Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Nomor : HK.103/4/4/DJPL-16
Tanggal : 25 November 2017
PETUNJUK TEKNIS
DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED)
FASILITAS PELABUHAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT
DIREKTORAT KEPELABUHANAN
Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
Nomor : HK.103/4/4/DJPL-16
PETUNJUK TEKNIS
PENYUSUNAN STUDI
DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED)
FASILITAS PELABUHAN LAUT
November 2016
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Direktorat Kepelabuhanan
PRAKATA
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran mengamanatkan perlunya penyediaan
infrastruktur pelabuhan sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi. Pembangunan pelabuhan tersebut harus
direncanakan secara tepat, memenuhi persyaratan teknis
kepelabuhanan, kelestarian lingkungan dan memperhatikan
keterpaduan intra dan antar moda transportasi. Karena itu dalam rangka
merencanakan suatu pelabuhan perlu dilakukan keseragaman teknis
sehingga mempermudah dan meningkatkan efisiensi dalam proses
perencanaan sebelum dilakukan pelaksanaan pembangunan.
Tim Penyusun
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering dan Desain (DED)
Direktorat Kepelabuhanan
Kementerian Perhubungan
Pengarah
Halaman:
DAFTAR ISI i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1-1
1.2 Dasar Hukum 1-2
1.3 Ruang Lingkup 1-3
1.4 Maksud Tujuan 1-3
1.5 Ketentuan Umum 1-3
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
i Laut
BAB 5 LAPORAN STUDI DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) FASILITAS
PELABUHAN LAUT
5.1 Indikator Keluaran 5-1
5.2 Keluaran (Kuantitatif) 5-1
BAB 7 PENUTUP
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
ii Laut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia terdiri atas
ribuan pulau besar dan kecil. Di antara pulau-pulau tersebut masih terdapat daerah yang
terisolasi, terpencil, tertinggal dan belum berkembang serta belum terjangkau oleh sarana
transportasi yang memadai. Sementara beberapa daerah lainnya sangat mengandalkan
transportasi laut namun belum memiliki infrastruktur yang dibutuhkan.
Transportasi laut sebagai bagian dari sistem transportasi nasional terus dikembangkan
dalam rangka mewujudkan prinsip Wawasan Nusantara untuk mempersatukan seluruh
wilayah teritorial Indonesia. Transportasi merupakan kegiatan yang vital dalam mendukung
perekonomian suatu bangsa. Dengan semakin meningkatnya kualitas sistem dan jaringan
transportasi, akan meningkat pula interaksi di antara pelaku ekonomi yang pada gilirannya
dapat memajukan perekonomian di seluruh wilayah negara.
Oleh karena itu, pembangunan pelabuhan sebagai infrastruktur utama pada sub sektor
perhubungan laut, akan terus dilaksanakan untuk menunjang pergerakan penumpang,
petikemas, general cargo, pelayaran perintis, pelayaran lokal maupun pelayaran rakyat.
Oleh karena itu, pengembangan pelabuhan sesuai dengan masterplan yang telah
direncanakan perlu dilakukan sesuai dengan prediksi demand yang telah diprediksi. Maka
untuk mengakomodir pengembangan pelabuhan diperlukan adanya Detail Engeneering
Design (DED) untuk merencanakan pengembangan pelabuhan yang sesuai kebutuhan
dan optimum sesuai fungsinya.
Dasar hukum penyusunan petunjuk teknis penyusunan studi Detail Engeneering Design
(DED) Fasilitas Pelabuhan Laut adalah sebagai berikut:
b. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang Berkaitan dengan
Kegagalan Bangunan;
g. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016;
Ruang lingkup petunjuk teknis ini mencakup seluruh kegiatan dan tahapan yang diperlukan
dalam rangka penyusunan studi Detail Engeneering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan Laut
yang berdasarkan sumber pendanaan sebagai berikut :
Maksud dan tujuan dari disusunnya petunjuk teknis penyusunan studi Detail Engeneering
Design (DED) fasilitas pelabuhan laut adalah untuk menyusun sebuah dokumen yang bersisi
tentang pedoman dalam penyusunan studi Detail Engeneering Design (DED) fasilitas
pelabuhan laut sehingga terciptanya dokumen perencanaan pembangunan fasilitas
pelabuhan laut yang sesuai dengan teknis kepelabuhanan.
Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan Laut merupakan bagian dari Rencana
Teknis Pengembangan Perhubungan (RTPP) yang berada pada Tahap Desain, bersifat
teknis dan berskala (terukur).
Secara umum, prosedur penyusunan Detail Engineering Desain (DED) mencakup 3 tahapan
yaitu persiapan, perencanaan teknis dan pengesahan dokumen perencanaan. Masing –
masing tahapan tersebut secara rinci dapat dilihat pada diagram alir perencanaan teknis
kegiatan penyusunan dokumen Detail Engineering Desain (DED) sebagai berikut:
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
PERSIAPAN PERENCANAAN TEKNIS PENGESAHAN
DOKUMEN DED
DIREKTUR JENDERAL
PERHUBUNGAN LAUT
PERHITUNGAN
STRUKTUR
KONTRAK
KONSULTAN
Secara detail diagram alir perencanaan Detail Engineering Desain (DED) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
Selanjutnya, Direktorat Kepelabuhanan akan berkoordinasi dengan Penyelenggara
Pelabuhan/Pemerintah Daerah/stakeholder terkait untuk proses penyusunan Detail
Engineering Desain (DED).
c. Tahapan Persetujuan DED, kegiatan tahapan ini adalah pengesahan dokumen DED
oleh Direktur Kepelabuhanan setelah proses evaluasi oleh subdit Perancangan dan
Program Pembangunan Fasilitas Pelabuhan untuk selanjutnya diserahkan kepada
Kepala Unit Pelaksana Teknis sebagai dokumen pelaksanaan pembangunan
Pekerjaan Detail Engineering Desain (DED) fasilitas pelabuhan laut dimaksudkan untuk
perencanaan pengembangan dan rehabilitasi pelabuhan Sedangkan Tujuan kegiatan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
menyusun studi Detail Engineering Desain (DED) fasilitas pelabuhan laut adalah sebagai
berikut :
2. Mendapatkan gambaran mengenai kondisi hidrografi dan topografi lahan dari lokasi
pembangunan dan pengembangan pelabuhan.
Rancangan Rinci
(Detailed Desgin/
Studi Kelayakan Engineering Design)
(Feasibility Study)
Studi Amdal/UKL-UPL
1. Lokasi kegiatan rencana studi Detail Engineering Desain (DED) fasilitas pelabuhan
laut tercantum pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional;
2. Kondisi fasilitas pelabuhan telah mengalami kerusakan dengan melampirkan foto-foto
fasilitas pelabuhan yang mengalami kerusakan;
3. Memiliki dokumen Rencana Induk Pelabuhan.
Jika salah satu persyaratan tidak dipenuhi, maka penyusunan studi Detail Engineering
Desain (DED) fasilitas pelabuhan laut tidak sesuai dengan proses perencanaan yang
diperlukan/ tidak dapat dilaksankan.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
f. Dokumen perhitungan detail desain konstruksi untuk fasilitas pengembangan dan
perhitungan performa konstruksi fasilitas eksisting serta prediksi performa fasilitas
eksisting pada jangka pendek, menengah, dan panjang;
g. Dokumen Gambar Desain Rencana Fasilitas Pelabuhan Pokok dan Penunjang
hingga sesuai dengan performa semula;
h. Dokumen Spesifikasi Teknis;
i. Dokumen Bill of Quantity (BOQ) pembangunan fasilitas pelabuhan hingga sesuai
dengan performa semula
Resume dokumen Rencana Induk Pelabuhan (RIP) yang mencangkup data dan analisa
potensi wilayah hinterland pelabuhan, kriteria peruntukkan pelabuhan, arah
pengembangan pelabuhan jangka pendek, menengah, dan panjang, serta kapasitas
kriteria desain pelabuhan jangka pendek, menengah, dan panjang, Dokumen Gambar
Desain Rencana Fasilitas Pelabuhan Pokok dan Penunjang sampai dengan kebutuhan
pengembangan, Dokumen Spesifikasi Teknis, Dokumen Bill of Quantity (BOQ)
pembangunan fasilitas pelabuhan sampai dengan kebutuhan pengembangan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
BAB III
Survei
Bathimetri dan
Topografi
pengumpulan data sondir
sekunder dan
metodologi
Arus
laboratorium
Survei fasilitas
eksis.ng : Sample air (salinitas
dan sedimen layang)
Hammer Test dan sedimen dasar
Core Drill pengujian proper@
(compressive strength material (tanah
test) @mbunan, batu,
Pengujian Tulangan agregat, dll)
Terpasang (Rebar
Scan)
Tes Karbonasi
Pengujian Site Specific
Tes frekuensi struktur Response*
(accelerometer)
PIT (pile integrity
test) / SST (Seismic
Shock Test), dll
CBR dan Sand Cone
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
3.1 SURVEI PENDAHULUAN (SURVEY RECONNAISSANCE)
1. Mendapatkan data dan informasi terkait kondisi eksisting fasilitas pelabuhan meliputi
seluruh elemen struktur fasilitas pelabuhan (balok, tiang pancang, lantai dan poer) untuk
dermaga dan trestle, talud dan perkerasan jalan untuk causeway dan kondisi fasilitas
darat pelabuhan. Pengamatan pada dermaga dan trestle dilakukan pada bagian atas
dermaga maupun pada bagian bawah dermaga.
3. Luas area yang perlu dijadikan obyek survey hidrografi maupun topografi dan dilakukan
pengukuran dengan hand load guna mengetahui kedalaman pada beberapa tempat
yang diperlukan.
4. Di samping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi kajian terhadap
dokumen Rencana Induk Pelabuhan, Survei Investigasi Desain, Gambar As Build
Drawing, dan dokumen teknis lainnya yang diperlukan.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
3.3 SURVEY FASILITAS EKSISTING
Penyajian kondisi fasilitas pelabuhan eksisting dapat dilihat pada form lampiran 1
Penilaian terhadap kondisi eksisting faslitas pelabuhan sangat penting dilakukan untuk
mengetahui kekuatan struktur fasilitas pelabuhan yang ditinjau. Survey struktur fasilitas
pelabuhan eksisting merupakan pengambilan sampel dan laboratory test untuk
mendapatkan perkiraan kondisi komponen struktur terpasang akibat penurunan kekuatan
struktur. Jenis pengujian yang dimaksud meliputi:
Tabel 3.5
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
Beton Tipe N dan NR
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
5 Pengujian frekuensi Pengujian ini dilaksanakan untuk
struktur mengetahui frekuensi alami struktur
menggunakan sehingga perilaku struktur dermaga
accelerometer dapat dianalisa. Defleksi maksimum
yang terjadi pada struktur dapat
dianalisa melalui pengujian ini
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
c. lokasi-lokasi bidang uji harus ditentukan sesuai dengan dimensi elemen struktur dan
jumlah nilai uji yang diperlukan untuk perhitungan perkiraan kekuatan beton;
d. permukaan bidang uji diberi tanda batas lokasi untuk titik-titik uji dengan minimum
berukuran seluas 100 x 100 mm2 ;
e. permukaan bidang uji yang kasar harus digerinda halus sebelum diuji ; bidang uji
pada struktur yang berumur lebih dari enam bulan harus digerinda rata sampai
kedalaman 5 mm sebelum diuji, jika hasil ujinya akan dibandingkan dengan hasil uji
beton yang berumur lebih muda
f. Arah pukulan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
g. arah pukulan pada suatu lokasi bidang uji harus sama ;
h. pada pengujian dengan arah pukulan tidak horisontal, nilai lenting rata-rata harus
dikoreksi dengan nilai inklinasi sesuai dengan petunjuk penggunaan alat hammer
test yang bersangkutan
Perkiraan Kuat Tekanan berdasarkan nilai lenting yang diperoleh atau yang telah
dikoreksi nilai inklinasinya dengan menggunakan table atau kurva korelasi pada petunjuk
penggunaan alat Hammer yang dipakai menguji. Cara pengujian hammer test yaitu :
a. tentukan lokasi bidang uji pada elemen struktur yang akan diperiksa dan diberi tanda
batas yang jelas;
b. bersihkan permukaan bidang uji dari plesteran atau pelapis pelindung lainnya ;
c. ratakan permukaan bidang uji dengan gerinda
d. sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang
uji ;
e. secara perlahan tekankan hammer dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi
pukulan pada titik uji ;
f. lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara titik-
titik pukulan 25 mm ;
g. catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala ;
h. hitung nilai rata-rata pembacaan ;
i. nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak
boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya ;
j. semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai
pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya ;
k. koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah pukulan tidak horisontal
l. hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan
tabel atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan Hammer yang
bersangkutan;
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
2. PENGUJIAN BETON INTI (CORE DRILL TEST)
Pengambilan dan Pengujian kuat tekan beton inti pemboran adalah pengujian yang
bersifat semi destructive dengan maksud untuk memperkirakan nilai kuat tekan
beton. Metode ini berdasarkan SNI-03-2492-2002 tentang Pengambilan dan
Pengujian Beton Inti beserta perubahannya, dimana dalam pelaksanaannya
pengujian ini dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pengujian lapangan adalah
suatu kegiatan pengambilan contoh benda uji dengan mengambil inti beton pada
komponen struktur. Contoh benda uji diambil menggunakan peralatan core drill,
dengan persyaratan contoh benda uji sebagai berikut:
1) Diambil pada komponen struktur dengan umur beton tidak boleh kurang dari 14
hari
2) contoh benda uji yang cacat (terlalu banyak rongga), adanya serpihan/ agregat
kasar terlepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi tidak
boleh digunakan
3) diameter benda uji tidak boleh kurang dari 90 mm
4) benda uji harus L/ Φ > 0,95, dimana L = panjang, dan Φ = diameter benda uji
5) baja tulangan letaknya harus tegak lurus terhadap sumbu benda uji
6) jumlah baja tulangan tidak boleh lebih dari dua batang
Pengujian dilakukan di laboratorium terhadap benda uji silinder yang diambil
dilapangan dengan menggunakan alat bor inti (core drill) dengan diameter 10 cm.
jumlah benda uji mengikuti ketentuan sebagai berikut :
Balok Poer
Pelat Lantai
3 titik uji untuk mewakili 3 titik uji untuk mewakili
3 titik uji untuk mewakili
satu segmen dan / atau satu segmen dan / atau
satu segmen dan / atau
tahun pembangunan tahun pembangunan
tahun pembangunan
konstruksi dermaga/trestle konstruksi dermaga/trestle
konstruksi dermaga/trestle
3. PENGUJIAN KARBONASI
Karbonasi adalah satu penyebab utama perkaratan tulangan beton disamping klorida.
Akibat persenyawaan karbondioksida (CO2) dengan senyawa-senyawa hidroksida alkali
dalam beton. Proses karbonasi akan menurunkan nilai pH (eksponen hydrogen) dalam
beton sampai pada batas dimana tulangan akan berkarat.karbondioksida yang terlarut
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
dalam air akan membentuk asam-asam karbonat yang mana akan berpindah ke
tulangan beton dan menyebabkan perkaratan jika beton memiliki kualitas rendah (beton
porus, kandungan semen rendah atau water-cement ratio terlalu tinggi)
Pengujian ini dilakukan dengan menyemprotkan larutan Phenolpthaline pada benda uji
silinder yang diperoleh dari hasil core masing-masing komponen struktur. Larutan
Phenolpthaline merupakan indicator asam-basa yang mana akan menunjukkan
perubahan pH pada permukaan beton. Indicator akan berubah menjadi berwarna merah
muda (pink) jika disemprotkan pada beton berkarbonasi rendah atau tidak berkarbonasi
(pH tinggi). Sebaliknya indicator tetap tidak berwarna jika disemprotkan pada beton
berkarbonasi tinggi (pH rendah)
Metode pengujian :
a. Permukaan beton yang diuji dibersihkan dari kotoran dengan batu gerinda dan
dicuci. Jika benda uji berupa silinder hasil pemboran inti, permukaanya harus
dibersihkan dari debu sisa-sisa pemboran dengan hasil pencucian
b. Semprotkan reagen secara merata pada permukaan benda uji dan perhatikan reaksi
yang terjadi. Catat perubahan warna dan dokumentasikan hasilnya dengan foto-foto
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
Uji half-cell potential adalah uji semi-destructive dengan teknik elektro-kimiawi yang
umum digunakan untuk menaksir laju korosi/perkaratn pada suatu bahan metal
seperti tulangan beton.
Uji HCP dapat dilaksanakan dengan cepat dan relatif murah karena hanya perlu
membuka sebagian komponen konstruksi yang diperiksa/ diuji. Metode ini
memberikan informasi yang berharga dalam penilaian perkaratan pada tulangan
beton dan memberikan dukungan terhadap jaminan mutu perbaikan struktur serta
penaksiran umur layan (service life) yang masih tersisa
Berikut skema uji HCP pada tulangan beton
Uji integritas tiang dikembangkan berdasarkan persamaan gelombang satu dimensi. Alat
uji terdiri dari sebuah palu genggam yang terbuat dari bahan yang dilengkapi dengan
penyesuaian, penguat dan pen-digitasi-an sinyal.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
a. Prosedur Pengujian Pile Integrity Test (PIT)
Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu menghaluskan permukaan tiang yang
diuji untuk dapat menempatkan akselometer dan penempatan palu. Kemudian
akseslometer dipasang/dilekatkan pada permukaan tiang dan pukulan palu
dilakukan. Pemukulan menimbulkan gelombang tekan atau gelombang akustik
beregangan kecil (low strain stress wave). Akselerasi gelombang tekan yang
ditangkap oleh akselerometer diteruskan ke computer yang akan mengintegrasikan
akselerasi terhadap waktu untuk memperoleh sinyal kecepatan gelombang tekan.
Hasilnya berupa grafik gelombang tekan terhadap waktu (time domain).
Selain kedalaman tiang pancang, test PIT dapat memperkirakan ada/tidak adanya
kerusakan dan/atau perubahan penampang tiang.
Berikut adalah alat uji Thickness Gauge yang dapat digunakan dalam pengujian tebal
tiang pancang
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!! Laut
Gambar 3.5 Alat Uji Thickness Gauge
Kegiatan yang dilakukan pada saat survei penyelidikan tanah antara lain:
1. Boring laut minimal sebanyak 4 titik (titik boring disesuaikan dengan kondisi lapangan
serta seuai dengan hasil arahan tim evaluasi teknis)
2. Sondir darat minimal sebanyak 3 titik (titik sondir dilakukan sesuai rencana tataletak
fasilitas pelabuhan pada area darat yang memerlukan daya dukung tanah seperti
causeway, talud, reklamasi, gedung kantor dll)sert
3. Uji lapangan : Undisturbed dan Disturbed
4. Uji laboratorium : Undisturbed dan Disturbed
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
Gambar 3.13 Pelaksanaan Boring laut
1. Pengujian SPT (Standard Penetration Test), yang dilakukan pada setiap interval
kedalaman 2 meter.
2. Pengambilan contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) setiap interval 5 meter
atau sekitar 8 sampel pada setiap titik bor sehingga total terdapat 15 sampel.
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan menggunakan tabung
contoh tanah yang berdiameter 76 mm dengan panjang 60 cm, serta memiliki area ratio
<10 %. Pengambilan contoh tanah ini dilakukan setiap 5 m dan dilakukan sebelum
pengujian SPT. Tabung yang berisi contoh tanah tersebut kemudian ditutup dengan lilin
agar kondisi tanah tetap terjaga dari penguapan. Selanjutnya tabung tersebut diberi
tanda berupa nomor titik, kedalaman dan tanggal pengambilan. Contoh tanah ini
selanjutnya akan diuji di laboratorium. Dari hasil uji di laboratorium ini akan diperoleh
parameter-parameter tanah yang merupakan salah satu parameter desain struktur.
3. Pengujian SPT dilakukan melalui pemukulan tabung belah “AWX-24” dengan standar
hammer seberat 63.5 kg yang dijatuhkan setinggi 76 cm. Jumlah pukulan yang
diperlukan untuk 3x15 cm penetrasi ke dalam tanah tercatat. Jumlah dari pemukulan 30
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
cm terakhir merupakan nilai SPT-N (banyaknya pukulan per 30 cm). Disamping untuk
mendapatkan contoh tanah terganggu, SPT juga menggambarkan kekuatan tanah yang
dijumpai.
4. Standar yang digunakan dalam prosedur pengerjaan boring beserta peralatannya
meliputi:
a. ASTM D-420-87; ”Standard Guide for Investigating and Sampling Soil and Rock”.
b. ASTM D-1452-80; ”Standard Practice for Soil Investigation and Sampling by Auger
Borings”
c. ASTM D-2488-84; ”Standard Practice for Description and Identification of Soil”.
d. ASTM D-1586-84; ”Standard Method for Penetration Tes and Split Barrel Sampling
of Soil”.
e. ASTM D-1587-83; ”Standard Practice for Thin Walled Tube Sampling of Soil”.
5. Pengambilan Sampel (Tidak)Terganggu / (Un)Disturbed
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama
kalinya diambil sampel pada kedalaman – 3 m dari muka tanah yang bersangkutan.
Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler
ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal
tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler
terbuat dari baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan Degree of
disturbance:
A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 %
ID2
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah
adalah:
a. Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa
pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi untuk
membersihkan sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit
sebelum diadakan pengambilan sampel.
b. Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk
menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa pengeboran
(sludge)
c. Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah
dengan tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati,
continuous (single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
diberi kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala
tabung (connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung
dengan pukulan.
d. Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 3600 untuk
melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari
dalam tabung.
e. Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu
kemudian diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung.
Tebal parafin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3
cm.
f. Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan dengan
hati-hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian
sampel sisanya yang belum diuji.
g. Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda
temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin pengujian
dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi pengeboran (bila
terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).
h. Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan cara
biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil dengan alat
piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler atau core cutter
sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.
6. Pengambilan nilai N-SPT dilakukan setiap 2 m dari atas permukaan tanah sampai pada
kedalaman yang ditentukan.
Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea bed, SPT kedua dan
selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman -3 meter
dari sea bed (interval 2 meter).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
a. Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID 138 inch,
panjang 24 inch menggunakan split spoon sampler type.
b. Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5 kg),
tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (±75 cm).
c. Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar lubang.
Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang ada di dasar
lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), h.2), h.3).
d. Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge yang
terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel diadakan
klasifikasi. Sample distrubed sebanyak 300 sample harus disimpan. Unified soil
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
classification dipergunakan untuk menyusun soil description atau lithology. Tanah
tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu sampel harus dimasukkan
dalam kantong plastik yang ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring
dan kedalamannya.
e. Untuk kedalaman boring sedalam 30 m/titik maka percobaan SPT dihentikan setelah
didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut (pengeboran tetap
dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari seabed dengan memakai core tube
system/diamond bit). Jika pada kondisi lapangan tidak ditemukan nilai NSPT 60
hingga kedalaman 30 meter maka pekerjaan pengeboran harus dihentikan dan
segera dilaporkan ke pemilik pekerjaan dan dapat melanjutkan pekerjaan setelah
mendapat persetujuan dari pemilik pekerjaan.
3.4.2 Sondir
Penyondiran adalah proses pemasukan suatu batang tusuk ke dalam tanah, dengan
bantuan manometer yang terdapat pada alat sondir untuk mengetahui kekuatan suatu tanah
pada kedalaman tertentu. Sehingga, dapat diketahui bahwa dari berbagai lapisan tanah
memiliki kekuatan yang berbeda. Data lapangan yang didapat berupa data perlawanan
konus (qc), dimana qc adalah perlawanan penetrasi konus atau perlawanan tanah terhadap
ujung konus yang dinyatakan dalam gaya per satuan luas (kg/cm2). Berikut Berikut rumus
yang digunakan dalam perhitungan data hasil survei.
Pekerjaan sondir akan dilaksanakan pada 3 (tiga) titik yang lokasinya akan ditentukan
setelah tata letak layout fasilitas darat disetujui oleh Tim Evaluasi Direktorat Kepelabuhanan.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
b. Uni-axial compression strength
c. Point load strength test
Standard kegiatan yang dapat merujuk pada Standard SNI yang berlaku untuk metode tes
penyelidikan tanah, dengan merujuk pada ASTM D420 – D5779.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
BAB IV
Analisa Arus
Analisa Kapasitas Analisa Perhitungan
hasil Daya Dukung Aksial Struktur Rehabilitasi/
pengumpulan Tarik Pondasi Pengembangan
data sekunder Analisa Sedimen Fasilitas Pelabuhan
Berisikan perbandingan antara hasil studi terdahulu di lokasi terkait dengan kondisi
terkini di lapangan. Analisa dilakukan secara umum dengan hasil yaitu
memperkuat/melemahkan hasil kesimpulan studi terdahulu dengan kondisi terkini
yang didapat, perbandingan antara data sekunder terkini dengan data sekunder
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Desain (DED) Fasilitas
!-!
Pelabuhan Laut
pada studi terdahulu serta kesimpulan apakah data sekunder terkini yang didapat
mempengaruhi analisa yang dilakukan pada studi terdahulu.
Tabel 4.1
Analisa Hasil Kajian Studi Terdahulu dan Data Sekunder
3 Data arus barang dan penumpang RIP yang dibandingkan dengan data
kepalabuhanan administrasi pengelolaan pelabuhan
c. Perhitungan pada tc dari faktor koreksi modulasi titik f dan u dan argumen
astronomis V, untuk semua konstituen dalam pake data konstituen;
e. Konstruksi dan solusi relatif terhadap waktu tc dari matriks least square
(untuk tinggi muka air atau setiap x (Timur/Barat) dan y (Utara/Selatan)
komponen arus). Detil kecocokan, seperti estimasi galat, rata-rata, standar
deviasi, bilangan kondisi matriks dan nilai residu akar rata-rata kuadrat
dapat diberikan, bersamasama dengan parameter Cj dan Sj dari amplitudo
dan fase konstituen yang dapat dihitung.
h. Keluaran data.
Dalam metode admiralty menjabarkan 4 konstituen utama yaitu M2, S2, O1 dan
K1 yang dijabarkan secara eksplisit dan faktor koreksi diperbolehkan dalam
perhitungan dampak dari konstuen yang diperoleh dari fenomena astronomis
dan peraiaran dangkal. Metode ini digunakan khusus ketika konstituen harmonic
diperoleh dari Tabel Pasang Surut Admiralty. Metode admiralty merupakan cara
yang disederhanakan dan cepat untuk memprediksi dan menganalisa pasang
surut
Metode ini mengasumsikan bahwa fungsi respon pasang surut (seperti rasio
amplitudo dan fase berbeda antara gaya-gaya yang dihasilkan dan pasang surut
hasil pengamatan) adalah sama untuk konstituen pasang surut yang
frekuensinya hampir sama.
Analisa arus dilakukan pada setiap lapisan kedalaman yang diukur. Data
pengamatan arus divisualisasikan dalam bentuk diagram polar dan vector arus yang
direpresentasikan menurut waktu (time series) sehingga dapat diketahui distribusi
kekuatan dan arah arus di area survey.
Sedimen dapat berasal dari erosi garis pantai dan daratan yang dibawa oleh sungai,
dan dari laut dalam yang terbawa arus ke daerah pantai. Transportasi sedimen
adalah gerak partikel yang dibangkitkan oleh gaya yang bekerja. Transport sediment
merupakan hubungan aliran air dan partikel-partikel sedimen. Sifat-sifat sedimen
yang sangat penting dalam proses transportasi sedimen adalah ukuran partikel dan
distribusi butir sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endapan, dan ketahanan
Data angin di lokasi studi sangat diperlukan untuk memperkirakan tinggi dan arah
gelombang di lokasi studi. Data angina akan digunakan dalam peramalan gelombang
sehingga diperoleh tinggi gelombang rencana. Data angina untuk prediksi
gelombang secara normal didapatkan melalui cara observasi langsung di titik fetch
dengan meproyeksi nilai di titik daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan
memiliki kecepatan dan arah angina yang relatif konstan dari pengamatan di darat.
Berikut tahapan analisa penentuan gelombang rencana :
E = HWS + 1/2H + F
Dimana:
HWS = Highest High Spring, elevasi pasang purnama tertinggi.
H = tinggi gelombang
F = free board, tinggi jagaan
Penyaluran beban oleh pondasi tiang dapat dilakukan melalui lekatan antara sisi
tiang dengan tanah di sekelilingnya (skin friction) dan atau daya dukungan tahanan
ujung dari tiang (end bearing). Secara umum, kapasitas aksial ultimit pondasi tiang
diperoleh melalui persamaan yang merupakan penjumlahan antara tahanan selimut
dan tahanan ujung sebagai berikut:
Qu = Qs + Qp = fs.As + qp.Ap
dengan:
Qs = α x cu x p x L
dengan,
α = faktor adhesi
cu = kuat geser undrained
dengan,
N c* = faktor daya dukung (O’Neill dan Reese, 1999)
= 6,5 untuk cu = 25 kPa
= 8,0 untuk cu = 50 kPa
= 9,0 untuk cu ≥ 100 kPa
Ap = luas penampang tiang
cu = rata-rata kuat geser undrained pada ujung tiang
Sedangkan untuk tanah berbutir kasar atau pasir secara umum , qb dirumuskan
sebagai berikut:
dengan
NSPTav = (N1+N2)/2
N1 = Harga rata-rata dari dasar ke 10D ke atas
N2 = Harga rata-rata dari dasar ke 4D ke bawah
l = Tebal lapisan tanah pasir
D = Diameter tiang
4.3.2 Aksial Analisa Kapasitas Daya Dukung Aksial Tarik Pondasi Tiang
Selain menerima gaya tekan, tiang pun dapat menerima gaya tarik akibat beban
lateral ataupun beban uplift pada tiang tersebut. Oleh karena itu perlu dianalisis
kekuatan tiang dalam menahan beban tarik. Formula yang digunakan adalah
sebagai berikut (Poulos & Davis, 1980):
2
𝑄𝑢 𝑝𝑢𝑙𝑙𝑜𝑢𝑡 = 𝑥 𝑄𝑠 + 𝑊𝑝
3
d4y d2y
EI + Q − P −W = 0
dx 4 dx 2
dengan
Q = Beban axial yang bekerja pada tiang
y = Defleksi lateral dari tiang pada x sepanjang panjang tiang
P = Soil Reaction per satuan panjang (tahanan tanah)
EI = Flexural rigidity
W = Distribusi beban sepanjang tiang
Dalam melakukan perencanaan pondasi tiang, ada beberapa persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi guna memastikan hasil desain tersebut dapat
Persyaratan
Jenis Analisis Keterangan
Minimum
SF = 2 Kondisi gempa
12 - 15 pukulan / 10
Final set pemancangan
mm
INPUT OUTPUT
ANALISA
Analisa Geoteknik Daya Dukung
Beban Operasional Tanah
EksisFng
Analisa Struktur EksisFng
Penilaian Struktur
EksisFng
Hasil survey
assessment struktur
Analisa Operasional Rekomendasi
Pelabuhan Perbaikan Struktur
eksisFng
hasil pengujian tanah
Indikator Keluaran dalam penyusunan studi Detail Engineering Design (DED) fasilitas
pelabuhan laut adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan data-data teknis dari hasil survey di lapangan dan hasil uji laboratorium
serta data-data meteorologi, akan diperoleh kesimpulan/kesan teknis terhadap kondisi
eksisting pelabuhan, sehingga dapat ditentukan alternatif
rekomendasi/pengembangan yang tepat dan paling menguntungkan dari segi teknis
operasional maupun keselamatan pelayaran.
b. Pengembangan/rehabilitasi pelabuhan akan meningkatkan pelayanan jasa
kepelabuhanan dan transportasi laut kepada masyarakat di sekitar lokasi.
c. Peningkatan aktivitas transportasi di wilayah setempat akan mendukung
perekonomian lokal maupun nasional.
Gambar Desain
Laporan
Laporan Antara Laporan Akhir
Pendahuluan
Spesifikasi Teknis
Hasil dan
Kajian Data Rencana
Analisa Survei
Sekunder dan Hasil dan
Penyelidikan
Studi Terdahulu Analisa
Tanah
Perhitungan +
Struktur
Rencana
Analisa dan Hasil Analisa Rehabilitasi/
Pengembangan Anggaran Biaya
Data Hidro- Kekuatan
oceanografi dan Struktur
Toporafi Eksisting
Ringkasan
Hasil Rekomendasi Eksekutif
pengamatan Rehabilitasi/ Kesimpulan
Visual Pengembangan
Rekomendasi
Assesment
Yang akan
dilaksanakan
Usulan Titik
Survey
Penyelidikan
Tanah
1. Di samping itu, dilakukan pula pengumpulan data-data sekunder meliputi kajian terhadap
dokumen Rencana Induk Pelabuhan, Survei Investigasi Desain, Gambar As Build
Drawing, dan dokumen teknis lainnya yang diperlukan;
2. Mendapatkan data dan informasi terkait kondisi eksisting fasilitas pelabuhan meliputi
seluruh elemen struktur fasilitas pelabuhan (balok, tiang pancang, lantai dan poer) untuk
dermaga dan trestle, talud, timbunan dan perkerasan jalan untuk causeway dan
reklamasi serta kondisi fasilitas darat pelabuhan. Pengamatan pada dermaga dan trestle
dilakukan pada bagian atas struktur maupun pada bagian bawah struktur.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
3. Pekerjaan survei hidrooceanografi dan topografi dilakukan untuk mendapatkan
gambaran tentang konfigurasi dasar laut/sungai disekitar pelabuhan rencana,
profil/potongan melintang pantai, laut/sungai dan areal darat, koordinat fasilitas
pelabuhan rencana, kedudukan pasang surut, kedudukan dan arah arus, arah
gelombang dominan, tinggi gelombang dan periode gelombang dan kondisi areal darat
beserta fasilitiasnya, serta pengambilan sampel sedimen dasar dan layang yang diuji
komposisinya di laboratorium.
5. Kondisi operasional pelabuhan yang ada berupa data jenis, ukuran dan jumlah kapal
eksisting dan kesesuaian dengan masterplan.
8. Hasil survey secara visual kondisi eksisting fasilitas pelabuhan, identifikasi kerusakan
dan permasalahan yang ada dan rencana penyelidikan detail yang akan dilakukan
selanjutnya
9. Kondisi konstruksi fasilitas eksisting, identifikasi penyebab kerusakan yang ada dan
penyelidikan yang akan dilakukan.
11. Semua berita acara dari semua tahapan dan penyelesaian pekerjaan lapangan.
12. Data sekunder, seperti gambaran umum wilayah studi, data operasional pelabuhan
selama beberapa tahun terakhir, hierarki dan proyeksinya dalam rencana induk
pelabuhan terkait, sejarah rehabilitasi dan pengembangan yang pernah dilakukan, dll.
I Pendahuluan
IV SURVEI TOPOGRAFI
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
V SURVEY HIDRO-OCEANOGRAFI
VI.1 Pendahuluan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
5.2.2 Laporan Antara (Interim Report)
I Pendahuluan
II METODOLOGI PENGUJIAN
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
II.2.1 Peralatan Yang Digunakan
III.5 Uji Integritas Tiang (Lokasi Uji, Hasil Uji dan Dokumentasi)
III.7 Uji Ketebalan Tiang (Lokasi Uji, Hasil Uji dan Dokumentasi)
V.1 Pendahuluan
V.1.5 Pembebanan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
V.3.4 Kapasitas Daya Dukung Latral Pondasi Tiang
I Pendahuluan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
II GAMBARAN UMUM PELABUHAN
IV.1 Pendahuluan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!! Laut
IV.6 Peramalan Transformasi Gelombang dengan Modul STWave
VI.6 Pembebaban
VII.6 Kesimpulan
VIII RAB
VIII.1 Umum
IX KESIMPULAN
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!! Laut
5.2.4 Gambar Desain
Sekurang-kurangnya isi gambar desain dapat mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor UM.008/82/20/DJPL-14 tentang Petunjuk Teknis Dan Tata Cara
Pengesahan Gambar Desain Rencana dan Spesifikasi Teknis Rencana Fasilitas Pelabuhan
di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
I PENDAHULUAN
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
II.4 Data Operasional Pelabuhan
III.5 Uji Integritas Tiang (Lokasi Uji, Hasil Uji dan Dokumentasi)
III.7 Uji Ketebalan Tiang (Lokasi Uji, Hasil Uji dan Dokumentasi)
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
IX.1 Pembebanan
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Design (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-!" Laut
BAB VI
Apabila dokumen studi SID dan DED fasilitas pelabuhan laut tidak layak untuk diperiksa
dikarenakan substansi yang dokumen tidak lengkap maka dokumen studi akan
dikembalikan kepada Perencana melalui Pemberi Tugas untuk diperbaiki/dilengkapi.
Selanjutnya Perencana harus melengkapi dokumen studi secara lengkap dan jelas apabila
dokumen studi tersebut dianggap tidak layak/tidak lengkap;
Apabila dokumen studi telah diperiksa berkali-kali dan masih terdapat hal-hal penting yang
belum dipenuhi/ memenuhi syarat, maka kepada Perencana dilakukan pemanggilan untuk
dapat berkomunikasi langsung kepada Direktorat Kepelabuhanan/ OP Utama. Apabila hal-
hal tersebut telah dilaksanakan namun masih terdapat kesalahan-kesalahan/Perencana
tidak dapat melengkapi/memperbaiki maka kepada Perencana dapat dilakukan teguran
dengan tembusan surat kepada Pemberi Tugas dan pihak asosiasi profesi yang memberi
rekomendasi pemberian sertifikat keahlian kepada tim ahli di Perencana tersebut.
1. Setiap lembar dokumen studi diberikan keterangan nama kegiatan dan nama
Perencana;
2. Untuk lembar pertama di setiap dokumen studi, sebagai administrasi proyek dibuatkan
Berita Acara Persetujuan antara Perencana yang terdiri dari :
a. Kolom pertama ditandatangani oleh Direktur Utama Konsultan Perencana;
b. Kolom kedua ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen;
3. Setiap lembar gambar desain harus ditandatangani oleh pihak Perencana, dengan
ketentuan :
a. Kolom pertama ditandatangani oleh Drafter (yang menggambar);
b. Kolom kedua ditandatangani oleh Perencana (yang merencanakan);
c. Kolom ketiga ditandatangani oleh Team leader (yang menyetujui);
4. Pada Gambar Tata Letak Fasilitas Pelabuhan ditandatangani oleh Direktur
Kepelabuhanan/Kepala OP dan setiap lembar gambar diberi stempel legalisasi;
5. Pada lembar pertama RKS ditandatangani oleh Direktur Kepelabuhanan/Kepala OP dan
diberi stempel legalisasi.
PENUTUP
Petunjuk Teknis ini merupakan pedoman/panduan dalam penyusunan dokumen studi (Detail
Engineering Desain) DED Fasilitas Pelabuhan Laut yang ditetapkan berdasarkan peraturan
yang berlaku untuk dapat dilaksanakan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
Petujuk Teknis ini dapat ditinjau ulang dan dilakukan penyempurnaan untuk keperluan
penyusunan dan proses penyusunan dokumen studi (Detail Engineering Desain) DED
Fasilitas Pelabuhan Laut.
Hal-hal yang belum diatur dalam petunjuk teknis ini akan diatur lebih lanjut.
Petunjuk Teknis Penyusunan Studi Detail Engineering Desain (DED) Fasilitas Pelabuhan
!-! Laut
LAMPIRAN