Anda di halaman 1dari 5

Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah memiliki arti terlibat dalam suatu tugas dimana solusi
penyelesaiannya belum diketahui lebih lanjut. Dalam rangka menemukan sebuah solusi, para
siswa harus dapat memetakan pengetahuannya, dan melalui proses ini, mereka akan sering
mengembangkan pemahaman-pemahaman matematika yang baru. Memecahkan masalah
bukan hanya sebuah tujuan pembelajaran matematika tetapi juga merupakan sarana utama
dalam pembelajaran matematika. Para siswa harus memiliki banyak kesempatan untuk
merumuskan, mencoba memecahkan, serta menyelesaikan permasalahan-permasalahan
kompleks yang membutuhkan usaha yang cukup signifikan dan selanjutnya harus didorong
untuk mempertimbangkan apa yang telah mereka pikirkan.
Dengan belajar pemecahan masalah dalam matematika, para siswa harus memperoleh
cara-cara berpikir, kegigihan, rasa keingintahuan, serta kepercayaan diri dalam situasi yang
tidak biasa yang akan mereka hadapi di luar pembelajaran matematika. Dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam dunia kerja, menjadi seorang pemecah masalah yang handal dapat
menimbulkan banyak keuntungan.
Pemecahan masalah merupakan bagian pelengkap dari semua pembelajaran
matematika, karena itulah pemecahan masalah tidak boleh menjadi bagian yang terpisah dari
matematika. Pemecahan masalah dalam matematika harus melibatkan kelima konten utama
yang dideskripsikan dalam buku ini (Number, Shape and Space, Measurement, Data Handling,
Algebra). Konteks dari permasalahan-permasalahan tersebut bisa bervariasi dari
pengalaman-pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari atau dalam sekolah hingga pada
penerapan-penerapan yang menggunakan ilmu pengetahuan ataupun dalam dunia kerja.
Permasalahan yang baik akan memadukan topik-topik yang beragam dan akan melibatkan
matematika secara signifikan.

Membangun pengetahuan matematika yang baru melalui pemecahan masalah


Bagaimana pemecahan masalah dapat membantu para siswa dalam mempelajari
matematika ? Permasalahan-permasalahan yang baik memberikan para siswa kesempatan
memperkuat dan mengembangkan apa yang mereka ketahui, dan ketika digunakan dengan
tepat, dapat merangsang pembelarajan matematika mereka. Pada anak-anak yang masih
belia, sebagian besar konsep-konsep matematika dapat diperkenalkan melalui permasalahan
yang datang dari dunia mereka. Contohnya, andaikan seorang anak kelas dua ingin
mengetahui apakah terdapat lebih banyak siswa laki-laki ataukah siswa perempuan dalam
sebuah kelas. Untuk memecahkan masalah ini, mereka harus belajar bagaimana cara untuk
mengumpulkan informasi, menyimpan data, dan secara akurat menambahkan beberapa
bilangan secara bersamaan. Di kelas menengah, konsep proporsi mungkin diperkenalkan
melalui penyelidikan di mana siswa diberi resep minuman campuran dengan jumlah air dan
jus yang berbeda dan siswa diminta untuk menentukan mana yang “lebih terasa buahnya”.
Karena tidak ada dua resep yang mengandung rasa jus yang sama, masalah ini sulit bagi siswa
yang tidak memiliki pemahaman tentang proporsi. Ketika berbagai ide dicoba, dengan
pertanyaan dan bimbingan yang baik dari guru, siswa nantinya akan berfokus untuk
menggunakan proporsi. Di SMA, banyak bidang kurikulum yang dapat diperkenalkan melalui
masalah dari konteks matematika atau aplikasinya.
Pemecahan masalah dapat dan harus digunakan untuk membantu siswa
mengembangkan kelancarannya dengan keterampilan khusus. Sebagai contoh, perhatikan
masalah berikut, yang diadaptasi dari Curriculum and Evaluation Standards for School
Mathematics (NCTM 1989, hlm. 24)
Saya memiliki sejumlah koin penni, koin dime, dan koin nickle di saku saya.
Jika saya mengambil tiga koin dari saku saya, berapa banyak uang yang bisa saya
ambil ?
Pengetahuan dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini - pengetahuan tentang nilai
penni, dime, dan nickle serta juga pemahaman tentang penjumlahan. Mengatasi masalah ini
memberikan latihan yang baik dalam keterampilan penjumlahan. Tetapi tujuan matematika
yang penting dari masalah ini - membantu siswa berpikir secara sistematis tentang berbagai
kemungkinan dan mengatur serta merekam apa yang mereka pikirkan - tidak perlu menunggu
sampai siswa dapat menjumlahkan dengan lancar.
Peran guru dalam memilih masalah dan tugas matematika yang bermanfaat sangatlah
penting. Dengan menganalisis dan mengadaptasi masalah, mengetahui ide - ide matematika
yang dapat dimunculkan dengan memecahkan suatu masalah, serta mengantisipasi
pertanyaan-pertanyaan siswa, guru dapat memutuskan apakah masalah tertentu akan
membantu untuk lebih memajukan tujuan matematika mereka. Ada banyak masalah yang
menarik dan menyenangkan tetapi tidak mengarah pada pengembangan ide-ide matematika
yang penting di kelas pada waktu tertentu. Memilih masalah dengan bijak, serta
menggunakan dan menyesuaikan masalah dari bahan ajar adalah bagian yang sulit dari
pengajaran matematika.

Memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam matematika dan dalam konteks lainnya
Orang-orang yang melihat dunia secara matematis dikatakan memiliki “sifat
matematis.” Pemecah masalah yang baik cenderung secara alami menganalisa situasi dengan
teliti terkait bahasa matematika dan mengajukan masalah berdasarkan situasi yang mereka
lihat. Pertama mereka memikirkan kasus sederhana sebelum mencoba sesuatu yang lebih
rumit, namun mereka akan segera memikirkan analisa yang lebih mutakhir. Misalnya, tugas
untuk siswa kelas menengah menyajikan data tentang dua perusahaan ambulan dan
menanyakan perusahaan mana yang lebih dapat diandalkan (Penilaian Seimbang untuk
Kurikulum Matematika1999a). Jawaban cepat yang ditemukan dengan melihat waktu rata-
rata pelanggan harus menunggu masing-masing perusahaan ternyata tidak tepat. Analisa
matematis yang lebih teliti dengan membuat grafik hubungan waktu tanggapan terhadap
hari menimbulkan solusi yang berbeda. Dalam tugas ini, sifat untuk menganalisa lebih dalam
mengarah ke pemahaman situasi yang lebih lengkap juga solusi yang tepat. Diseluruh jenjang
kelas, guru dapat membantu membangun sifat ini dengan mengajukan pertanyaan yang
membantu siswa menemukan matematika di dunia mereka dan pengalaman mereka dengan
mendorong siswa untuk tetap gigih dengan masalah yang menantang tetapi menarik.
Mengemukakan masalah muncul secara alami pada anak kecil: “Saya ingin tahu berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk menghitung hingga satu juta?” “Berapa banyak kaleng
soda yang diperlukan untuk dapat memeuhi gedung sekolah ?”. Para guru dan orang tua
dapat mendorong kecenderungan ini dengan membantu siswa membuat masalah
matematika dari dunia mereka. Guru berperan penting dalam pengembangan sifat
pemecahan masalah siswa dengan menciptakan dan memelihara lingkungan kelas, mulai dari
jenjang PAUD, di mana siswa didorong untuk mengeksplorasi, mengambil risiko, berbagi
kegagalan dan kesuksesan, dan saling bertanya. Dalam lingkungan yang mendukung seperti
itu, siswa mengembangkan kepercayaan diri pada kemampuan mereka dan berkemauan
untuk terlibat dan menyelidiki masalah, serta mereka akan lebih cenderung untuk
mengajukan masalah dan tetap gigih dengan permasalahan yang menantang.

Menggunakan dan mengadaptasi berbagai macam strategi untuk memecahkan masalah


Berdasarkan berbagai penjelasan tentang strategi-strategi pemecahan masalah, salah
satu yang terbaik dapat ditemukan pada buku yang ditulis oleh Polya pada tahun 1957.
Strategi-strategi yang sering dirujuk termasuk penggunaan diagram, menemukan pola,
mendata semua kemungkinan, mencoba beberapa nilai atau kasus yang kusus, penyelesaian
mundur, menebak dan mengecek, menciptakan permasalahan yang mirip, dan menciptakan
permasalahan yang lebih sederhana. Pertanyaan yang cukup jelas, Bagaimana seharusnya
strategi-strategi ini diajarkan ? Haruskan siswa menerima penjelasan yang jelas, dan
bagaimana seharusnya strategi-strategi ini digabungkan pada kurikulum matematika ?
Sebagaimana dengan berbagai macam komponen sarana pembelajaran matematika, strategi-
strategi ini harus memiliiki petunjuk yang jelas jika siswa diharapkan mempelajarinya. Pada
kelas-kelas tingkatan bawah, guru dapat membantu siswa untuk menyatakan,
mengkategorikan, dan membandingkan strategi-strategi mereka. Kesempatan untuk
menggunakan strategi ini harus ditanamkan secara alami dalam kurikulum pada seluruh
konten yang dipelajari. Ketika siswa mencapai kelas menengah, mereka sudah seharusnya
memiliki kemampuan untuk mengetahui kapan berbagai macam strategi sesuai untuk
digunakan dan harus mampu memutuskan kapan dan bagaimana cara menggunakannya.
Ketika siswa sudah mencapai tingkat SMA, siswa sudah seharusnya memiliki akses ke berbagai
macam strategi secara leluasa, mampu memutuskan mana yang akan digunakan, dan mampu
untuk mengadaptasi dan menciptakan berbagai macam strategi.
Pengalaman paling dini dari anak-anak belia dalam matematika datang dari pemecahan
masalah. Strategi-strategi yang berbeda dibutuhkan oleh siswa seiring mereka menghadapi
bermacam-macam permasalahan. Siswa harus menyadari strategi-strategi ini sebagai
kebutuhan mereka untuk berkembang, dan seiring strategi-strategi ini dimodelkan dalam
aktifitas kelas, guru harus mendorong siswa untuk memperhatikannya. Sebagai contoh,
setelah seorang siswa memberikan sebuah solusi dan bagaimana cara menemukannya, sang
guru dapat mengidentifikasi strateginya dengan bertanya “Kelihatannya kamu membuat
daftar yang tersusun rapi untuk menemukan solusinya. Apakah ada yang menyelesaikan
permasalahan ini dengan cara yang lain ?” Kalimat-kalimat ini akan membantu
mengembangkan bahasa dan gambaran umum serta membantu para siswa memahami apa
yang dilakukan oleh siswa yang pertama tadi. Diskusi semacam ini juga memberikan kesan
bahwa tidak ada satu strategi yang harus digunakan terus-menerus; berbagai macam strategi
dipelajari dari waktu ke waktu, strategi digunakan dalam konteks-konteks tertentu,
menghaluskan, mengembangkan, dan menjadi lebih fleksibel seiring dengan terbiasanya
mereka dengan situasi-situasi permasalahan yang kompleks.

Memantau dan merefleksikan proses pemecahan masalah matematika


Pemecah masalah yang efektif secara terus menerus memantau dan menyesuaikan apa
yang sedang mereka kerjakan. Mereka memastikan bahwa mereka benar-benar memahami
permasalahannya. Jika permasalahannya tertulis, mereka membacanya dengan seksama; jika
diberitahukan secara lisan, mereka bertanya sampai mereka memahaminya. Pemecah
masalah yang efektif sering sekali merencanakan. Mereka secara berkala mengecek kemajuan
mereka untuk mengetahui apakah mereka berada dalam jalur yang tepat. Jika mereka yakin
bahwa mereka tidak membuat kemajuan, mereka berhentih untuk mempertimbangkan cara
alternatif dan tak akan ragu untuk mengambil pendekatan yang benar-benar berbeda.
Penelitian (Garofalo dan Lester 1985; Schoenfeld 1987) mengindikasikan bahwa kegagalan
pemecahan masalah siswa seringkali bukan akibat dari kurangnya pengetahuan matematika
mereka akan tetapi lebih ke ketidakefektifan penggunaan dari apa yang telah mereka ketahui.
Pemecah masalah yang handal menyadari apa yang mereka lakukan dan seringkali
melakukan pemantauan, penilaian diri, menyesuaikan strategi mereka seiring mereka
menghadapi dan memecahkan masalah (Bransford et al. 1999). Kemampuan reflektif seperti
ini (metacognition) jauh lebih mungkin untuk berkembang dalam lingkungan kelas yang
mendukung mereka. Guru memiliki peranan penting dalam membantu siswa untuk dapat
mengembangkan kebiasaan reflektif dalam berpikir dengan cara memberikan pertanyaan
seperti “Sebelum kita melanjutkan, kita pastikan dulu apakah sudah paham dengan
permasalahan ini?” “Adakah yang punya pendapat terkait ini?” “Adakah yang punya rencana
untuk masalah ini?” “Apakah kita membuat kemajuan ataukah harus memikirkan kembali apa
yang sudah kita kerjakan?” “Mengapa kita berpikir ini sudah benar?” Pertanyaan-pertanyaan
semacam ini membantu siswa untuk memiliki kebiasaan untuk mengecek pemahaman
mereka seiring jalan. Kebiasaan ini harus dimulai sejak kelas paling dini. Ketika guru menjaga
lingkungan pembelajaran yang perkembangan pemahamannya dapat dimonitor secara
konsisten melalui refleksi, para siswa cenderung mempelajari bagaimana mengambil
tanggung jawab untuk merefleksikan pekerjaan mereka dan membuat penyesuaian yang
dibutuhkan ketika menyelesaikan permasalahan-permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai