JURNAL
Oleh:
RAPHITA SIBUEA
NIM: 120200275
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
TINDAK PIDANA PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH
ANAK DALAM KEADAAN YANG MEMBERATKAN
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Balige
No.262/Pid.SusAnak/2014/PN.Blg)
JURNAL
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
RAPHITA SIBUEA
NIM: 120200275
NIP. 196104041986011002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
ABSTRAK
Anak yang berada dalam status hukum belum dewasa harus diperlakukan
berbeda dari orang dewasa. Hal itu juga menjadi kewenangan sistem hukum
nasional Indonesia untuk meletakkan hak-hak anak sebagai suatu supremacy of
law terhadap perbuatan hukum dari anak dengan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban yang timbul secara kodrati. Pengelompokan status dan hak-hak anak
dimulai dari sistematika yang mendasar dalam Hukum Perlindungan Anak. dan
Hukum Pidana dapat disebut berhubungan dengan adigium dari asas lex specialis
de rogat, lex spesialis generalis. Artinya Hukum Perlindungan Anak menjadi
hukum khusus yang mengatur tentang asas hukum tentang anak dan hak-hak anak,
sedangkan hukum pidana adalah hukum umum yang meletakkan mekanisme asas
formal dan material hukum pidana dan hukum acara pidana anak.
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yang
menitikberatkan pada data sekunder dengan spesifikasi deskriptif analitis, yaitu
memaparkan tentang aturan hukum yang memberikan perlindungan kepada anak
dalam proses peradilan pidana. Analisis data yang digunakan adalah analisis
kualitatif.
Bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada anak dalam sistem
peradilan pidana dimulai dari tahap penyidikan, penuntutan, persidangan, dan
tahap pemasyarakatan yang kemudian secara tegas diatur dalam Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Perlindungan
hukum yang diberikan kepada anak pada setiap tahap peradilan akan menjamin
hak-hak anak untuk diperlakukan berbeda dengan sistem peradilan pada
umumnya. Penjatuhan hukuman terhadap anak hanya merupakan upaya terakhir
(ultimum remedium) apabila tidak ada kesepakatan diversi yang sudah diupayakan
pada semua tingkat pemeriksaan. Artinya konsep diversi menjadi suatu kemajuan
dan pembaharuan hukum terhadap anak, sebagai bentuk perlindungan yang
diberikan pada setiap anak yang berkonflik dengan hukum. Anak-anak yang telah
melakukan tindak pidana, yang penting baginya bukanlah apakah anak-anak
tersebut dapat dihukum atau tidak, melainkan tindakan yang bagaimanakah yang
harus diambil untuk mendidik anak-anak seperti itu.
Children who are in the legal status of minors should be treated differently
from adults. It is also the authority of the national legal system of Indonesia to put
the rights of the child as the rule of law against the legal actions of children with
the rights and obligations arising by nature. Grouping the status and rights of
children ranging from systematic fundamental Child Protection Act. and the
Criminal Law may be called relating to adigium of the principle of lex specialis de
rogat, lex spesialis generalis. This means that the Child Protection Law became a
special law governing legal principles about children and children's rights,
whereas criminal law is a common law that put in place mechanisms of formal
and material principles of criminal law and criminal procedure child.
norma yang biasa disebut masyarakat sebagai pelanggaran hukum, dan bahkan
insan yang selalu ada di antara kita, sebab selama manusia ada dipermukaan bumi
ini (in der welt sein). Kedudukan anak dalam lingkungan hukum sebagai subjek
hukum, ditentukan dari bentuk dan sistem hukum terhadap anak sebagai
kelompok masyarakat yang berada di dalam status hukum dan tergolong tidak
mampu atau di bawah umur3. Mengingat ciri dan sifat yang khas pada anak dan
demi perlindungan terhadap anak, maka perkara Anak Nakal wajib disidangkan
peradilan perkara Anak Nakal dari sejak ditangkap, ditahan, diadili, dan
memahami masalah anak. Hak-hak anak dalam proses peradilan pidana harus
1
Bambang,Waluyo,Pidana dan Pemidanaan (Jakarta:Sinar Grafika,2004), hlm.1
2
Lilik Mulyadi, 2005, Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktik dan
Permasalahannya, Bandung: CV.Mandar Maju, hlm.103
3
Maulana Hassan Wadog, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,
(Jakarta:PT.Grasindo,2000), hlm.3
tidak demikian. Alasan lain bahwa dalam menghadapi anak-anak yang telah
tersebut dapat dihukum atau tidak, melainkan tindakan yang bagaimanakah yang
Hal tersebut kemudian menjadi dasar mengapa perlu ada perlakuan yang
khusus kepada anak baik anak sebagai korban ataupun anak sebagai pelaku tindak
perlindungan, mengingat keadaan fisik dan mentalnya masih labil yang dalam
banyak hal perlu mendapat perlakuan dan perlindungan khusus, terutama terhadap
hukum yang bersifat nasional bagi generasi muda melalui tatanan Peradilan
khusus bagi anak yang mempunyai perilaku yang menyimpang dan melakukan
dengan penegakan hukum terhadap anak sebagai pelaku maupun korban terhadap
suatu tindak pidana diatur secara khusus dalam Undang-undang No. 11 Tahun
4
Ibid
B. PERUMUSAN MASALAH
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan skripsi ini ialah jenis penelitian hukum
normatif yang mengkaji studi dokumen, yakni didasarkan pada bahan hukum
2. Data Penelitian
Perlindungan Anak
penjelasan terkait bahan hukum primer. seperti makalah dan buku-buku yang
ditulis oleh para ahli, karangan berbagai panitia pembentukan hukum (law reform
Bahan hukum tersier lebih dikenal dengan badan acuan di bidang hukum
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi
pustaka (Literature research) dan bantuan media elektronik, yaitu internet dengan
4. Analisis Data
Analisa data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif 6 yaitu
5
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke 20 (Bandung:
PT. Alumni, 2006), Hlm. 134.
6
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung:PT.Remaja Rodakarya,1993),
hlm.5
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak, acara peradilan pidana anak diatur dalam Bab III mulai dari Pasal 16
sampai dengan Pasal 62, artinya ada 47 pasal yang mengatur hukum acara pidana
Penyidik Anak, Penuntut Umum Anak, dan Hakim Anak wajib memberikan
perlindungan khusus bagi anak yang diperiksa karena tindak pidana yang
Undang-Undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal
terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling lama 24 (dua puluh
empat) jam dan anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan
dapat melakukan penahanan paling lama 5 (lima) hari. Jangka waktu penahanan
pengadilan negeri paling lama 5 (lima) hari dan dalam hal jangka waktu dimaksud
telah berakhir, anak wajib dikeluarkan demi hukum.7 Dasar diperkenankan suatu
penahanan anak, adalah adanya dugaan keras berdasarkan bukti yang cukup,
dihormati dan dijunjung tinggi sesuai dengan harkat dan martabat anak sebagai
kelompok yang tidak mampu atau belum mengetahui tentang masalah hukum
yang terjadi pada diri anak tersebut.9 Penahanan adalah penempatan tersangka
atau terdakwa ke tempat tertentu oleh Penyidik Anak atau Penuntut Umum Anak
atau Hakim Anak dengan penetapan, menurut cara yang diatur dalam undang-
anak, maka penahanan anak tidak dilakukan. Penahanan dilakukan sebagai upaya
singkat/pendek.11
b) Proses Penyidikan
7
Lihat Pasal 33 dan 34 UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
8
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia,( Bandung:PT.Refika Adiatama,2014) halhlm.124
9
Maulana Hasan, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak (Jakarta: PT. Grasindo,
2000), hlm 63
10
Lilik Mulyani, op.cit hlm.122
11
Maulana Hasan, Ibid hlm.126
perkara anak dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk
tentang Sistem Peradilan Pidana anak, harus dipandang sama sebagaimana dengan
layaknya status dan fungsi seorang penyidik yang ditetapkan oleh KUHAP.
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim anak dalam persidangan
anak. Penuntut Umum Anak wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh)
hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik dan diversi sebagaimana
dimaksud, dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari. Dalam hal proses diversi
oportunitas karena lasan demi kepentingan hukum dan tidak sama dengan perkara
Persidangan
ruangan sidang khusus anak serta ruang tunggu khusus anak dipisahkan dari ruang
tunggu sidang orang dewasa. Adapun waktu sidang anak didahulukan dari waktu
sidang orang dewasa. Disamping itu, hakim memeriksa perkara anak dalam
ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, maka sidang anak batal demi hukum.
Persidangan perkara anak bersifat tertutup agar tercipta suasana tenang dan
12
Sambas, Nandang, 2010, Pembaharuan Sistem Pemidanaan anak di Indonesia,
Yogyakarta:Graha Ilmu, hlm. 13
13
Maidin Gultom,op.cit hlm 141
dan perasaannya secara terbuka dan jujur selama sidang berjalan. 14 Pada proses
pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum
dan dapat tidak dihadiri oleh anak. Menurut Pasal 69 Undang-Undang Nomor 11
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA menentukan bahwa
Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan ketentuan
dalam Undang-Undang ini. Anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun
yang memperlakukan narapidana agar menjadi baik. Anak Pidana adalah anak
apabila telah berumur 18 (delapan belas) tahun tetapi belum selesai menjalani
pidananya harus di pindahkan dan tempatnya terpisah dari narapidana yang telah
Pembinaan Keterampilan
Pidana
Pasal 37 dan Pasal 40 Konvensi Hak-hak Anak (Convention on the Rights of the
Child) yang disahkan dengan keputusan presiden No.36 tahun 1990, tanggal 25
14
Maidin Gultom, Ibid hlm 146
15
Ibid hlm 174
Agustus 1990. Pasal 3 UU SPPA menyatakan bahwa setiap anak dalam proses
memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif, bebas dari
serta merendahkan derajat dan martabatnya, tidak dijatuhi pidana mati atau pidana
6. Analisa Kasus
pengadilan. Dalam Putusan No.262/ Pid.Sus Anak/ 2014/ PN/Blg surat dakwaan
yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum adalah bentuk surat dakwaan tunggal.
Surat dakwaan hanya berisi satu dakwaan saja yakni terhadap terdakwa Fernando
Hengki Sibuea. Menyatakan terdakwa, telah terbukti secara sah dan meyakinkan
sebagaimana diatur dan diancam pidana pasal 363 ayat (1) ke-4, ke-5 jo pasal 65
ayat (1) KUHP jo. UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
atau anak nakal secara umum diatur dalam Pasal 45 KUHP, namun keberadaan
pasal tersebut telah diamandemen dengan UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak yakni pada pasal 1 angka 3 yang menentukan bahwa anak
yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang telah berumur 12 tahun tetapi
belum mencapai umur 18 tahun yang diduga telah melakukan tindak pidana.
Dengan demikian, dalam kasus yang penulis analisa berdasarkan putusan tersebut,
terdakwa dengan usia 16 tahun masih dikategorikan sebagai anak dan proses
Pidana Anak. Berdasarkan uraian diatas, Pengadilan Negeri Balige dalam hal ini
Hakim Anak dan Penuntut Umum Anak yang menerapkan Undang-Undang No.
berikut: Penyidik adalah Penyidik Anak, Penuntut Umum adalah Penuntut Umum
Anak, Hakim adalah Hakim Anak Dalam proses Pengadilan Anak selain Jaksa
dan Hakim sebagaimana paparan di atas, anak nakal yang sedang di sidang juga
pelaku tindak pidana dalam putusan yakni Putusan No. 262/Pid.Sus Anak/2014,
Hakim yang memeriksa dan memutus Perkara adalah hakim anak. Hakim anak
yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Negeri Balige yang telah mempunyai
pengalaman sebagai hakim anak pada Peradilan Umum dan hakim yang
mempunyai perhatian, dedikasi, dan memahami masalah tentang anak dan proses
peradilan tersebut dipimpin oleh Hakim Anak yakni Hakim Tunggal yaitu Bapak
kepada hakim anak yang selanjutnya menghadiri acara sidang dan bahkan sampai
pada penjatuhan putusan oleh hakim.16 Berarti dalam hal ini Petugas Pembimbing
butir (d) UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Selain itu
setiap anak sejak ditangkap atau ditahan berhak mendapat bantuan hukum dari
seorang atau lebih penasehat hukum. Bantuan hukum itu diberikan selama dalam
waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang ditentukan.
orang tua, wali, ataau orang tua asuh dari anak nakal mengenai hak untuk
menurut para penegak hukum tidak mengatur adanya kewajiban tersangka atau
terdakwa anak nakal untuk didampingi penasehat hukum pada tingkat penyidikan
16
Hasil wawancara dengan Ibu Loly eva Simanjuntak tanggal 04 April 2015
17
Nandang Sambas,op cit hlm 135
tentang adanya kewajiban tersangka atau terdakwa untuk didampingi oleh
(lima) tahun penjara atau lebih sesuai dengan ketentuan Pasal 56 KUHAP.18
Undang No. 11 tahun 2012. Dari hasil penelitian ditemukan fakta bahwa di
Pengadilan Negeri Balige belum ada sidang ruang khusus Anak. Ruang sidang
untuk anak disamakan dengan ruang sidang umum. Berarti dalam hal ini penulis
pada ruang sidang khusus sesuai Pasal 53 Undang-Undang No. 11 tahun 2012
belum terlaksana. Belum adanya ruangan yang cukup memadai menjadi alasan
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
18
Berdasarkan hasil wawancara dengan penasehat hukum Bapak Afiruddin, S.H. tanggal
05 April 2015, pukul 12.00
2. Putusan Nomor: 262/Pid-SusAnak/ 2014 /PN.Blg dalam pengimplementasian
Undang No.11 tahun 2012, hal tersebut dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut;
c. Dalam persidangan anak tidak ditempatkan pada ruang sidang khusus anak
3. Saran
anak sebagai pelaku tindak pidana, penulis memberikan saran sebagai berikut:
penanganan anak pelaku tindak pidana berada dalam keadaan yang sesuai
A. Buku
Bambang, Waluyo.2004, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta:Sinar Grafika
Ekaputra Mohammad, 2013, Dasar-dasar Hukum Pidana edisi 2, Medan: USU
Press
Gosita, Arif,1989, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademi Pressindo
Gultom, Maidin,2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung:PT.Refika
Adiatama
Hassan, Maulana, 2000, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,,
Jakarta:PT.Grasindo
Hidayat, Bunadi, 2009, Pemidanaan Anak di bawah umur, Bandung:PT.Alumni
Marpaung, Leden, 1999, Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum (Delik),
Jakarta: Sinar grafika
Moleong, Lexy, 1993, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja
Rodakarya
Muliyadi, Lilik, 2005, Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktik dan
Permasalahannya, Bandung: CV.Mandar Maju
Nawawi, Barda, 1998, Masalah Perlindungan Hukum bagi Anak, dalam Beberapa
Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana,
Citra Aditya Bakti,
Sambas, Nandang, 2010, Pembaharuan Sistem Pemidanaan anak di Indonesia,
Yogyakarta:Graha Ilmu
Wahjono, Agung dkk, 1993, Tinjauan Tentang Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika,
b. Perundang-undangan
Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sitem Peradilan Pidana Anak
Undang-Undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang No.1 tahun 1997 tentang Kesejahteraan Anak
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
c. Internet/website
http://radeeen.student.umm.ac.id/2010/07/29/hak-anak//
http://www.blogspot.com/AminHamid09/Perlindungan Hukum Terhadap Anak//