Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERSEPSI SENSORIK

Nama Kelompok :

1. Cutiara sungkar
2. Anne Oktarina
3. Adhetri Putri
4. Adinda Mutiara S
5. Abdul Rahman
6. Cabela Milanda
7. Maharani Avia Pakila
8. Maryati
9. Ryan Nur Febriansyah
10. Vera Wati

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Tangerang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Sistem Persepsi
Sensori” ini dapat terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Persepsi Sensori . Saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................ 5
1.3 TUJUAN.................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6
2.1 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENDENGARAN ( TELINGA)... 6
2.2 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGECAPAN ( LIDAH) ........... 17
2.3 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN (MATA)............ 24
2.4 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCIUMAN (HIDUNG)............ 42
2.5 PEMERIKSAAN FISIK SITEM PERSEPSI SENSORI...................... 49
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 62
4.1 KESIMPULAN....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 63
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam,


karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap
makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam.
Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan
lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup.

Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik


yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup,
memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel
reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.

Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang


terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon,
ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain
sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam
tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar
glukosa, tekanan darah menurun/naik dan lain sebagainya.

Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi


untuk mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh.
Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1) Indera penglihat (mata), indera ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna dan lain
sebagainya. (2) Indera pendengar (telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi
untuk mengenali perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya.
(4) Indera pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan
lingkungan seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya, (5) Indera
pembau (hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan
seperti mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan
sebutan panca indera.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh Ibu Dosen, dan juga untuk menmbah wawasan serta memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Sensori & Persepsi.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi acuan dan pedoman dalam
penyusanan dan penyajian makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana Anatomi & Fisiologi dari sistem penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan penciuman ?
3. Bagaimana proses pemeriksaan sistem persepsi sensori ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Pendengaran ( Telinga)

2.1.1 Telinga Dalam


Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap
telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari sejumlah
rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun dari
sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam telinga dalam osseus.3

2.1.2 Telinga Dalam Osseus


Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis
semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di
dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan
bening, yaitu perilimpa, yang di dalamnya terdapat labyrinthus
membranaceus. Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus,
terletak posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semisircularis.
Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis
stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra cochleae yang ditutupi oleh
membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus
telinga dalam membranaceus.

Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior, posterior,


dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis mempunyai
sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara ke dalam
vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan bersama oleh dua
canalis.

Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga


Dalam

Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian


anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae,
dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah
putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih kecil sehingga
bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap anterolateral dan
basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari cochlea inilah yang tampak
sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.

2.1.3 Telinga Dalam Membranaseus


Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus, dan
berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. telinga dalam membranaceus
terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga
ductus semicircularis, yang terletak di dalam canalis semicircularis osseus; dan
ductus cochlearis yang terletak di dalam cochlea. Struktur-struktur ini sating
berhubungan dengan bebas.Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus
vestibuli yang ada, dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus
endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.

2.2.4 Anatomi Organ Keseimbangan Pada Telinga


Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak ditelinga dalam (labirin),
terlindungi oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk
labirin tulang. Antara labirin tulang dan labirin membran terdapat perilimfa (tinggi
natrium rendah kalium), sedangkan endolimfa (tinggi kalium dan rendah natrium)
terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi dari
pada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang
terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Tulang labirin, terdiri
dari bagian vestibuler (kanalis semisirkularis, utriculus, sacculus) dan bagian
koklea. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi sirkularis (kss), yaitu kss
horizontal (lateral), kss anterior (superior), dan kss posterior (inferior).

Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.
Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh
silia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan
dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh
gravitasi, maka gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan
menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus
melalui suatu duktus yang sempit yang juga merupakan saluran menuju sakus
endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap
makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-
masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan
mengandung sel-sel rambut krista. Sel- sel rambut menonjol pada pada suatu
kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan
menggerakan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel .

Jalur saraf yang dilalui dimulai dari nervus-nervus dari utriculus, saculus
dan kanalis semisirkularis membentuk suatu ganglion vestibularis. Jalur
keseimbangan terbagi 2 neuron; neuron ke 1; Sel-sel bipolar dari ganglion
vestibularis. Neurit-neurit membentuk N. Vestibularis dari N. Vestibulocochlearis
pada dasar liang pendengaran dalam dan menuju nuklei vestibularis. Nuklei ke 2
dari Nucleus vestibularis lateralis (inti Deiters) keluar serabut-serabut yang
menuju Formatio retikularis, ke inti-inti motorik saraf otak ke III, IV dan V
(melalui Fasciculus longitudinalis medialis), ke Nuclei Ruber dan sebagai Tractus
vestibulospinalis didalam batang depan dari sumsum tulang belakang. Dari Nuclei
vestibularis medialis (inti Schwable) dan Nucleus vestibularis inferior (inti Roller)
muncul bagian-bagian Tractus vedtibulospinal dan hubungan-hubungan kearah
Formatio Retikularis. Nucleus vestibularis superior (inti Bechterew) mengirimkan
antara lain serabut-serabut untuk otak kecil.
2.2 Sistem Pengecapan ( Lidah)

Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat
membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal
sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah
juga turut membantu dalam tindakan bicara.

2.2.1 Anatomi Fisiologi Lidah


Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis.
Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Lidah
memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat empat macam papila lidah:

a. Papila filiformis
Papila filiformis banyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah yang
berfungsi untuk menerima rasa sentuh dari rasa pengecapan. Filiformis
merupakan penonjolan berbentuk seperti konus.
b. Papila sirkumvalata
Papila sirkumvalata memiliki bentuk V dan terdapat 8 – 12 jenis yang terletak
di bagian dasar lidah. Sirkum valatum merupakan papila yang sangat besar
dengan permukaan menutupi papila lainnya. Pada bagian belakang lidah. banyak
kelenjar serosa (von ebner) dan mukosa yang mengalirkan sekresinya ke dalam
cekungan yang megelilingi papilla ini. Puting kecap banyak disisi papila ini
c. Papila fungiformis
Papila fungiformis merupakan penonjolan dengan tangkai kecil yang menyebar
pada permukaan ujung dan sisi lidah dan berbentuk jamur. Papila ini
mengandung indera perasa pada permukaan samping atas dan terdapat di sela-sela
antara papila filiformis
d. Papila Filiformis
Terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup
pengecap. Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila,
terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi
sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Bagian-
bagian lidah:
1. Bagian depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
Rasa manis, tidak di bentuk oleh suatu sensasi kimia saja (mis. Gula, glikol,
aldehit, keton, amida dan asam amino). Kebanyakan substansi yang membentuk
rasa manis adalah substansi kimia organik. Perubahan sangat kecil pada radikal
sederhana mengubah substansi rasa dari manis menjadi pahit.
2. Bagian pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
Rasa asin, kualitas rasa berbeda antara garam satu dengan garam lainnya.
Kation membentuk rasa asin, anion juga berperan membentuk rasa asin walaupun
sedikit. Rasa asam, intensitas dari sensasi rasa hampir sebanding dengan logaritma
dan konsentrasi ion hydrogen, yaitu semakin asam suatu rasa maka semakin kuat
sensasi di bentuk.
3. Bagian belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Rasa pahit, substansi yang membentuk rasa pahit hampir seluruhnya
merupakan substansi organic; substansi organic rantai panjang yang mengandung
nitrogen dan alcohol meliputi banyak zat yang digunakan dalam obat-obatan.
Lidah memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim
amilase (ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat
gula. Letak kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga,
dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah lidah.

2.2.2 Proses Pengecapan


Lidah mempunyai hubungan yang sagat erat dengan indra khusus pengecap.
Lidah terdiri dari dua kelompok yaitu otot intrinsik melakukan gerak halus dan
otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
melaksanakan gerakan kasar pada waktu mengunyah dan menelan. Lidah terletak
pada dasar mulut, ujung serta tepi lidah bersentuhan dengan gigi, dan terdiri dari
otot serat lintang dan dilapisi oleh seraput lendir yang dapat digerakkan ke segala
arah. Lidah terbagi menjadi :
Radiks lingua (pangkal lidah)
Dorsum lingua (punggung lidah)
Apeks lingua (ujung lidah)

a. Sensorik: nervus lingualis (cabang nervus mandibularis, cabang nervus cranialis


v) menginervasi dua pertiga anterior kidah untuk pengecapan; nervus vacialis
(tranialisVII) menginervasi sepertiga anterior untuk rasa kecap; nervus
glussopharyngeus (cranialis IX) menginervasi sepertiga posterior untuk raba dan
rasa kecap.
b. Motorik: nervus hypoglossus (cranialis XII)
Kelenjar ludah
Kelenjar ludah terdiri dari sel-sel pensekresi saliva
Kelenjar ludah
Parotis, kanan dan kiri
Submandibularis, kanan dan kiri
Sublingualis, kanan dan kiri

Gkandula parotis adalah kelenjar berbentuk baji tidak beraturan terletak


dibagian depan, bawah, dan belakang daun telinga. Ductus Parotis keluar dari
batas anterior, berjalan horizontal melintasi pipi, menembus lemak dan musculus
buccinator, membuka di bagian dalam pipi di seberang gigi molar 2 atas. Cabang-
nervus fasialis (Cranialis VII) berjalan kedapan melalui kelenjar mencapai otot-
otot wajah.

Glandula submandibularis Terletak di bagian belakang dasar mulut tertutup di


bawah angulus mandibula. Ductusnya berjalan ke depan pada dasar mulut
membuka ke dalam mulut pada bagian samping lidah.

Glandula sublingualis Terletak di bawah membran mukosa dasar mulut dan


tertutup di bawah bagian depan lidah. Kelenjar ini memiliki sekitar 12 saluran
kecil yang membuka kedalam dasar mulut. Kelenjar ludah mensekresi saliva
sebagai respon terhadap antisipasi makanan atau adanya makanan di dalam mulut.
Rangsangan melalui saraf parasimaptis menghasilkan dilatasi pembuluh darah di
dalam kelenjar dan mengalirkan saliva.

Bila lidah digulung kebelakang tampak permukaan bawah yang disebut


frenulum lingua, sebuah struktur ligamen yang halus yang mengaitkan bagian
posterior lidah pada dasar mulut. Seraput lendir (membran mukosa) lidah selalu
lembap. Permukaan atas seperti beludru dan ditutupi papil-papil, terdiri atas 3
jenis yaitu:
a. Papila sirkumvalata, ada 8 hingga 12 buah yang terletak pada pangkal lidah atau
dasar lidah, jenis papila yang terbesar tersusun seperti huruf V.
b. Papila fungiformis, penyebar pada permukaan ujung sisi lidah dan berbentuk
jamur.
c. Papila filiformis, merupakan papila terbanyak dan menyebar di seluruh
permukaan lidah. Organ ujung untuk mengecap adalah puting pengecap yang
sangat banyak terdapat didalam dinding papila sirkumvalata dan filiformis. Papila
filiformis lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuhan dari rasa pengecapan
yang sebenarnya. Seraput lendir langit-langit dan faring juga bermuatan puting-
puting pengecap.

22.3 FUNGSI LIDAH


a. Menunjukkan kondisi tubuh
Selaput lidah manusia dapat digunakan sebagai indikator metabolism
tubuh,terutama kesehatan tubuh manusia.

1. Warna Lidah
Kuning menandakan adanya infeksi bakteri, jika warna kuning menuju
kehijauan adanya infeksi bakteri akut. Merah menandakan aktivitas panas tubuh,
jika hanya terdapat pada ujung lidah berarti adanya panas pd jantung,jika terdapat
pada sisi kanan kiri menandakan adanya ganguan ginjal dan kandung empedu.
Ungu berarti adanya aktivitas statis darah, darah tidak lancar dan ada gangguan.
Biru menandakan adanya aktivitas dingin yang menyebabkan statis darah.
2. Bentuk Lidah
Tipis ,jika bentuk lidah tipis dan berwarna pucat menandakan defisiensi
(kekurangan) darah yang berhubungan dengan hati semakin pucat semakin parah
gangguan hati tebal,sirkulasi darah tidak normal menandakan gangguan ginjal dan
limpa kaku ,menandakan masuk angin panjang,adanya akivitas panas pada
jantung Retak,adanya ganguan pada lambung limpa dan jantung
b. Membasahi makanan di dalam mulut
c. Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah
d. Mengecap atau merasakan makanan
e. Membolak-balik makanan
f. Menelan makanan
g. Mengontrol suara dan dalam mengucapkan kata-kata

2.3 Sistem Penglihatan (Mata)


Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor,
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Stoane, Eyhel 2003). Mata
adalah organ indera yang komplek yang peka cahaya. Dalam wadah
pelindungnya, masing – masing mata mempunyai suatu lapisan sel – sel reseptor
suatu sistem optik (kornea, lensa, akuos humoor, korpus vitreum) untuk
memusatkan cahaya pada reseptor dan sistem saraf untuk mengantarkan impuls
dari reseptor ke otak.
Dan menurut kelompok, mata adalah alat indra yang terdapat pada manusia.
Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang
kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.

2.3.1 Struktur Aksesori Mata

1. Orbita adalah lekukan yang terisi bola mata.


a. Hanya seperlima rongga yang terisi bola mata; sisa rongga berisi jaringan ikat
dan adiposa, serta otot mata ekstrinsik, yang berasal dari orbita dan menginsersi
bola mata.
b. Ada dua lubang pada orbit; foramen optik berfungsi untuk lintasan saraf optik
dan arteri oplamik, dan fisura orbital superior berfungsi untuk lintasan saraf dan
arteri yang berkaitan dengan otot mata.
2. Tiga pasang otot mata (dua pasang otot rektus dan satu pasang otot oblik)
memungkinkan mata untuk bergerak bebas ke arah vertikal, horizontal, dan
menyilang)
3. Alis mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palpebrae) atas dan
bawah melindungi mata dari kekeringan dan debu.
4. Fisura palpebral atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah, ukurannya
bervariasi di antara individu dan menentukan penampakan mata.
5. Kantus medial terbentuk dari sambungan (junction) medial kelopak mata atas
dan bawah; kantus lateral terbentuk dari sambungan lateral kelpoak mata atas dam
bawah.
6. Karunkel adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini berisi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.
7. Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap
kelopak (konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas permukaan anterior
bola mata (bulbar, atau okular, kongjungtiva)
8. Lempeng tarsal pada setiap kelopak mata adalah hubungan jaringan ikat yang
rapat. Kelenjar melbomian, yang merupakan pembesaran kelenjar sebasea pada
lempeng tarsal, mensekresi barier berminyak untuk mencegah air mata yang
berlebihan pada kelopak mata bagian bawah.
9. Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
a. Air mata mengandung garam, mukosa dan lisozim, suatu bakterioksida. Cairan
ini membasahi permukaan mata dan mempertahankan kelembabannya.
b. Berkedip menekan kelenjar lakrimal dan menyebabkan produksi air mata
c. Airmata keluar melalui pungtum papila lakrimal, yang menyambung kantong
lakrimal. Kantong membuka ke dalam duktus nasolakrimal, yang pada gilirannya
akan masuk rongga nasal.

2.3.2 Struktur Mata


Mata terdiri dari dua bagian yaitu mata bagian internal dan eksternal yaitu :
1. Mata bagian eksternal (luar)
a. Orbita (lekuk mata), pelindung mata yang terbentuk dari tulang – tulang mata.
b. Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
c. Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
d. Kelopak mata (palpebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
e. Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
2. Mata bagian internal (dalam)
1.) Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian
posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa
putih.
a. Sklera, memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan
untuk otot ekstrisik
b. Kornea, adalah perpanjngan anterior yang transparan pada sklera di bagian
depan mata. Bagian ini menstransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2.) Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun dari
koroid, badan siliaris dan iris.
a. Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah
refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk
memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen
suspensori.
b. Badan Siliaris, suatu penebalan dibagian anterior lapisan koroid, mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligamen suspensorik, tempat
perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomondasi penghilatan, atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek dekat di
depan mata.
c. Iris, perpanjangan sisi anterior koroid merupakan bagian mata yang berwarna
bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil
d. Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk
dapat masuk ke interior mata.
3.) Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil.
Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses
penuaan.
4.) Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi dua rongga; rongga interior
dan posterior.
a. Ruang anterior terbagi menjadi dua ruang.
- Ruang anterior terletak dibelakang kornea dan di depan iris. Ruang posterior
terletak di depan lensa dan di belakang iris.
- Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi
prosesus silliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous
humor mengalir ke saluran schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
- Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan
bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat. Tekanan akan meningkat
dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b. Rongga posterior terletak diantara lensa dan retina dan berisi vitreus humor,
semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola
mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5.) Retina, lapisan terdalam mata adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan
ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar dan lapisan jaringan saraf dalam.
a. Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini
adalah lapisan tunggal sel epitel kunoidal yang mengandung pigmen melanin dan
berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas
cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
b. Lapisan jaringan saraf dalam (optikal) yang terletak bersebelahan dengan
lapisan terpigmentasi adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis
neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1. Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan
dengan lapisan terpigmentasi
a) Sel batang adalah neuron silindirs bipolar yang bermodifikasi menjadi dendrit
sensitif cahaya. Setiap mata berisi sekitar 120 juta sel batang terletak terutama
pada perifer retina. Sel batang tidak sensitif terhadap warna dan bertanggung
jawab untuk penglihatan di malam hari.
b) Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi pada tingkat
intesitas cahaya yang tinggi dan b erperan dalam penglihatan di siang hari.
2. Neuron bipolar membentuk lapisan tengah yang menghubungkan sel batang dan
sel kerucut ke sel – sel ganglion
3. Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina
untuk membentuk saraf optik.
4. Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina.
Sel ini berepan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral
5. Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar dan badan sel batang
serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls saraf.
Kemudian impuls saraf jalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.

2.3.3 Sistem Lakrimalis


Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak didaerah temporal bola mata.
Sistem ekskresi mulai pada pungtung lakrimal, kalikuli lakrimal, sakus lakrima,
duktus nasolakrimal, neatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian yaitu :
1. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporoatero superior rongga orbita.
2. Sistem ekskresi, yang terdiri atas piungtung lakrima, kanalikuli lakrimal, saklus
lakrimal, dan duktus nasolakrimal. Saklius lakrimal terletak dibagian depan
rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung didalam neatus inferior

2.3.4 Otot Mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.
1. Oblik inferior, aksi primer
Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal, berinsersi
pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan
makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata
keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
2. Oblik superior, aksi primer
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi
di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian
berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera
dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV
atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.

2.3.5 Suplai Darah


Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karois
interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis (lihat gambar
1.5). sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang – cabang
dari arteri karotis eksterna.
Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang – cabang dari arteri
siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina
sentral. Tiap arteriol memasok darah ke satu area di retina.

2.3.6 Bola Mata

Terbenam dalam korpus adiposum orbital namun terpisah dari selubung


fasial bola mata. Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1. Tunika Fibrosa
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang tampak putih. Pada bagian posterior di
tembus oleh nervus optikus dan menyatu dengan selubung saraf duramater.
Lamina kribrosa adalah daerah sclera yang ditembus oleh serabut saraf nervus
optikus. Daerah ini relative lemah dan dapat menonjol kedalam bola mata oleh
pembesaran kavum subarahnoid yang mengelilingi nervus opikus (N. II,). Kornea
yang transparan mempunyai fungsi utama merefraksi cahaya yang masuk dalam
mata, tersusun berlapi-lapis dari luar ke dalam.
· Epiel kornea yang bersambung dengan epitel konjungtiva.
· Substansia propia terdiri dari jaringan ikat transparan.
· Lamian limitans posterior.
· Endotel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humor .
2. Lamina Vaskulosa
Dari depan ke belakang tersusun atas bagian berikut:
· Koroid (choroidea)
Adalah lapisan luar berpigmen dan berlapis. Lapisan dalam sangat vaskuler
karena menyentuh pembuluh darah. Koroid mengandung pleksus vena yang luas
dan mengempis saat kematian. Lapisan koroid terdiri atas bagian-bagian berikut
ini.
a. Epikoroid, lapisan sebelah luar yang terdiri atas serabut kolagen dan serabut
elastic yang tersusun longgar.
b. Lapisan pembuluh kapiler, tempat berakhirnya arteri koroid dan vena dalam
jaringan ikat longgar.
c. Koroid kapiler, lapisan kapiler tempat berakhirnya arteri koroid yang memiliki
jaringan elastin halus dan jaringan kolagen.
d. Lapisan elastika, terdapat saraf silia yang berakhir pada otot-otot, pembuluh
darah, dan berhubungan dengan pleksus-pleksus saraf.
· Korpus siliare
Kebelakang bersambung dengan koroid, kedepan teletak dibelakang tepi
perifer iris, terdiri atas korona siliaris, prosesus siliaris, dan muskulus
siliaris. Persarafan siliaris nervus okulomotorius berjalan kedepan bola mata
sebagai nervus siliare Breves. Bagian terbesar dari badan siliaris mempunyai tiga
lapisan serat otot polos dan diantara serat otot terdapat jaringan elastis yang rapat
dan mengandung melanosit. Lapisan luar epitel berpigmen retina disokong lamina
basalis. Lapisan dalam tidak berpigmen dan permukaannya tidak teratur yang
merupakan perpanjangan saraf retina.
· Iris
Diafragma berpigmen yang tipis terdapat di dalam aqueous humor diantara kornea
dan lensa. Tepi iris melekat pada permukaan anterior korpus siliare membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi kamera anterior dan posterior. Serat otot
iris terdiri atas serat sirkuler yang menyusun muskulus sphinkter pupilae disekitar
tepi pupil dan muskulus dilatator pupil berupa lembaran tipis yang terletak di
dekat permukaan posterior.
2.3.7 Komponen Syaraf yang Terkait
Nama Kerja Saraf kranial yang
mempersarafi

Rektus medial Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf


ke dalam cranial ke-3)

Rektus lateral Merotasikan bola mata Saraf abdusens (saraf


keluar cranial ke-6)

Rektus superior Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf


ke atas cranial ke-3)

Rektus inferior Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf


ke bawah cranial ke-3)

Obliq superior Merotasikan bola mata Saraf troklear ( saraf


ke bawah dan keluar cranial ke-4)

Obliq inferior Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf


ke atas dan keluar cranial ke-3)

2.3.7 Konsep Adaptasi Gelap Terang


Dari ruangan gelap masuk ke dalam ruangan terang kurang mengalami
kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam
ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu
tertentu agar memperoleh penyesuaian.
Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang
rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat
terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam
ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan
akibat tidak ada suatu objek pun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara
automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.
a. Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energi sinar
yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah,
masuk ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A
di bawah pengaruh enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H
(=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa versa).
b. Mekanisme penyesuaian gelap
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan
terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut
tidak dapat melihat apa-apa di dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan
gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya
sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.

2.4 Sistem Penciuman (Hidung)


2.4.1 Anatomi Hidung
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares
anterior hingga koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari
nasofaring. Septum nasi membagi tengah bagian hidung dalam menjadi kavum
nasi kanan dan kiri. Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding
medial, lateral, inferior dan superior. Bagian inferior kavum nasi berbatasan
dengan kavum oris dipisahkan oleh palatum durum. Ke arah posterior
berhubungan dengan nasofaring melalui koana. Di sebelah lateral dan depan
dibatasi oleh nasus externus. Di sebelah lateral belakang berbatasan dengan
orbita : sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa pterygopalatina, fossa
pterigoides.
A) Dasar hidung
Dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal ospalatum.
Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, dan tulang-tulang
os nasale, os frontale lamina cribrosa, os etmoidale, dan corpus os sphenoidale.
Dinding medial rongga hidung adalah septum nasi. Septum nasi terdiri atas
kartilago septi nasi, lamina perpendikularis os etmoidale, dan os vomer.
Sedangkan di daerah apex nasi, septum nasi disempurnakan oleh kulit, jaringan
subkutis, dan kartilago alaris major.

B) Dinding lateral
Dinding lateral dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu di anterior terdapat
prosesus frontalis os maksila, di medial terdapat os etmoidal, os maksila serta
konka, dan di posterior terdapat lamina perpendikularis os palatum, dan lamina
pterigoides medial. Bagian terpending pada dinding lateral adalah empat buah
konka. Konka terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior kemudian
konka yang lebih kecil adalah konka media, konka superior dan yang paling kecil
adalah konka suprema.
2.4.2 Fisiologi Hidung
Fungsi hidung antara lain untuk jalan nafas, alat pengatur kondisi udara
(air conditioning), penyaring udara, indera penghidu, resonansi suara, membantu
proses bicara dan reflek nasal.
a. Sebagai jalan nafas
Saat inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi
konka media kemudian turun kearah nasofaring, sehingga udara berbentuk
lengkungan atau arkus. Saat ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian
mengikuti jalan yang sama seperti saat inspirasi, di bagian depan aliran udara
memecah sebagian melalui nares anterior dan sebagian lagi ke belakang
membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran udara nasofaring.
b. Pengatur kondisi udara
Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur
suhu.
c. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri
dan dilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir dan
enzim yang dapat menghancurkan beberapa bakteri yang disebut lisozim.
d. Indera penghidu
Hidung bekerja sebagai indera penghidu karena adanya mukosa olfaktorius
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum nasi.
Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau
bila menarik nafas dengan kuat.
e. Resonansi suara
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).
f. Proses bicara
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah,
bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga
mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.
g. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran
cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi mukosa hidung
menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsangan bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

2.4.3 Proses Penciuman


Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel
pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf
kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung membentuk
serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus
olfaktorius). Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara
inspirasi menc2.4.4 Kelainan pada Indera Penghidu

Kelainan penghidu disebut dengan “osmia”, diantaranya adalah:


a. Anosmia : tidak bisa mendeteksi bau
b. Hiposmia : penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau
c. Disosmia : distorsi identifikasi bau
d. Parosmia : perubahan persepsi pembauan meskipun terdapat sumber bau,
biasanya bau tidak enak
e. Phantosmia : persepsi bau tanpa adanya sumber bau
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6
bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang
tampak pada bagian luar.
Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan
keseimbangan.Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia
menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut
akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan
fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari
permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Hidung merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang
erathubungannya dengan gastrointestinalis. Olfaktori adalah organ pendeteksi bau
yang berasal dari makanan Anatomi hidung manusia terbagi menjadi dua, yaitu
hidung luar dan hidung dalam.Fisiologi hidung manusia antara lain refleks
nasal, proses bicara, resonansi suara, indera penghidu, sebagai penyaring dan
pelindung, pengatur kondisi udara, dan sebagai jalan nafas.Kelainan pada indera
penghidu antara lain anosmia, hiposmia, disosmia, parosmia, phantosmia, agnosia.
Lidah adalah salah satu dari panca indera manusia. Lidah berfungsi sebagai
organ pengecap, pada lidah terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka
terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor.Terdapat
empat macam papila lidah: Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral,Papila
fungiformis, pada bagian anterior.Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal
lidah.Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat
kuncup-kuncup pengecap.
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori umum : asam,
asin, manis, pahit dan umami disebut sensasi pengecapan utama.
DAFTAR PUSTAKA

ADAM, George L. 1997. Buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC .


Arsyad Soepardi, Et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &
Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
Ballantyne J and Govers J : Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose, and Throat.
Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 5
Bashiruddin, J., Hadjar, E., dan Alviandi, W. (2007) Gangguan keseimbangan dalam buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Jakarta : Balai
penerbit FKUI; h. 94-101
Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta .1997
Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit: EGC. Jakarta
2006.
Encarta. Anatomy of The Nose. http://www.encarta.msn.com/Anatomy of The Nose.html.
[diakses tanggal 24 November 2012].
Ganong WF. 2003. Review of Medical Physiology Ed.21. USA: McGraw-Hill.
Greenstein, Ben. 2000. Color Atlas of Neurosciences, Neuroanatomy and
Neurophysiology. New York: Thieme
Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Publisher: Saunders 2010.
Hilger, PA. 1997. Hidung: Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam: Boeis Buku Ajar
Penyakit THT. Adam, Boeis, Highler (eds). Jakarta: EGC.

Mangunkusumo, E. 2001. Gangguan Penghidu dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Soepardi EA, Iskandar N (ed). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Pearce, Evelyn. C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia.
Sutedja, W. (2012) LBM III “duniaku berputar”. From
: http://www.scribd.com/doc/90618831/LBM-III, 10 Januari 2013
Stoane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk pemula.Jakarta:ECG.
https://id.scribd.com/doc/193088968/Makalah-Indera-Penglihatan-Kel-1
Soetjipto, D., Mangunkusumo, E. 2001. Sumbatan Hidung dalam: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Soepardi EA, Iskandar N
(ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Wong, L. Donna, dkk. 2009. BukuAjarKeperawatanPediatrikVol 1 Wong. Jakarta: EGC.
Vander. 2001. Human Physiology - The Mechanism of Body Function, 8th ed. New York:
McGraw-

Anda mungkin juga menyukai