untuk mencegah timbulnya ● bersihkan tali pusat setelah
paparan lingkungan
infeksi mandi atau terkena fecal dan urine
● ruptur membran
amnion ● jumlah lekosit dalam batas
●malnutrisi normal
● peningkatan ● menunjukan prilaku hidup
paparan lingkungan sehat
patogen
● imonusupresi
● ketidakadekuatan
imun buatan
● tidak adekuat
pertahanan
sekunder
(penurunan
HB,leukopenia,pene
kanan
respon inflamasi)
● tidak adekuat
pertahanan tubuh
primer
(kulit tidak
utuh,trauma
jaringan,penurunan
kerja silia,cairan
tubuh
statis,perubahan
sekresi
PH,perubahan
peristaltik)
● penyakit kronik

22
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 KESIMPULAN

Dari pembasan masalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian dari Imunisasi

adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke

dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi

seseorang dan dari pembahasan di atas adalah mampu mengetahui imunisasi, jenis-jenis

imunisasi, penyakit yang dapat di vaksinasi , cara pemberiannya dan komplikasi dari pemberian

imunisasi. Sebagai tambahan pengetahuan bagi calon Bidan professional sehingga saat kita ada

di lahan klinik kita dapat memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kode etik kebidanan.

3.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan :

Perlu peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang imunisasi di kalangan

paramedis sehingga pelayanan kesehatan khususnya imunisasi dapat diberikan sesuai dengan

standar asuhan pelayanan kesehatan.

Perlu pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang sebenarnya tentang

pentingnya imunisasi dan hal-hal yang berkaitan sehingga masyarakat tidak perlu takut

membawa anaknya imunisasi.

23
Bagi setiap Ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu harus selalu aktif ke

posyandu atau tenaga kesehatan terdekat. Karena dengan di beri Imunisasi dapat mencegah bayi

dalam berbagai penyakit.


DAFTAR PUSTAKA
http://clubbing.kapanlagi.com/threads/111535-Efek-Samping-Imunisasi

1. A. Aziz Alimul Hidayat, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Cetakan 1.Jakarta :Buku Kedokteran

EGC 2009. Hal 98-101

Anda mungkin juga menyukai