Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD )

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible.
Dimana kemampuan tubuh ginjal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolitmenyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah).
( KMB,Vol 2 hal 1448 )
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mil/min.
(Sutoyo et al 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. ( smeltzer & Bare,2001)
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat.
Azotemia adalah peningkatan BUN dan ditegakkan bila konsentrasi ureum
plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat gagal ginjal yang berat.
Gagal ginjal terminal adalah ketidakmamapuan renal berfungsi dengan
adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu dialisis dan transplantasi).
( Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga,2008 )

2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis ginjal kronis aantara lain:
a. Glumerulonefritis
b. Nefropati analgesic
c. Nefropati polikistik
d. Nefropati diabetic
e. Ginjal polikistik
Penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, gout dan tidak diketahui.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga,2008)
3. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1) Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh
ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif
dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC),
dan medikasi seperti steroid.
2) Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-
hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan,
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,
yang semakin memperburuk status uremik.
3) Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia
(NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan
ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4) Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.
5) Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat
dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan
mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu
juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang
secara normal dibuat di ginjal menurun.
6) Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon.

4. Manifestasi Klinik
1) Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa
sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek,
bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan
jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H
eritropoetin → Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak
mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia
normokrom normositer.
2) Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup
Dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) →
iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva
banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3) Kelainan mata
4) Kardiovaskuler :
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction Rub Pericardial
5) Kelainan kulit
a. Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
- Toksik uremia yang kurang terdialisis
- Peningkatan kadar kalium phosphor
- Alergi bahan-bahan dalam proses HD
b. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea
di bawah kulit.
c. Kulit mudah memar
d. Kulit kering dan bersisik
e. Rambut tipis dan kasar
6) Neuropsikiatri
7) Kelainan selaput serosa
8) Neurologi :
a. Kelemahan dan keletihan
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kejang
e. Kelemahan pada tungkai
f. rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan Perilaku
9) Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi
ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif.
Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut
pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus
mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom
Uremik
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan
dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit
nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi
sekresi ginjal.
b. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan
kelainan lainnya.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan biokimia plasma untuk meengetahui fungsi ginjal dan
gangguan elektrolit,mikroskopis urin, urin analisa, tes serologi untuk
mengetahui penyebab glumerulonefritis, dan tes – tes penyaringan
sebagai persiapan sebelum dialysis (biasanya hepatitis B dan HIV)
2) USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan
penyebab gagal ginjal, misal adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal.
Dapat pula dipakai foto polos abdomen. Jika ginjal lebih kecil
dibandingkan usia dan besar tubuh pasien maka lebih cenderung kea
rah gagal ginjal kronik.
3) Pemeriksaan laboratorium darah
BUN, keratin, elektrolit ( Na, K, Ca, Phosphat ) hematologi (Hb,
trombosit, Ht, leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
4) Pemeriksaan urine
Warna, PH, bau, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen)
( Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid Pertama)

6. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk meminimalkan komplikasi dan
memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab dan berbagai keadaan
yang memperburuk gagal ginjal kronik harus segera dikoreksi.
Diet rendah protein ( 0,4 – 0,8 gr/ kg BB ) bisa memperlambat
perkembangan gagal ginjal kronik. Tambahanvitamin B dan C diberikan
jika penderita menjalani diet ketat atau menjalani dianalisa.
Pada penderita gagal ginjal kronik biasanya kadar trigliserida
dalam darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi seperti stroke dan seranagan jantung. Untuk menurunkan
kadar trigliserida diberikan gemfibrozil.
Kadar asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya
kadar garam (natrium) dalam darah. Asupan garam biasanya tidak
dibatasi kecuali jika ada edema ( penimbunan cairan di dalam jaringan )
atau hipertensi.
Makanan kaya kalsium harus dihindari Hiperkalsemia ( tingginya
kadar kalsium dalam darah ) sangat berbahaya karena meningkatkan
risiko terjadinya gangguan irama jantung atau cardiac arrest.
Jika kadar kalium terlalu tinggi maka berikan saja natrium
polisteren sulfonat untuk mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang
bersama tinja.
Kadar fosfat dalam darah dikeendalikan dengan membatasi asupan
makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang
– kacangan dan minuman ringan. Bias diberikan obat – obatan yang
mengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat dan aluminium
hidroksida.
Anemia terjadi karena gagal ginjal menghasilkan eritropoetion
dalam darah mencukupi. Tranfusi darah hanya diberikan jika anemianya
berat atau menimbulkan gejala.
Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk sementara
waktu bisa diatasi dengan tranfusi sel darah merah atau platelet atau
dengan obat – obatan ( demopresin atau estrogen).
Gejala gagal jantung biasanya terjadi akibat penimbunan cairan
dan natrium. Pada keadaan ini dilakukan pembatasan asupan natriumatau
diberikan diuretic misalnya furosemid, bumetanid, torsemid.

7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis
c. Hipertensi
d. Anemia
e. Penyakit tulang

8. Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat
lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan terjadi yang sangat mencolok
adalah berkat peningkatan perhatian terhadap masalah kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepadsa pengobatan masalah medis dengan sempurnadan
mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (injeksi,
kehamilan).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :
 Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing / darah pada rongga mulut
3) Adanya sekret
 Breathing
1) Pasien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
3) Dispnea
4) Nafas berbau amoniak
 Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6) Capillary refill > 3 detik
7) Akral dingin
8) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
 Disability
Pemeriksaan neurologis GCS menurun bahkan terjadi koma,
kelemahan dan keletihan, onfusi, Disorientasi, Kejang,
Kelemahan pada tungkai.
b. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan
atau penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1) AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2) Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3) Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
c. Keluhan Utama
d. Riwayat kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
2) Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan
sepsis
3) Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis
4) Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6) Intoleransi aktivitas b.d keletihan / kelemahan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.

3. Rencana Intervensi
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
b/d kongesti paru, v Respiratory Status : Gas Airway Management
hipertensi pulmonal, exchange · Buka jalan nafas, guanakan teknik
penurunan perifer yang v Respiratory Status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
mengakibatkan asidosis ventilation · Posisikan pasien untuk
laktat dan penurunan curahv Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
jantung. Kriteria Hasil : · Identifikasi pasien perlunya
v Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
Definisi : Kelebihan atau peningkatan ventilasi dan · Pasang mayo bila perlu
kekurangan dalam oksigenasi yang adekuat · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
oksigenasi dan atau v Memelihara kebersihan paru · Keluarkan sekret dengan batuk atau
pengeluaran paru dan bebas dari tanda suction
karbondioksida di dalam tanda distress pernafasan · Auskultasi suara nafas, catat adanya
membran kapiler alveoli v Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
efektif dan suara nafas · Lakukan suction pada mayo
Batasan karakteristik : yang bersih, tidak ada · Berika bronkodilator bial perlu
- Gangguan penglihatan sianosis dan dyspneu
· Barikan pelembab udara
- Penurunan CO2 (mampu mengeluarkan · Atur intake untuk cairan
- Takikardi sputum, mampu bernafas mengoptimalkan keseimbangan.
- Hiperkapnia dengan mudah, tidak ada · Monitor respirasi dan status O2
- Keletihan pursed lips)
- somnolen Tanda tanda vital dalam Respiratory Monitoring
- Iritabilitas rentang normal · Monitor rata – rata, kedalaman,
- Hypoxia irama dan usaha respirasi
- kebingungan · Catat pergerakan dada,amati
- Dyspnoe kesimetrisan, penggunaan otot
- nasal faring tambahan, retraksi otot supraclavicular
- AGD Normal dan intercostal
- sianosis · Monitor suara nafas, seperti dengkur
- warna kulit abnormal · Monitor pola nafas : bradipena,
(pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
- Hipoksemia cheyne stokes, biot
- hiperkarbia · Catat lokasi trakea
- sakit kepala ketika · Monitor kelelahan otot diagfragma (
bangun gerakan paradoksis )
- frekuensi dan · Auskultasi suara nafas, catat area
kedalaman nafas abnormal penurunan / tidak adanya ventilasi dan
Faktor faktor yang suara tambahan
berhubungan : · Tentukan kebutuhan suction dengan
- ketidakseimbangan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
perfusi ventilasi jalan napas utama
perubahan membran · Uskultasi suara paru setelah tindakan
kapiler-alveolar untuk mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
v Monitro IV line
v Pertahankanjalan nafas paten
v Monitor AGD, tingkat elektrolit
v Monitor status hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
v Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
v Monitor pola respirasi
v Lakukan terapi oksigen
v Monitor status neurologi
v Tingkatkan oral hygiene

2 Penurunan curah jantung NOC : NIC :


b/d respon fisiologis otot · Cardiac Pump Cardiac Care
jantung, peningkatan effectiveness v Evaluasi adanya nyeri dada (
frekuensi, dilatasi, · Circulation Status intensitas,lokasi, durasi)
hipertrofi atau peningkatan· Vital Sign Status v Catat adanya disritmia jantung
isi sekuncup Kriteria Hasil: v Catat adanya tanda dan gejala penurunan
v Tanda Vital dalam rentang cardiac putput
normal (Tekanan darah, v Monitor status kardiovaskuler
Nadi, respirasi) v Monitor status pernafasan yang
v Dapat mentoleransi menandakan gagal jantung
aktivitas, tidak ada v Monitor abdomen sebagai indicator
kelelahan penurunan perfusi
v Tidak ada edema paru, v Monitor balance cairan
perifer, dan tidak ada asites
v Monitor adanya perubahan tekanan darah
Tidak ada penurunanv Monitor respon pasien terhadap efek
kesadaran pengobatan antiaritmia
v Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
v Monitor toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
§ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§ Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
§ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor adanya pulsus paradoksus
§ Monitor adanya pulsus alterans
§ Monitor jumlah dan irama jantung
§ Monitor bunyi jantung
§ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

3 Pola Nafas tidak efektif NOC : Fluid management


v Respiratory status : · Pertahankan catatan intake dan
Definisi : Pertukaran udara Ventilation output yang akurat
inspirasi dan/atau ekspirasiv Respiratory status : Airway · Pasang urin kateter jika diperlukan
tidak adekuat patency · Monitor hasil lAb yang sesuai
v Vital sign Status dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : osmolalitas urin )
- Penurunan tekanan v Mendemonstrasikan batuk
· Monitor status hemodinamik
inspirasi/ekspirasi efektif dan suara nafas termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
- Penurunan pertukaran yang bersih, tidak ada · Monitor vital sign
udara per menit sianosis dan dyspneu· Monitor indikasi retensi / kelebihan
- Menggunakan otot (mampu mengeluarkan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
pernafasan tambahan sputum, mampu bernafas vena leher, asites)
- Nasal flaring dengan mudah, tidak ada · Kaji lokasi dan luas edema
- Dyspnea pursed lips) · Monitor masukan makanan / cairan
- Orthopnea v Menunjukkan jalan nafas dan hitung intake kalori harian
- Perubahan penyimpangan yang paten (klien tidak · Monitor status nutrisi
dada merasa tercekik, irama · Berikan diuretik sesuai interuksi
- Nafas pendek nafas, frekuensi pernafasan
· Batasi masukan cairan pada keadaan
- Assumption of 3-point dalam rentang normal, hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
position tidak ada suara nafas 130 mEq/l
- Pernafasan pursed-lip abnormal) · Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- Tahap ekspirasi v Tanda Tanda vital dalam berlebih muncul memburuk
berlangsung sangat lama rentang normal (tekanan Fluid Monitoring
- Peningkatan diameter darah, nadi, pernafasan) · Tentukan riwayat jumlah dan tipe
anterior-posterior intake cairan dan eliminaSi
- Pernafasan rata- · Tentukan kemungkinan faktor resiko
rata/minimal dari ketidak seimbangan cairan
§ Bayi : < 25 atau > 60 (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
§ Usia 1-4 : < 20 atau > 30 renal, gagal jantung, diaporesis,
§ Usia 5-14 : < 14 atau > 25 disfungsi hati, dll )
§ Usia > 14 : < 11 atau > 24 · Monitor serum dan elektrolit urine
- Kedalaman pernafasan · Monitor serum dan osmilalitas urine
§ Dewasa volume tidalnya 500 · Monitor BP, HR, dan RR
ml saat istirahat · Monitor tekanan darah orthostatik
§ Bayi volume tidalnya 6-8 dan perubahan irama jantung
ml/Kg · Monitor parameter hemodinamik
- Timing rasio infasif
- Penurunan kapasitas vital · Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
Faktor yang berhubungan : · Monitor tanda dan gejala dari odema
- Hiperventilasi
- Deformitas tulang
- Kelainan bentuk dinding
dada
- Penurunan
energi/kelelahan
- Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
4 Kelebihan volume cairan NOC : NIC :
b/d berkurangnya curah v Electrolit and acid base Fluid management
jantung, retensi cairan dan balance · Timbang popok/pembalut jika
natrium oleh ginjal, v Fluid balance diperlukan
hipoperfusi ke jaringan · Pertahankan catatan intake dan
perifer dan hipertensi Kriteria Hasil: output yang akurat
pulmonal v Terbebas dari edema, efusi,· Pasang urin kateter jika diperlukan
anaskara · Monitor hasil lAb yang sesuai
Definisi : Retensi cairan v Bunyi nafas bersih, tidak dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
isotomik meningkat ada dyspneu/ortopneu osmolalitas urin )
Batasan karakteristik : v Terbebas dari distensi vena · Monitor status hemodinamik
- Berat badan meningkat jugularis, reflek termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
pada waktu yang singkat hepatojugular (+) · Monitor vital sign
- Asupan berlebihan v Memelihara tekanan vena · Monitor indikasi retensi / kelebihan
dibanding output sentral, tekanan kapiler cairan (cracles, CVP , edema, distensi
- Tekanan darah berubah, paru, output jantung dan vena leher, asites)
tekanan arteri pulmonalis vital sign dalam batas · Kaji lokasi dan luas edema
berubah, peningkatan CVP normal · Monitor masukan makanan / cairan
- Distensi vena jugularis v Terbebas dari kelelahan, dan hitung intake kalori harian
- Perubahan pada pola kecemasan atau · Monitor status nutrisi
nafas, dyspnoe/sesak nafas, kebingungan · Berikan diuretik sesuai interuksi
orthopnoe, suara nafas v Menjelaskanindikator · Batasi masukan cairan pada keadaan
abnormal (Rales atau kelebihan cairan hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
crakles), 130 mEq/l
kongestikemacetan paru, · Kolaborasi dokter jika tanda cairan
pleural effusion berlebih muncul memburuk
- Hb dan hematokrit
menurun, perubahan Fluid Monitoring
elektrolit, khususnya · Tentukan riwayat jumlah dan tipe
perubahan berat jenis intake cairan dan eliminaSi
- Suara jantung SIII · Tentukan kemungkinan faktor resiko
- Reflek hepatojugular dari ketidak seimbangan cairan
positif (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
- Oliguria, azotemia renal, gagal jantung, diaporesis,
- Perubahan status mental, disfungsi hati, dll )
kegelisahan, kecemasan · Monitor berat badan
· Monitor serum dan elektrolit urine
Faktor-faktor yang · Monitor serum dan osmilalitas urine
berhubungan : · Monitor BP, HR, dan RR
- Mekanisme pengaturan · Monitor tekanan darah orthostatik
melemah dan perubahan irama jantung
- Asupan cairan · Monitor parameter hemodinamik
berlebihan infasif
- Asupan natrium · Catat secara akutar intake dan output
berlebihan · Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
· Monitor tanda dan gejala dari odema

5 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan v Nutritional Status : food and Nutrition Management
tubuh Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil : § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi v Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan nutrisi
tidak cukup untuk badan sesuai dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
keperluan metabolisme v Berat badan ideal sesuai § Anjurkan pasien untuk meningkatkan
tubuh. dengan tinggi badan intake Fe
v Mampu mengidentifikasi § Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Batasan karakteristik : kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
- Berat badan 20 % atau v Tidak ada tanda tanda § Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal malnutrisi § Yakinkan diet yang dimakan
- Dilaporkan adanya intake Tidak terjadi penurunan mengandung tinggi serat untuk
makanan yang kurang dari berat badan yang berarti mencegah konstipasi
RDA (Recomended Daily § Berikan makanan yang terpilih (sudah
Allowance) dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Membran mukosa dan § Ajarkan pasien bagaimana membuat
konjungtiva pucat catatan makanan harian.
- Kelemahan otot yang § Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
digunakan untuk kalori
menelan/mengunyah § Berikan informasi tentang kebutuhan
- Luka, inflamasi pada nutrisi
rongga mulut § Kaji kemampuan pasien untuk
- Mudah merasa kenyang, mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
sesaat setelah mengunyah
makanan Nutrition Monitoring
- Dilaporkan atau fakta § BB pasien dalam batas normal
adanya kekurangan § Monitor adanya penurunan berat badan
makanan § Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Dilaporkan adanya biasa dilakukan
perubahan sensasi rasa § Monitor interaksi anak atau orangtua
- Perasaan ketidakmampuan selama makan
untuk mengunyah § Monitor lingkungan selama makan
makanan § Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Miskonsepsi tidak selama jam makan
- Kehilangan BB dengan § Monitor kulit kering dan perubahan
makanan cukup pigmentasi
- Keengganan untuk makan § Monitor turgor kulit
- Kram pada abdomen § Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Tonus otot jelek mudah patah
- Nyeri abdominal dengan § Monitor mual dan muntah
atau tanpa patologi § Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
- Kurang berminat terhadap dan kadar Ht
makanan § Monitor makanan kesukaan
- Pembuluh darah kapiler § Monitor pertumbuhan dan perkembangan
mulai rapuh § Monitor pucat, kemerahan, dan
- Diare dan atau steatorrhea kekeringan jaringan konjungtiva
- Kehilangan rambut yang § Monitor kalori dan intake nuntrisi
cukup banyak (rontok) § Catat adanya edema, hiperemik,
- Suara usus hiperaktif hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
- Kurangnya informasi, Catat jika lidah berwarna magenta,
misinformasi scarlet

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
6 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
curah jantung yang rendah,v Energy conservation
ketidakmampuan v Self Care : ADLs Energy Management
memenuhi metabolisme Kriteria Hasil : v Observasi adanya pembatasan klien
otot rangka, kongesti v Berpartisipasi dalam
pulmonal yang aktivitas fisik tanpa dalam melakukan aktivitas
menimbulkan hipoksinia, disertai peningkatan v Dorong anal untuk mengungkapkan
dyspneu dan status nutrisi tekanan darah, nadi dan
yang buruk selama sakit RR perasaan terhadap keterbatasan
v Mampu melakukan aktivitasv Kaji adanya factor yang menyebabkan
Intoleransi aktivitas b/d sehari hari (ADLs) secara
fatigue mandiri kelelahan
Definisi : Ketidakcukupan v Monitor nutrisi dan sumber energi
energu secara fisiologis tangadekuat
maupun psikologis untuk
meneruskan atau v Monitor pasien akan adanya kelelahan
menyelesaikan aktifitas fisik dan emosi secara berlebihan
yang diminta atau aktifitas
sehari hari. v Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
Batasan karakteristik :
v Monitor pola tidur dan lamanya
a. melaporkan secara verbal
adanya kelelahan atau tidur/istirahat pasien
kelemahan.
b. Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi Activity Therapy
terhadap aktifitas v Kolaborasikan dengan Tenaga
c. Perubahan EKG yang
menunjukkan aritmia atau Rehabilitasi Medik
iskemia dalammerencanakan progran terapi
d. Adanya dyspneu atau
yang tepat.
ketidaknyamanan saat
beraktivitas. v Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Faktor factor yang
berhubungan : v Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
· Tirah Baring atau yangsesuai dengan kemampuan fisik,
imobilisasi
· Kelemahan menyeluruh psikologi dan social
· Ketidakseimbangan v Bantu untuk mengidentifikasi dan
antara suplei oksigen
mendapatkan sumber yang diperlukan
dengan kebutuhan
· Gaya hidup yang untuk aktivitas yang diinginkan
dipertahankan. v Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
v Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
4. Penyimpangan KDM
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta: EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Ginanjar, Ihsan. 2010.http://www. patofisiologi.wordpress.com/2010/.../ckd-
chronic-kidney-disease/ diakses 21 Okttober 2010 jam 18.55 WIB
Inoves, Jeanny. 2010.http:ober//www.kesehatan.kompasiana.com/.../jurnal-ckd-
chronic-disease-kidney/ diakses 4 Desember 2010 jam 21.32 WIB
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Manjoer, arief dkk.2008.Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi
ketiga.Jakarta:Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai