Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu yang
disebabkan oleh adanya interkasi individu dengan indvidu lainnya atau dengan
lingkungannya. Perubahan tersebut terjadi pada aspek pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan. Menurut Slameto (2010) belajar adalah perubahan seluruh perilaku
yang terjadi pada individu yang terjadi karena proses pengalaman atau interaksi
dengan lingkungan. Hamalik (2008) menambahkan bahwa belajar merupakan
sebuah proses untuk mencapai sebuah perubahan dan bukan hanya sebatas hasil.
Berdasarkan uraian diatas, belajar dapat diartikan sebagai sebuah proses
perubahan perilaku yang dihasilkan dari interaksi antar individu ataupun hasil dari
sebuah pengalaman.
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegaamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan data PISA pada tahun 2015, Indonesia menunjukan kenaikan
pencapain pendidikan yang sangat signifikan sebesar 22,1 poin. Pencapain ini
menempatkan Indonesia pada posisi keempat dalam hal kenaikan pencapaian
pendidikan dibandingkan hasil survey sebelumnya yaitu pada tahun 2012 dari 72
negara yang mengikuti tes PISA. Peningkatan capaian Indonesia pada tahun 2015
ini cukup memberikan optimisme nasional (Keendikbud, 2016).
Pembelajaran pada abad 21 menuntut siswa untuk memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi dalam menganalisis permasalahan dan mencari solusi yang
tepat dalam menyelesaikannya. Melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi pada
siswa diharapkan mampu membantu siswa dalam persaingan di masa yang akan
datang baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam dunia pekerjaan.
Beradasarkan Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 bahwa
penyempurnaan kurikulum dilakukan karena adanya tantangan akan arus
globalisasi serta perkembangan teknologi yang berkembang saat ini sangat pesat.
Salah satu upaya dalam penyempurnaan kurikulum tersebut adalah dengan
meningkatkan standar isi dan standar penilaian sehingga nanti siswa mampu
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thingking Skill
(HOTS).
Higher Order Thingking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi
merupakan salah satu kemampuan berpikir yang berada pada bagian tertinggi pada
taksonomi Bloom. Menurut Zaini (2015) Higher Order Thingking Skills adalah
sebuah keterampilan yang dalam mengkombinasikan kemampuan berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Chinedu & Kamin (2015) menambahkan bahwa HOTS merupakan
komponen utama dari pemikiran kritis dan kreatif yang dapat membantu siswa
dalam mengembangkan ide-ide yang inovatif dan imajinatif.
Pada pembelajaran HOTS tidak hanya sebatas menyampaikan pengetahuan
pada siswa, melainkan melatih siswa untuk berpikir dengan tingkat analisis yang
tinggi serta mendorong siswa untuk berpikir secara luas. Selain itu siswa juga
dituntut untuk mampu dalam melakukan transfer informasi dari satu konsep ke
konsep yang lain, mampu melakukan proses informasi serta menerapkannya,
melakukan kaitan dari berbagai macam informasi, mampu menyelesaikan masalah
dengan menggunakan data atau informasi, serta mampu melakukan analisis data
dan informasi secara cermat.
Salah satu model pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan
kemampuan berpikir tinggi adalah Guided Discovery Learning. Menururt Golaiman
(2013) Guided Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang medorong
siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan untuk memahami suatu objek. Model
ini juga menuntut siswa untuk lebih aktif menemukan pengetahuan dan
membangun pengetahuannya sendiri. Ketika siswa dilatih untuk mampu
membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri maka siswa akan berusaha
untuk mengaitkan informasi-informasi yang didapatkannya, menggunakan informasi
yang didapatkannya menyelesaikan masalah, serta menganalisa informasi tersebut
dengan baik sehingga siswa mampu menemukan pengetahuannya sendiri. Melatih
siswa dalam mengelola informasi untuk menyelesaikan masalah diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Dalam membantu mengoptimal pengaplikasian model Guided Discovery
Learning pada proses pembelajaran di kelas, maka dibutuhkan media pembelajaran
agar siswa lebih terbantu dalam memahami materi. Salah satu media yang mampu
membantu proses belajar di kelas adalah media e-learning. Media e-learning dapat
membantu siswa dalam menemukan informasi-informasi yang dibutuhkan siswa
dalam menemukan pengetahuannya sendiri, e-learning juga dapat membantu siswa
untuk lebih mudah dalam memahami materi yang bersifat abstrak menjadi nyata.
Salah satu jenis e-learning yang dapat membantu siswa dalam membangun
pengetahuannya sendiri dengan berbagai macam informasi yang mudah
didapatkan adalah media e-learning berbasis online (Moore, 2011), Budi Oetomo
(2002) menambahkan bahwa internet dapat digunakan sebagai media
pembelajaran berbasis media elektronik. Media e-learning berbasis online akan
membantu siswa untuk lebih mudah dalam mendapatkan berbagai macam
informasi yang dapat membantu siswa dalam melatih kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa dengan melakukan analisis serta mengaitkan berbagai macam
informasi yang didapatkannya sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya
sendiri. Penggunaan model pembelajaran Guided Discovery Leraning dengan
media e-learning berbasis online diharapkan mampu meningkatan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa.
Dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar, selain faktor eksternal terdapat
juga faktor internal yang dianggap dapat membantu peningkatan hasil belajar siswa.
Salah satu faktor internal yang dapat membantu peningatan hasil belajar siswa
adalah self-efficacy. Self-efficacy adalah rasa peracaya seseorang pada
kemampuannya dalam menyelesaikan pekerjaannya. Self-efficacy memiliki peran
yang sangat penting dalam keberhasilan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan
atau tugasnya. Bandura (1986) menyatakan bahwa self-efficacy kemampuan
seseorang dalam mengatur kemampuan yang dimilikinya untuk menuju tujuan yang
diharapkan. Zulkosky (2009) menambahkan bahwa self-efficacy berkaitan dengan
anggapan bahwa seseorang mampu menyelesaikan setiap pekerjaannya. Siswa
dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu dalam mengatur setiap tindakan apa
yang harus dilakukannya untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi. Sehingga
self-efficacy menjadi bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa di sekolah.
Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud melakukan sebuah penelitian
Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Learning dan Self-Efficacy
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, identfikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa?
2. Apakah model pembelajaran Guided Discovery Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
3. Apakah terdapat interaksi antara hasil belajar, model pembelajaran Guided
Discovery Learning, dan self-efficacy?

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Guided Discovery Leraning terhadap hasil belajar
Biologi siswa?
2. Apakah Terdapat pengaruh Self-efficacy terhadap hasil belajar Biologi
siswa?
3. Apakah terdapat pengaruh Guided Discovery Leraning dan Self-efficacy
terhadap hasil belajar Biologi siswa?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Model Pembelajaran Guided
Discovery Learning dan Self-Efficacy Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara umum, penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama dalam
pemilihan model pembelajaran Biologi dengan tingkat self-efficacy siswa.
2. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pendidik
dalam mengembangkan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
Biologi.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan model Guided Discovery Learning.

Anda mungkin juga menyukai