INTISARI
Fitriana Wati, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
CERATA Journal Of Pharmacy Science 37
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …
PENDAHULUAN
Pengobatan akan lebih optimal bila dilakukan dengan efektif dan rasional
yaitu pemilihan obat berdasarkan interpretasi gejala penyakit dan pemahaman aksi
fisiologinya dengan dosis yang sesuai, dengan tujuan meminimalisasi efek
samping. Konsumen harus mengetahui informasi tentang obat yang dipakainya,
Hal ini merupakan tugas apoteker dan tenaga farmasi di apotek untuk memberikan
obat dan layanan informasi sehingga obat dapat bekerja dengan optimal (Pujiarto,
2008).
Konseling pasien dan pelayanan Pharmaceutical care secara menyeluruh
oleh tenaga farmasi merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi, karena
baik tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari kegiatan
konseling (Anonimª, 2006).
Menurut Rubiyanto (2003), terdapat kecenderungan farmasis di Indonesia
belum memberikan perhatian terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai pemberi
informasi tentang obat. Kenyataan menunjukkan bahwa tenaga farmasi sebagai
peran sentral dan bertanggung jawab penuh dalam memberikan informasi obat
kepada masyarakat belum melaksanakan dengan baik. Kesimpulan yang didapat
dalam berbagai forum internasional, baik forum WHO seperti Nairobi
Conference, International Conference on Drug Regulatory Authorities (ICDRA)
maupun forum profesi seperti World Conference on Clinical Pharmacology &
Therepeutics, yang mengakui bahwa pelayanan informasi obat merupakan salah
satu kebutuhan kritis yang saat ini belum dipenuhi. Di mata mereka, sosok tenaga
farmasi semakin tidak jelas kedudukan spesifiknya. Dampak lanjutannya, sedikit
banyak masyarakat akan meremehkan peran dan fungsi farmasis di apotek
(Kuncahyo, 2008).
Rasa puas dan rasa tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara
harapan konsumen dengan kualitas yang diterima dari pelayanan (Muhtosim,
2006). Saat ini masih banyak apotek yang memberikan pelayanan masih jauh
dibawah harapan, sehingga membuat pelanggan kecewa dan akhirnya akan beralih
ke apotek lain. Kondisi seperti ini menjadi tantangan bagi setiap tenaga kesehatan
di apotek untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan serta memberikan
kepuasan kepada pelanggannya, sehingga apotek tersebut dapat bertahan dan
berkembang dalam persaingan yang semakin ketat. Utuk itu perlu dilakukan suatu
penelitian yang mengarah kepada kinerja dan kualitas pelayanan informasi obat di
apotek dengan mengetahui kekurangan kepuasan pelayanan informasi obat yang
dibutuhkan pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu penelitian lebih lanjut bagaimana
hubungan antara pelaksanaan pelayanan informasi obat dengan kepuasan
konsumen di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten yang
merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah daerah di Kabupaten Klaten
dan diharapkan dapat memberikan pelayanan informasi obat yang baik pada
pasien.
38 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …
METODE PENELITIAN
Jenis Kelamin F %
Laki-laki 41 51,30
Perempuan 39 48,80
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa paling banyak
responden adalah laki-laki yaitu 41 responden (51,30%).
40 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …
Pekerjaan F %
PNS/TNI 13 16.25
Wiraswasta 17 21,25
Swasta 13 16,25
IRT 18 22,50
Pelajar/Mahasiswa 17 21,25
Buruh/Tani 2 2,50
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden paling
banyak adalah ibu-ibu rumah tangga yaitu 18 responden (22,50%)
dan paling sedikit adalah buruh/tani sebanyak 2 responden (2,50%).
Pekerjaan F %
Tidak tamat SD 1 1,30
SD 14 17,50
SLTP/Sederajat 17 21,30
SLTA/Sederajat 35 43,80
Akademi/PT 13 16,30
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden paling
banyak adalah berpendidikan SLTA/Sederajat yaitu 35 responden
(43,80%) dan paling sedikit adalah Tidak Tamat SD yaitu hanya 1
responden (1,30%).
CERATA Journal Of Pharmacy Science 41
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …
B. Pembahasan
Umur mencerminkan kondisi fisik dari seseorang. Dalam kaitannya
dengan bidang kesehatan, umur dapat mencerminkan mengenai kebutuhan
perawatan kesehatan tertentu pada diri seseorang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden adalah responden kelompok umur 31-50 tahun
yakni sebesar 36 pasien (45,00%). Hal ini dikarenakan umur digunakan sebagai
ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, seks), dan siklus
hidup (status perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan
derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan
berhubungan dengan kualitas pelayanan informasi obat dan kepuasan konsumen
(Notoadmodjo, 2005). Responden pada kelompok umur tersebut merupakan usia
yang matang dalam cara berfikirnya dibanding dengan umur yang lebih muda
sehingga lebih matang dalam memperoleh informasi obat. Dari segi kepercayaan
CERATA Journal Of Pharmacy Science 43
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya diri dari orang yang
belum cukup kedewasaannya. Hal ini berarti umur yang semakin matang akan
memudahkan memilih dan menerima informasi serta lebih percaya diri untuk
mencari tahu tentang informasi obat.
Pendidikan mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di
dalam masyarakat. Responden berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian
ini sebagian besar adalah mereka yang berpendidikan SLTA/Sederajat yaitu 35
responden (43,80%). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar seseorang secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Responden dengan pendidikan
SLTA/sederajat memiliki keingintahuan yang lebih tentang obat. Oleh karena
itu responden akan lebih kritis untuk mendapatkan informasi yang akurat demi
tercapainya penyembuhan yang optimal. Dengan pendidikan SLTA/sederajat
responden akan mudah menerima informasi tersebut. Jadi walaupun dengan
pendidikan SLTA tapi responden lebih aktif mencari informasi dan bertukar
pikiran dengan tenaga farmasi.
Sebagian besar jumlah pasien mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga yaitu 18 responden (22,50%). Pekerjaan mencerminkan keadaan sosial
dari individu atau keluarga di dalam masyarakat, mengingatkan akan berbagai
gaya kehidupan yang diperlihatkan oleh individu-individu dan keluarga dari
kedudukan sosial tertentu di masyarakat (Notoadmodjo, 2005). Ibu rumah
tangga mempunyai kesempatan, waktu luang yang lebih untuk mendapatkan
informasi obat yang diberikan oleh tenaga farmasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kualitas pelayanan informasi obat dengan kepuasan pasien di Perusda
Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten dengan p = 0,006 (p<0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang
pelayanan informasi obat di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah
Farma Klaten sebagian besar baik yaitu sebanyak 50 responden (62,50%). Hal
ini menunjukkan bahwa di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah
Farma Klaten pelayanan dan penampilan serta keramahan petugas baik sehingga
pelanggan menjadi puas. Pelayanan petugas memegang peranan penting dalam
industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan (Kotler,
2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 responden (37,75 %) merasa
puas walaupun mendapatkan pelayanan informasi obat yang kurang baik, ini
44 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …
jasa itu kepada orang lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan
kinerja, semakin besar ketidakpuasan yang terjadi (Kotler, 2005).
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, edisi 11 bahasa indonesia. PT. Indek
Kelompok Gramedia. Jakarta.