Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT

TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN


DI PERUSDA ANEKA USAHA
UNIT APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN

Fitriana Wati, Sutaryono, Muchson Arrosyid

INTISARI

Konseling pasien dan pelayanan Pharmaceutical care secara menyeluruh oleh


tenaga farmasi merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi, karena baik
tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari kegiatan konseling.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan pelayanan informasi obat di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten. Selain itu bertujuan
untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan informasi obat dengan kepuasan
konsumen di apotek.
Penelitian deskriptif ini di analisis secara analitik dengan menggunakan
pendekatan waktu secara belah lintang/cross sectional yaitu penelitian observasional
dimana cara pengambilan data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan sekali
waktu pada saat yang bersamaan Pada penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu
Kualitas pelayanan informasi obat sebagai variabel bebas, dan Kepuasan konsumen
secara keseluruhan atas informasi yang diberikan di Perusda Aneka Usaha Unit
Apotek Sidowayah Farma Klaten sebagai variabel terikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang pelayanan
informasi obat di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten
sebagian besar baik yaitu sebanyak 50 responden (62,50%), kategori kurang baik
(37,50%). Responden yang merasa puas 45 responden (56,30%) dan yang tidak puas
35 responden (43,80%),
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kualitas pelayanan informasi obat dengan kepuasan pasien di Perusda Aneka
Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten

Kata Kunci : Pelayanan, Kepuasan pasien, Informasi obat, Apotek Sidowayah


Farma

Fitriana Wati, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten
CERATA Journal Of Pharmacy Science 37
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

PENDAHULUAN

Pengobatan akan lebih optimal bila dilakukan dengan efektif dan rasional
yaitu pemilihan obat berdasarkan interpretasi gejala penyakit dan pemahaman aksi
fisiologinya dengan dosis yang sesuai, dengan tujuan meminimalisasi efek
samping. Konsumen harus mengetahui informasi tentang obat yang dipakainya,
Hal ini merupakan tugas apoteker dan tenaga farmasi di apotek untuk memberikan
obat dan layanan informasi sehingga obat dapat bekerja dengan optimal (Pujiarto,
2008).
Konseling pasien dan pelayanan Pharmaceutical care secara menyeluruh
oleh tenaga farmasi merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi, karena
baik tenaga farmasi maupun pasien memperoleh keuntungan dari kegiatan
konseling (Anonimª, 2006).
Menurut Rubiyanto (2003), terdapat kecenderungan farmasis di Indonesia
belum memberikan perhatian terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai pemberi
informasi tentang obat. Kenyataan menunjukkan bahwa tenaga farmasi sebagai
peran sentral dan bertanggung jawab penuh dalam memberikan informasi obat
kepada masyarakat belum melaksanakan dengan baik. Kesimpulan yang didapat
dalam berbagai forum internasional, baik forum WHO seperti Nairobi
Conference, International Conference on Drug Regulatory Authorities (ICDRA)
maupun forum profesi seperti World Conference on Clinical Pharmacology &
Therepeutics, yang mengakui bahwa pelayanan informasi obat merupakan salah
satu kebutuhan kritis yang saat ini belum dipenuhi. Di mata mereka, sosok tenaga
farmasi semakin tidak jelas kedudukan spesifiknya. Dampak lanjutannya, sedikit
banyak masyarakat akan meremehkan peran dan fungsi farmasis di apotek
(Kuncahyo, 2008).
Rasa puas dan rasa tidak puas konsumen terletak pada hubungan antara
harapan konsumen dengan kualitas yang diterima dari pelayanan (Muhtosim,
2006). Saat ini masih banyak apotek yang memberikan pelayanan masih jauh
dibawah harapan, sehingga membuat pelanggan kecewa dan akhirnya akan beralih
ke apotek lain. Kondisi seperti ini menjadi tantangan bagi setiap tenaga kesehatan
di apotek untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan serta memberikan
kepuasan kepada pelanggannya, sehingga apotek tersebut dapat bertahan dan
berkembang dalam persaingan yang semakin ketat. Utuk itu perlu dilakukan suatu
penelitian yang mengarah kepada kinerja dan kualitas pelayanan informasi obat di
apotek dengan mengetahui kekurangan kepuasan pelayanan informasi obat yang
dibutuhkan pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu penelitian lebih lanjut bagaimana
hubungan antara pelaksanaan pelayanan informasi obat dengan kepuasan
konsumen di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten yang
merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah daerah di Kabupaten Klaten
dan diharapkan dapat memberikan pelayanan informasi obat yang baik pada
pasien.
38 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

TUJUAN PENELITIAN untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan informasi obat


di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten, untuk
mengetahui hubungan kualitas pelayanan informasi obat dengan kepuasan
konsumen di apotek.

METODE PENELITIAN

Penelitian deskriptif di analisis secara analitik dengan menggunakan


pendekatan waktu secara belah lintang (cross sectional). Penelitian ini
menggunakan data primer yang diperoleh dari pasien Perusda Aneka Usaha Unit
Apotek Sidowayah Farma melalui kuesioner.
Pada penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu 1) Kualitas pelayanan
informasi obat sebagai variabel bebas, meliputi : penilaian pasien terhadap bentuk,
cara, dan manfaat pelayanan informasi. 2). Kepuasan konsumen secara
keseluruhan atas informasi yang diberikan di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek
Sidowayah Farma Klaten sebagai variabel terikat.
Kualitas pelayanan informasi obat dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
yaitu : a) Baik jika kenyataan pemberian informasi obat yang diperoleh konsumen
: ≥ 50 %, dan b).Kurang baik jikakenyataan pemberian informasi obat yang
diperoleh konsumen : < 50 % (Arikunto, 2002).
Kepuasan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu : a). Puas jika
harapan pasien sudah sesuai dengan kenyataan yang diperoleh : ≥ 50 %. . b).Tidak
puas jika harapan pasien tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh : < 50%
(Arikunto, 2002). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
pasien di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten pada
tanggal 1 Februari 2012 sampai 29 Februari 2012. Sampel yang digunakan yaitu
sejumlah pasien yang mendapat pelayanan informasi obat di Perusda Aneka
Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma. Teknik pengambilan sampel secara
accidental sampling dengan kriteria inklusi, meliputi :
a. Konsumen yang membawa resep dokter
b. Bersedia menjadi responden
c. Mampu membaca dan menulis
Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner untuk mendapatkan
data-data penilaian pasien tentang pelaksanaan pelayanan informasi obat di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten. Data Penelitian
dianalisis secara bevariat menggunakan analisis statistik chi-square.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pasien yang membeli obat di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten yang sesuai
CERATA Journal Of Pharmacy Science 39
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

kriteria sebanyak 80 kuesioner yang diberikan kepada responden. Responden


dibagi menjadi 4 kategori:
a. Responden berdasarkan umur
Umur mencerminkan kondisi fisik dari seseorang. Dalam kaitannya
dengan bidang kesehatan, umur dapat mencerminkan mengenai
kebutuhan perawatan kesehatan tertentu pada diri seseorang. Dilihat dari
faktor umur, responden dikelompokkan dalam beberapa kategori yang
berdasarkan dalam perhitungan standar deviasi. Adapun rentang umur
tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Umur
Responden
Umur F %
11 – 20 15 18,75
21 – 30 17 20,00
31 – 40 18 22,50
41 – 50 18 22,50
51 – 60 6 7,50
61 – 70 6 7,50
71 – 80 1 1,30
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelompok umur
responden di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma
Klaten yang paling banyak adalah responden kelompok umur 31-
50 tahun yakni sebesar 36 pasien (45%), dan kelompok terkecil
yaitu pada usia 71-80 tahun yakni sebesar 1 pasien (1,30%).

b. Responden berdasarkan jenis kelamin


Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Jenis
Kelamin Responden

Jenis Kelamin F %
Laki-laki 41 51,30
Perempuan 39 48,80
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa paling banyak
responden adalah laki-laki yaitu 41 responden (51,30%).
40 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

c. Responden berdasarkan pekerjaan


Pekerjaan seringkali mencerminkan status sosial. Gambaran
umum mengenai pengguna jasa di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek
Sidowayah Farma Klaten berdasarkan kelompok pekerjaan dapat
ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan
Pekerjaan Responden

Pekerjaan F %
PNS/TNI 13 16.25
Wiraswasta 17 21,25
Swasta 13 16,25
IRT 18 22,50
Pelajar/Mahasiswa 17 21,25
Buruh/Tani 2 2,50
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden paling
banyak adalah ibu-ibu rumah tangga yaitu 18 responden (22,50%)
dan paling sedikit adalah buruh/tani sebanyak 2 responden (2,50%).

d. Responden berdasarkan pendidikan


Tingkat pendidikan mencerminkan tingkat intelektualitas dari
seseorang. Gambaran umum mengenai pengunjung pengguna jasa di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten
berdasarkan kelompok pendidikan dapat ditabulasikan sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan
Pendidikan Responden

Pekerjaan F %
Tidak tamat SD 1 1,30
SD 14 17,50
SLTP/Sederajat 17 21,30
SLTA/Sederajat 35 43,80
Akademi/PT 13 16,30
Total 80 100%
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa responden paling
banyak adalah berpendidikan SLTA/Sederajat yaitu 35 responden
(43,80%) dan paling sedikit adalah Tidak Tamat SD yaitu hanya 1
responden (1,30%).
CERATA Journal Of Pharmacy Science 41
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

2. Gambaran umum variabel penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pelayanan Informasi Obat
Data pelayanan informasi obat secara keseluruhan setelah
dikategorikan dapat dideskripsikan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pelayanan Informasi Obat di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma
Klaten
Pelayanan Informasi Obat Frekuensi Presentase
Baik 50 62,50
Kurang Baik 30 37,50
Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer 2012
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa tanggapan responden
tentang pelayanan informasi obat di Perusda Aneka Usaha Unit
Apotek Sidowayah Farma Klaten, sebagian besar baik, yaitu
sebanyak 50 responden (62,50%). Responden paling sedikit adalah
responden yang memberikan tanggapan atas pelayanan informasi
obat kategori kurang baik, yaitu 30 responden (37,50%).
b. Kepuasan Konsumen
Data Kepuasan konsumen setelah dikategorikan dapat
dideskripsikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kepuasan Konsumen Pengguna


Jasa di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah
Farma Klaten
Kepuasan Konsumen Frekuensi Presentase
Puas 45 56,30
Tidak Puas 35 43,80
Jumlah 80 100
Sumber : Data Primer 2012
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai kepuasan kategori puas, yaitu sebanyak 45 responden
(56,30%). Responden paling sedikit adalah yang mempunyai
kepuasan kategori tidak puas, yaitu sebanyak 35 responden (43,80%).
3. Hubungan Pelayanan Informasi Obat Terhadap Kepuasan Konsumen di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten
Hubungan Pelayanan Informasi Obat Terhadap Kepuasan Konsumen di
Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten diuji dengan
42 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

analisis Chi square dengan taraf signifikansi 0,05, sehingga diketahui


hasilnya pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.7. Hubungan Pelayanan Informasi Obat Terhadap Kepuasan
Pasien di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah
Farma Klaten
Kepuasan Pasien
Kualitas Pelayanan Tidak r Nilai
Puas Total P
Informasi Obat Puas Value
Kurang Baik 19 11 30 7, 480 0.006
(23, 75%) (13, 75%) (37, 50%)
Baik 16 34 50
(20, 00%) (42, 50%) (62, 50%)
Total 35 45 80
Sumber : Data Primer diolah, 2012
Bila dilihat dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa, hasil
penelitian menunjukkan p = 0,006 (p<0,05) yang berarti bahwa ada
hubungan yang bermakna antara kualitas pelayanan informasi obat dengan
kepuasan pasien di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma
Klaten.
Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak, yang
berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan
informasi obat dengan kepuasan pasien di Perusda Aneka Usaha Unit
Apotek Sidowayah Farma Klaten, sehingga hipotesis diterima.

B. Pembahasan
Umur mencerminkan kondisi fisik dari seseorang. Dalam kaitannya
dengan bidang kesehatan, umur dapat mencerminkan mengenai kebutuhan
perawatan kesehatan tertentu pada diri seseorang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar responden adalah responden kelompok umur 31-50 tahun
yakni sebesar 36 pasien (45,00%). Hal ini dikarenakan umur digunakan sebagai
ukuran mutlak atau indikator fisiologis yang berbeda (umur, seks), dan siklus
hidup (status perkawinan, besarnya keluarga) dengan asumsi bahwa perbedaan
derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan sedikit banyak akan
berhubungan dengan kualitas pelayanan informasi obat dan kepuasan konsumen
(Notoadmodjo, 2005). Responden pada kelompok umur tersebut merupakan usia
yang matang dalam cara berfikirnya dibanding dengan umur yang lebih muda
sehingga lebih matang dalam memperoleh informasi obat. Dari segi kepercayaan
CERATA Journal Of Pharmacy Science 43
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih percaya diri dari orang yang
belum cukup kedewasaannya. Hal ini berarti umur yang semakin matang akan
memudahkan memilih dan menerima informasi serta lebih percaya diri untuk
mencari tahu tentang informasi obat.
Pendidikan mencerminkan keadaan sosial dari individu atau keluarga di
dalam masyarakat. Responden berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian
ini sebagian besar adalah mereka yang berpendidikan SLTA/Sederajat yaitu 35
responden (43,80%). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar seseorang secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Responden dengan pendidikan
SLTA/sederajat memiliki keingintahuan yang lebih tentang obat. Oleh karena
itu responden akan lebih kritis untuk mendapatkan informasi yang akurat demi
tercapainya penyembuhan yang optimal. Dengan pendidikan SLTA/sederajat
responden akan mudah menerima informasi tersebut. Jadi walaupun dengan
pendidikan SLTA tapi responden lebih aktif mencari informasi dan bertukar
pikiran dengan tenaga farmasi.
Sebagian besar jumlah pasien mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga yaitu 18 responden (22,50%). Pekerjaan mencerminkan keadaan sosial
dari individu atau keluarga di dalam masyarakat, mengingatkan akan berbagai
gaya kehidupan yang diperlihatkan oleh individu-individu dan keluarga dari
kedudukan sosial tertentu di masyarakat (Notoadmodjo, 2005). Ibu rumah
tangga mempunyai kesempatan, waktu luang yang lebih untuk mendapatkan
informasi obat yang diberikan oleh tenaga farmasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara kualitas pelayanan informasi obat dengan kepuasan pasien di Perusda
Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten dengan p = 0,006 (p<0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan responden tentang
pelayanan informasi obat di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah
Farma Klaten sebagian besar baik yaitu sebanyak 50 responden (62,50%). Hal
ini menunjukkan bahwa di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah
Farma Klaten pelayanan dan penampilan serta keramahan petugas baik sehingga
pelanggan menjadi puas. Pelayanan petugas memegang peranan penting dalam
industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan (Kotler,
2005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 responden (37,75 %) merasa
puas walaupun mendapatkan pelayanan informasi obat yang kurang baik, ini
44 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

dikarenakan obat yang dibutuhkan tersedia di apotek serta penampilan dan


keramahan petugas baik.
Mutu pelayanan yang diterima oleh pasien yaitu apa saja yang telah
dilakukan oleh pemberi layanan kepada pasien, seberapa pelayanan informasi
obat yang berkaitan dengan proses pelayanan yang diterima pasien dan
kelangsungan pelayanan pasien selama berada di Perusda Aneka Usaha Unit
Apotek Sidowayah Farma Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang merasa puas 45 responden (56,30%) dan yang tidak puas 35
responden (43,80%), keadaan ini dikarenakan dalam menyimak dan
memperhatikan keluhan pasien yang membutuhkan pelayanan informasi obat
sudah dilakukan petugas dengan baik.
Menurut Kotler (2005) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi
antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang
diberikan. Menurut Nasution (2001) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan
dapat terpenuhi melalui produk yang diberikan.
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
produk atau jasa yang digunakan berkualitas. Persepsi konsumen terhadap
kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas
produk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan
dimana promosi apotek memegang peranan penting dalam industri jasa.
Pelanggan dalam hal ini adalah pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan,
cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Dari hasil ada sebanyak 35 responden (43,80%) yang merasa tidak puas,
ketidakpuasan terhadap pelayanan bisa disebabkan oleh perbedaan harapan
pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan baik buruknya pelayanan
tergantung pada kemampuan penyedia pelayanan jasa dalam memenuhi harapan
pasien secara efisien dan konsisten, tingkat kepuasan pelanggan sangat
tergantung pada mutu produk, produk bisa berarti barang atau jasa (Supranto,
2001).
Kepuasan merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja. Jika
kinerja tidak memenuhi harapan konsumen kecewa, jika memenuhi harapan,
konsumen puas, jika melebihi harapan, konsumen sangat puas. Perasaan ini
menentukan apakah pelanggan kembali menggunakan jasa kita dan
membicarakan hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan tentang
CERATA Journal Of Pharmacy Science 45
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

jasa itu kepada orang lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan
kinerja, semakin besar ketidakpuasan yang terjadi (Kotler, 2005).
KESIMPULAN

1. Pelayanan informasi obat di Perusda Aneka Usaha Unit Apotek Sidowayah


Farma Klaten kategori baik (62,50%), kategori kurang baik (37,50%).
2. Kepuasan pasien Pengguna jasa pelayanan Perusda Aneka Usaha Unit Apotek
Sidowayah Farma Klaten dalam kategori puas (56,30%), kategori tidak puas
(43,80%).
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kualitas pelayanan informasi obat dengan kepuasan pasien di Perusda Aneka
Usaha Unit Apotek Sidowayah Farma Klaten dengan p = 0,006 (p<0,05).

SARAN

1. Pasien sebaiknya memberikan informasi kepada Apotek tentang pelayanan


informasi obat apabila belum sesuai dengan apa yang diharapkan sebagai
masukan bagi Apotek.
2. Tenaga farmasi hendaknya melakukan pelayanan kesehatan secara sopan dan
ramah, serta responsif dalam menanggapi segala kebutuhan pasien.
3. Petugas pemberi pelayanan di Apotek diharapkan agar tetap menjaga
komitmen bersama yang telah disusun bersama dalam usaha meningkatkan
mutu pelayanan pasien yang merupakan tujuan utama dari pelayanan yang
optimal.
4. Perlu penelitian selanjutnya diharapkan kuesionernya perlu diperjatam tentang
item-item yang mengukur tentang pelayanan informasi obat dan lebih spesifik
pada pelayanan informasi obat untuk penyakit tertentu misalnya pada penyakit
kronik yang memerlukan pengobatan secara rutin.
46 CERATA Journal Of Pharmacy Science
Fitriana Wati, dkk., Hubungan Kualitas Pelayanan Informasi …

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Farmasetika. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Anonimª. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan,


Direktorat Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI, Jakarta.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi V, Penerbit


Rineka Cipta Jakarta.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, edisi 11 bahasa indonesia. PT. Indek
Kelompok Gramedia. Jakarta.

Kuncahyo, Ilham. 2008. Dilema Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian. Salemba


Medika. Jakarta.

Muhtosim, Arief. 2006, Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Bayumedia.


Malang

Nasution, M.N. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).


Ghalia Indonesia. Bogor.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pujiarto, S.P. 2008. Rational Use Of Medicine. Universitas Gadjah Mada.


Jogjakarta.

Rubiyanto, N. 2003. Standar Kompetensi :Upaya Menuju Good Pharmaceutical


Practices pada Pelayanan Farmasi Komunitas, disampaikan dalam
Diskusi Keprofesian, 23 April 2003. Universitas Gadjah Mada.
Jogjakarta.

Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan pangsa


pasar. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai