2. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronis ginjal kronis aantara lain:
a. Glumerulonefritis
b. Nefropati analgesic
c. Nefropati polikistik
d. Nefropati diabetic
e. Ginjal polikistik
Penyebab lain seperti hipertensi, obstruksi, gout dan tidak diketahui.
(Kapita Selekta Kedokteran Jilid pertama edisi ketiga,2008)
3. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1) Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh
ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan
meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya
meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif
dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC),
dan medikasi seperti steroid.
2) Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan
urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal
yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-
hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan,
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi
aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium,
yang semakin memperburuk status uremik.
3) Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis
metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan
muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia
(NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan
ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4) Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal,
produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai
keletihan, angina dan sesak napas.
5) Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat
tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat
dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara
normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan
mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu
juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang
secara normal dibuat di ginjal menurun.
6) Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon.
4. Manifestasi Klinik
1) Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa
sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek,
bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan
jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H
eritropoetin → Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak
mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia
normokrom normositer.
2) Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup
Dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) →
iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva
banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
3) Kelainan mata
4) Kardiovaskuler :
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction Rub Pericardial
5) Kelainan kulit
a. Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
- Toksik uremia yang kurang terdialisis
- Peningkatan kadar kalium phosphor
- Alergi bahan-bahan dalam proses HD
b. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea
di bawah kulit.
c. Kulit mudah memar
d. Kulit kering dan bersisik
e. Rambut tipis dan kasar
6) Neuropsikiatri
7) Kelainan selaput serosa
8) Neurologi :
a. Kelemahan dan keletihan
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kejang
e. Kelemahan pada tungkai
f. rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan Perilaku
9) Kardiomegali.
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi
ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron progresif.
Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan efek berikut
pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus
mendekati nol, maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom
Uremik
Terdapat dua kelompok gejala klinis :
a. Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan
dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit
nitrogen dan metabolit lainnya, serta anemia akibat defisiensi
sekresi ginjal.
b. Gangguan kelainan CV, neuromuscular, saluran cerna dan
kelainan lainnya.
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan biokimia plasma untuk meengetahui fungsi ginjal dan
gangguan elektrolit,mikroskopis urin, urin analisa, tes serologi untuk
mengetahui penyebab glumerulonefritis, dan tes – tes penyaringan
sebagai persiapan sebelum dialysis (biasanya hepatitis B dan HIV)
2) USG ginjal sangat penting untuk mengetahui ukuran ginjal dan
penyebab gagal ginjal, misal adanya kista atau obstruksi pelvis ginjal.
Dapat pula dipakai foto polos abdomen. Jika ginjal lebih kecil
dibandingkan usia dan besar tubuh pasien maka lebih cenderung kea
rah gagal ginjal kronik.
3) Pemeriksaan laboratorium darah
BUN, keratin, elektrolit ( Na, K, Ca, Phosphat ) hematologi (Hb,
trombosit, Ht, leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
4) Pemeriksaan urine
Warna, PH, bau, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen)
( Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid Pertama)
6. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk meminimalkan komplikasi dan
memperlambat perkembangan penyakit. Penyebab dan berbagai keadaan
yang memperburuk gagal ginjal kronik harus segera dikoreksi.
Diet rendah protein ( 0,4 – 0,8 gr/ kg BB ) bisa memperlambat
perkembangan gagal ginjal kronik. Tambahanvitamin B dan C diberikan
jika penderita menjalani diet ketat atau menjalani dianalisa.
Pada penderita gagal ginjal kronik biasanya kadar trigliserida
dalam darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi seperti stroke dan seranagan jantung. Untuk menurunkan
kadar trigliserida diberikan gemfibrozil.
Kadar asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya
kadar garam (natrium) dalam darah. Asupan garam biasanya tidak
dibatasi kecuali jika ada edema ( penimbunan cairan di dalam jaringan )
atau hipertensi.
Makanan kaya kalsium harus dihindari Hiperkalsemia ( tingginya
kadar kalsium dalam darah ) sangat berbahaya karena meningkatkan
risiko terjadinya gangguan irama jantung atau cardiac arrest.
Jika kadar kalium terlalu tinggi maka berikan saja natrium
polisteren sulfonat untuk mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang
bersama tinja.
Kadar fosfat dalam darah dikeendalikan dengan membatasi asupan
makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang
– kacangan dan minuman ringan. Bias diberikan obat – obatan yang
mengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium asetat dan aluminium
hidroksida.
Anemia terjadi karena gagal ginjal menghasilkan eritropoetion
dalam darah mencukupi. Tranfusi darah hanya diberikan jika anemianya
berat atau menimbulkan gejala.
Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk sementara
waktu bisa diatasi dengan tranfusi sel darah merah atau platelet atau
dengan obat – obatan ( demopresin atau estrogen).
Gejala gagal jantung biasanya terjadi akibat penimbunan cairan
dan natrium. Pada keadaan ini dilakukan pembatasan asupan natriumatau
diberikan diuretic misalnya furosemid, bumetanid, torsemid.
7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis
c. Hipertensi
d. Anemia
e. Penyakit tulang
8. Pencegahan
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat
lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa
kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan terjadi yang sangat mencolok
adalah berkat peningkatan perhatian terhadap masalah kesehatan.
Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang
menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepadsa pengobatan masalah medis dengan sempurnadan
mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (injeksi,
kehamilan).
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :
Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing / darah pada rongga mulut
3) Adanya sekret
Breathing
1) Pasien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
3) Dispnea
4) Nafas berbau amoniak
Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6) Capillary refill > 3 detik
7) Akral dingin
8) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
Disability
Pemeriksaan neurologis GCS menurun bahkan terjadi koma,
kelemahan dan keletihan, onfusi, Disorientasi, Kejang,
Kelemahan pada tungkai.
b. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan
atau penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1) AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2) Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3) Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
c. Keluhan Utama
d. Riwayat kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
2) Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan
sepsis
3) Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis
4) Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6) Intoleransi aktivitas b.d keletihan / kelemahan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialysis.
3. Rencana Intervensi
N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN
1 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
b/d kongesti paru, v Respiratory Status : Gas Airway Management
hipertensi pulmonal, exchange · Buka jalan nafas, guanakan teknik
penurunan perifer yang v Respiratory Status : chin lift atau jaw thrust bila perlu
mengakibatkan asidosis ventilation · Posisikan pasien untuk
laktat dan penurunan curahv Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
jantung. Kriteria Hasil : · Identifikasi pasien perlunya
v Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan
Definisi : Kelebihan atau peningkatan ventilasi dan · Pasang mayo bila perlu
kekurangan dalam oksigenasi yang adekuat · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
oksigenasi dan atau v Memelihara kebersihan paru · Keluarkan sekret dengan batuk atau
pengeluaran paru dan bebas dari tanda suction
karbondioksida di dalam tanda distress pernafasan · Auskultasi suara nafas, catat adanya
membran kapiler alveoli v Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
efektif dan suara nafas · Lakukan suction pada mayo
Batasan karakteristik : yang bersih, tidak ada · Berika bronkodilator bial perlu
- Gangguan penglihatan sianosis dan dyspneu
· Barikan pelembab udara
- Penurunan CO2 (mampu mengeluarkan · Atur intake untuk cairan
- Takikardi sputum, mampu bernafas mengoptimalkan keseimbangan.
- Hiperkapnia dengan mudah, tidak ada · Monitor respirasi dan status O2
- Keletihan pursed lips)
- somnolen Tanda tanda vital dalam Respiratory Monitoring
- Iritabilitas rentang normal · Monitor rata – rata, kedalaman,
- Hypoxia irama dan usaha respirasi
- kebingungan · Catat pergerakan dada,amati
- Dyspnoe kesimetrisan, penggunaan otot
- nasal faring tambahan, retraksi otot supraclavicular
- AGD Normal dan intercostal
- sianosis · Monitor suara nafas, seperti dengkur
- warna kulit abnormal · Monitor pola nafas : bradipena,
(pucat, kehitaman) takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
- Hipoksemia cheyne stokes, biot
- hiperkarbia · Catat lokasi trakea
- sakit kepala ketika · Monitor kelelahan otot diagfragma (
bangun gerakan paradoksis )
- frekuensi dan · Auskultasi suara nafas, catat area
kedalaman nafas abnormal penurunan / tidak adanya ventilasi dan
Faktor faktor yang suara tambahan
berhubungan : · Tentukan kebutuhan suction dengan
- ketidakseimbangan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
perfusi ventilasi jalan napas utama
perubahan membran · Uskultasi suara paru setelah tindakan
kapiler-alveolar untuk mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
v Monitro IV line
v Pertahankanjalan nafas paten
v Monitor AGD, tingkat elektrolit
v Monitor status hemodinamik(CVP,
MAP, PAP)
v Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
v Monitor pola respirasi
v Lakukan terapi oksigen
v Monitor status neurologi
v Tingkatkan oral hygiene
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
6 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
curah jantung yang rendah,v Energy conservation
ketidakmampuan v Self Care : ADLs Energy Management
memenuhi metabolisme Kriteria Hasil : v Observasi adanya pembatasan klien
otot rangka, kongesti v Berpartisipasi dalam
pulmonal yang aktivitas fisik tanpa dalam melakukan aktivitas
menimbulkan hipoksinia, disertai peningkatan v Dorong anal untuk mengungkapkan
dyspneu dan status nutrisi tekanan darah, nadi dan
yang buruk selama sakit RR perasaan terhadap keterbatasan
v Mampu melakukan aktivitasv Kaji adanya factor yang menyebabkan
Intoleransi aktivitas b/d sehari hari (ADLs) secara
fatigue mandiri kelelahan
Definisi : Ketidakcukupan v Monitor nutrisi dan sumber energi
energu secara fisiologis tangadekuat
maupun psikologis untuk
meneruskan atau v Monitor pasien akan adanya kelelahan
menyelesaikan aktifitas fisik dan emosi secara berlebihan
yang diminta atau aktifitas
sehari hari. v Monitor respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
Batasan karakteristik :
v Monitor pola tidur dan lamanya
a. melaporkan secara verbal
adanya kelelahan atau tidur/istirahat pasien
kelemahan.
b. Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi Activity Therapy
terhadap aktifitas v Kolaborasikan dengan Tenaga
c. Perubahan EKG yang
menunjukkan aritmia atau Rehabilitasi Medik
iskemia dalammerencanakan progran terapi
d. Adanya dyspneu atau
yang tepat.
ketidaknyamanan saat
beraktivitas. v Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Faktor factor yang
berhubungan : v Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
· Tirah Baring atau yangsesuai dengan kemampuan fisik,
imobilisasi
· Kelemahan menyeluruh psikologi dan social
· Ketidakseimbangan v Bantu untuk mengidentifikasi dan
antara suplei oksigen
mendapatkan sumber yang diperlukan
dengan kebutuhan
· Gaya hidup yang untuk aktivitas yang diinginkan
dipertahankan. v Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
v Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
4. Penyimpangan KDM
DAFTAR PUSTAKA