Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Grand Theory
Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari
kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman manusia. Pada dasarnya berlawanan
dengan empirisme, positivisme atau pandangan bahwa pengertian hanya
mungkin dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat dan fenomena.
Interaksionisme simbolik sejatinya terdiri atas dua penggal kata, yaitu interaksi
dan simbolik. Grand Theory menekankan pada konsep keseimbangan,
pengambilan keputusan, sistem dan bentuk komunikasi sebagai sarana dasar
perangkat pengatur (central organizing devices) untuk mengkaji hubungan
internasional. Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam
‘The sociological imagination (1959)’ yang berkenaan dengan bentuk abstrak
tertinggi suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang
diprioritaskan atas dapat mengerti dunia sosial. Grand Teori juga adalah sebuah
istilah yang ditemukan oleh seorang ahli sosioligis bernama Charles Wright
Mills dalam bukunya yang berjudul "The Sociological Imagination" untuk
menunjukan bentuk teori absraksi tinggi yang mana pengaturan formal dan
susunan dari konsep-konsep lebih penting dibandingkan pengertian terhadap
dunia sosial. Dalam pandangannya , Grand Teori kurang lebih dipisahkan dari
perhatian nyata kehidupan sehari-hari dan berbagai variasinya dalam ruang dan
waktu. Bersumber dari: Qu(Cambridge, 1985entin Skinner, ed., The Return of
Grand Theory in the Human Sciences)
2.2 Teori Yang Termasuk Dalam Grand Theory

 TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK


Merupakan teori dalam sisiologi modern di dalamnya berintikan pemikiran
penting dari berbagai tokoh sosiologi terutama George Herbert mead. Teori ini
memusatkan perhatian lebih pada individu tentang bagaimana individu berinteraksi
dengan individu lain dengan menggunakan symbol symbol yang signifikan
merupakan bahasa. Interaksionisme simbolik sejatinya terdiri atas dua penggal kata,
yaitu interaksi dan simbolik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi
didefinisikan sebagai hal, saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi,
antarhubungan[1]. Sedangkan definisi dari simbol adalah sebagai lambang, menjadi
lambang, mengenai lambang (2001: 1066).Francis Abraham dalam Modern
Sociological Theory (1982) menyatakan bahwa interaksionisme simbolik pada
hakikatnya merupakan sebuah perspektif yang bersifat sosial- psikologis, yang
terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis.Esensi dari interaksi simbolik itu
sendiri merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menjadi ciri khas manusia
dengan simbol yang memiliki makna tertentu. (Mulyana, 2003: 59) Secara
sederhana, interaksionisme simbolik dapat dimaknai sebagai suatu hubungan timbal
balik antarpersonal dengan menggunakan simbol- simbol tertentu yang sudah
dimafhumi artinya.

 PERKEMBANGAN THEORY
Interaksionisme simbolik berkembang pada abad 19-20 di Chicago, mead
merupakan cikal bakal muncul nya teori interksionisme simbolik dengan pemikiran
nya “the teorethical pperspective. Teori berfokus pada tindakan dan makna dalam
masyarakat. Setelah memperoleh suatu makna, manusia akan bertindak sesuai
dengan makna tersebut, contoh nya adalah, dalam perkembangan individu manusia
yang dominan di pengaruhi oleh lingkungan, karna cikal bakal pemikiran yang lahir
adalah ketika individu melihat suatu sikap atau perilaku yang ada dalam ruang
lingkup tersebut dan akan mempengaruhi pribadi atau tingkah laku yang akan
menjadi karakter pada individu tersebut.

MIDDLE RANGE THEORY


Middle-range theory dikemukakan oleh sosiolog amerika Robert Merton
dalam ‘Social theory and social Structure’ (1957) untuk menghubungkan pemisah
diantara hipotesis-hipotesis terbatas dari studi empirisme dan teori-teori besar yang
abstrak yang diciptakan Talcott Parson. Dia menjelaskan middle-range theory
sebagai teori yang berbohong diantara minor-minor tapi diperlukan hipotesis yang
berkembang dalam keadaan yang berlimpah dalam penelitian selama berhari-hari
hingga diperlukan usaha-usaha sistematis untuk mengembangkan teori gabungan
yang akan menjelaskan seluruh penelitian yang seragam dari perilaku sosial,
organisasi dan perubahan sosial. Banyak konsep tang dikembangkan dari mid-range
theories telah menjadi bagian dari kosakata dasar sosiologi : retreatisme, ritualisme,
manifest dan latent functions, opportunity structure, paradigma, reference group,
role-sets, self-fulfilling propechy dan unintended concequence. Pemikira middle-
range theory secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi
pandangan sosiolog atas pekerjaan mereka.
Mid-range theory disepakati sebagai suatu bidang yang relatif luas dari suatu
fenomena, tapi tidak membahas keseluruhan fenomena dan sangat memperhatikan
kedisiplinan (Chinn and Kramer, 1995, p 216).
Beberapa mid-range theories didasari oleh grand theories. Hal ini ditegaskan
pernyataan Smith (1994), bahwa fungsi utama grand theories adalah sebagai sumber
utama yang selanjutnya akan dikembangkan oleh middle-range theories

TEORI PEMIKIRAN KELOMPOK


Teori Pemikiran Kelompok (groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L
Janis. Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan satu mode berpikir
sekelompok orang yang sifat kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang
dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat. Untuk
mencapai kebulatan suara klompok ini mengesampingkan motivasinya untuk
menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Grouptink dapat didefinisikan
sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukkan
timbulnya kemerosotan efesiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral
yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok (Mulyana, 1999).
West dan Turner (2008: 274) mendefinisikan bahwa pemikiran
kelompok (groupthink) sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota
kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka
untuk menilai semua rencana tindakan yang ada. Jadi groupthink merupakan proses
pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, dimana
anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga
kemampuan kritisnya tidak efektif lagi. Groupthink merupakan teori yang
diasosiasikan dengan komunikasi kelompok kecil. Lahirnya konsep groupthink
didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi kelompok yang telah
dikembangkan oleh Raimond Cattel (Santoso & Setiansah, 2010:66). Melalui
penelitiannya, ia memfokuskannya pada keperibadian kelompok sebagai tahap awal.

NARROW THEORY
Teori yang berusaha menjelaskan suatu aspek yang terbatas dari suatu
fenomena seperti komunikasi. Atau lebih menekankan pada orang-orang tertentu
pada situasi tertentu pula. Kita tidak bisa mengelola untuk mendapatkan informasi
di internet tentang teori ini, sehingga dari pemahaman kita, sebuah teori yang sempit
adalah teori yang digunakan dan diterima oleh sekelompok kecil orang dan
penjelasannya cukup sempit, teori ini juga menjelaskan pandangan pribadi dan
pengalaman.
Narrow teori menitikberatkan pada orang-orang tertentu pada
waktutertentu.Mis : aturan-aturan komunikasi dalam sebuah konflik umum.Ada
beberapa konflik misalnya dalam sebuah stand point theoryharapan bahwa koreksi
tentang sebab perempuan harus dimodifikasidengan menghubungkan pada tingkatan
dan rasContoh: aturan2 komunikasi yang relevan ketika kita ada di dalam sebuah
lift.

 TEORI PENETRASI SOSIAL


Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori
penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi
interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang
lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di
antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi,
keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam
beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang
yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri
dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara,
namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang
lainnya.
Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan
asmara tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin
bersifat mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth). Dan
kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth without depth) mungkin ibarat
hubungan “halo, apakabar?”, suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang
intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi
sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah
perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi
dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan
dalam hubungan (index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain
tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-
sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan
proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Kelompok kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah ‘’ Grand theory”, dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanngung jawabkan oleh kelompok kami.
Untuk saran bisa berisi kritik atau masukan terhadap penulisan juga bisa dan
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasa dan makalah yang telah di
jelaskan oleh kelompok kami.

DAFTAR PUSTAKA
http://diannovitamisi.blogspot.com/2016/04/materi-grand-theory-middle-range-theory.html

Anda mungkin juga menyukai