Oleh :
Oleh :
Skripsi
NRP : A14104673
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 25 April 1980 dari ayah A. Soharyo
Wiriawinata dan ibu Hafsah Muslihati Atmadisastra. Penulis merupakan putri kedua dari
dua bersaudara.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk dunia ilmu pengetahuan dan
meningkatkan optimisme membangun masa depan yang lebih baik
Halaman
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………….iv
DAFTAR GAMBAR….…………………………………………………………………v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………….vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………........1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………………………6
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………9
1.4 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...92
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..94
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Luas Panen dan Produksi Bunga Potong di Indonesia Tahun 2003 – 2007……………1
2. Volume dan Nilai Ekspor Bunga Potong Indonesia Tahun 2003 – 2008………………2
3. Jenis dan Produksi Bunga Potong di Indonesia Tahun 2003 – 2007…………………...3
4. Jenis dan Produksi Bunga Potong dari Lima Pulau di Indonesia Tahun 2007………....4
5. Jenis dan Produksi Bunga Potong Pulau Jawa Tahun 2007……………………………5
6. Ringkasan Penelitian Terdahulu……………………………………………………....20
7. Metode Perbandingan Berpasangan…………………………………………………...43
8. Matriks External Factor Evaluation (EFE).…………………………………………..45
9. Matriks Internal Factor Evaluatio (IFE).......................................................................45
10. Matriks Perencanaan Strategik Kuantitatif (QSPM)………………………………....47
11. Standar Bunga Potong ………………………………………………………………59
12. Data Volume dan Nilai Impor Bunga Potong di Indonesia Tahun 2003 – 2008…….59
13. Data Inflasi di Indonesia Tahun 2005 – 2008…………………………………….….61
14. Nilai Gedung Perkantoran dan Hotel di Indonesia Tahun 2002 – 2007………….….62
15. Kelompok Tani dan Perusahaan Pesaing KTR……………………………………...69
16. Harga Kontrak………………………………………………………………………..73
17. Harga Umum…………………………………………………………………………73
18. Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Rahayu……………………………………..76
19. Kekuatan dan Kelemahan Kelompok Tani Rahayu………………………………….77
20. Matriks EFE untuk Kelompok Tani Rahayu………………………………………...81
21. Matriks IFE untuk Kelompok Tani Rahayu………………………………………….83
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategis………………………………………......25
2. Lingkungan Ekstern Perusahaan…………………………………………………........29
3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional………………………………………...........40
4. Matriks Internal-Eksternal (IE)………………………………………………………..46
5. Alur Pengadaan Bibit KTR………………………………………………………........52
6. Struktur Organisasi Kelompok Tani Rahayu……………………………………...…..56
7. Matriks IE Kelompok Tani Rahayu……………………………………………….......85
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal…………………………………………….95
2. Rating Rata-rata Faktor Strategis Eksternal…………………………………………...96
3. Pengisian Matriks Perbandingan Berpasangan (Paired Comparison Matrix)………...97
4. Penilaian Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal dan Eksternal………………….106
5. Matriks IFE untuk Kelompok Tani Rahayu………………………………………….108
6. Matriks EFE untuk Kelompok Tani Rahayu……………………………………...…109
7. Matriks QSPM untuk Kelompok Tani Rahayu……………………………………....110
I. PENDAHULUAN
perkembangan produksi dan luas panen. Produksi bunga potong dalam satuan
tangkai di Indonesia dari tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami peningkatan yang
cukup besar yaitu sekitar 36,96 persen hal ini disebabkan adanya peningkatan luas
panen sebesar 3.406.035 m2. Tahun 2004 ke 2005 produksi bunga potong
mengalami peningkatan, tetapi hanya sekitar 9,28 persen karena terjadi penurunan
luas panen sebesar 428.129 m2, dan pada tahun 2006 mengalami penurunan
sekitar 3,80 persen. Penurunan Total produksi bunga potong pada tahun 2006
potong Indonesia cenderung meningkat, tetapi produksi bunga potong pada tahun
permintaan terhadap bunga dan pesanan rangkaian bunga, bahkan bunga potong
atau peluang pasar luar negeri yang cukup baik. Banyak negara yang
lain Belanda dan Taiwan. Negara tujuan ekspor Indonesia bunga potong Indonesia
dinilai cukup meningkat dengan harga rata-rata yang berfluktuasi tiap tahunnya.
Nilai ekspor bunga potong Indonesia pada Tahun 2006 mencapai nilai tertinggi
sebesar USD 16.331.671 dengan volume sebesar 15.047.349 kg. Data volume,
nilai dan harga rata-rata ekspor bunga potong Indonesia tahun 2003 sampai
Tabel 2. Volume & Nilai Ekspor Bunga Potong Indonesia Tahun 2003-2008
No. Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Harga Rata-rata
(US $/Kg)
1. 2003 681.928 1.387.338 2,03
2. 2004 14.065.154 12.914.439 0,92
3. 2005 18.259.265 15.027.410 0,82
4. 2006 15.047.349 16.331.671 1,08
5. 2007 15.875.683 12.573.931 0,79
6 2008* 3.343.562 9.230.721 2,76
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2009)
Keterangan : * bukan merupakan Angka Tetap (ATAP)
2
Bunga yang umum di konsumsi oleh masyarakat antara lain krisan,
merupakan jenis bunga potong. Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (2008)
mencatat data berdasarkan Survei Pertanian bahwa jenis bunga potong tersebut
produksi terbesar yaitu sekitar 91,26 persen dari total produksi tahun 2007 atau
sebesar 163.699.370 tangkai, hal ini terjadi karena kondisi alam Pulau Jawa yang
3
mendukung dan kemudahan dalam mendapatkan sarana produksi untuk budidaya
bunga potong.
Tabel 4. Jenis dan Produksi Bunga Potong dari Lima Pulau di Indonesia
Tahun 2007
No Komoditi Produksi (Tangkai)
.
Sumatera Jawa Bali dan Kalimantan Sulawesi Maluku
Nusa dan
Tenggara Papua
1. Krisan 3.248.336 61.764.385 60.489 28.160 1.877.890 -
potong di Pulau Jawa pada tahun 2007 adalah Jawa Barat yaitu sebesar
79.795.313 tangkai atau sekitar 48,74 persen dari total produksi bunga potong
Pulau Jawa (Tabel 5). Krisan menjadi komoditi unggulan di Jawa Barat dengan
persentase sekitar 59,01 persen dari total keseluruhan produksi bunga potong di
4
Tabel 5. Jenis dan Produksi Bunga Potong Pulau Jawa Tahun 2007
No Komoditi Produksi (Tangkai)
. DKI Jawa Barat Jawa Tengah D.I Jawa Timur Banten
Jakarta Yogya
karta
1. Krisan 166 47.090.861 1.290.324 58.538 13.314.263 10.233
Sukabumi adalah salah satu sentra bunga potong di propinsi Jawa Barat,
hal ini disebabkan oleh keadaan geografis dan kondisi alam yang mendukung
daerah Sukabumi adalah mawar, melati, sedap malam, kaktus, krisan, gladiol,
5
1.2 Perumusan Masalah
Kecamatan Cidahu dilakukan dari subsistem hulu sampai subsistem hilir dan
pemasaran bunga potong dilakukan untuk semua grade (tidak ada yang dibuang).
desa yaitu kelompok tani Jabon dan Mekarsari di Desa Tangkil, kelompok tani
Mandiri di Desa Cidahu dan kelompok tani Rahayu di Desa Giri Jaya.
Kelompok tani terbaik diantara keempat kelompok tani tersebut adalah kelompok
tani Rahayu (KTR) dengan alasan (1) KTR telah melakukan sistem agribisnis
secara integratif dari mulai subsistem hulu sampai subsistem hilir, (2) KTR
dianggap mampu merintis pasar untuk jenis-jenis bunga baru, (3) KTR
khususnya dalam hal teknis pembibitan, (4) Kontinyuitas produk yang selalu
tersedia, dan (5) KTR tidak hanya menjual produk tetapi menjual jasa seperti
tenaga Dekorator.
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. KTR didirikan pada tahun 1984 dan
memiliki lahan seluas 3 ha dan nggota sebanyak 20 petani. Dengan adanya KTR
6
ini memberikan dampak positif bagi petani dari mulai subsistem hulu seperti
penyediaan bibit, sarana produksi, budidaya, sampai dengan subsistem hilir yaitu
lebih baik.
KTR melakukan budidaya tanaman hias daun dan bunga potong tetapi
fokus usaha ditetapkan pada bunga potong jenis krisan, mawar dan gerbera
dengan alasan ketiga jenis bunga tersebut merupakan bunga utama dalam
rangkaian. KTR menjual produknya ke pasar Rawa Belong Jakarta, pasar bunga
organizer, serta kepada hotel-hotel. KTR juga melakukan usaha jasa dengan
event baik secara indoor maupun outdoor yang menggunakan bunga potong.
Melihat peluang yang masih terbuka dan perkembangan usaha yang terus
membuka lahan baru yang berdekatan dengan lokasi kebun KTR, memiliki tempat
(kios) untuk menjual bunga potong di pasar Rawa Belong Jakarta dan memperluas
dalam menjalankan usahanya. Tantangan yang Pertama, pada saat ini kondisi
persaingan dalam industri bunga potong semakin tajam terutama dari pesaing
yang berlokasi di Kecamatan Cidahu sendiri baik dari sesama kelompok tani
maupun yang bukan kelompok tani, hal ini menuntut KTR untuk lebih unggul
7
dalam hal penelitian dan pengembangan produk sehingga KTR dapat mengetahui
jenis bunga yang akan menjadi trend. Kedua, semakin banyaknya komoditi
konsumen semakin beragam. Ketiga, mahalnya biaya sewa tempat penjualan atau
kios di pasar Rawa Belong, sehingga sampai saat ini KTR tidak memiliki kios
budidaya baru yang berdekatan dengan lokasi saat ini karena lahan yang
memiliki manajemen yang lebih berkualitas dan strategi yang tepat dalam
menjalankan organisasinya sehingga hal pertama yang harus dilakukan oleh KTR
ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan,
suatu perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sebuah penelitian mengenai strategi
pengembangan usaha yang dilakukan oleh kelompok tani dalam hal ini kelompok
tani Rahayu, sehingga hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian dapat dijadikan
sebagai berikut :
perkembangan KTR?
8
2. Bagaimana strategi alternatif yang dapat digunakan KTR berdasarkan faktor-
3. Strategi apa yang dapat digunakan KTR sesuai dengan keadaan lingkungan
pertama proses manajemen strategis pada KTR, yaitu tahap formulasi strategi
tahap input, tahap pencocokkan dan tahap keputusan, dengan objek penelitian
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia yaitu mulai dari
kelahiran, perkawinan, dan kematian. Oleh karena itu bunga mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Di lain pihak, beberapa orang percaya bahwa melalui merangkai
Prahastuti, 1994).
Bunga potong selain untuk bahan rangkaian bunga, juga merupakan sarana
obat maupun kosmetika atau minyak wangi. Kini masyarakat semakin terbiasa
duka cita. Dengan demikian, permintaan bunga menjadi meningkat baik jumlah
maupun jenisnya.
petani bunga yang menyatakan bahwa jenis bunga potong yang mempunyai nilai
komersial di Indonesia antara lain: krisan, mawar, sedap malam, gladiol, anggrek,
pisangan). Di bawah ini penjelasan dari beberapa komoditi bunga potong yang
10
1. Krisan ( Chrysanthemum, sp)
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain
seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari dataran Cina. Bunga
krisan tumbuh menyemak dengan daur hidup sebagai tanaman semusim ataupun
tahunan.
krisan dibagi kedalam dua tipe yaitu tipe standar dan tipe spray. Tipe standar
hanya memiliki satu bunga pada satu tangkai dengan ukuran yang lebih besar,
sedangkan tipe spray memiliki 10-20 kuntum bunga dalam tiap tangkainya dengan
ukuran bunga yang kecil-kecil. Bunga krisan standar terdiri dari beberapa varietas
diantaranya White Fiji, Yellow Fiji, Holiday, Allouis dan Astro. Bunga krisan
spray diantaranya terdiri dari varietas Puma, Yellow Puma, White Regent, Town
Bunga krisan dapat tumbuh pada suhu 20-26 0C, dan membutuhkan
kelembaban udara tinggi. Pada fase awal, seperti perkecambahan benih atau
Tanaman muda sampai dewasa tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban
udara antara 70-80%. Tanah yang ideal untuk bunga krisan adalah bertekstur liat
berpasir, subur, gembur dan drainasenya baik, tidak mengandung hama dan
11
2. Mawar (Rosa, sp)
Mawar merupakan tanaman hias berupa herba dengan batang berduri yang
termasuk dalam famili Rosaceae. Nama umumnya dalah Rose, Miniature Rose,
atau Baby Rose. Jumlah varietas mawar yang ada saat ini diperkirakan mencapai
5.000 macam, namun hanya sekitar 300-400 varietas saja yang dikenal secara
Polyantha, Hybrid Perpetual, Mawar Tea, Mawar Tua, dan Special Purpose.
Tanaman mawar dapat tumbuh pada suhu 18-26 0C dan kelembaban 70-
80%. Penanaman mawar dapat dilakukan secara langsung pada tanah secara
permanen di kebun atau di dalam pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat
berpasir, subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik, dengan
derajat keasaman tanah 5,5-7,0. Bunga mawar dapat tumbuh dan produktif
Masyarakat Indonesia menyebut gerbera sebagai gebras atau hebras. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman hias pendatang dari luar negeri (introduksi) dan
12
b. Gerbera berbunga dua: helai mahkota tersusun bervariasi lebih dari satu.
c. Gerbera berbunga tiga lapis: contoh dari bunga jenis ini adalah Gerbera
d. Jenis Gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda,
dengan ukuran yang lebih besar dari ketiga jenis di atas. Varitas yang
Gerbera dapat tumbuh dengan baik di daerah yang beriklim sejuk dengan
suhu udara minimum 13,7-180C dan maksimum 19,5-300C. Media tanam tanah
yang baik untuk tanaman hias gerbera yaitu tanah lempung yang berpasir, subur
dan banyak mengandung bahan organik atau humus. Derajat keasaman tanah (pH
tanah) yang cocok untuk budidaya hebras sekitar 5,5-6,0. Di Indonesia ditanam
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat antara
560-1.400 mdpl.
diteliti, mulai dari teknik budidaya, peningkatan mutu produk dan sosial ekonomi.
Salah satu aspek sosial ekonomi yang menarik untuk diteliti adalah mengenai
13
penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha suatu komoditi pada
umumnya menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE,
anggrek Parung yaitu Parung Farm (PF). Penelitian tersebut bertujuan untuk
kondisi eksternal dan internal perusahaan. Alat analisis yang digunakan untuk
tahap input adalah Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External
alternatif secara garis besar dikelompokkan menjadi strategi SO, WO, ST, dan
oleh Parung Farm adalah strategi integrasi ke depan dengan cara menjalin
kerjasama dengan petani dengan memberikan pasokan harga yang lebih murah
Bisnis Bunga Potong Gerbera (Studi Kasus PT. Puri Sekar Asri Jakarta).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan serta peluang
14
dan ancaman perusahaan, memformulasikan strategi bisnis perusahaan melalui
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data
penelitian terdiri dari data primer, yang diperoleh dari pengamatan langsung dan
pengisian kuesioner kepada empat responden khusus untuk pemberian bobot pada
analisis matrikks IFE dan matriks EFE. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
analisis matriks IFE, analisis matriks EFE, analisis matriks IE, SWOT dan matriks
adalah analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, B/C, dan payback periode), serta
analisis sensitivitas.
Hasil analisis matiks IE, menunjukkan perusahaan saat ini berada pada
posisi II. Strategi yang diterapkan adalah strategi tumbuh bina dan kemudian
nilai NPV sebesar Rp 208.412.817,80 ; B/C sebesar 1,47, dan IRR sebesar 26,96
15
bertujuan untuk mengidentifikasi strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan
diperoleh prioritas strategi yang diurutkan berdasarkan Total Nilai Daya Tarik
dari yang terbesar sampai yang terkecil yaitu (1) pengembangan subsistem
produksi dari hulu ke hilir, (2) memperluas pasar untuk meningkatkan volume
penjualan, (3) menghasilkan produk bunga potong yang variatif dan mampu
Dalam Pemanfaatan sebagai Daun Potong pada Pesona Daun Mas Asri (PDMA)
Ciawi dilakukan oleh Rositasari (2006). Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan menggunakan alat analisis IFE dan EFE, analisis IE, SWOT serta PHA.
Berdasarkan hasil analisis, nilai rata-rata IFE adalah sebesar 2,68. Nilai ini
Sedangkan nilai rata-rata EFE sebesar 2,41. Nilai ini berada di antara rata-rata dan
16
mengantisipasi ancaman yang terjadi, dari hasil ini PDMA menempati sel V
produk, membuka retail khusus daun potong di wilayah DKI Jakarta, menetapkan
berturu-turut prioritas strategi yang tepat bagi perusahaan adalah (1) menetapkan
wilayah DKI Jakarta, (5) membentuk bagian riset pemasaran, (6) penetrasi pasar
Usaha Tanaman Hias Kelompok Tani Al-Busyro Florist Tanah Baru Bogor.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah matriks IFE dan EFE sebagai tahap
masukan (input stage), matriks Internal-Eksternal (IE) dan SWOT sebagai tahap
Berdasarkan total nilai tertimbang pada matriks EFE sebesar 2,973 dan
matriks IFE sebesar 2,980 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat ini dalam
pemetaan matriks IE berada pada sel V, yaitu tahap hold and maintain (jaga dan
17
produk. Analisis SWOT menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang kemudian
(4) segera mengurus legalitas badan hukum kelompok tani Al-Busyro Florist, (5)
meningkatkan promosi, (6) mempertahankan sistem kemitraan yang saat ini telah
dibutuhkan pula suatu alat analisis yang tepat. Alat analisis faktor-faktor internal
dan eksternal menggunakan matriks IFE dan EFE. Alat untuk mengembangkan
Pribudi dan Rina menunjukkan perusahan berada pada posisi II yaitu tumbuh dan
pelihara. Dapat disimpulkan bahwa posisi perusahaan yang berada pada daerah
18
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
menggunakan alat analisis matriks IFE, EFE, IE, dan QSPM. Perbedaan dengan
penelitian ini terdapat pada objek dan tempat penelitian, pada penelitian terdahulu
belum pernah ada peneliti yang melakukan penelitian pada kelompok tani dengan
19
Tabel 6. Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti dan Judul Tujuan Analisis Hasil
1. Angga Rani Pribudi (2002) Memformulasikan Matriks IFE Berdasarkan hasil analisis Parung Farm sudah mampu memanfaatkan peluang yang
Perencanaan Strategis Usaha strategi alternatif Matriks EFE ada untuk mengatasi ancaman. Kelemahan utama terletak pada skala usaha dan
Anggrek di Kebun Anggrek berdasarkan Matriks modal yang kecil sehingga pertumbuhan usaha lambat. Hasil analisis QSPM
Parung, Parung Farm identifikasi SWOT dan mengidentifikasikan bahwa strategi yang harus dilakukan oleh Parung Farm adalah
lingkungan QSPM strategi integrasi ke depan dengan cara menjalin kerjasama dengan petani dengan
eksternal dan memberikan pasokan harga yang lebih murah dan kontinuitas produksi.
internal
2. Rina (2002) Mengidentifikasi Matriks IFE Hasil analisis matriks IE, menunjukkan perusahaan saat ini berada pada posisi II.
Strategi Pengembangan Bisnis kekuatan dan Matriks EFE Adapun strategi yang diterapkan adalah strategi tumbuh bina dan kemudian QSPM
Bunga Potong Gerbera (Studi kelemahan, serta Matriks menghasilkan strategi-strategi utama yang dapat dilaksanakan perusahaan. Hasil
Kasus PT Puri Sekar Asri peluang dan SWOT kelayakan finansial dengan menggunakan lahan 1 ha, diperoleh nilai NPV sebesar
Jakarta) ancaman QSPM dan Rp 208.412.817,80; B/C sebesar 1,47, dan IRR sebesar 26,96 persen dengan
perusahaan. Kelayakan payback periode 1 tahun 1 bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan
Memformulasikan Finansial bisnis sangat peka terhadap perubahan.
strategi bisnis
perusahaan melalui
analisis IFE, EFE,
IE, SWOT dan
QSPM
3. Bayu Darussalam (2006) Mengidentifikasi Matriks IFE Skor EFE dan IFE yang diperoleh dalam kondisi rata-rata. Analisis matriks IE
Strategi Pengembangan Usaha strategi bauran Matriks EFE menunjukkan “pertahankan dan pelihara”. Berdasarkan QSPM terdapat 6 strategi
Bunga Potong Pri’s Farm pemasaran yang Matriks IE yang harus dijalankan perusahaan terutama berkaitan dengan masalah produksi yaitu
Kecamatan Caringin telah dilakukan Matriks (1) pengembangan subsistem poduksi dari hulu ke hilir, (2) memperluas pasar untuk
Kabupaten Bogor perusahaan dan SWOT dan meningkatkan volume penjualan, (3) menghasilkan produk bunga potong yang
mengidentifikasi QSPM variatif dan mampu bersaing di pasar, (4) melakukan optimalisasi produksi
lingkungan pengembangan pasar, (5) strategi inovasi distribusi dengan memotong jalur
eksternal dan pemasaran misalnya dengan membuka florist, (6) membuat perencanaan target
internal yang penjualan produk yang tepat.
dihadapi
perusahaan
20
4. Rositasari (2006) Memformulasikan Matriks IFE Hasil pengolahan Proses Hierarki Analitik (PHA) menetapkan prioritas strategi
Analisis Strategi Pemasaran strategi perusahaan Matriks EFE pemasaran bagi PDMA, secara berturut-turut prioritas strategi yang tepat bagi
Tanaman Hias Daun dalam melalui identifikasi Matriks IE perusahaan adalah (1) menetapkan kebijakan harga fleksibel, (2) diversifikasi dan
Pemanfaatan sebagai Daun lingkungan Matriks pengembangan produk, (3) memperhatikan kontinuitas produksi, (4) membuka retail
Potong pada Pesona Daun Mas eksternal dan SWOT dan khusus daun potong di wilayah DKI Jakarta, (5) membentuk bagian riset pemasaran,
Asri (PDMA) Ciawi internal Proses (6) penetrasi pasar untuk wilayah DKI Jakarta dan (7) membuat kebijakan SDM.
perusahaan, serta Hierarki
menetapkan Analitik
prioritas strategi (PHA)
pemasaran bagi
perusahaan
5. R. Irsan Nurgozali (2008) Mengidentifikasi Matriks IFE Rancangan arsitektur strategis pengembangan usaha kelompok tani Al-Busyro
Rancangan Strategis lingkungan Matriks EFE dibuat melalui tiga tahap yaitu pertama, identifikasi lingkungan perusahaan, kedua
Pengembangan Usaha perusahaan dan Matriks IE mengkombinasi hasil identifikasi dalam analisis SWOT, dan ketiga membuat
Tanaman Hias Kelompok Tani memformulasi Matriks program-program yang diturunkan dari strategi hasil analisis SWOT.
Al-Busyro Florist Tanah Baru rancangan SWOT dan Berdasarkan analisis SWOT strategi yang dapat direkomendasikan adalah (1)
Bogor arsitektur strategis Rancangan melakukan diversifikasi produk, (2) meningkatkan produksi, kualitas dan mutu, (3)
bagi perusahaan Arsitektur memperbaiki sistem manajemen dan meningkatkan kualitas SDM, (4) segera
Strategis mengurus legalitas badan hukum kelompok tani Al-Busyro Florist, (5)
meningkatkan promosi, (6) mempertahankan sistem kemitraan, dan (7) melakukan
riset pasar lingkungan usaha.
21
III. KERANGKA PEMIKIRAN
kapan, dan dimana ia harus bersaing; melawan siapa; dan untuk maksud (purpose)
apa.
kelemahan perusahaan.
Menurut David (2006) Proses Manajemen Strategis terdiri atas tiga tahap
salah satu komponen utama dalam model dapat menyebabkan perubahan dalam
salah satu atau semua komponen lainnya. Dengan demikian, aktivitas formulasi,
manajemen strategi.
1. Formulasi strategi
keputusan, tahapan tersebut terdiri dari tahap input, tahap pencocokkan dan tahap
keputusan.
2. Implementasi strategi
3. Evaluasi strategi
strategi dilakukan untuk mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti
23
yang diharapkann. Ada tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi
strategi, yaitu (1) meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif.
24
Menjalankan
Audit Eksternal
Implementasi
Strategi : Isu-
isu Pemasaran,
Visi dan Misi Menetapkan Merumuskan, Implementasi keuangan, Mengukur dan
Perusahaan Tujuan Mengevaluasi, Strategi : Isu- Akuntansi, Mengevaluasi
Jangka dan Memilih isu Manajemen Litbang, dan Kinerja
Panjang Strategi Sistem
Informasi
Manajemen
Menjalankan
Audit Internal
25
Jenis Alternatif Strategi
sebuah perusahaan terdiri dari 12 tindakan yang dapat dikelompokkan kedalam empat
kelompok besar, yaitu (1) Strategi Integrasi, (2) Strategi Intensif, (3) Strategi
perusahaan dengan produk yang sudah ada akan membaik. Strategi penetrasi pasar
dilakukan dengan cara meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini di pasar
memperkenalkan produk/jasa saat ini ke wilayah geografis baru atau ke pasar baru.
26
berkaitan dengan produk/jasa lama, dan diversifikasi horisontal adalah menambahkan
produk/jasa baru yang tidak berkaitan, tetapi untuk pelanggan yang sudah ada.
penjualan dan laba yang menurun. Divestasi sering dipakai untuk meningkatkan
modal untuk akuisisi strategis atau investasi lebih lanjut, yaitu dengan cara menjual
satu divisi atau bagian perusahaan. Sedangkan likuidasi dilakukan dengan menjual
keunggulan kompetitif dari tiga dasar yaitu kepemimpinan harga, diferensiasi, dan
dilakukan dengan memiliki posisi biaya yang rendah, yang akan membuat perusahaan
mendapatkan hasil laba di atas rata-rata dalam industrinya meskipun ada kekuatan
persaingan yang besar. Diferensiasi produk atau jasa yang ditawarkan dilakukan
dengan menciptakan sesuatu yang baru yang dirasakan oleh “keseluruhan industri”
sebagai hal yang unik. Jika suatu perusahaan mencapai diferensiasi, maka merupakan
strategi yang baik untuk menghasilkan laba karena strategi tersebut menciptakan
memusatkan pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar geografis
tertentu. Strategi fokus didasarkan pada pemikiran bahwa perusahaan akan mampu
27
melayani target strateginya yang sempit secara lebih efektif dan efisien dibandingkan
operasinya dalam bentuk produk dan pasar didefinisikan sebagai misi perusahaan
Pernyataan misi merupakan alat penting untuk ahli strategi. Pernyataan misi
atau jasa, pasar, teknologi, pemikiran untuk bertahan hidup, falsafah, konsep-diri,
pemikiran untuk citra publik, dan pemikiran untuk karyawan (David, 2006).
pertanyaan “Apa yang ingin kita capai?”. Visi diperlukan untuk memotivasi tenaga
kerja secara efektif. Visi bersama antara manajer dan karyawan menciptakan
perhatian bersama yang dapat mengangkat pekerja dari kebosanan kerja dan
menetapkan mereka ke dunia baru yang penuh peluang dan tantangan (David, 2006).
kendali perusahaan, dan memberikan peluang, ancaman dan kendala yang harus
28
dari analisis lingkungan jauh, analisis lingkungan industri dan analisis lingkungan
daftar terbatas, yang akan menjadi variabel eksternal, yaitu peluang yang dapat
dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari (Pearce dan Robinson,
1997).
Lingkungan Jauh
Ekonomi, Sosial, Politik, Teknologi, Ekologi
Lingkungan Industri
Hambatan masuk, Kekuatan pemasok, Kekuatan
pembeli, Ketersediaan substitusi, Persaingan antar-
perusahaan
Lingkungan Operasional
Pesaing, Kreditor, Pelanggan,
Tenaga Kerja, Pemasok
PERUSAHAAN
Lingkungan jauh atau eksternal jauh menurut Robinson (1997) terdiri dari
faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan
situasi operasional perusahaan, yaitu (a) politik, pemerintah, dan hukum (b) ekonomi
29
a. Faktor Politik, Pemerintah, dan Hukum
perpajakan, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif dan
masyarakat umum dan lingkungan. Faktor politik dapat memberikan dan menjadi
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan erat dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
Kekuatan sosial selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan
keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap
terhadap berbagai jenis barang dan jasa. Perusahaan harus dapat memanfaatkan
30
faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan antara lain kepercayaan, nilai,
sikap, opini dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan, ekologi,
d. Faktor Teknologi
baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik
membuka pasar dan produk baru yang canggih, dan dapat berupa ancaman terhadap
fasilitas produksi.
untuk merebut bagian pasar (market share), dan sumber daya yang cukup besar.
Besarnya ancaman masuk bergantung pada hambatan masuk dan reaksi dari peserta
persaingan yang sudah ada menurut perkiraan calon pendatang baru. Terdapat enam
sumber utama hambatan masuk, yaitu (1) skala ekonomis (2) diferensiasi produk (3)
keutuhan modal (4) hambatan biaya bukan karena skala (5) akses ke saluran distribusi
industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang
31
dijualnya. Pemasok yang kuat adalah (1) terdapat sedikit pemasok, (2) produk
pemasok bersifat unik atau terdiferensiasi, (3) pemasok tidak bersaing dengan
melakukan integrasi ke depan menuju industri pembelinya, dan (5) industri bukan
Daya tawar menawar pembeli dan pelanggan dapat menekan harga, menuntut
kualitas lebih tinggi atau layanan lebih banyak, dan dapat “mengadu-domba” sesama
anggota industri. Pembeli sebagai konsumen cenderung lebih peka terhadap harga
jika mereka membeli produk yang tidak terdiferensiasi, relatif mahal terhadap
d. Produk Substitusi
Dengan menetapkan batas harga tertinggi (ceiling price), produk atau jasa
substitusi membatasi potensi suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan
terancam. Produk pengganti yang secara strategik layak diperhatikan adalah produk
yang (1) kualitasnya mampu menandingi kualitas produk industri atau (2) dihasilkan
persaingan, pertumbuhan industri lambat, produk atau jasa tidak terdiferensiasi dan
32
tidak membutuhkan biaya pengalihan, biaya tetap (fixed cost) tinggi dan produk
mudah rusak, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, hambatan keluar tinggi,
atau akibat para peserta persaingan beragam dalam hal strategi, asal-usul dan
kepribadian.
yang dibutuhkan atau dalam memasarkan produk dan jasa secara menguntungkan.
mata pemasok dan kreditur, serta kemampuan untuk menarik karyawan yang
operasional.
yang menjadi landasan bagi strategi perusahaan. Kekuatan adalah sumber daya,
keterampilan atau keunggulan relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang
dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kelemahan adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius
33
Analisis lingkungan internal dari suatu peusahaan terdiri atas kekuatan dan
kelemahan perusahaan. Kekuatan adalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan yang
seoptimal mungkin. Kelemahan dalah sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan tetapi
dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dapat menjadi dasar bagi perusahaan
kebutuhan pasar yang dilayani atau yang ingin dilayani oleh perusahaan. Sedangkan
a. Sumberdaya Manusia
perkembangan sosial politik, kebudayaan dan lain-lain. Oleh sebab itu kebijakan
politik dan sistem nilai masyarakat lainnya. Selain itu perlu diperhatikan keterampilan
dengan industri dan pesaing, tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan, serta
34
b. Produksi dan Operasi
Produksi terdiri dari seluruh aktivitas yaitu transformasi input menjadi produk
atau jasa. Sistem produksi menyusun program untuk dilaksanakan dan melakukan
lebih rendah dan mampu menjalankan bisnis sedangkan yang lain tidak atau dapat
produk baru atau produk yang ditingkatkan. Penelitian dan pengembangan dapat juga
d. Keuangan
seluruh dana yang telah diestimasi dan dialokasikan sebelumnya dapat didistribusikan
ke semua bagian usaha. Untuk itu harus disediakan dana yang cukup agar mereka
sumber dana menganggur dan tidak efisien, terlebih lagi bila dana tersebut berasal
35
e. Pemasaran
yang perlu diperhatikan antara lain adalah: pangsa pasar, pelayanan, purna jual,
3.5 Matriks EFE (External Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor
Evaluation)
yang mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan.
Menurut David (2006) matriks EFE membuat ahli strategi meringkas dan
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Alat perumusan strategi ini meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dari
suatu usaha, dan matriks ini juga memberikan dasar untuk mengenali dan
36
3.6 Matriks Internal-Eksternal (IE)
menempatkan berbagai divisi pada suatu perusahaan dalam diagram yang skematis.
Matriks ini menggabungkan informasi yang diperoleh dari matriks IFE dan matriks
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi
strategi berbeda. Daerah pertama terdiri dari sel I, II, dan IV dapat digambarkan
sebagai tumbuh dan kembangkan (growth and build). Strategi intensif (penetrasi
belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) merupakan strategi yang sesuai
untuk daerah ini. Daerah kedua terdiri dari sel III, V, dan VII digambarkan sebagai
strategi jaga dan pertahankan (hold and maintain); penetrasi pasar dan pengembangan
produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk daerah ini. Ketiga adalah sel
VI, VIII, dan IX yang dapat digambarkan sebagai panen atau divestasi (harvest or
divest), strategi yang dapat digunakan diantaranya adalah strategi divestasi dan
strategi likuidasi. Organisasi yang berhasil mampu mencapai portofolio bisnis yang
matrix dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang
layak. Teknik ini secara objektif menunjukkan alternatif strategi mana yang terbaik.
37
QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 (tahap input) dan hasil dari
alternatif strategi. Matriks EFE, IFE, dan matriks Profil Kompetitif (CPM) yang
BCG, matriks IE, dan matriks Grand Strategy, yang membentuk dalam tahap 2,
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat QSPM (tahap 3). QSPM
strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal
yang telah diidentifikasi sebelumnya, seperti alat analisis perumusan strategi lainnya,
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan KTR menghadapi
berbagai masalah baik secara internal maupun eksternal yang dapat berpengaruh
terhadap kinerja KTR dalam mencapai tujuan tersebut oleh karena itu diperlukan
usaha KTR terdiri dari tiga tahap yaitu tahap input, tahap pencocokkan dan tahap
yaitu tahap menghasilkan alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi KTR, dan
pada tahap ini dihasilkan matriks IE yang merupakan hasil analisis lingkungan
38
internal-eksternal yang memberikan gambaran mengenai posisi perusahaan, serta
yaitu tahap pemilihan strategi berdasarkan alternatif strategi yang telah ditetapkan,
39
Permasalahan Kelompok Tani Rahayu (KTR):
- Persaingan dalam meraih pasar yang datang dari sesama kelompok
tani maupun yang bukan kelompok tani
- Komoditi florikultur import yang berkualitas dan unik
- Harga sewa kios yang mahal di pasar Rawa Belong
- Lahan baru yang berdekatan dengan lokasi budidaya saat ini sulit
diperoleh
Matriks IE
QSPM
40
IV. METODE PENELITIAN
April 2009.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
dilakukan terhadap tiga orang responden/pakar yang dinilai ahli dan paling tepat,
mereka adalah Ketua kelompok tani (sebagai pakar 1), wakil ketua kelompok tani
(sebagi pakar 2) dan pembina kelompok tani Rahayu (sebagai pakar 3). Pembina
kelompok tani tidak termasuk didalam struktur organisasi KTR, tetapi dipilih
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat
kemudian dievaluasi dengan menggunakan matriks EFE dan IFE. Tahap kedua
yaitu tahap pencocokkan dengan melakukan analisis matriks IE, ketiga yaitu tahap
tahap 1 (matriks EFE dan IFE) dan hasil mencocokkan tahap 2 (matriks IE) untuk
perusahaan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Matriks
External Factor Evaluation (EFE) berisi daftar faktor-faktor kunci eksternal. Pada
kolom pertama matriks EFE dituliskan daftar peluang dan ancaman, kemudian
pada kolom kedua beri bobot dari tiap peluang dan ancaman dengan total bobot
pada kolom ketiga. Pada kolom keempat kalikan bobot dan peringkat tersebut.
42
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) berisi daftar faktor-faktor kunci
internal. Pada kolom pertama matriks IFE dituliskan daftar kekuatan dan
kelemahan, kemudian pada kolom kedua beri bobot dari tiap kekuatan dan
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen atau ahli strategi
43
Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap faktor
terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor. Adapun bobot yang diperoleh akan
berada pada kisaran antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting) pada
mempunyai pengaruh besar pada perusahaan diberikan bobot yang paling tinggi.
Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada tiap faktor harus sama dengan 1,0.
3. Pemberian Peringkat
efektif strategi perusahaan pada saat ini merespon faktor tersebut yaitu:
menunjukkan:
1 = kelemahan utama
2 = kelemahan minor
3 = kekuatan minor
4 = kekuatan utama
Menentukan nilai tertimbang atau skor terbobot tiap faktor diperoleh dari
perkalian bobot dengan peringkat setiap faktor. Berapapun banyaknya faktor yang
44
dimasukkan dalam matriks EFE ataupun IFE, total nilai tertimbang berkisar antara
bahwa perusahaan merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman
yang ada dalam industri atau strategi perusahaan secara efektif mengambil
keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin
ancaman eksternal.
45
4.3.2 Tahap Pencocokkan: Matriks IE
2.0
VII VIII IX
Rendah
1.0
Total skor bobot IFE dalam matriks IE, ditempatkan pada sumbu x dan
total skor bobot EFE pada sumbu y. Total skor bobot IFE sebesar 1,0 hingga 1,99
menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2,0 hingga 2,99 adalah rata-rata,
dan skor 3,00 hingga 4,0 adalah kuat. Begitu juga dengan sumbu y, total skor EFE
dari 1,0 hingga 1,99 adalah pertimbangan rendah, 2,00 hingga 2,99 adalah
46
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki
1. Growth and build (tumbuh dan kembangkan) terdiri dari sel I, II, dan IV.
2. Hold and maintain (jaga dan pertahankan) terdiri dari sel III, V, dan VII.
Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum
3. Harvest or divest (tuai atau divestasi). Sel VI, VIII, dan IX termasuk kedalam
divisi ini. Strategi yang dapat digunakan diantaranya adalah strategi divestasi
QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 (tahap input) dan hasil
dari pencocokkan dari analisis tahap 2 untuk menentukan secara obyektif di antara
alternatif strategi.
47
Faktor-faktor Kunci
Internal
- Kekuatan
- Kelemahan
Jumlah Total Nilai
Daya Tarik
Sumber: David (2006)
Keterangan: AS = Nilai Daya Tarik
TAS = Total Nilai Daya Tarik
kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi tersebut harus
tersebut sama dengan yang ada di matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan
dalam kolom persis di samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan
internal.
pilihan strategi yang dibuat. Nilai Daya Tarik harus diberikan untuk masing-
48
masing strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor
1 = tidak menarik
2 = agak menarik
3 = cukup menarik
4 = sangat menarik
Jika jawaban atas pertanyaan di atas jawabannya adalah tidak, hal tersebut
spesifik yang dibuat, dengan demikian tidak perlu berikan bobot terhadap
strategi dalam set tersebut. Gunakan tanda (-) untuk mengindikasikan bahwa
5. Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores-TAS). Total Nilai
Nilai Daya Tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total Nilai Daya
eksternal atau internal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik,
6. Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya
Nilai Daya Tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik
49
V. GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI RAHAYU
bunga potong. KTR dibentuk pada tahun 1984 dan difasilitasi atau diakui
Pada awal berdirinya KTR mempunyai anggota 10 orang dan sampai saat ini KTR
hingga hari ini ialah Bapak Haji Ishak, alasan pemilihan ketua kelompok
berdasarkan dominasi luas lahan usaha serta figur Bapak Ishak sendiri yang
Awal dari berdirinya kelompok tani ini bertujuan untuk memudahkan para
petani dalam penjualan bunga potong dengan inspirasi bahwa bunga potong yang
dihasilkan para petani di Kampung Cidadap dapat mempunyai nilai ekonomi yang
lebih tinggi jika dapat dipasarkan keluar daerah seperti Jakarta, dibandingkan
hanya dijual ke pasar lokal. Pada tahun 1994 KTR dapat mengelola lahan seluas 3
hektar dengan komposisi 1 Ha dimiliki oleh Bapak Haji Ishak dan sisanya atau 2
Ha milik anggota, dan pada tahun ini juga KTR mulai melakukan budidaya
pembibitan sendiri. Saat ini KTR memproduksi tanaman hias daun dan bunga
potong, tetapi fokus produksi KTR ialah bunga potong jenis krisan, mawar dan
gerbera.
pasar Rawa Belong selama lima hari pasar yaitu hari Selasa, Rabu, Kamis, Jumat
dan Sabtu. Dalam satu hari KTR mengirim tiga mobil berisi komoditi yang akan
dipasarkan, tetapi tidak terdapat komposisi tertentu dari jumlah komoditi bunga
potong yang akan dijual tersebut, biasanya KTR hanya menjual apa yang dapat
organisasi kelompok tani ini berlangsung di lokasi yang sama, hal ini bertujuan
Kondisi alam dan lingkungan yang ada di daerah kebun KTR sangat sesuai
dengan karakteristik alam untuk budidaya bunga potong. Lokasi kebun berada
pada ketinggian +/-750 meter diatas permukaan laut dengan topografi berbukit-
bukit. Suhu pada malam hari berkisar antara 16 – 18 0C sedangkan suhu pada
siang hari 29 – 32 0C sehingga lokasi ini sangat sesuai untuk budidaya tanaman
krisan, mawar dan gerbera yang membutuhkan ketinggian +/- 600 meter di atas
permukaan laut (dpl) dan suhu pada malam hari 18 0C dan pada siang hari 32 0C.
dengan kedalaman 7 meter dan satu buah jet pump serta selang yang digunakan
51
5.4 Sistem Agribisnis Bunga Potong KTR
Sistem agribisnis bunga potong yang dilaksanakan oleh KTR terdiri dari
tiga subsistem yaitu kegiatan pengadaan input dan sarana produksi, kegiatan
a. Bibit
KTR mengadakan bibit dengan dua cara yaitu pertama, pengadaan bibit
sendiri melalui penanaman tanaman induk (mother stock) yang berfungsi untuk
produsen bibit seperti Saung Nirwan, biasanya bibit yang dibeli ialah bibit dari
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan untuk budidaya bunga potong di KTR terdiri dari
pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang yang
berasal dari kotoran kambing dan ayam. Pupuk anorganik terdiri dari NPK (pupuk
majemuk) dan KNO3 (kalium nitrat). Pengadaan pupuk selama ini diperoleh dari
52
c. Pestisida dan obat-obatan
Jenis pestisida dan obat-obatan yang digunakan oleh KTR antara lain
adalah insektisida dan fungisida. Pestisida yang digunakan selama ini diperoleh
lokasi KTR.
1. Persiapan Lahan
rumput. Dalam persiapan lahan pupuk awal yang digunakan adalah pupuk organik
Basamid-G. Lahan yang sudah disterilisasi diberi pupuk dan pestisida. Pupuk
yang digunakan adalah NPK, KNO3 dan kapur pertanian bila diperlukan.
2. Penanaman
jaring kawat yang telah disesuaikan dengan jarak tanam dengan kedalaman 1.5-2
secara manual.
3. Pemeliharaan
53
pembungkusan tanaman, dan pengendalian hama penyakit. Seluruh kegiatan
4. Panen
Kegiatan panen untuk bunga potong krisan dan mawar dilakukan setiap
penampungan sementara yang teduh, aman, serta terhindar dari percikan air dan
kotoran lainnya. Hal ini bertujuan agar bunga terjaga dari kerusakan yang dapat
untuk disortasi dan diseleksi. Bunga diangkut dalam jumlah cukup sehingga
terhindar dari resiko kerusakan. Untuk mencegah agar bunga tidak cepat layu,
Bunga yang telah melalui tahap sortasi dan seleksi, dipotong tangkainya
antara 15-25 cm dan kemudian diikat dengan menggunakan tali atau karet
menurut aturan jumlahnya, yaitu sepuluh tangkai dalam satu ikat untuk krisan dan
gerbera, sedangkan untuk mawar dua puluh tangkai dalam satu ikat. Bunga yang
telah siap dipasarkan dikirim ke pasar Rawa Belong maupun konsumen langsung
54
5.5 Struktur Organisasi KTR
jawab untuk kegiatan di lapangan dan pemasaran. KTR memiliki tenaga kerja
yang berada di kebun atau disebut staf bagian produksi untuk melaksanakan
kegiatan sebanyak 10 orang dan staf untuk bagian pemasaran sebanyak 3 orang.
a. Ketua KTR adalah Bapak H. Ishak, beliau adalah perintis KTR dan sampai
55
Ketua
Wakil Ketua
Staf Staf
56
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
yang lebih luas dibandingkan dengan faktor internal. Pengamatan terhadap faktor
terhadap lingkungan eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi
KTR.
perhatian lebih dari pemerintah, karena sektor ini menyerap tenaga kerja (padat
karya) dan padat modal, dukungan dari pemerintah baik melalui tingkat
serta bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut berupa program bantuan
fasilitas modal dari pemerintah untuk petani yang dinamakan BPLM (Bantuan
dengan adanya kesepakatan kerjasama antar negara secara regional. Pasar global
lain. Perdagangan bebas ini akan menghilangkan segala halangan seperti masalah
lain. Pemerintah sangat diperlukan dalam menjaga kurs rupiah pada tingkat yang
tepat serta meninjau kembali tarif ekspor yang menguntungkan bagi produk
hambatan untuk mengekspor bunga potong ke luar negeri. Indonesia juga harus
harus selalu mengikuti standar pasar dunia, karena jika tidak produksi bunga ,
potong KTR tidak dapat dipasarkan. Pasar Rawa Belong sendiri menetapkan
standar sehingga untuk setiap bunga yang akan dipasarkan harus mengikuti
standar tersebut. Adapun standar yang ditetapkan tersebut diukur melalui panjang
tangkai, lebar bunga, tingkat kesegaran bunga, tingkat ketuaan bunga, tingkat
kerusakan, kilap tampuk, serta kadar kotoran. Standar tersebut kemudian dibagi
kedalam tiga kelompok mutu yaitu mutu A, mutu B dan mutu C seperti diuraikan
58
dalam Tabel 11 dan standar yang ditetapkan mengikuti Standar Nasional
Indonesia (SNI).
Tabel 12. Data Volume dan Nilai Impor Bunga Potong di Indonesia Tahun
2003 - 2008
Tahun Volume (Kg) Nilai (US $)
Bunga Impor yang masuk ke pasar Indonesia ikut serta memberikan efek
kompetisi yang tinggi bagi para produsen bunga potong, karena dengan masuknya
59
bunga impor tersebut konsumen memiliki pilihan yang semakin beragam.
peningkatan setiap tahunnya terutama pada tahun 2007 peningkatan terjadi secara
signifikan dibandingkan dengan volume impor pada tahun 2006 yaitu sebesar 8,81
yang harus diantisipasi oleh KTR. Pada saat ini upaya yang dilakukan KTR untuk
pengembangan bibit dengan menggunakan bunga impor yang akan menjadi trend
sehingga varietas yang dihasilkan KTR tidak kalah dengan bunga impor.
b. Faktor Ekonomi
dan pola konsumsi masyarakat. Faktor ekonomi yang dapat menjadi ancaman
terhadap KTR adalah fluktuasi harga bunga potong dan daya beli masyarakat yang
dari tahun 2005 – 2008, pada tahun 2005 dan 2008 Indonesia mengalami inflasi
sedang (inflasi antara 10 % - 30 %) dan pada tahun 2006 dan 2007 inflasi yang
terjadi dikelompokkan dalam inflasi ringan (inflasi dibawah 10 %), tetapi jika
dilihat dari pergerakan laju inflasi terjadi peningkatan yang signifikan yaitu inflasi
60
Tabel 13 . Data Inflasi di Indonesia Tahun 2005 - 2008
Tahun Inflasi (%)
2005 17,11
2006 6,60
2007 6,59
2008 11,06
Sumber : BPS (2009)
beras, minyak goreng, terigu dan gula serta naiknya harga jasa seperti tarif dasar
listrik, tarif angkutan dan lainnya merupakan penyebab menurunnya daya beli
untuk konsumsi bahan pangan pokok sehingga untuk kebutuhan sekunder menjadi
berkurang.
Indonesia produk florikultura yang berupa bunga potong sudah menjadi bagian
hidup masyarakat sejak jaman dahulu walaupun masih terbatas pada upacara
terhadap bunga potong semakin positif sehingga penggunaan bunga potong tidak
61
hanya terbatas untuk hiasan semata, tetapi juga dapat diberikan untuk ucapan
tahun 2002 - 2007 di Indonesia terdapat peningkatan nilai setiap tahunnya. Hal ini
perkantoran dan hotel, dan faktor tersebut dapat dijadikan peluang bagi KTR
dan hotel mempergunakan bunga potong sebagai dekorasi serta untuk menambah
d. Faktor Teknologi
62
dimanfaatkan oleh perusahaan. Hal tersebut menyebabkan eksistensi suatu
bertujuan supaya tanaman bebas dari sengatan matahari dan apabila dibuka
4. Pipa-pipa besi yang terdapat di bawah meja tanam, pipa tersebut dapat
greenhouse.
63
Keuntungan menggunakan greenhouse berteknologi robotik ini adalah
menggunakan listrik yang relatif kecil, lahan menjadi optimal dimanfaatkan untuk
produksi, menghemat biaya, dan menghemat tenaga kerja sebagai contoh sebuah
nursery bunga potong yang berada di Belanda dengan luas lahan 3 hektar
maupun energi, dengan perbandingan luas lahan yang sama dikelola oleh KTR
yang menghasilkan barang atau jasa yang sejenis yang dapat saling
bergantung pada lima faktor, yaitu ancaman terhadap masuknya pendatang baru,
64
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dapat merupakan ancaman jika dapat dengan mudah masuk ke
masuknya pendatang baru bergantung pada hambatan yang ada untuk memasuki
industri tersebut. Kondisi pasar bunga potong yang cenderung kepada pasar
keluar masuk pasar menunjukkan kemudahan bagi pendatang baru untuk masuk
Banyak perusahaan maupun kelompok tani baru yang ingin mencoba masuk
dengan menyewa kavling di pasar Rawa Belong. Para pengusaha yang sudah tidak
sanggup mengelola usahanya di pasar Rawa Belong akan segera digantiakn oleh
pengusaha lain yang tertarik masuk ke pasar. Tren bisnis bunga potong yang terus
yang harus dihadapi dan diantisipasi, tetapi KTR memiliki pertimbangan bahwa
pasar dan iklim bisnis bunga potong cenderung stabil artinya laba yang dihasilkan
mempunyai kekuatan tawar menawar yang kuat apabila (1) jumlah pemasok
sedikit, (2) produk dan layanan yang ada adalah unik, (3) tidak tersedia produk
65
substitusi, dan (4) pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah
produk yang dihasilkan menjadi produk yang sama yang dihasilkan perusahaan.
bahan baku (sarana produksi pertanian) lemah karena masih banyak pemasok lain
yang ada di sekitar perusahaan yang dapat dijadikan alternatif sebagai pemasok.
Kerjasama yang dilakukan oleh KTR dengan pemasok yaitu dalam memperoleh
induk dari jenis bunga baru, KTR tidak pernah berganti pemasok hal ini
disebabkan sudah ada kepercayaan dari pihak KTR kepada pemasok bibit
Adapun untuk proses budidayanya seperti bibit dan pupuk kandang KTR
memenuhi sendiri kebutuhannya, tetapi untuk induk (bibit) dari jenis bunga baru
KTR memperoleh dari pemasok bibit bunga impor yang berada di daerah Puncak.
Pupuk kimia, Pestisida, alat-alat pertanian, kertas dan karet packing diperoleh dari
Pembeli dapat memiliki daya tawar menawar yang kuat. Mereka mampu
menurunkan harga, meminta mutu yang tinggi bahkan jasa pelayanan yang lebih
baik. Pada umumnya hal utama yang dinegosiasikan dalam proses penjualan
sempurna, dimana terdapat banyak penjual yang menjual produk yang sama
66
sehingga mengakibatkan pembeli mempunyai kekuatan dalam tawar menawar
harga.
bunga, serta konsumen akhir. Toko bunga yang menjadi pelanggan KTR hingga
saat ini mayoritas berada di daerah Jakarta yaitu Ujang Florist, Ade Florist, Azka
Florist, Warna Florist, Ratna Florist, Indora Florist dan Lina Florist. Sedangkan
konsumen akhir yang menjadi pelanggan adalah Rudy Hadisuwarno, Eva Bun,
4. Produk Substitusi
terbagi kedalam empat kategori yaitu daun pelengkap, bunga gunung, bunga
rampai dan anggrek. Produk bunga potong KTR di pasar Rawa Belong
diklasifikasikan kedalam kategori bunga gunung atau bunga yang berasal dari
daerah dingin yang termasuk kedalam kategori ini adalah krisan, anyelir,
carnation, mawar, lili dan sedap malam1. Akibat adanya klasifikasi produk
tersebut KTR menghadapi ancaman yang datang dari klasifikasi tanaman hias
1
www.bunga-rawabelong.com. Diakses melalui internet 31 Agustus 2009
67
Gladiol, cassablanca, anggrek dan heliconia merupakan ancaman produk
substitusi bagi KTR, hal ini disebabkan di pasar terdapat banyak konsumen yang
tersebut mempunyai daya tarik yang unik bagi konsumen. Hal ini merupakan
ancaman bagi KTR karena KTR tidak membudidayakan keempat jenis bunga
memiliki keyakinan bahwa bunga jenis krisan, mawar dan gerbera termasuk
bunga utama dalam rangkaian bunga sehingga prospek penggunaan krisan, mawar
persaingan harga, pertumbuhan industri yang lamban, jumlah pesaing, biaya tetap
produk substitusi. Potensi pasar yang masih baik dari tahun ke tahun serta
Adapun yang menjadi pesaing bagi KTR adalah perusahaan bunga potong
maupun kelompok tani yang berasal dari Kecamatan Cidahu sendiri hal ini
disebabkan mereka juga sama-sama menjadi pemasok bunga potong jenis krisan,
mawar dan gerbera di pasar Rawa Belong, dalam Tabel 15 menunjukkan data
68
Tabel 15. Kelompok Tani dan Perusahaan pesaing KTR
Kelompok Tani pesaing Perusahaan pesaing
1. KT Jabon 1. PT Sekar Gemati
3. KT Mandiri 3. PT Labu
beberapa keunggulan yaitu dalam hal modal dimana KT Jabon memiliki kredit
dari bank swasta lokal yang ada di Sukabumi dan KT Jabon telah memiliki kios
sendiri di pasar Rawa Belong, tetapi dari segi jaringan pemasaran KT Jabon tidak
memiliki jaringan pemasaran sebanyak KTR dan produk bunga potong KT Jabon
hanya berasal dari anggota saja. Dengan kondisi persaingan yang ada KTR
pengembangan sehingga produk bunga potong KTR selalu memiliki variasi baik
dari warna maupun varietas bunga dan KTR juga bertindak sebagai distributor
Tenaga kerja yang terampil merupakan sumber daya yang sangat penting
bagi kelangsungan suatu usaha. Anggota KTR terdiri dari kerabat dan tetangga
dengan sistem perekrutan sederhana secara sukarela dengan syarat memiliki lahan
69
Pendidikan anggota KTR rata-rata adalah lulusan SMP dan paling tinggi
D1. Namun mereka memiliki semangat belajar yang tinggi, terutama yang terkait
dengan bidang bunga potong oleh karena itu pelatihan dan pembinaan terus
diupayakan oleh KTR, dimana pembinaan tersebut dilakukan oleh anggota KTR
kemampuan anggota KTR selain diberikan pelatihan dan pembinaan oleh Dinas
Pertanian, anggota KTR juga aktif mengikuti seminar dan pameran mengenai
2. Keuangan
Untuk keuangan, modal yang digunakan pada awal berdirinya KTR adalah
modal sendiri. KTR baru mendapatkan kredit modal usaha dari pemerintah yang
dengan masa pengembalian 5 tahun tanpa agunan dan tanpa bunga. Pada tahun
2008 pinjaman tersebut telah dilunasi oleh KTR, sehingga saat ini KTR hanya
sistem bunga, agunan dan beban bulanan yang harus disetorkan cukup besar hal
dipanen yaitu untuk krisan 200.000 batang, untuk mawar 20.000 batang dan
gerbera 30.000 batang. Dengan jumlah produksi seperti itu terkadang terjadi
70
itu untuk mengatasi hal tersebut KTR berkeinginan untuk memperluas lahan
produksinya.
Sistem agribisnis bunga potong yang dilaksanakan oleh KTR terdiri dari
tiga subsistem yaitu kegiatan pengadaan input dan sarana produksi, kegiatan
terdiri dari pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan sarana produksi lainnya yang
yaitu sortasi, seleksi dan pengemasan, kemudian bunga siap untuk didistribusikan
khusus seorang tenaga ahli, sehingga bibit (induk) jenis bunga baru yang dibeli
langsung dari importir bibit dapat diteliti, dikembangkan dan diperbanyak oleh
krisan dengan berbagai macam warna. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
71
5. Pemasaran
a. Produk
Produk KTR adalah bunga potong jenis krisan, mawar dan gerbera. KTR
memiliki berbagai varietas krisan dan gerbera yang dapat ditawarkan kepada
konsumen, untuk mawar KTR membaginya ke dalam varietas jenis lokal dan
Impor. Mawar Impor tidak dibudidayakan sendiri, tetapi KTR membeli kepada
importir bunga potong sehingga dalam hal ini KTR berfungsi sebagai distributor.
b. Harga
untuk menentukan harga sendiri. KTR dan pemasok bunga potong lainnya
menerima harga yang telah berlaku di pasar. Pada saat ini KTR membagi kedalam
dua kelompok harga untuk produk bunga potongnya yaitu (1) harga kontrak, dan
secara kontrak yaitu dengan cara membeli bunga potong berdasarkan luasan lahan
kontrak. Berdasarkan Tabel 16 harga kontrak untuk krisan, mawar impor dan
gerbera terdapat selisih lebih mahal sebesar Rp 5.000 (lima ribu rupiah)
dibandingkan harga umum, hal ini disebabkan pembeli kontrak dapat memperoleh
72
Tabel 16. Harga Kontrak
No Jenis Isi/ikat Harga
(Batang) (Rp)
1. Krisan 10 15.000
2 Mawar Lokal 20 40.000
Mawar Impor 20 80.000 – 100.000
3 Gerbera 10 15.000
Sumber: KTR (2009)
Harga umum adalah harga yang diberlakukan oleh KTR mengikuti harga
pasar. Harga ini berlaku untuk pembeli yang melakukan pembelian secara biasa
seperti pembelian yang dilakukan oleh para pengepul di pasar Rawa Belong
c. Distribusi
bunga dan konsumen akhir. Adapun waktu pengiriman adalah sesuai dengan
pedagang besar atau pengumpul yang datang dari berbagai daerah dan kurang
73
mereka berdomisili di daerah Bandung. Berdasarkan perbedaan karaktersitik
pendistribusian untuk pasar Rawa Belong yaitu sebesar 10 % dari total produksi
setiap jenis bunga potong, hal ini dipertimbangkan bahwa daya serap pasar
d. Promosi
promosi tersebut volume penjualan naik dan laba yang diperoleh meningkat.
Promosi penjualan yang dilakukan KTR pada saat ini adalah dengan
memberikan bonus kepada konsumen dan KTR aktif mengikuti pameran bunga
yang dilakukan oleh KTR dengan cara (1) barang diantarkan sampai ke tempat
pembeli tanpa biaya ekstra, (2) pemberian potongan harga kepada pelanggan
tertentu yang sering melakukan pembelian bunga potong dalam jumlah yang
besar, dan (3) KTR mengenakan biaya murah kepada pelanggan untuk pemakaian
jasa dekorasinya.
74
VII. FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
lingkungan agar dapat belajar dan bekerja di lingkungan KTR, serta untuk
keberadan KTR sebagai fungsi sosial dan fungsi ekonomi. KTR sebagai fungsi
ekonomi adalah dengan melakukan kegiatan agribisnis dari hulu sampai hilir,
melakukan uji-coba untuk menciptakan jenis bunga baru, (3) menyediakan jasa
dekorasi yang berkualitas, dan (4) membangun kampung Cidadap menjadi lebih
baik.
oleh KTR dan juga ancaman yang perlu untuk dihindari atau diminimalisir.
76
Berdasarkan analisis lingkungan internal perusahaan, Tabel 19
menggambarkan faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi KTR.
77
7.1.2 Analisis Matriks EFE dan IFE
Analisis matriks EFE dan IFE pada KTR dibuat berdasarkan hasil
perkembangan usaha serta faktor-faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh KTR. Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap
Proses penilaian yang terdiri dari pembobotan dan peratingan pada kedua
responden/pakar yang dinilai ahli dan paling tepat. Mereka adalah Ketua
kelompok tani (sebagai pakar 1), wakil ketua kelompok tani (sebagi pakar 2) dan
Besaran rating masing-masing faktor dalam matriks EFE dan IFE diambil
berdasarkan rata-rata rating yang diperoleh dari penjumlahan tiap-tiap faktor pada
masing-masing responden yang dibagi dengan jumlah pakar tersebut. Begitu juga
besarnya bobot pada masing-masing faktor dalam matriks EFE dan IFE diperoleh
diperoleh melalui perkalian antara bobot rata-rata dengan rating rata-rata masing-
78
utama dalam melakukan kegiatan usaha budidaya bunga potong KTR. Hasil
analisis matriks EFE menghasilkan total skor sebesar 2,863 yang menunjukkan
bahwa KTR berada di atas rata-rata (2,50) dalam menjalankan strategi untuk
Faktor strategis yang menjadi peluang utama bagi KTR adalah perubahan
gaya hidup masyarakat dengan skor sebesar 0,275. KTR memberikan respon yang
plastik ke bunga segar untuk peristiwa tertentu, serta persepsi masyarakat terhadap
bunga potong yang semakin positif sehingga penggunaan bunga potong tidak
usaha KTR.
Faktor peluang lain yang direspon tinggi oleh KTR adalah peningkatan
pembangunan gedung perkantoran dan hotel dengan skor sebesar 0,191. KTR
perkantoran dan hotel merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh KTR
keindahan.
Faktor eksternal yang menjadi ancaman utama dengan skor sebesar 0,341
potong impor mempunyai keunggulan seperti varietas bunga yang beragam dan
79
tahan lama, serta dengan banyaknya bunga impor akan semakin memperkecil
ancaman produk substitusi yang datang dari bunga potong lainnya dengan skor
sebesar 0,316 dan faktor kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat dengan skor
sebesar 0,309. Ancaman produk substitusi dari bunga potong lainnya seperti
dihadapi oleh KTR hal ini disebabkan KTR tidak membudidayakan keempat jenis
keempat jenis bunga tersebut dikarenakan keunikan dari keempat jenis bunga
tersebut. Faktor kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat merupakan ancaman
yang harus dihadapi KTR karena kondisi pasar bunga potong yang cenderung
dengan produk yang homogen menyebabkan harga yang berlaku adalah harga
pasar yang mengikuti tingkat permintaan dari pembeli sehingga pembeli memiliki
oleh KTR dengan rating 4 yaitu faktor standar bunga potong yang bisa dipasarkan.
Hal ini menyebabkan jumlah produksi bunga potong KTR tidak dapat diserap
seluruhnya oleh pasar disebabkan KTR harus mengikuti standar bunga potong
yang telah ditetapkan oleh pasar yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional
Indonesia).
80
Tabel 20. Matriks EFE untuk Kelompok Tani Rahayu
81
7.1.2.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
mana faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama
matriks IFE menghasilkan total skor sebesar 2,930, hal ini mengindikasikan
bahwa KTR berada di atas rata-rata (2,50) dalam usahanya menjalankan strategi
utama KTR adalah anggota kelompok tani yang terhitung masih keluarga, dengan
skor sebesar 0,378. Rasa kekeluargaan yang tinggi pada KTR terasa sangat kental
karena anggota KTR masih ada hubungan saudara dan kekerabatan, dengan
adanya rasa persaudaraan yang tinggi ini maka antara anggota dan pengurus saling
mendukung demi mencapai tujuan bersama dan dalam membuat suatu keputusan
Kelemahan utama KTR saat ini adalah sistem laporan keuangan KTR
masih sederhana, dengan skor sebesar 0,178. Laporan keuangan KTR yang masih
post-post khusus seperti dana petty cash ataupun post inventaris tetap. Hal ini
dapat memacu kerancuan dalam neraca aliran keuangan sehingga bukan hal yang
dengan total skor sebesar 0,085 tetapi diberikan peringkat sebesar 1 atau sebagai
82
produk bunga potong hasil budidayanya tetapi KTR juga memasarkan bunga
mawar impor yang didapatkan dari importir bunga potong. Pada saat ini hanya
terdapat satu pemasok bunga mawar impor bagi KTR sehingga hal ini merupakan
kelemahan karena KTR tidak memiliki pemasok lain yang dapat dijadikan
83
sederhana
L. Ketergantungan terhadap 0,085 1 0,085
importir bunga mawar
M. Harga ditentukan oleh pasar 0,089 1,33 0,118
Total 1,00 2,930
strategi dan berfungsi untuk memadukan kekuatan dan kelemahan yang terdapat
pada perusahaan dengan peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal. Alat
ini. Matriks IE didasarkan pada nilai tertimbang yang diperoleh pada matriks EFE
dan IFE. Skor sebesar 2,863 diperoleh dari matriks EFE, sedangkan matriks IFE
menghasilkan skor sebesar 2,930. Melalui nilai tertimbang dalam matriks EFE
dan IFE, maka didapat posisi perusahaan dalam matriks IE dibawah ini.
84
TOTAL SKOR IFE (2,930)
3.0
TOTAL SKOR IV V VI
KTR
EFE (2,863) (Hold
Menengah and Maintain)
1.0
terletak pada sel V dengan strategi yang dapat dilaksanakan pada sel ini yaitu
dalam tingkat rata-rata. Strategi yang dapat digunakan KTR pada posisi ini adalah
development).
Penetrasi pasar yaitu usaha meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau
jasa yang sudah ada melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Untuk
meningkatkan pangsa pasar produk bunga potong di pasar Rawa Belong, KTR
dapat melakukan upaya pemasaran yang lebih besar dengan cara memperkenalkan
85
produk dan jasanya dengan mengikuti pameran agribisnis seperti pameran
tahunan Flora dan Fauna yang diadakan di Lapangan Banteng Jakarta dan dengan
majalah agribisnis mempunyai segmen yang lebih jelas dan biaya yang
cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Strategi ini
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan terus melakukan penelitian dan
yang menjadi tren di masa yang akan datang, saat ini KTR memiliki tenaga ahli di
bidang penelitian dan pengembangan serta sebuah laboratorium, oleh karena itu
KTR harus terus melakukan riset sehingga produk yang dihasilkan selalu
bervariasi baik dari tipe bunga maupun warna bunga sebagai contoh KTR berhasil
pink dan krisan hijau yang dikenal dengan krisan samrock. Strategi kedua yang
dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas bunga potong dari segi
ketahanan atau kesegaran bunga, sehingga produk bunga potong KTR memiliki
umur kesegaran yang lebih panjang di tangan konsumen. Hal yang dapat
dilakukan oleh KTR yaitu dalam perlakuan pasca panen dilakukan lebih cermat
dengan cara pada saat bunga selesai ditriming (dibersihkan dari daun dan
86
kotoran), bunga jangan sampai terlalu lama ditumpuk tetapi langsung direndam
dan hasil dari pencocokkan dari analisis tahap 2 untuk menentukan secara objektif
di antara alternatif strategi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari formulasi
kondisi riil perusahaan. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari
berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor kunci eksternal dan internal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Responden yang dipilih untuk penetapan daya tarik
kelompok tani dan telah mengetahui seluk beluk industri bunga potong dan
total nilai daya tarik untuk strategi penetrasi pasar (strategi 1) sebesar 7,252 dan
cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Strategi
87
yang dapat dilakukan adalah (1) konsisten dalam melakukan penelitian dan
menjadi tren di masa yang akan datang dan bunga potong KTR bervariasi baik
dari tipe maupun warna bunga, dan (2) meningkatkan kualitas bunga potong dari
segi ketahanan atau kesegaran bunga melalui perlakuan pasca panen yang lebih
cermat sehingga produk bunga potong memiliki umur kesegaran yang lebih
88
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan hasil dari penelitian ini
adalah :
yang dapat dimanfaatkan oleh KTR yaitu (1) dukungan dari pemerintah
kepada kelompok tani, (2) perubahan gaya hidup masyarakat, (3) peningkatan
produksi, dan (5) hubungan baik dengan pemasok sarana produksi. Ancaman
sendiri terdiri dari (1) banyaknya bunga impor, (2) adanya standar bunga
potong yang bisa dipasarkan, (3) fluktuasi harga bunga potong, (4) daya beli
ancaman pendatang baru besar, (7) ancaman produk bunga potong lainnya, (8)
kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat, dan (9) pesaing dari daerah
yang dimiliki adalah (1) anggota kelompok tani masih keluarga, (2) pupuk
varietas krisan dan gerbera, dan (9) promosi yang dilakukan baik, sedangkan
terhadap importir bunga mawar, dan (4) harga ditentukan oleh pasar.
2. Berdasarkan pada nilai tertimbang yang diperoleh pada matriks EFE sebesar
2,863 dan matriks IFE menghasilkan skor sebesar 2,930, maka didapat posisi
perusahaan dalam matriks IE terletak pada sel V dengan strategi yang dapat
dilaksanakan pada sel ini yaitu strategi pertahankan dan pelihara (hold and
dapat digunakan KTR pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar (market
tarik untuk strategi penetrasi pasar (strategi 1) sebesar 7,252 dan strategi
90
8.2 Saran
2. Untuk mengembangkan usaha menjadi lebih baik, KTR harus konsisten dalam
pesaingnya.
pangsa pasarnya.
91
DAFTAR PUSTAKA
David, F. R. 2006. Strategic Management : concepts and cases, 10th ed. Salemba
Empat. Jakarta.
Pearce, J.A dan Robinson, R.B. 1997. Manajemen Strategik, Jilid Satu. Binarupa
Aksara. Jakarta.
Pribudi. 2002. Perencanaan Strategis UsahaAnggrek di Kebun Anggrek Parung,
Parung Farm. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rina. 2002. Strategi Pengembangan Bisnis Bunga Potong Gerbera (Studi Kasus
PT Puri Sekar Asri Jakarta). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.