Pemecahan masalah memiliki arti terlibat dalam suatu tugas dimana solusi
penyelesaiannya belum diketahui lebih lanjut. Dalam rangka menemukan sebuah solusi, para
siswa harus dapat memetakan pengetahuannya, dan melalui proses ini, mereka akan sering
mengembangkan pemahaman-pemahaman matematika yang baru. Memecahkan masalah
bukan hanya sebuah tujuan pembelajaran matematika tetapi juga merupakan sarana utama
dalam pembelajaran matematika. Para siswa harus memiliki banyak kesempatan untuk
merumuskan, mencoba memecahkan, serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan
kompleks yang membutuhkan usaha yang cukup signifikan dan selanjutnya harus didorong
untuk mempertimbangkan apa yang telah mereka pikirkan.
Dengan belajar pemecahan masalah dalam matematika, para siswa harus memperoleh
cara-cara berpikir, kegigihan, rasa keingintahuan, serta kepercayaan diri dalam situasi yang
tidak biasa yang akan mereka hadapi di luar pembelajaran matematika. Dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam dunia kerja, menjadi seorang pemecah masalah yang handal dapat
menimbulkan banyak keuntungan.
Pemecahan masalah merupakan bagian pelengkap dari semua pembelajaran
matematika, karena itulah pemecahan masalah tidak boleh menjadi bagian yang terpisah dari
matematika. Pemecahan masalah dalam matematika harus melibatkan kelima konten utama
yang dideskripsikan dalam buku ini (Number, Shape and Space, Measurement, Data Handling,
Algebra). Konteks dari permasalahan-permasalahan tersebut bisa bervariasi dari
pengalaman-pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari atau dalam sekolah hingga pada
penerapan-penerapan yang menggunakan ilmu pengetahuan ataupun dalam dunia kerja.
Permasalahan yang baik akan memadukan topik-topik yang beragam dan akan melibatkan
matematika secara signifikan.
Memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam matematika dan dalam konteks lainnya
Orang-orang yang melihat dunia secara matematis dikatakan memiliki “sifat
matematis.” Pemecah masalah yang baik cenderung secara alami menganalisa situasi dengan
teliti terkait bahasa matematika dan mengajukan masalah berdasarkan situasi yang mereka
lihat. Pertama mereka memikirkan kasus sederhana sebelum mencoba sesuatu yang lebih
rumit, namun mereka akan segera memikirkan analisa yang lebih mutakhir. Misalnya, tugas
untuk siswa kelas menengah menyajikan data tentang dua perusahaan ambulan dan
menanyakan perusahaan mana yang lebih dapat diandalkan (Penilaian Seimbang untuk
Kurikulum Matematika1999a). Jawaban cepat yang ditemukan dengan melihat waktu rata-
rata pelanggan harus menunggu masing-masing perusahaan ternyata tidak tepat. Analisa
matematis yang lebih teliti dengan membuat grafik hubungan waktu tanggapan terhadap
hari menimbulkan solusi yang berbeda. Dalam tugas ini, sifat untuk menganalisa lebih dalam
mengarah ke pemahaman situasi yang lebih lengkap juga solusi yang tepat. Diseluruh jenjang
kelas, guru dapat membantu membangun sifat ini dengan mengajukan pertanyaan yang
membantu siswa menemukan matematika di dunia mereka dan pengalaman mereka dengan
mendorong siswa untuk tetap gigih dengan masalah yang menantang tetapi menarik.
Mengemukakan masalah muncul secara alami pada anak kecil: “Saya ingin tahu berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk menghitung hingga satu juta?” “Berapa banyak kaleng
soda yang diperlukan untuk dapat memeuhi gedung sekolah ?”. Para guru dan orang tua
dapat mendorong kecenderungan ini dengan membantu siswa membuat masalah
matematika dari dunia mereka. Guru berperan penting dalam pengembangan sifat
pemecahan masalah siswa dengan menciptakan dan memelihara lingkungan kelas, mulai dari
jenjang PAUD, di mana siswa didorong untuk mengeksplorasi, mengambil risiko, berbagi
kegagalan dan kesuksesan, dan saling bertanya. Dalam lingkungan yang mendukung seperti
itu, siswa mengembangkan kepercayaan diri pada kemampuan mereka dan berkemauan
untuk terlibat dan menyelidiki masalah, serta mereka akan lebih cenderung untuk
mengajukan masalah dan tetap gigih dengan permasalahan yang menantang.