Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

• Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan
suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain
• Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas
sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama.

Jadi, Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh
lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnyapun berbeda-beda. Nilai-nilai
tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena
merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh karena itu nasionalisme dan integrasi
nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia
tidak kehilangan Identitas.
Diletakkan dalam konteks Indonesia, maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-
nilai budaya yang sudah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di bumi
nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam
satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan Pancasila dan roh Bhinneka
Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di
dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan
beserta UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi, bahasa,
mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik
dalam tataran nasional maupun internasional.

Identitas Nasional memiliki beberapa unsur yaitu:

a. SukuBangsa

Kemajemukan merupakan identitas lain Bangsa Indonesia, Suku Bangsa adalah golongan sosial
yang khusus yang sudah ada sejak lahir, yang sama coraknya dengan golongan, umur dan jenis
kelamin.

b. Agama

Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Agama yang berkembang di indonesia
antara lain Islam, Kristen, Katholik, Budha, Kong hu cu, Agama kong hu cu pada masa orde baru
tidak diakui sebagai agama resmi indonesia namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi dihapuskan.

c. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang berisikan perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yan dihadapi dan digunakan sebagai
pedoman untuk bertindak dalam bentuk kekuatan dan benda-benda kebudayaan.

d. Bahasa

Bahasa merupakan unsur komunikasi yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
sebagai berikut :

Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa, Dasar Negara, dan Ideologi
Negara· Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan “IndonesiaRaya”.
Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago) dan pluralisme dalam suku,
bahasa, budaya, dan agama, serta kepercayaan.
Bahwa Satu jati diri dengan dua identitas :

Identitas Primordial
Orang dengan berbagai latar belakang etnik dan budaya : jawa, batak, dayak, bugis, bali, timor,
maluku, dsb.
Orang dengan berbagai latar belakang agama : Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan
sebagainya.
Identitas Nasional
Suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh
suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh
kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era globalisasi dewasa
ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah mengubah masyarakat
satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar
bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan kebudayaan.
Perubahan global ini menurut Fakuyama membawa perubahan suatu ideologi, yaitu dari ideologi
partikular kearah ideology universal dan dalam kondisi seperti ini kapitalismelah yang akan
menguasainya.

Dalam kondisi seperti ini, negara nasional akan dikuasai oleh negara transnasional yang lazimnya
didasari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekuensinya, negara-negara
kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun demikian, dalam menghadapi proses
perubahan tersebut sangat tergantung kepada kemampuan bangsa itu sendiri.
Menurut Toyenbee, ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam menghadapi
pengaruh budaya asing akan menghadapi Challence dan response. Jika Challence cukup besar
sementara response kecil maka bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada
bangsa Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika Challance kecil
sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan berkembang menjadi bangsa yang
kreatif.

Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia sebagai
dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di
dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

B. SEJARAH BUDAYA BANGSA SEBAGAI AKAR IDENTITAS NASIONAL


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan
kenyataan objektif tersebut, maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas
nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari identitas
nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional Indonesia yang terumuskan
dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa
Indonesia sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum
penjajahan bangsa asing di Indonesia. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan
Negara. Proses terbentuknya bangsa dan Negara Indonesia melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V, kemudian dasar-dasar
kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan
Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit
di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang berakar
pada budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai fase terbentuknya nasionalisme lama, dan
oleh karena itu secara objektif sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia. Dasar-dasar
pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan
bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada
tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya, titik
kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri,
membentuk suatu bangsa dan Negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang
kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, akar-
akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan
unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentunya bangsa Indonesia.

.2 Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional


Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri,
yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi :
a. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.
b. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia (Suryo, 2002).
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim
tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai
faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses
pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang
muncul tatkala nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The Power of Identity
(Suryo, 2002), mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai
hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor
penarik dan faktor reaktif.
Faktor pertama, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya. Bagi bangsa
Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah,
merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan
tersebut tidak menghilangkan keberanekaragaman, dan hal inilah yang di kenal dengan Bhineka
Tunggal Ika.
Faktor kedua, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata
modern dan pembangunan lainnya dalam kehidupan Negara. Dalam hubungan ini bagi suatu
bangsa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya juga
merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis. Pembentukan identitas nasional yang
dinamis ini sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan dan prestasi bangsa Indonesia dalam
membangun bangsa dan negaranya. Dalam hubungan ini sangat diperlukan persatuan dan kesatuan
bangsa, serta langkah yang sama dalam memajukan bangsa dan Negara Indonesia.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi dan
pemantapan sistem pendidikan nasional. Bagi bangsa Indonesia unsur bahasa telah merupakan
bahasa persatuan dan kesatuan nasional, sehingga bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi
negara dan bangsa Indonesia. Demikian pula menyangkut biroraksi serta pendidikan nasional telah
dikembangkan sedemikian rupa meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan.
Faktor keempat, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori
kolektif rakyat. Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain
sangat dominan dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia.
Penderitaan, dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan
kemerdekaan merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat.
Semangat perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional
bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa ini. Oleh karena itu pembentukan identitas nasional
Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya, etnis, agama
serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang

4 Pancasila Sebagai Identitas Nasional


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki sejarah serta
prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa
Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-prinsip dasar
filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Prinsip-prinsip dasar itu
ditemukan oleh para pendiri bangsa, yang diangkat dari filsafat hidup atau pandangan hidup
bangsa Indonesia , yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu
Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar pada pandangan hidup yang
bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila
yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya
secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan
negara. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan
nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya
titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya
sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945,
yang kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu
akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga
merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam
sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.
Pancasila disebut sebagai identitas bangsa dimana Pancasila mampu memberikan satu pertanda
atau ciri khas yang melekat dalam tubuh masyarakat. Hal ini yang mendorong bagaimana
statement masyarakat mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut. Sebagai
contoh nilai keadilan yang bermakna sangat luas dan tidak memihak terhadap satu golongan
ataupun individu tertentu. Unsur pembentukan Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri.
Sejarah Indonesia membuktikan bahwa nilai luhur bangsa yang tercipta merupakan sebuah
kekayaan yang dimiliki dan tidak bisa tertandingi. Di Indonesia tidak pernah putus-putusnya orang
percaya kepada Tuhan, hal tersebut terbukti dengan adanya tempat peribadatan yang dianggap
suci, kitab suci dari berbagai ajaran agamanya, upacara keagamaan, pendidikan keagamaan, dan
lain-lain merupakan salah satu wujud nilai luhur dari Pancasila khususnya sila ke-1.
Bangsa Indonesia yang dikenal ramah tamah, sopan santun, lemah lembut terhadap sesama
mampu memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan Pancasila, hal ini terbukti dengan adanya
pondok-pondok atau padepokan yang dibangun mencerminkan kebersamaan dan sifat manusia
yang beradab. Pandangan hidup masyarakat yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur
tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Pandangan hidup
berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam
interaksi antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.
Dalam praktik kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, secara mendasar (grounded,
dogmatc) dimensi kultur seyogyanya mendahului dua dimensi lainnya, karena di dalam dimensi
budaya itu tersimpan seperangkat nilai (value system). Selanjutnya sistem nilai ini menjadi dasar
perumusan kebijakan (policy) dan kemudian disusul dengan pembuatan hukum (law making)
sebagai rambu-rambu yuridis dan code of conduct dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang
diharapkan akan mencerminkan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa yang bersangkutan
(Solly Lubis: 2003). Masyarakat Indonesia sekarang ini tidak hanya mendambakan adanya
penegakan peraturan hukum, akan tetapi masalah yang muncuk ke permukaan adalah apakah
masih ada keadilan dalam penegakan hukum tersebut. Hukum berdiri diatas ideologi Pancasila
yang berperan sebagai pengatur dan pondasi norma masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pada masa Orde Baru menginginkan pemerintahan yang ditandai dengan keinginan melaksanakan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penanaman nilai-nilai Pancasila pada masa
Orde Baru dilakukan secara indoktrinatif dan birokratis. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila
yang meresap ke dalam kehidupan masyakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam
masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai
dengan keteladanan serta tindakan yang nyata sehingga Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur
bangsa dan merupakan landasan filosofi untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
bagi rakyat hanyalah omong kosong yang tidak mempunyai makna apapun. Lebih-lebih
pendidikan Pancasila dan UUD 45 yang dilakukan melalui metode indoktrinasi dan unilateral,
yang tidak memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, semakin mempertumpul pemahaman
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi
generasi muda, berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam
pendidikan yang disebut penataran P4 atau PMP ( Pendidikan Moral Pancasila), atau nama
sejenisnya, ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari nilai luhur
Pancasila tersebut. Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak
disertai dengan keteladanan yang benar. Mereka yang setiap hari berpidato dengan selalu
mengucapkan kata-kata keramat: Pancasila dan UUD 45, tetapi dalam kenyataannya masyarakat
tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa yang mereka katakan. Perilaku itu justru semakin
membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya Pancasila sebagai landasan
hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma hanya untuk orang lain
(rakyat) tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin. Selain itu Pancasila digunakan
sebagai asas tunggal bago organisasi masyarakat maupun organisasi politik (Djohermansyah
Djohan: 2007).
Karena Orde Baru tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sejarah pemerintahan sebelumnya,
akhirnya kekuasaan otoritarian Orde Baru pada akhir 1998-an runtuh oleh kekuatan masyarakat.
Hal itu memberikan peluang bagi bangsa Indonesia untuk membenahi dirinya, terutama
bagaimana belajar lagi dari sejarah agar Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara benar-
benar diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (Djohermansyah Djohan: 2007).
Berakhirnya kekuasaan Orde Baru menandai adanya Pemerintahan Reformasi yang diharapkan
mampu memberikan koreksi dan perubahan terhadap penyimpangan dalam mengamalkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam praktik bermasyarakat dan bernegara yang dilakukan pada masa
Orde Baru. Namun dalam praktik pada masa reformasi yang terjadi adalah tindakan korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) dan fundamentalism. Hal inilah yang menandai bahwa pada masa
itulah masyarakat Indonesia sedang mengalami krisis identitas bangsa.
STRATEGI MEMPERTAHANKAN IDENTITAS NASIONAL

2.1 Keberadaan Identitas Nasional dalam Era Globalisasi

Globalisasi saat ini bergerak dengan sangat cepatnya, kemajuan teknologi informasi serta
komunikasi menyebabkan hubungan antara manusia menjadi sangat cepat dan tanpa batas. Setiap
orang bisa berbicara dan bertatap muka dengan berbagai masyarakat dari berbagai belahan dunia
lainnya. Dengan adanya kemajuan dibidang teknologi dan informasi mempengaruhi keberadaan
bidang-bidang lain. Misalnya bisnis, transportasi, pembangunan, pendidikan, budaya. Pengaruh
dari adanya kemajuan ini memudahkan proses transaksi bisnis dan transportasi maka secara
otomatis akan memudahkan masuknya budaya-budaya asing yang akan mempengaruhi identitas
nasional.

Dalam identitas nasional, budaya adalah salah satu faktor penentu jati diri bangsa. Pada saat ini
budaya lokal (daerah) perlahan-lahan mulai berubah dan bahkan ada bagian-bagian tertentu yang
hilang, ini terlihat secara perlahan-lahan masyarakat cenderung berpikir dan menerapkan budaya
nasional dalam tata kehidupan secara format bisnis yang dibangunnya. Seperti beberapa menu
makanan dan tata budaya lokal mulai terasa asing diterapkan, seperti model keputusan ke daerah
mulai ditinggal dan dipakai format keputusan budaya nasional, padahal kearifan budaya daerah
juga mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan.

Pergeseran ini dapat kita lihat terutama pada masyarakat perkotaan yang telah mengalami
akulturasi dari berbagai budaya, karena masyarakat kota bersifat heterogen. Contohnya terlihat
pada acara-acara pesta perkawinan tertentu yang diadakan di perkotaan dimana mempelai laki-laki
dan perempuan kadangkala ditemui tidak lagi memakai pakaian adat mereka, namun telah
memakai pakaian yang bergaya barat seperti jas dan gaun. Contoh yang lainnya dapat dilihat
dalam penyelesaian konflik dan proses pengambilan keputusan di masyarakat, yaitu dalam proses
penyelesaian konflik tidak lagi mengedepankan konsep penyelesaian secara adat, padahal
penyelesaian secara adat mampu memberi pengaruh penguatan rasa persaudaraan. Dari melihat
contoh diatas globalisasi yang masuk ke Indonesia mampu mempengaruhi budaya yang sudah ada.

2.2 Strategi Mempertahankan Identitas Nasional

Dalam arus globalisasi ada begitu banyak tantangan yang di hadapi oleh berbagai negara, maka
ada begitu banyak pula tuntutan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi tersebut. Termasuk
juga tantangan dalam mempertahankan jati diri bangsa. Untuk menghadapi hal ini perlu adanya
strategi untuk mempertahankan identitas nasional yang merupakan jati diri bangsa, diantaranya
dengan mengembangkan nasionalisme, pendidikan, budaya dan Bela Negara.

a. Mengembangkan Nasionalisme

Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah memberi
identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa . Secara umum, nasionalisme
dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk segala aspek yang terdapat didalamnya.
Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap yang bisa mencerminkan sikap nasionalisme, yaitu :

1. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa cinta dan bangga
akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif penduduknya.

2. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini, bisa dilakukan
dengan beberapa perbuatan misalkan membaca, menonton, mengunjungi hal-hal yang berkaitan
tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan jiwa nasionalisme yang
sudah ada dari masing-masing individu.

3. Berprestasi dalam semua bidang misalkan dari bidang olah raga, akademik, teknologi dan lain-
lain. Hal ini bertujuan untuk menambahkan rasa bangga dan sikap rela berkorban demi bangsa.

Ada tiga aspek penting yang tidak dapat dilepaskan dalam konteks nasionalisme yaitu :

a. Politik. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan dominasi politik bangsa asing dan
menggantikannya dengan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.

b. Sosial ekonomi. Nasionalisme Indonesia muncul untuk menghentyikan eksploitasi ekonomi


asing dan membangun masyarakat baru yang bebas dari kemeralatan dan kesengsaraan.

c. Budaya. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang


harus diselaraskan dengan perubahan zaman.

Dengan demikian, mengembangkan sikap nasionalisme (cinta tanah air), akan dengan sendirinya
telah mempertahankan dan melestarikan keaslian dari bangsanya, termasuk budaya atau
kebiasaan, karakter, sifat-sifat, produk dalam negeri dan adat istiadat masing-masing suku.
Dengan demikian, hal ini merupakan sikap yang menjadi salah satu faktor penentu dalam
mempertahankan identitas nasional.

b. Pendidikan

Pembinaan jati diri bangsa indonesia dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun informal .
Melalui jalur formal jati diri bangsa Indonesia dapat dikembangkan melalui pendidikan.
Pendidikan nasional mempunyai peran yang sangat besar didalam pembentukan jati diri bangsa
Indonesia. Salah satu kenyataan bangsa Indonesia ialah memiliki kekayaan budaya yang beraneka
ragam dengan jumlah suku bangsa yang ratusan dengan budayanya masing-masing merupakan
kekayaan yang sangat berharga didalam pembentukan bangsa Indonesia yang multikultural.
Didalam upaya pembentukan dan mempertahankan jati diri bangsa, peran pendidikan sangat
efektif untuk menimbulkan rasa memiliki dan keinginan untuk mengembangkan kekayaan
nasional dari masing-masing budaya lokal .

Hal ini sejalan dengan penuturan Syamhalim dalam tulisannya yang ditampilkan di blog-nya
bahwa salah satu upaya untuk mengembalikan dan mengembangkan identitas nasional adalah
melalui bidang pendidikan. Socrates menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses
pengembangan manusia kearah kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct),
(Zaim. 2007). Ada dua fenomena mengapa pendidikan adalah yang pertama dan utama .

Pertama, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama Sputnic pada 4
Oktober 1957, Amerika Serikat “meradang”. Amerika adalah negara besar dengan kemampuan
teknologi yang paling maju merasa didahului oleh Uni Sovyet. Presiden AS ketika itu
memerintahkan untuk membentuk special unit. Tim ini tidak berkeinginan untuk menandingi Uni
Sovyet, tetapi tugasnya adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang
Pendidikan Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. Dengan bekerja keras dalam waktu yang
singkat tim tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak lagi dan harus direvisi.
Amerika pun mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya. Mulai
dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai pada sistem evaluasi
pendidikan.

Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Pada tanggal 14 Juli
1969 mereka berhasil meletakkan manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun
waktu 12 tahun mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat,
kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perguruan tinggi. (C.
Winfield dan Scoot dalam Zaim. 2007).

Kedua, kejadian yang hampir serupa ketika Jepang telah kalah dalam perang dunia II dengan
dijatuhi bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Jepang
praktis lumpuh dalam segala sendi kehidupan. Bahkan Kaisar Jepang waktu itu menyatakan
bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Namun sang Kaisar langsung
memanggil pucuk pimpinan dan bertanya: berapa orang guru yang masih hidup?. Sebuah
pertanyaan sederhana tapi mengandung makna bahwa pendidikan adalah awal segalanya.

Dua fenomena di atas merupakan gambaran nyata dari urgensi pendidikan yang telah dipahami
dan diaplikasikan dengan baik oleh AS dan Jepang. Langkah yang mereka ambil telah
membuktikan kepada dunia bahwa kemajuan pendidikan berarti kemajuan sebuah bangsa. Dan
bangsa manapun di dunia ini yang mengabaikan pendidikan maka akan mengalami kehancuran
dari bangsanya.

Di Indonesia, jauh sebelum Bung Karno menggagas konsep kemerdekaan Indonesia, elemen
bangsa yang berbasis pendidikan seperti R.A. Kartini, HOS Cokroaminoto, Dr. Soetomo, Cipto
Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, sudah memikirkan bangsa ini lewat pendidikan. Tidak
lama berselang giliran KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi sosial dan kependidikan dengan
nama Muhammadiyah. Lewat satu Dekade berikutnya KH. Hasyim Asy’ari ikut mencerdaskan
bangsa dengan NUnya. Semua bermuara pada pendidikan. Hasilnya, semua orang terdidik mulai
memikirkan bangsa dan berusaha lepas dari penjajahan .

Dari uraian di atas nampak adanya keterkaitan antara pendidikan dengan kemajuan suatu bangsa.
Warna pendidikan adalah warna suatu bangsa. Identitas nasional yang dikembangkan melalui
pendidikan diharapkan akan memberi harapan positif bagi kemajuan bangsa ini untuk
mempertahankan karakteristiknya sebagai sebuah bangsa yang beradab, bangsa yang santun,
bangsa yang toleran, bangsa yang menghargai perbedaan dan bangsa yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan.

Pemantapan identitas nasional melalui dunia pendidikan hendaknya tidak dilakukan setengah hati
dan parsial. Transformasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang memacu tumbuhnya identitas
dan jatiri bangsa perlu sinergi dari pihak-pihak yang berkompeten di dunia pendidikan terutama
guru yang bersentuhan langsung dengan siswa, dan yang perlu diperhatikan adalah bahwa tugas
ini tidak hanya menjadi tugas guru mata pelajaran tertentu saja misalnya Pendidikan
Kewarganegaraan, tetapi juga semua guru mata pelajaran dengan pendekatan sesuai karakteristik
mata pelajaran yang diampuh. Melalui dunia pendidikan dapat ditanamkan identitas nasional
kepada generasi muda yang merupakan miniatur masyarakat masa depan.

c. Pelestarian Budaya

Seseorang yang di sebut berbudaya adalah seorang yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etis dan moral yang hidup di dalam kebudayaan tersebut .
Budaya merupakan salah faktor penentu jati diri bangsa. Pada pengertiannya, budaya adalah hasil
karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai bagian dari tata kehidupan sehari-
hari . Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan dalam kehidupan dalam waktu yang lama, akan
mempengaruhi pembentukan pola kehidupan masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja.
Kebiasaan ini berpengaruh secara jangka panjang, sehingga sudah melekat dan terpatri dalam diri
masyarakat. Namun pada kenyataannya budaya indonesia sekarang ini mulai menghilang karena
pengaruh budaya asing yang masuk ke indonesia, untuk itulah perlu adanya pembangunan
kembali jati diri dan budaya bangsa dan Negara, ada dua hal utama yang harus dilakukan :

1. Merevitalisasi kedaulatan politik, ekonomi dan budaya agar berada pada jalur yang benar sesuai
dengan hakikat bangsa yang merdeka sehingga bangsa kita mampu mandiri dan bermartabat.

2. Mendorong political will penyelenggaraan Negara, baik eksekutif maupun legislatif untuk
membangun dan menjabarkan kembali nilai-nilai dan semangat kebangsaan di setiap hati nurani
rakyat.

Selain pembangunan diatas, pembangunan dalam bangunan-bangunan budaya seperti rumah adat,
dan lain sebagainya juga perlu diperhatikan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di
Indonesia. Dengan demikian, jelaslah bahwa dengan melestarikan budaya bangsa, dapat
memperkokoh identitas nasional itu sendiri karena dalam setiap pelaksanaan nilai-nilai budaya,
masyarakat akan lebih cenderung melekat dan menyatu dengan budaya yang dianutnya, selain itu
juga dengan adanya keeratan dari buday ayang ada dapat membawa nama bangsa indonesia
menjadi harum, dalam arti membawa budaya indonesia ke mancanegara atau memperkenalkan
budaya yang ada ke negara luar.
d. Bela Negara

Pasal 27 ayat 3 UUD 1945 berbunyi : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara. Dari bunyi pasal tersebut menunjukkan bahwa bela negara merupakan
hak dan sekaligus kewajiban bagi setiap warga negara, ini membuktikan bahwa bela negara juga
menjadi suatu aturan agar setiap warga negara harus melakukan tindakan bela negara demi
ketahanan dan eksistensi sebuah negara. Pada zaman penjajahan bela negara diartikan dengan cara
mengikuti wajib milter agar dapat membertahankan negara indonesia. Namun, seiring berjalannya
waktu ketika bangsa indonesia berhasil mengalahkan para penjajah dan merdeka, konsep bela
negara berbuah dalam arti tidak tertapaku lagi harus mengikuti wajib iliter. Zaman sekarang ini,
setiap orang dapat melakukan bela negara dengan caranya masing-masing, menurut profesinya
atau pekerjaannya. Dalam konsep bela negara diinterpretasikan secara labih luas lagi sehingga
meliputi segala bidang dalam kehidupan bernegara. Dalam upaya pembelaan negara ini, dilakukan
secara terpadu dan disadasarkan atas kecintaan terhadap tanah air dan bangsa. Misalnya, dalam
bidang kesehatan seorang dokter menekuni preofesinya dengan sungguh sehingga dapat membuat
ia menjadi dokter yang handal bukkan hanya di Indonesia namun juga di luar negeri. Adapun
contoh yang lain dala dunia pendidikan siswa belajar dengan rajin dan kemudian mengikuti lomba
di tingkat internasional dan dapat meraih juara. Dari berbagai sikap yang dilakukan oleh warga
negara sebagai rasa cinta terhadap negara dan pembelaan negara ini dapat mengharumkan nama
bangsa indonesia. Dengan sendirinya juga setiap warga negara sudah memberikan sumbangsi
terhadap ketahanan nasional dan eksistensi dari pada identitas nasional.

2.3. Pentingnya Mempertahankan Identitas Nasional

Identitas Nasional Indonesia meliputi apa yang dimiliki bangsa Indonesia yang membedakannya
dengan bangsa lain seperti kondisi geografis, sumber kekayaan alam Indonesia, kependudukan
Indonesia, ideologi, agama, politik negara, ekonomi, dan pertahanan keamanan. Menghadapi
identitas nasional, bangsa Indonesia sendiri masih kesulitan dalam menghadapi masalah
bagaimana untuk menyatukan negara yang mempunyai banyak sekali kelompok etnis, yang
memiliki pengalaman yang berbeda dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Namun saat ini
masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Karena kebiasaan atau pun
budaya masyarakat kita telah bercampur dengan kebiasaan dan kebudayaan negara-negara lain.
Indikator identitas nasional itu antara lain pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat
seperti adat-istiadat, tata kelakuan, kebiasaan. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan
negara seperti bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.

Arus globalisasi yang demikian pesatnya, ternyata telah mampu mempengaruhi identitas nasional
dan berpotensi sebagai penyebab merosotnya nilai-nilai budaya asli bangsa. Masyarakat budaya
tidak lagi memperhatikan budayanya sendiri apalagi punya keinginan dan dorongan untuk
melestarikannya. Mereka cenderung mengadopsi dan menerapkan budaya asing dan mengabaikan
budaya sendiri. Budaya yang asli dianggap kuno dibandingkan dengan budaya asing yang
dianggap lebih modern.

Pemikiran dan pemahaman seperti inilah yang membuat menurunnya nilai-nilai kebudayaan asli
bangsa dan berpotensi hilangnya identitas bangsa yang sebenarnya. Menyikapi hal ini maka
dianggap penting untuk mempertahankan identitas nasional demi eksistensi bangsa. Salah satu
alasan pentingnya mepertahankan nilai-nilai budaya sendiri adalah karena nilai-nilai budaya suatu
negara adalah identitas negara tersebut didepan dunia internasional. Jika kita sebagai masyarakat
Indonesia tidak menghargai dan mempertahankan budaya kita sendiri, lalu siapa yang akan
mempertahankannya? Jika kita tidak mempertahankan budaya kita sendiri sama saja dengan kita
membuang identitas negeri kita di depan dunia internasional yang akan membuat negara kita
menjadi tidak terpandang di hadapan negara-negara lain. Dengan kita lebih menghargai dan
mempertahankan budaya kita, akan lebih banyak lagi negara-negara yang akan tahu tentang
bangsa kita dan dapat mendatangkan berbagai keuntungan dalam hal moneter ataupun hal non-
moneter seperti nama Indonesia yang terpandang sebagai sebuah negara dengan berbagai
keunikan dan keindahan alam.

Dari uraian diatas maka kami menyimpulkan :

1. Identitas nasional dalam era globalisasi sekarang ini sudah mengalami kemerosotan dari nilai-
nilainya yang merupakan akibat dari lajunya arus globalisasi sehingga proses masuknya budaya
asing kedalam budaya asli bangsa sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Akibatnya budaya asing
dan budaya asli bangsa bercampur baur.

2. Untuk menyikapi hal tersebut di atas perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas
nasional. Strategi untuk mempertahankan identitas nasional dapat dilakukan dengan
mengembangkan nasionalisme, melestarikan budaya, pendidikan, dan bela negara.

3. Identitas nasioanal dianggap penting untuk dipertahankan karena alasan berikut:


a. Identitas nasional merupakan jati diri sebuah bangsa yang merdeka.
b. Identitas nasional menjadi faktor utama yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain.

Anda mungkin juga menyukai