Anda di halaman 1dari 192

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DINAMIKA PEMBENTUKAN INTERNALIZED HOMOPHOBIA PADA

ORANG YANG MENGALAMI GANGGUAN IDENTITAS GENDER

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Christiani Natalia Banik

NIM: 119114165

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang

menaruh harapannya pada Tuhan

¬Yeremia 17:17¬

DREAM, BELIEVE AND MAKE IT HAPPEN

-AgnezMo-

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kupersembahkan untuk sumber pemberi nafas

kehidupan, hikmat, kemampuan dan kebijaksanaan,

Tuhan Yesus.

& Mereka yang mendukung, memotivasi,

mendoakanku.

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DINAMIKA PEMBENTUKAN INTERNALIZED HOMOPHOBIA PADA

ORANG YANG MENGALAMI GANGGUAN IDENTITAS GENDER

Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma

Christiani Natalia Banik

ABSTRAK

Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh dewasa sebagai
orang normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka tumbuh sebagai lesbian, gay dan
biseksual. Kaum homoseksual merupakan kelompok minoritas. Kasus diskriminasi dan penolakan
kepada kaum homoseksual, khususnya kaum lesbian mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Salah satu bentuk penolakan atau diskriminasi kepada kaum lesbian yaitu prasangka, stigma,
maupun anggapan negatif. Penerimaan asumsi negatif mengenai lesbian, kemudian
diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku. Fenomena ini disebut internalized
homophobia. Internalized homophobia memberikan banyak dampak negatif bagi kaum lesbian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia dan
dampaknya pada orang dengan gangguan identitas gender. Penelitian ini merupakan penelitian
studi kasus dengan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan
wawancara semiterstruktur. Wawancara dilakukan pada dua orang dengan ganggguan identitas
gender di Kupang. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua informan dengan gangguan identitas
gender, menginternalisasikan beberapa stigma dan anggapan negatif mengenai lesbian ke dalam
kognitif, afektif dan tingkah laku, sehingga berdampak negatif terhadap kedua informan.
Internalized homophobia menyebabkan kedua informan sangat tertutup, malu dan kurang percaya
diri. Kedua informan juga stress dan terhambat untuk membentuk identitas diri yang positif.

Kata kunci: Internalized homophobia, Homophobia, Gangguan identitas gender.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE DYNAMICS FORMATION OF INTERNALIZED HOMOPHOBIA ON

PEOPLE WHO EXPERIENCED GENDER IDENTITY DISORDER

Study in Faculty of Psychology, Sanata Dharma University

Christiani Natalia Banik

ABSTRACT

Most of the children who experience gender identity disorder grow up as a normal person, but
without the help of a professional, they grow as lesbian, gay and bisexual. Homosexuals is a
minority group. Cases of discrimination and rejection to homosexuals, especially lesbian has
increased from year to year. One form of rejection or discrimination given to lesbian are prejudice,
stigma or negative assumptions. Acceptance of negative assumptions about lesbians, then
internalized into the cognitive, affective and behavior. This phenomenon is called internalized
homophobia. Internalized homophobia is giving a lot of negative impacts for the lesbian.This
research aims to know the dynamics of formation of internalized homophobia and its effects on
people with gender identity disorder. This research is a case study with qualitative research
methods. Method of data collection is using a semi-structured interview. The interview was
conducted on two people with gender identity disorders in Kupang. The results of the study are as
follow that the two informants with gender identity disorder, internalize some of the stigma and
negative assumptions about lesbians into cognitive, affective and behavior, thus negatively impact
both the informant. Internalized homophobia causes the two informant is very introverted,
embarrassment, fear and lack of confidence. Both informant also stress and hampered in building a
positive self identity.

Keywords: Internalized homophobia, Homophobia, Gender identity disorder.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang Maha Baik,

karena atas rahmat, hikmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Dinamika Pembentukan Internalized Homophobia pada

Orang yang mengalami Gangguan Identitas Gender”

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar sarjana psikologi program studi S1 jurusan Psikologi

Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini karena peran penting dari

beberapa pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan

hati serta rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pada proses penulisan tugas akhir ini, penulis ucapkan

banyak terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus, Bapaku yang baik, Juruselamatku yang telah memberikan

kemampuan, hikmat serta kebijaksanaan sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak Tuhan Yesusku.

2. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku pembimbing yang

memberikan saran dan solusi dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

Terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingan Bapak.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M,Si selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih

telah membantu penulis dengan memberikan saran dan solusi selama

pengerjaan dan revisi tugas akhir. Tuhan selalu menyertai Ibu.

4. Dr. A. Priyono Marwan, S.J selaku dosen penguji skripsi. Terima kasih

Romo untuk bimbingan dan bantuannya selama revisi skripsi. Terima

kasih juga karena telah mengajarkan penulis untuk menyusun kata, kalimat

dan alur berpikir yang lebih baik.

5. Alberthina M. Kolloh dan Hanselmus B. Terima kasih mama dan bapa

karena tidak pernah menuntut dan menekan penulis dalam menyelesaikan

skripsi. Terimakasih atas jerih payah, keringat dan kerja keras untuk

membiayai kuliah maupun memenuhi semua kebutuhan penulis.

Terimakasih selalu mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis.

Kiranya Tuhan selalu memberikan kesehatan dan umur yang panjang

untuk bapa dan mama.

6. Kak Waty beserta keluarga, Kak Dessy beserta keluarga, Kak Debbye dan

Kak Ay, Kak Rini beserta keluarga, Qbenk, Yosua, dan Yohan yang telah

memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam segala hal serta

memberikan motivasi.

7. Teman hidupku, Steven Onesimus Ratu dabbo. Terima kasih untuk cinta,

doa, dukungan dan motivasinya. Terima kasih selalu ada untuk penulis.

8. Inspirator dan motivator AgnezMo, yang membuat penulis selalu

semangat ketika melihat foto atau videonya. Mungkin agak lucu, tapi

penulis selalu mendapatkan semangat baru ketika melihat fotonya.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii

HALAMAN MOTTO …………………………………………………… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………… vi

ABSTRAK ………………………………………………………………. vii

ABSTRACT …………………………………………………………….. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………... ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………... x

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xvii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………. 6

1.4.1 Manfaat Teoritis ………………………………………… 6

1.4.2 Manfaat Praktis ………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………... 8

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.1 Gangguan Identitas Gender …………………………………........ 8

2.1.1 Definisi Gangguan Identitas Gender……………………….. 8

2.1.2 Karakteristik Gangguan Identitas Gender …….……………. 8

2.1.3 Penyebab Gangguan Identitas Gender ………..……………. 10

2.1.4 Terapi Gangguan Identitas Gender….....…………………… 12

2.2 Homophobia …………………………………………………….. 12

2.2.1 Homophobia ……………………………………………….. 12

2.2.2 Dampak Homophobia pada kaum homoseksual….………… 14

2.2.3 Isi Pikiran Masyarakat Homophobia ………….…………… 15

2.3 Internalized Homophobia ………………………………………. 16

2.3.1 Definisi Internalized Homophobia …………………………. 16

2.3.2 Ciri-ciri Internalized Homophobia …………………………. 17

2.3.3 Dampak Internalized Homophobia ………………………… 17

2.4 Kerangka Berpikir ………………………………………………. 20

BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 23

3.1 Jenis Penelitian ………………………………………………….. 23

3.2 Informan Penelitian ……………………………………………… 24

3.3 Fokus Penelitian …………………………………………………. 24

3.4 Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 25

3.6 Metode Analisis Data …………………………………………….. 28

3.7 Kredibilitas Penelitian …………………………………………… 29

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ……………………………………… 30

4.1 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………….. 30

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2 Profil Informan ………………………………………………….. 32

4.2.1 Informan Pertama ………………………………………….. 32

4.2.2 Informan Kedua ……………………………………………. 49

4.3 Hasil Penelitian …………………………………………………... 36

4.3.1 Informan Pertama ………………………………………….. 36

4.3.2 Informan Kedua ……………………………………………. 49

4.4 Pembahasan ………………………………………………………. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 66

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………. 66

5.2 Kelemahan Penelitian ……………………………………………. 67

5.3 Saran ……………………………………………………………… 67

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 69

LAMPIRAN ……………………………………………………………... 72

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Informan Pertama ……………………………………. 48

Gambar 2. Skema Informan Kedua ……………………………………… 61

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Inform Consent ……………………………………………... 73

Lampiran 2. Member Checking ………………………………………….. 76

Lampiran 3. Tabel Kategorisasi dan Sub-Kategori Tema ……………….. 79

Lampiran 4. Tabel Kategorisasi …………………………………………. 87

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Identitas gender adalah keyakinan diri sebagai laki-laki atau

perempuan, yang tertanam sejak awal masa kanak-kanak (Davison, Neale &

Kring, 2006). Pada kondisi normal, identitas gender sesuai dengan anatomi

gender. Identitas gender dan anatomi gender merupakan ciri utama dari

perkembangan identitas masa remaja. Hal ini disebabkan tugas perkembangan

pada masa remaja adalah mencari/menemukan identitas yang cocok dengan

diri dan anatomi gendernya. Ketidak-sesuaian antara identitas gender dan

anatomi gender menyebabkan gangguan identitas gender. Gangguan identitas

gender terjadi pada anak-anak, remaja, maupun dewasa (Davison, dkk.,

2006).

Gangguan identitas gender berkaitan dengan banyaknya perilaku lintas

gender, misalnya berpakaian seperti lawan jenis, menyukai permainan lawan

jenis, dan lebih suka bermain dengan teman-teman lawan jenis (Davison,

dkk., 2006). Gangguan identitas gender menyebabkan depresi, kecemasan,

dan stress (Vries, Cohen & Delemarre, dalam Ilesanmi 2015), serta orang

yang mengalami gangguan ini mendapatkan diskriminasi dari orang-orang

homophobia/biphobia/transphobia (Tugnet, Goddard, Vickery, Khoosal &

Terry, dalam Ilesanmi 2015).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender

tumbuh dewasa secara fisik sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan

professional (Zucker, dalam Davison, dkk., 2006) mereka tumbuh sebagai

lesbian, gay, biseksual dan transgender (Coates & Person; Green dalam

Davison, dkk., 2006).

Seorang perempuan yang mengalami gangguan identitas gender dan

tertarik secara seksual pada sesama jenis menganggap ketertarikan tersebut

pada dasarnya adalah heteroseksual, serta menginginkan perempuan tersebut

tertarik kepadanya sebagai laki-laki (Carroll, dalam Davison, dkk., 2006).

Survei dari APA (American Psychiatric Association, 1994 dalam Davison,

dkk., 2006) menemukan bahwa gangguan identitas gender tidak terlalu

banyak, satu dari 30.000 laki-laki dan satu dari 100.000 hingga 150.000

perempuan. Kaum homoseksual merupakan kaum minoritas (Blackwell,

Ricks & Dziegielewski, 2004).

Kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi

kepada mereka. Penolakan dan diskriminasi membuat kaum homoseksual

tertutup dan memilih untuk menjauhi masyarakat. Kebanyakan orang masih

menganggap bahwa kaum ini tidak normal, tabu dan menjijikkan (Blackwell

et al, 2004).

Budaya patrearkhi seperti Indonesia mempunyai pandangan negatif,

stigma dan prasangka masyarakat pada kaum homoseksual termasuk lesbian.

Fenomena inilah yang disebut dengan homophobia (Herek, et al., dalam

Mariani, 2013). Homophobia terjadi pada masyarakat heterosexism.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Heterosexism adalah masyarakat yang menganut sikap dan perilaku menolak,

mencemarkan, dan melabel segala bentuk perilaku non-heteroseksual baik

identitas, hubungan atau komunitas (Meyer, et al., dalam Frost & Meyer,

2009).

Pada umumnya, masyarakat menganut nilai-nilai heteronormativity.

Heteronormativity adalah norma dan keyakinan yang mewajibkan bahwa

hubungan seksual dan gaya hidup manusia yang saling melengkapi yaitu pria

dan wanita, serta seorang pria harus maskulin dan seorang wanita harus

feminin (Herek, et al., dalam Mariani, 2013).

Homophobia berdampak negatif bagi kaum homoseksual termasuk

lesbian, seperti adanya kecemasan, depresi, ketidaksejahteraan, masalah

dalam keintiman, dan rendahnya harga diri (Frost & Meyer; Herek, Gills, &

Cogan; Herek & Glunt; Meyer; Meyer & Dean; Rowen & Malcolm;

Williamson; dalam Barnes & Meyer, 2012). Homophobia juga menyebabkan

kaum lesbian enggan, takut dan tidak nyaman (Herek et al., dalam Mariani,

2013), serta adanya dilema sosial, yaitu menerima konflik antara kepentingan

diri sendiri dan kesejahteraan kolektif (Brewer, dalam Rondahl, 2005).

Persepsi dan stigma terkait homoseksual serta penerimaan stereotip

sosial homoseksualitas oleh masyarakat, menyebabkan homophobia semakin

bertumbuh di dalam pikiran seorang homoseksual (Herek, et al., dalam

Mariani, 2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia

(Homofobia yang diinternaliasikan). Internalized homophobia adalah

penerimaan asumsi negatif tentang homoseksual yang kemudian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku. Penelitian

Gilmore (2011) mengatakan bahwa internalized homophobia menghambat

identitas diri yang positif.

Penelitian (Allen & Oleson; Herek, Cogan, Gillis, & Glunt; Meyer &

Dean; Rowen & Malcolm, dalam Frost & Meyer, 2009) menunjukkan bahwa

internalized homophobia memiliki dampak negatif pada konsep diri secara

umum pada lesbian, gay dan biseksual, seperti kesehatan mental dan

kesejahteraan. Riset terbaru mengenai internalized homophobia dan

kesehatan mental menunjukkan adanya stres bagi kaum homoseksual

termasuk lesbian (DiPlacido, dalam Meyer 2003a). Oleh sebab itu, perlunya

adanya coming out. Coming out merupakan rangkaian kompleks yang dimulai

dari pengakuan individual, pengenalan dan label terhadap orientasi seksual

mereka diikuti keterbukaan kepada orang lain di luar diri mereka. Proses

coming out menjadi proses yang paling penting dalam kehidupan lesbian

(Garnets, dalam Meyer 2003a). Lesbian memulai proses coming out dari

teman-teman terdekat, teman-teman komunitas lesbian dan keluarga, serta

orang lain yang berhubungan dengan dirinya (Garnets, dalam Meyer 2003a).

Penelitian sebelumnya (Mariana, 2013) menunjukkan bahwa faktor

yang mempengaruhi internalized homophobia adalah komitmen dalam

beragama dan dukungan sosial. Agama merupakan sistem nilai yang dominan

dalam menentukan tindakan keseharian seseorang. Salah satu aspek

religiusitas adalah komitmen beragama. Komitmen beragama pada kaum

homoseksual adalah prediktor tinggi rendahnya internalized homophobia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Harris, dalam Mariani, 2013). Orang-orang yang memiliki komitmen

beragama yang tinggi cenderung mengevaluasi dunia mereka berdasarkan

nilai-nilai agama (Worthington, et al., dalam Mariani, 2013). Kepercayaan-

kepercayaan terhadap ajaran agama mempengaruhi kehidupan seseorang

dalam berpikir, berperasaan dan bertindak.

Beberapa lembaga agama dan kelompok homophobia menggambarkan

homoseksualitas sebagai hubungan tidak bermoral dan memiliki stereotip

negatif (Ryan, dalam Mariani, 2013). Dukungan sosial sangat mempengaruhi

tingkat internalized homophobia karena dukungan sosial mempengaruhi

harga diri seseorang. Dukungan sosial yang sangat mempengaruhi harga diri

bersumber dari orangtua dan teman dekat karena merekalah yang lebih

banyak berperan terhadap lingkungan individu (Ryan, dalam Mariani, 2013).

Hasil dari penelitian tersebut memaparkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara internalized homophobia dengan komitmen beragama dan

dukungan sosial. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengalaman traumatik dan

adanya kesalahan pada instrumen penelitian yang digunakan peneliti

sebelumnya.

Melihat permasalahan dan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti tentang internalized homophobia pada orang yang mengalami

gangguan identitas gender di Kupang. Peneliti berasumsi bahwa masih sangat

jarang penelitian mengenai internalized homophobia dan gangguan identitas

gender di Indonesia. Kebanyakan penelitian mengenai internalized

homophobia berfokus pada kaum homoseksual, namun belum ada yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berfokus mengenai orang dengan gangguan identitias gender yang

menunjukkan dirinya sebagai lesbian.

Internalized homophobia juga memberikan banyak dampak negatif bagi

fisik, psikologis, konsep diri dan pembentukan identitas diri. Oleh sebab itu,

peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini agar dapat menambah

informasi kepada para pembaca. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui

dinamika pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang

yang mengalami gangguan identitas gender.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika

pembentukan internalized homophobia dan dampaknya pada orang yang

mengalami gangguan identitas gender?

1.3 Tujuan Penelitian

Peneliti ingin mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia

dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada ilmu

psikologi dengan memberikan gambaran mengenai dinamika

pembentukan internalized homophobia pada orang yang mengalami


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gangguan identitas gender. Penelitian ini juga memberikan gambaran

bahwa internalized homophobia berdampak negatif bagi orang dengan

gangguan identitas gender yang menunjukkan orientasi homoseksual

khususnya lesbian.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai terbentuknya internalized homophobia dan

dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender.

Penelitian ini juga diharapkan membantu lembaga atau yayasan yang

membimbing dan mengayomi orang yang mengalami gangguan

identitas gender untuk membuat strategi yang efektif dalam

menangani kasus internalized homophobia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender)

2.1.1 Definisi Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender)

Gangguan identitas gender adalah ketidaksesuaian antara identitas

gender dan anatomi gender. Contohnya, lesbian, gay, biseksual dan

transgender (Davison, Neale & Kring, 2006).

2.1.2 Karakteristik Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender)

DSM IV-TR (dalam Davison dkk., 2006) memaparkan dua

karakteristik Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender), yaitu

karakteristik umum dan khusus.

1. Karakteristik umum

a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis.

b. Rasa tidak nyaman terus menerus dengan jenis kelamin

biologisnya.

c. Stress dalam menjalankan pekerjaan dan fungsi sosial

2. Karakteristik khusus

A. Pada anak-anak gangguan identitas gender mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Keinginan untuk menjadi atau memaksakan diri sebagai

lawan jenis.

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Suka memakai pakaian lawan jenis.

c. Suka berperan sebagai lawan jenis.

d. Suka melakukan permainan lawan jenis.

e. Suka bermain dengan teman-teman lawan jenis.

f. Pada anak laki-laki, merasa jijik dengan penisnya.

g. Pada anak perempuan, menolak untuk buang air kecil dengan

cara duduk, tidak suka payudara yang membesar dan

menstruasi.

B. Pada remaja dan orang dewasa gangguan identitas gender

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Keinginan untuk menjadi lawan jenis.

b. Berpindah ke kelompok lawan jenis.

c. Keyakinan bahwa emosinya sama seperti lawan jenis.

d. Ingin diperlakukan sebagai lawan jenis.

e. Keinginan kuat menghilangkan karaktersitik jenis kelamin

melalui pemberian hormon atau operasi.

f. Keyakinan bahwa ia dilahirkan dengan jenis kelamin yang

salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

2.1.3 Penyebab Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender)

Dua faktor penyebab Gangguan Identitas Gender (Davison, dkk.,

2006) sebagai berikut:

a. Faktor biologis

Secara spesifik, bukti menunjukkan bahwa identitas gender

dipengaruhi oleh hormon. Studi terhadap para anggota sebuah

keluarga batih di Republika Dominika (Imperator McGinley dkk.,

1947, dalam Davison, dkk., 2006) menemukan bahwa anggota

keluarga tersebut tidak mampu memproduksi suatu hormon untuk

membentuk penis dan skrotum pada masa pertumbuhan janin laki-

laki. Dua pertiganya dibesarkan sebagai perempuan, namun ketika

mereka memasuki pubertas dan kadar testosteronnya meningkat,

organ kelamin mereka mulai berubah. Sebanyak 17 dari 18 peserta

memiliki identitas gender laki-laki.

Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi

hormon seks selama hamil menyebabkan anaknya berperilaku

seperti lawan jenis dan mengalami abnormalitas anatomis.

Contohnya, anak-anak perempuan yang ibunya mengonsumsi

progestin sintesis, yang merupakan cikal bakal hormon seks laki-

laki untuk mencegah pendarahan rahim selama hamil, memiliki

perilaku tomboy (kelaki-lakian) (Ehrhardt & Money, 1967, dalam

Davison, dkk., 2006).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

b. Faktor-faktor Sosial dan Psikologis

Peneliti melakukan wawancara dengan orangtua yang anak-

anaknya menunjukkan tanda-tanda Gender Dysphoria (Gangguan

Identitas Gender), berulang kali mengungkapkan bahwa orangtua

tidak mencegah perilaku anaknya. Banyak kasus menunjukkan

orangtua mendorong perilaku anak untuk memakai pakaian lawan

jenis, terutama bagi anak-anak yang feminin. Kebanyakan ibu, bibi

dan nenek menganggap lucu bila anak laki-laki memakai pakaian

dan sepatu hak tinggi milik ibunya, serta sangat sering mereka

mengajari cara memakai rias wajah.

Anggota keluarga yang memberikan reaksi tersebut terhadap

anak berkontribusi besar dalam konflik antara jenis kelamin

anatomisnya dan identitas gender yang dikembangkannya (Green;

Zuckerman & Green, dalam Davison, dkk., 2006). Selain itu, para

pasien laki-laki yang mengalami Gender Dysphoria (Gangguan

Identitas Gender) menuturkan bahwa mereka tidak memiliki

hubungan dekat dengan ayahnya. Sedangkan para perempuan

menuturkan riwayat penyiksaan fisik atau seksual (Bradley &

Zucker, dalam Davison, dkk., 2006).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

2.1.4 Terapi Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender)

Tiga intervensi untuk membantu orang-orang yang mengalami

Gender Dysphoria (Gangguan Identitas Gender). Intervensi tersebut

terdiri dari dua tipe utama. Salah satu tipe berupaya untuk mengubah

tubuh agar sesuai dengan psikologi orang yang bersangkutan; tipe yang

lain dirancang untuk mengubah psikologi agar sesuai dengan tubuh

orang yang bersangkutan (Davison, dkk., 2006).

a. Perubahan tubuh

b. Operasi perubahan kelamin

c. Perubahan identitas gender

2.2 Homophobia

2.2.1 Homophobia

Homophobia adalah ketakutan untuk berinteraksi dan

berhubungan dengan homoseksual karena kaum homoseksual dianggap

berpengaruh buruk (Polimeni, Hardie & Buzwell, dalam Rahardjo,

2007). Selain itu, sebagai Negara beragama, Indonesia menyandarkan

nilai dan norma pada agama. Terkait hal ini, sebagian besar agama di

Indonesia melarang dan mengharamkan keberadaan kaum homoseksual

(Mulyani, dalam Anggreni 2014). Agama menganggap homoseksual

sebagai penyimpangan, pendosa, terlaknat, bahkan penyakit sosial

(Mulia, dalam Anggreni 2014).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Kaum homoseksual, khususnya kaum lesbian banyak ditemukan

di Indonesia (Mariani, 2013). Kaum homoseksual mengalami

penolakan dan penerimaan. Namun, berdasarkan realitas, kaum lesbian

sering mendapatkan penolakan. Kebanyakan orang juga kurang

mengetahui mengenai homoseksual, serta banyaknya stigma negatif

yang menyebabkan keberadaan kaum homoseksual semakin sulit.

Pasangan homoseksual tidak nyaman pada hampir semua situasi sosial

sehingga mereka tetap menjaga kerahasiaan eksistensi mereka

(Kornblum, dalam Rahardjo 2007).

Phar (dalam Rahardjo, 2007) menyebutkan bahwa homophobia

terjadi pada masyarakat heterosexism. Heterosexism adalah masyarakat

yang menganut sikap dan perilaku menolak, mencemarkan, dan melabel

segala bentuk perilaku non-heteroseksual baik identitas, hubungan,

ataupun komunitas (Meyer, et al., dalam Frost & Meyer, 2009).

Masyarakat heterosexism mengidealkan heteroseksual sebagai model

yang normal. Nilai-nilai ini disebut sebagai heteronormativity.

Heteronormativity adalah norma dan keyakinan yang mewajibkan

bahwa hubungan seksual dan gaya hidup manusia yang saling

melengkapi yaitu pria dan wanita, serta seorang pria harus maskulin dan

seorang wanita harus feminin (Herek, et al., dalam Chair, Beckstead,

Drescher, Greene, Miller & Worthington, 2009).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2.2.2 Dampak Homophobia pada kaum homoseksual

Penelitian menemukan bahwa kekerasan dan diskriminasi yang

dilakukan oleh kelompok anti homoseksual membuat para lesbian dan

gay mengalami stress dan mempengaruhi populasi gay dan lesbian

(Garnets et al, Herek & Berrill, Herek et al; Kertzner, dalam Meyer

2003a). Kelompok anti gay ada sepanjang sejarah, dan mereka sering

memberikan prasangka dan kekerasan. Beberapa homoseksual juga

mendapatkan hukuman yang tidak manusiawi, seperti penjara,

pengebirian, penyiksaan dan kematian (Adam, dalam Meyer 2003a).

Penelitian menemukan bahwa homophobia menyebabkan kaum

homoseksual menolak identitas mereka sendiri, harga diri rendah,

kebencian pada diri sendiri, ketakutan dan menimbulkan

ketidaknyamanan sebagai homoseksual (Herek, Cogan, Gillis & Glunt,

1997). Eves (2002) melakukan wawancara terhadap lesbian yang

memiliki permasalahan terkait orientasi seksualnya. Ketika seorang

lesbian menampilkan identitasnya, terutama bagi lesbian yang

berpenampilan maskulin, membuat mereka sulit mendapatkan

pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2.2.2. Isi Pikiran Masyarakat Homophobia

Peneliti menemukan beberapa isi pikiran masyarakat homophobia,

sebagai berikut:

a. Menurut Blackwell (2004) kebanyakan orang menganggap bahwa

kaum homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan.

b. Kebanyakan orang menganggap lesbian amoral, asusila, pembawa

aib dan penyakit masyarakat (Aryanto & Triawan, 2008).

c. Dalam konteks agama beranggapan lesbian sebagai kaum pendosa

(Mulia, dalam Anggreni 2014).

d. Kebanyakan orang menganggap lesbian sebagai kejahatan yang

sangat keji dan pengkhianatan karena merugikan umat manusia

dengan melakukan hubungan seksual yang tidak menghasilkan

keturunan (Aryanto & Triawan, 2008).

e. Kebanyakan orang menganggap lesbian cacat mental (Aryanto &

Triawan, 2008).

f. Kebanyakan orang menganggap homoseksual biang atau penyebab

penyakit HIV/AIDS, atau orang-orang yang menularkan virus yang

mematikan (Aryanto dan Triawan, 2008).

g. Menurut syariat islam, homoseksual itu haram (Mulyani, dalam

Anggreni 2014).

h. Kebanyakan orang menganggap homoseksual sebagai

penyimpangan sosial karena fenomena tersebut tidak sesuai dengan

norma dan nilai yang berlaku (Mulyani, dalam Anggreni 2014).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

i. Kebanyakan orang menganggap tidak normal (Oetomo, 2001).

j. Menurut teori esensialisme, homoseksual merupakan abnormalitas

perkembangan dan merupakan penyakit (Oetomo, 2001).

2.3 Internalized Homophobia

2.3.1 Definisi Internalized Homophobia

Persepsi dan stigma terkait homoseksual, serta penerimaan

stereotip sosial homoseksualitas oleh masyarakat, menyebabkan

homophobia semakin bertumbuh di dalam pikiran seorang homoseksual

itu sendiri (Herek, et al., dalam Mariana 2013). Fenomena ini disebut

sebagai internalized homophobia. Internalized homophobia adalah

penerimaan asumsi negatif tentang homoseksual yang kemudian

diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku (Herek, et

al., dalam Mariana 2013). Semua individu dalam masyarakat yang

tumbuh dalam budaya yang sama, mengadopsi norma-norma sosial,

nilai dan keyakinan secara sama, lesbian dan pria gay juga mempelajari

stereotip tentang homoseksualitas (Innahala; Richmond & McKenna;

Taylor, dalam Rondahl 2005).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

2.3.2 Ciri-ciri Internalized Homophobia

Plummer (dalam Rondahl 2005) mengemukakan beberapa ciri-ciri dari

internalized homophobia, sebagai berikut:

a. Kaum homoseksual termasuk lesbian tertutup, merahasiakan,

menyembunyikan orientasi seksualnya, merasa dirinya salah dan

berbeda

b. Bermasalah untuk coming out. Kaum homoseksual termasuk

lesbian takut dan enggan untuk coming out karena judgement dan

pengalaman yang menyakitkan saat melakukan coming out.

c. Kaum homoseksual terlihat depresi, cemas, bermasalah mengenai

harga diri, melukai diri sendiri, bunuh diri, penyalahgunaan obat-

obatan, dan gangguan makan. Beberapa contohnya, seperti sulit

tidur, tekanan darah tinggi, perilaku seksual beresiko, dan lain-lain.

2.3.3 Dampak Internalized Homophobia

Penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia

memiliki dampak negatif pada konsep diri secara umum terhadap

lesbian, gay dan biseksual, seperti kesehatan mental dan

kesejahteraan (Allen & Oleson; Herek, dkk., Meyer & Dean; Rowen

& Malcolm, dalam Frost dan Meyer, 2009). Teori stres

mengemukakan bahwa stres adalah faktor-faktor atau kondisi yang

menyebabkan perubahan dan membutuhkan adaptasi oleh individu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

(Dohrenwend; Lazarus & Folkman; Pearlin, dalam Frost dan Meyer,

2009).

Meyer (dalam Frost dan Meyer, 2009) menambahkan bahwa

kaum homoseksual mengalami stress karena berada dalam situasi

atau lingkungan sosial yang kurang bersahabat, sehingga

membutuhkan adaptasi yang cukup lama (Meyer, Schwartz & Frost,

dalam Frost dan Meyer, 2009).

Meyer (dalam Frost dan Meyer 2009) mengatakan bahwa

stres pada kaum homoseksual berlangsung secara terus menerus.

Kaum lesbian, gay dan biseksual mengalami stress karena adanya

kelompok homophobia yang sering memberikan stigma, prasangka

buruk dan diskriminasi. Kelompok homophobia juga menyebabkan

stress yang tinggi pada kaum homoseksual, sehingga kaum

homoseksual menganggap lingkungannya sebagai ancaman dan

memilih untuk menyembunyikan orientasi seksualnya. Stigma dan

prasangka buruk terhadap kaum homoseksual membuat mereka

bermasalah dalam keintiman, serta tidak dapat mempertahankan

hubungan yang langgeng dan sehat (Meyer & Dean, dalam Frost dan

Meyer 2009).

Internalized homophobia menyebabkan kecemasan dan

perasaan malu yang melekat pada diri lesbian, gay dan biseksual,

sehingga mereka belum dapat menampilkan hubungan dengan

sesama jenis di depan umum (Coleman, Rosser, & Strapko dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Frost dan Meyer 2009). Kaum homoseksual yang mengalami

perasaan-perasaan negatif dalam konteks seksual menurunkan

kualitas dan kepuasan hubungan dengan seseorang. Lesbian

mengurangi perasaan-perasaan negatif tersebut dengan menghindari

hubungan yang langgeng dan mendalam dengan sesama jenis, serta

mencari jalan untuk mengekspresikan seksualitas tanpa keintiman

dan kedekatan antarpribadi.

Hasil penelitian dari Szymanski dan Chung (2014)

menemukan bahwa dampak internalized homophobia yaitu perasaan

jijik dengan diri sendiri. Rowen dan Malcom (dalam Eguchi 2006)

menemukan bahwa internalized homophobia juga menyebabkan

harga diri dan konsep diri yang rendah, serta berdampak negatif

kestabilan emosi. Kaum homoseksual yang mengalami internalized

homophobia menyebabkan depresi, gejala psikosomatik, kesepian

dan rasa bersalah (Alexander; Bell & Weinberg; Ross; Weinberg &

Williams, dalam Rondahl 2005).

Internalized homophobia berdampak negatif pada kondisi

psikologis tertentu, seperti putus asa, kesepian (Finnegan & Cook,

dalam Flebus & Montano 2012), kesulitan menjalin hubungan intim

(Friedmann; George & Behrendt, dalam Flebus & Montano 2012),

melakukan hubungan seksual yang tidak aman (Shidlo, dalam Flebus

& Montano 2012), kecanduan alkohol (Finnegan & Cook, dalam

Flebus & Montano 2012), gangguan makan (Brown, dalam Flebus &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Montano 2012) , dan bunuh diri (Rofes, dalam Flebus & Montano

2012).

Meyer 2003a mengemukakan bahwa internalized

homophobia mempengaruhi dan menghambat kehidupan kaum

homoseksual. Internalized homophobia menyebabkan kaum

homoseksual terus menerus hidup dalam perasaan malu, takut, stress

dan kecemasan.

Penelitian lain menemukan bahwa lesbian yang memiliki

anak, mengalami lebih banyak diskriminasi karena orientasi

seksualnya dan status mereka sebagai ibu (Gatrell, dalam DeMino,

Appleby & Fisk, 2007). Penelitian lain juga menemukan bahwa

anak-anak dari lesbian mendapatkan lebih banyak stigma daripada

ibunya. Studi menunjukkan bahwa terdapat 18% dari anak-anak

mengalami beberapa bentuk stigma oleh guru atau teman sebaya

(Gatrell, dalam DeMino, dkk., 2007). Lesbian yang berstatus sebagai

ibu mengalami tingkat internalized homophobia yang lebih tinggi

karena mereka khawatir terhadap anaknya yang juga mendapatkan

stigma sosial (Anderson & Mavis; Fassinger; Waldner & Magruder,

dalam DeMino, dkk., 2007).

2.4 Kerangka Berpikir

Identitas gender adalah keyakinan diri sebagai laki-laki atau

perempuan, yang tertanam sejak awal masa kanak-kanak (Davison, dkk.,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

2006). Pada kondisi normal, identitas gender akan sesuai dengan anatomi

gender. Ketidaksesuaian antara identitas gender dan anatomi gender

menyebabkan gangguan identitas gender (Kompasiana, 2015).

Sebagian besar anak yang mengalami gangguan identitas gender

tumbuh dewasa sebagai orang normal, tetapi tanpa bantuan professional

(Zucker, dalam Davison, dkk., 2006) mereka menunjukkan diri sebagai

lesbian, gay, biseksual dan transgender (Coates & Person; Green; dalam

Davison, dkk., 2006). Kaum homoseksual merupakan kaum minoritas, serta

kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada

mereka. Penolakan dan diskriminasi membuat kaum homoseksual tertutup

dan memilih untuk menjauhi masyarakat. Kaum homoseksual yang berada

dalam lingkungan yang kurang bersahabat menyebabkan stress dan depresi.

Persepsi dan stigma tentang homoseksual serta penerimaan stereotip

sosial oleh masyarakat, menyebabkan kaum homoseksual

menginternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku (Herek et al,

dalam Mariani, 2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized

homophobia. Terkait hal ini, apabila semua orang memandang bahwa kaum

homoseksual salah, lama kelamaan tentu mereka berpikir, „jangan-jangan

memang saya ini salah, saya ini buruk, maka saya pantas untuk mendapatkan

perlakukan yang buruk‟. Kebanyakan kaum lesbian maupun gay mengalami

hal tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa ketika kaum

lesbian menginternalisasikan asumsi negatif terkait orientasi seksualnya

kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku, memberikan banyak dampak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

negatif bagi kaum homoseksual termasuk lesbian. Melihat hal ini, peneliti

tertarik untuk mengetahui dinamika pembentukan internalized homophobia

dan dampaknya pada orang yang mengalami gangguan identitas gender.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Creswell

(dalam Herdiansyah, 2014) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah

suatu proses penelitian ilmiah untuk memahami permasalahan manusia dalam

konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks,

serta dilakukan dengan setting yang alamiah tanpa intervensi apapun dari

peneliti.

Peneliti memilih metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin

memahami fenomena internalized homophobia terhadap orang yang

mengalami gangguan identitas gender, melalui gambaran yang menyeluruh

dan pemahaman yang mendalam. Kebanyakan orang yang mengalami

gangguan identitas gender tumbuh dewasa sebagai orang normal, tetapi tanpa

bantuan professional, mereka menunjukkan diri sebagai lesbian, gay,

biseksual dan transgender.

Penelitian ini menggunakan studi kasus (case study). Creswell (dalam

Herdiansyah, 2014) menyatakan bahwa case study adalah suatu model yang

menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang saling terkait satu sama

lain” (bounded system) pada beberapa hal dalam satu kasus secara detail,

disertai dengan penggalian data secara mendalam, dan melibatkan beragam

sumber informasi.

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus intrinsik. Studi kasus

intrinsik adalah bentuk studi untuk memahami secara lebih baik dan

mendalam tentang suatu individu, kelompok, peristiwa dan organisasi tertentu

(Herdiansyah, 2014). Terkait hal ini, informan penelitian adalah dua orang

dengan gangguan identitas gender yang mengalami internalized homophobia

di Kupang. Peneliti ingin mengetahui dinamika pembentukan internalized

homophobia serta dampaknya bagi orang dengan ganguan identitas gender.

3.2 Informan Penelitian

Penelitian menggunakan non-probability sampling. Non-probability

sampling adalah metode sampling terhadap individu atau unit dari populasi

tidak memiliki kemungkinan (non-probability) yang sama untuk terpilih.

Peneliti menggunakan salah satu bentuk bentuk non-probability sampling

yaiut teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik

sampling berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki informan penelitian karena ciri-

ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan

(Herdiansyah, 2014). Informan penelitian adalah dua orang gangguan

identitas gender yang sedang mengalami internalized homophobia.

3.3 Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada dinamika pembentukan internalized

homophobia dan dampaknya pada dengan gangguan identitas gender. Orang

yang mengalami gangguan identitas gender tumbuh secara fisik sebagai orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

normal, tetapi tanpa bantuan professional, mereka tumbuh menjadi lesbian,

gay, biseksual dan transgender (Zucker dkk, dalam Davison, dkk., 2006).

Persepsi, stigma serta penerimaan stereotip sosial terkait homoseksual oleh

masyarakat, menyebabkan kaum homoseksual menginternalisasikan ke dalam

kognitif, afektif dan tingkah laku (Herek et al, dalam Mariani, 2013).

Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode utama penggumpulan data adalah wawancara. Wawancara

adalah suatu komunikasi dua arah dengan pertukaran/sharing aturan,

tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif, dan informasi (Stewart dan

Cash dalam Herdiansyah, 2015). Peneliti memilih wawancara sebagai metode

utama pengumpulan data karena topik penelitian ini cukup sensitif. Peneliti

ingin mengetahui dan memahami pembentukan internalized homophobia

serta dampaknya pada orang dengan gangguan identitas gender.

Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara semiterstruktur.

Wawancara semiterstruktur menggunakan pertanyaan terbuka, fleksibel,

terkontrol, dan pedoman wawancara sebagai patokan untuk mengatur alur

pembicaraan. Wawancara bertujuan untuk memahami suatu fenomena

(Herdiansyah, 2015).

Peneliti melakukan wawancara dengan persetujuan dari informan dan

menjaga kerahasiaan data informan. Alat perekam dipergunakan untuk

membantu membuat verbatim wawancara.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Tabel 1

Panduan Wawancara

Aspek Pertanyaan

Latar belakang keluarga Bagaimana latar belakang keluarga anda

Masa kecil informan Coba ceritakan mengenai masa kecil anda?

Pandangan terhadap diri  Bagaimana anda memandang diri anda saat

sebagai lesbian ini?

 Coba ceritakan kehidupan anda sebagai

lesbian?

Anggapan masyarakat  Bagaimana anggapan masyarakat di Kupang

mengenai lesbian mengenai lesbian?

 Mengapa kebanyakan orang menganggap

lesbian seperti itu?

 Apakah anggapan tersebut menganggu anda

sebagai lesbian? Mengapa?

 Bagaimana perasaan anda ketika

mendapatkan anggapan-anggapan tersebut?

 Bagaimana pandangan anda mengenai

orang-orang disekitar yang mendiskriminasi

dan menolak kaum homoseksual?

Internalized  Peneliti memberikan 10 isi pikiran

Homophobia masyarakat homophobia mengenai lesbian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Aspek Pertanyaan

dan meminta informan memilih pemikiran

mana yang ia dapatkan di Kupang?

 Bagaimana pendapatnya mengenai

pemikiran tersebut?

 Apakah pemikiran tersebut menganggu

anda sebagai lesbian?

 Mengapa anda memilih pemikiran tersebut?

 Apakah anda menginternalisasikan atau

meyakini atau membenarkan anggapan

tersebut? Mengapa?

 Bagaimana perasaan dan pikiran anda akibat

menginternalisasikan pemikiran tersebut?

 Jelaskan dampaknya untuk perilaku anda?

 Kepada siapakah anda memberitahu

mengenai orientasi seksual anda? Mengapa?

 Jika saya memberikan angka 1-10, seberapa

yakin anda dalam menjalani orientasi

seksual yang anda pilih?

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan sebuah proses pengolahan data dari proses

pengumpulan data hingga pengolahan data dengan teknik-teknik tertentu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Beberapa tahapan pengolahan data

(Miles & Huberman, 1994) sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan atau mendapatkan data

yang cukup, sesuai dengan topik penelitian dan dapat dianalisis.

2. Tahap reduksi data

Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala

bentuk data menjadi satu bentuk tulisan (script). Kemudian, peneliti

menganalisis bentuk tulisan (script) tersebut. Hasil rekaman wawancara

diubah menjadi bentuk verbatim wawancara.

3. Tahap Display Data.

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang seragam ke dalam

bentuk tulisan dan memiliki alur tema yang jelas (membuat tabel

akumulasi data). Setelah itu, peneliti membuat matriks kategorisasi sesuai

kategori atau kelompok tema-tema. Tema-tema tersebut dipecah dalam

bentuk yang lebih konkret dan sederhana, yang disebut dengan subtema.

Setelah itu, memberikan kode (coding) dari subtema sesuai dengan

verbatim wawancara.

4. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian

analisis data kualitatif (Miles & Huberman, 1984). Terdapat tiga tahapan

yang harus dilakukan dalam tahap kesimpulan/verifikasi. Pertama,

menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean

disertai dengan quote verbatim wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan

fokus penelitian. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan dengan

memberikan penjelasan dari jawaban pertanyaan wawancara.

3.6 Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas penelitian menggunakan prosedur member checking.

Informan memeriksa kembali data yang dilaporkan oleh peneliti (Creswell,

2007). Informan memberikan klarifikasi dan konfirmasi terhadap data yang

disampaikan peneliti secara lisan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung pada kurun waktu Juli 2015 sampai

dengan September 2015. Peneliti menggunakan wawancara sebagai metode

utama pengumpulan data. Peneliti mewawancarai dua orang dengan

gangguan identitas gender, yang menunjukkan orientasi homoseksual,

khususnya lesbian. Peneliti mengalami kesulitan mencari informan penelitian

yang sesuai dengan kriteria, karena kaum lesbian di tempat penelitian masih

sangat tertutup, namun peneliti bisa mendapatkan informan penelitian yang

sesuai kriteria dengan bantuan dari beberapa orang. Awalnya peneliti

mendapatkan tiga informan penelitian, dan peneliti telah melakukan

pendekatan kepada ketiga informan. Akan tetapi, salah satu informan

menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti menjelaskan secara garis besar mengenai topik penelitian, tujuan

dan manfaatnya. Setelah itu, peneliti meminta informan agar menjawab

pertanyaan dengan terbuka. Peneliti juga menyampaikan bahwa informan

memiliki hak untuk berhenti bercerita kapanpun informan inginkan. Apabila

terdapat pertanyaan yang membuat informan merasa tidak nyaman, maka

informan memiliki hak untuk tidak menjawab pertanyaan itu.

Sebelum melakukan wawancara formal, peneliti juga meminta persetujuan

(Informed consent) dari informan penelitian. Peneliti menjaga kerahasiaan

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

data informan. Peneliti juga meminta persetujuan untuk menggunakan alat

perekam. Alat perekam dipergunakan untuk merekam pembicaraan dari awal

hingga akhir wawancara. Alat perekam juga membantu peneliti mengerjakan

verbatim wawancara.

Peneliti melakukan pendekatan dengan informan penelitian sebelum

wawancara formal, agar saat wawancara berlangsung, informan penelitian

merasa nyaman, terbuka dan tidak sungkan memberikan informasi kepada

peneliti. Peneliti melakukan wawancara formal pertama dan kedua secara

langsung. Akan tetapi, peneliti melakukan wawancara formal ketiga melalui

handphone karena jarak yang jauh antara tempat tinggal informan dan

peneliti. Berikut adalah urutan pelaksanaan wawancara yang dilakukan:

Tabel 2

Pelaksanaan Wawancara

Waktu Kegiatan Tempat

25 Juli 2015 Wawancara pertama „B‟ Taman, Kupang

25 Juli 2015 Wawancara pertama „D‟ Taman, Kupang

07 September 2015 Wawancara kedua „B‟ Taman, Kupang

07 September 2015 Wawancara kedua „D‟ Taman, Kupang

21 Oktober 2015 Wawancara ketiga „B‟ -

(via telepon)

26 Oktober 2015 Wawancara ketiga „D‟ -

(via telepon)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Tabel 3

Member checking

Waktu Kegiatan Jawaban Informan

12 Januari 2016 Pelaksanaan member “Benar semua informasi

checking informan pertama yang telah saya berikan

saat wawancara”.

26 Januari 2016 Pelaksanaan member “Iya seperti itulah kisah

checking informan kedua hidup saya sebagai

seorang lesbian, yang telah

saya ceritakan saat

wawancara”.

4.2 PROFIL INFORMAN

4.2.1 Informan Pertama

Informan pertama adalah seorang lesbian yang bernama Bona.

Bona berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Bona merupakan

anak yatim piatu. Ibunya meninggal sejak Bona masih kecil, dan

ayahnya meninggal sejak Bona memasuki usia remaja. Bona berusia 29

tahun. Bona merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Bona

memiliki tiga saudara perempuan dan satu saudara laki-laki. Namun

saudara laki-lakinya juga telah meninggal, sehingga saat ini Bona hidup

dengan ketiga orang saudara perempuannya. Sejak ibunya meninggal,

ayahnya kawin lagi dan sering gonta-ganti perempuan, yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

menyebabkan Bona dan saudara-saudaranya sering berpindah tempat

tinggal. Ayah dari Bona bekerja sebagai pengawas proyek.

Saat ayahnya meninggal, status ekonomi Bona dan adik-adiknya

sangat rendah. Bona tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang

untuk membiayai kehidupannya dan adik-adiknya. Bona bingung harus

bekerja dimana dengan jenjang pendidikannya yang hanya tamat SMP.

Bona terpaksa memutuskan untuk bekerja di dunia malam. Bona

bertugas untuk menemani laki-laki minum minuman keras. Saat bekerja

di Bar, Bona menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Namun,

pada saat yang bersamaan Bona juga menjalin hubungan dengan laki-

laki, bahkan ia rela melakukan hubungan seksual dengan seorang laki-

laki karena laki-laki itu membiayai kehidupannya.

Bona hamil tanpa status menikah dengan laki-laki tersebut, Bona

memiliki tiga orang anak dari laki-laki itu. Bona mengatakan bahwa ia

mau berhubungan dengan laki-laki itu hanya karena uang atau materi.

Kejadian ini telah terjadi beberapa tahun yang lalu. Saat ini, Bona

menjalani kehidupannya sebagai lesbian. Bona juga sedang menjalin

hubungan dengan sesama jenis. Bona mengatakan bahwa rasa sayang

dan cinta hanya kepada pasangan sesama jenis.

Bona menyadari bahwa ia menyukai sesama jenis dan bergaya

seperti laki-laki (tomboy) sejak duduk di bangku SD. Bona lebih banyak

berinteraksi dengan laki-laki daripada perempuan. Penampilan fisik

Bona seperti laki-laki, seperti bagian dadanya rata, suka mengenakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

baju dengan ukuran besar, dan gaya rambut yang pendek. Bona

mengatakan bahwa ia sangat menyayangi pasangannya. Akan tetapi,

Bona takut menampilkan hubungan dengan pasangannya di depan

umum karena Bona berada di lingkungan yang masih menolak kaum

lesbian.

Bona memandang dirinya mendekati laki-laki daripada perempuan.

Artinya Bona merasa bahwa dirinya mirip dengan laki-laki, walaupun

secara biologis, Bona mengetahui bahwa jenis kelaminnya perempuan,

namun dalam menjalani kehidupan sehari-sehari dari kecil hingga saat

ini, Bona lebih nyaman berperan sebagai seorang laki-laki daripada

perempuan. Secara fisik, Bona mirip seperti laki-laki, dan dalam

menjalin hubungan dengan sesama jenis, Bona cenderung berperan

sebagai laki-laki.

4.2.2 Informan Kedua

Informan kedua adalah seorang lesbian yang bernama Dewi. Dewi

berusia 20 tahun, dan merupakan anak ke-4 dari lima bersaudara. Dewi

memiliki dua saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Dewi

berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dewi melanjutkan

pendidikan hingga jenjang SMA. Dewi menyadari bahwa ia menyukai

sesama jenis sejak duduk di bangku SMA. Sekolahnya merupakan

sekolah khusus perempuan, dan Bona tinggal di asrama, sehingga Dewi

lebih banyak berinteraksi dengan perempuan dan jarang bertemu

dengan lawan jenis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Saat itu, Dewi tertarik dengan seorang perempuan, yang

merupakan kakak kelasnya. Dewi tertarik dengan perempuan tersebut

karena perhatian yang berlebihan dari perempuan itu. Dewi melakukan

pendekatan dengan perempuan itu. Dewi berpacaran dengan perempuan

itu setelah beberapa pendekatan. Dewi menjalin hubungan yang sangat

tertutup karena adanya peraturan di sekolah yang sangat ketat yang

membuatnya merasa takut apabila orang mengetahui hubungan mereka.

Akan tetapi, akhirnya Dewi tertangkap basah sedang mandi bersama

pasangannya.

Dewi bergaya seperti laki-laki sejak kecil. Dewi lebih banyak

bermain dengan laki-laki. Dewi tidak pernah menyentuh dan

mengenakan pakaian perempuan yang dibeli oleh ibunya, karena ia

tidak menyukai barang-barang yang berkaitan dengan perempuan.

Penampilan Dewi masih seperti laki-laki, yaitu bagian dadanya rata,

sering mengenakan baju dengan ukuran besar, dan gaya rambut yang

pendek. Dewi juga memiliki cara berjalan yang sama seperti laki-laki.

Dewi menolak bahwa dirinya menyukai sesama jenis saat duduk di

bangku SMA. Namun, seiring berjalannya waktu, ia bisa menerima

mengenai dirinya yang lesbian. Dewi memiliki ketakutan yang besar

terhadap diskriminasi dan penolakan, sehingga Dewi belum pernah

menampilkan dirinya sebagai lesbian. Dewi juga mengalami trauma

karena ia pernah menyaksikan secara langsung teman sesama


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

lesbiannya mendapatkan penolakan dari orang-orang di lingkungan

tempat tinggalnya.

Dewi mengetahui bahwa secara biologis dirinya berjenis kelamin

perempuan. Akan tetapi, Dewi mengatakan bahwa dirinya mendekati

laki-laki. Artinya, Dewi merasa bahwa dirinya lebih mirip laki-laki

daripada perempuan, karena dalam menjalani kehidupan sehari-hari dari

kecil hingga saat ini, Dewi lebih nyaman berperan sebagai laki-laki.

Secara fisik, Dewi bergaya seperti laki-laki. Bahasa tubuhnya pun sama

seperti laki-laki.

4.3 HASIL PENELITIAN

4.3.1 Informan pertama, Bona

a. Gangguan identitas gender

Sejak kecil Bona lebih banyak bermain dan berinteraksi dengan

laki-laki, daripada perempuan. Bona juga tidak menyukai barang-

barang perempuan.

“Kebanyakan saya bergaul dengan laki-laki. Saya lebih senang


bermain dengan laki-laki daripada perempuan. Saya juga tidak
suka barang perempuan (B, W1, 25-07-2015, 241-243). Nah, dulu
waktu saya masih kecil kalo ayah saya pergi kerja proyek, saya
selalu diajak. Bawa saya ikut kerja proyek, suruh saya naik truk,
jalan-jalan dengan sopir-sopir di tempat proyek (B, W1, 25-07-
2015, 244-246 & 252-254)”.

Orangtua Bona menginginkan agar anak pertamanya laki-laki,

sehingga sejak kecil orangtuanya membentuk karakternya seperti laki-

laki. Selain itu, Bona juga berpenampilan seperti laki-laki.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

“Iya, karakter seperti laki-laki sudah dibentuk dari kecil. Bukan


dari kecil, dari dalam kandungan sudah dibentuk laki-laki karena
mungkin ayah saya pengennya saya anak laki-laki (B, W1, 25-07-
2015, 246-248 & 257-261)”.
Bona juga mengatakan bahwa secara biologis, ia adalah seorang

perempuan, namun ia terbiasa berperan seperti laki-laki, serta saat

menjalin hubungan ia berperan sebagai laki-laki untuk menjaga dan

melindungi pasangannya.

“Kalo secara biologis sudah pasti saya ini perempuan, hanya dari
kecil sudah terbiasa bermain dengan laki-laki, jadi saya nyaman
seperti laki-laki. kalo pacaran juga saya biasa berperan sebagai
laki-laki yang jaga dan lindungi pasangan saya. Saya juga nyaman
dengan gaya saya yang tomboy”.
Bona tetap bertumbuh dengan normal, meskipun mengalami

gangguan identitas gender, dan memilih homoseksual sebagai orientasi

seksualnya.

b. Awal menyadari diri sebagai lesbian

Bona menjelaskan bahwa awal menyadari dirinya menyukai

sesama jenis sejak duduk dibangku SD. Bona tidak mengetahui

mengapa ia bisa tertarik dengan sesama jenis. Saat itu, Bona menyukai

seorang anak perempuan yang merupakan tetangganya, Bona mengirim

surat cinta untuk anak perempuan itu, dan anak perempuan itu juga

membalasnya surat dari Bona. Akan tetapi, mereka tertangkap basah

oleh orangtua anak perempuan itu, sehingga orangtuanya datang ke

rumah Bona dan melaporkan apa yang terjadi. Berikut ungkapan Bona

“Mula-mula saya mulai rasa suka sesama jenis itu dari SD saya
tau. Dari SD saya sudah mulai suka sesama jenis (B, W1, 25-07-
2015, 20-23). Trus pas tamat SD, saya sekolah tapi tidak tamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

SMA, hanya sampai SMP saja. Karena sekolah main-main, ikut


orangtua kerja proyek. Jadi saya pacaran yang pertama dengan
perempuan bar, itu tahun…kira-kira tahun 98 kayaknya, pokoknya
antara 97 atau 89. Itu pertama kali saya mulai menjalani hidup
sebagai lesbi, tahun 97 atau 98 (B, W1, 25-07-2015, 25-34).
Tidak tau juga kenapa bisa suka perempuan, dari SD sudah suka-
suka dengan perempuan, pokoknya waktu SD tu masih kirim surat
biasa kalo yang tetangga. Kirim surat dengan perempuan-
perempuan (W1, 25-07-2015, 42-46). Kalo dulu saya pernah
pacaran dengan yang namanya Lusia, jarak rumah kami mungkin
sekitar 15 meter. Dia juga balas surat saya, tapi setelah itu
ketangkap basah oleh orangtua. Orangtua datang ke rumah,
beritahu sama tantenya saya. Waktu itu saya tinggal dengan tante
karena bapa kerja proyek. Saat itu, saya kena marah dari
orangtuanya dia dan saya karena masih terlalu kecil, masih SD
(W1, 25-07-2015, 48-58)”.

Ayah dari Bona telah meninggal, Bona memutuskan untuk bekerja

di Bar. Bona menjalin hubungan dengan sesama jenis, saat bekerja di

Bar. Namun, bukan hanya dengan satu perempuan saja, Bona juga

sering gonta-ganti pasangan sesama jenis, dan cukup banyak

perempuan yang pernah menjalin hubungan romantis dengan Bona.

Saat ini, Bona sedang menjalin hubungan yang cukup lama dengan

seorang perempuan yang merupakan tetangganya. Bona mengatakan;

“Waktu itu mulai pacaran pertama dengan lesbi yang di Sasando.


Itu tahun sekitar 97 atau 98. Itu kalo saya masih sekolah, mungkin
sudah SMA, SMA kelas 2 atau 3 (W1, 25-07-2015, 58-63). Sampai
sekarang pacaran dengan sesama jenis, tapi ganti-ganti tidak
dengan perempuan yang pertama melulu. Kurang tau saya sudah
pacaran dengan berapa banyak perempuan. Pertama dengan
Sinta, setelah itu Ance, setelah itu kembali dengan Sinta lagi,
setelah itu dengan yang sekarang Merlin, yang tadi duduk di
teras” (W1, 25-07-2015, 65-72)”.

Kaum lesbian tentu merasakan dampak negatif yang berbeda-

beda terhadap pilihan orientasi seksualnya. Bona mengatakan bahwa

akibat orientasi seksualnya, anak-anaknya mendapatkan ejekan atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

bully dari orang disekitarnya. Bona juga biasanya memikirkan

mengenai orientasi seksualnya, yang membuatnya sulit tidur dan kurang

napsu makan, serta ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa.

“Iya kadang-kadang juga orang-orang suka ngejekin Ichal,


kadang-kadang panggil saya „meme..meme‟. Saya bilang ini pasti
orang sudah bully Ichal karena saya (B, W1, 25-07-2015, 326-
330). Jadi ada tetangga yang panggil dia trus bilang kalo mama
kamu tuh tomboy (B, W2, 07-09-2015, 708-709). Saya pikiran,
biasa kalo malam-malam mau tidur, saya tidak bisa tidur, saya
juga tidak makan. Saya pikiran. Ya itu pikiran, tidak bisa berbuat
apa-apa, tidak bisa tidur juga (B, W1, 25-07-2015, 485-487 &
627-628)”.

Bona juga memutuskan untuk tidak ingin terlalu dekat dengan

anak pertamanya, karena anaknya akan mengetahui mengenai orientasi

seksual Bona apabila melihat gaya hidup dan sikap Bona. Tentu

anaknya merasa sakit hati, jika mengetahui dirinya lesbian. Oleh sebab

itu, Bona memilih untuk menitipkan anaknya ke keluarganya. Bona

melakukan hal tersebut karena menurut pengalamannya, teman-teman

sesama lesbian yang mendidik anaknya sendiri mengakibatkan anak

mereka bertumbuh menjadi anak yang memiliki perilaku negatif.

Berikut adalah ungkapan Bona;

“Tidak saya juga tidak mau juga karena dia sudah besar, sudah
mengerti, saya tidak mau dia terlalu sering dekat-dekat dengan
saya, pasti ketika dia lihat sikapnya saya pasti dia sakit hati juga,
saya tidak mau. Apalagi dia perempuan (B, W2, 07-09-2015,
1060-1065). Karena sudah lihat yang sebelum-sebelumnya ada
teman-teman saya yang juga punya anak dan mereka didik
sendiri. Kadang baik juga mereka didik sendiri, mereka tidak
mau berjauhan dengan anaknya. Tapi malah anak mereka
jadinya rusak. Kebanyakan rusak (menjadi anak-anak yang tidak
baik). Yang saya temui teman-teman saya seperti lesbian dan
pekerja seks. Kebanyakan anak mereka kadang-kadang makin
cerdik. Jadi saya titip anak saya disana, saya tidak mau anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

saya jadi kayak begini, kayak saya ini, saya tidak mau (B, W2,
07-09-2015, 1068-1082)”.

Bona memperoleh reaksi negatif dari orang-orang di sekitarnya

karena penampilannya seperti laki-laki, dan orang-orang di sekitarnya

juga membicarakan Bona. Berikut adalah ungkapan Bona;

“Karena biasanya kalo saya lagi dijalan, orang pasti melihat


saya dengan tatapan yang bagaimana begitu karena gaya saya
yang sedikit tomboy jadi mereka suka mengatakan bahwa ihh ini
ni lesbian (B, W3, 21-10-2015, 1141-1145). Kalo di lingkungan
tempat tinggal, pasti orang bicarakan sayalah kayak bisik-bisik
begitu kalo liat saya. Saya terganggu sekali dengan hal tersebut
(B, W2,07-09-2015, 753-756)”.

Bona juga mendapatkan sindiran dari keluarga dan orang-orang di

sekitarnya, sehingga ia merasa sakit hati. Berikut ungkapan Bona;

“Dengan gaya saya yang tomboy trus jalan dengan perempuan


juga pasti dibicarakan sama mereka. Pernah, malahan sering.
Kalo saya lagi jalan dengan perempuan, dengan gaya saya yang
sedikit laki-laki pasti orang akan omong seperti itu. Di angkot
atau di jalan pasti diomongin orang (B, W3, 21-10-2105, 1146-
1148 & 1165-1169). Sesama ibu-ibu biasa liat kalo saya lagi
bersama Merlin, mereka sindir saya katanya hey suami, sayang,
bapak, dan lain-lain (B, W2. 25-07-2015, 799-803). Padahal itu
sesama ibu-ibu, bisanya bilang kayak begitu (B, W2. 25-07-2015,
799-803)”.

Bona merasa bersalah kepada Tuhan, anak-anaknya dan orangtua

pasangannya. Bona memohon maaf kepada Tuhan karena ia merasa

telah berbuat salah. Bona tidak bisa jika harus kehilangan pasangan

sesama jenisnya. Bona juga memikirkan sampai kapan ia seperti ini,

anak-anaknya semakin hari semakin bertumbuh dan semakin mengerti.

Selain itu, Bona merasa bersalah terhadap anaknya karena anak-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

anaknya pernah mendapatkan stigma dan anggapan negatif tentang

dirinya.

“Terkadang hanya di hati kecil saya berkata aduuh Tuhan


maafkan saya, saya tau saya salah. Saya tidak tau kapan bisa
berubah tapi saya juga tidak bisa kehilangan Merlin (B, W1, 25-
07-2015, 630-634). Saya tidak bisa. Saya juga ada rasa bersalah
dengan anak-anak saya, mau sampai kapan saya begini, mereka
semakin hari makin besar. Saya bisa kehilangan Merlin. Saya
juga minta maaf kepada anak-anak saya (B, W1, 25-07-2015,
307-311 & 634-635). Kalo saya merasa bersalah karena saya
sudah ada anak. Nah anak-anak tentunya makin hari makin
besar, makin mengerti. saat itu saya juga dengar apa yang
dibicarakan sehingga saya langsung merasa bersalah (B, W2, 07-
09-2015, 679-681 & 710-712). Saya pikiran. Rasa bersalah
dengan orangtuanya Merlin yang sudah terlanjur baik dengan
saya. Orangtuanya sudah baik dengan saya tapi malah saya buat
begini. Kalo ketahuan saya harus bagaimana. Saya merasa
bersalah, kalo mereka tau kami begini, sikap saya harus seperti
apa (B, W1, 25-07-2015, 487-489, 495-499). Nah saya juga
merasa bersalah dengan orangtuanya Merlin karena mereka
sudah terlanjur baik dengan saya (B, W2, 07-09-2015, 712-
715)”.

c. Terbentuknya Internalized Homophobia

 Anggapan negatif mengenai lesbian

Bona menceritakan bahwa kebanyakan masyarakat di Kupang

menganggap bahwa kaum lesbian adalah orang-orang yang

menjijikkan, tidak normal, sampah dan orang tidak waras. Lesbian

juga dianggap menyimpang. Selain itu, masyarakat di Kupang sangat

terpaku terhadap ajaran agama, sehingga kebanyakan masyarakat

belum menerima kaum homoseksual, dan menganggap bahwa kaum

homoseksual itu melanggar ajaran dalam Alkitab. Berikut ungkapan

Bona;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Iya kebanyakan orang jijik (B, W1, 25-07-2015, 342).


Kebanyakan orang masih menganggap kalo hubungan sesama
jenis itu sangat melanggar alkitab (B, W2, 07-09-2015, 721-
724) Iya omong bilang mereka ini lesbian, menyimpang (B, W3,
21-10-2015, 1183-1184). Orang gila, sampah (B, W2. 07-09-
2015, 941). Mereka tidak normal, jijik karena perempuan suka
dengan perempuan (B, W3, 21-10-2015, 1186-1187).

Bona menuturkan bahwa kebanyakan masyarakat menganggap

pasangan sesama jenis itu melanggar agama, melanggar perintah

Tuhan, dan telah bersalah terhadap Tuhan. Bona merupakan orang

beragama, dan ia membenarkan ajaran dalam Alkitab bahwa adam

diciptakan dengan hawa, dan hawa harus mendampingi adam.

Menurut Bona, yang disebut pasangan adalah perempuan dan laki-

laki, bukan perempuan dengan perempuan.

“Jadi mereka anggap kalo perempuan dengan perempuan itu


sudah melanggar agama, melanggar perintah Tuhan, sudah
bersalah dengan Tuhan makanya mereka tidak terima. Kalau
misalkan ada di alkitab tidak tertulis kalau perempuan harus
dengan pasangannya laki-laki, saya rasa lesbian bukan hanya
diterima di kota Kupang saja, dimanapun pasti orang terima
lesbian (B, W2, 07-09-2015, 946-955). pemikiran no.5. Inikan
dilarang agama, nah saya juga orang beragama, memang di
alkitab, saya kan agama Kristen. Di alkitab itu kan bilang kalo
adan diciptakan dengan hawa, dan hawa harus dengan
mendampingi adam. Saya membenarkan juga, karena memang
di alkitab, tidak ada tulis begitu, adam harus dengan hawa (B,
W3, 21-10-2015, 1257-1262 & 1325-1327). Dalam kitab suci
kan pasangan tu kan, perempuan harus berpasangan dengan
laki-laki dan laki-laki juga harus berpasangan dengan
perempuan. Nah makanya kebanyakan kalo perempuan dengan
perempuan hidup bersama, pasti sudah salah. Atau laki-laki
dengan laki-laki hidup sama-sama salah karena dalam kitab
suci tidak pernah tertulis kalo perempuan berpasangan dengan
perempuan (B, W2, 07-09-2015, 736-746)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

 Informan pertama menginternalisasikan asumsi negatif terkait


orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku.
Bona menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait

orientasi seksualnya, yaitu kebanyakan orang menganggap lesbian

tidak normal, tabu dan menjijikkan.

“O iya no. 5 dan no. 1. Nomor 5 itu yang dalam konteks agama
beranggapan bahwa lesbian itu berdosa kah kak?Iya..iya.. terus
kebanyakan orang menganggap kaum homoseksual tidak
normal, tabu dan menjijikkan (B, W3, 21-10-2015, 1111-1119)”

Bona menginternalisasikan anggapan agama yang mengatakan

bahwa lesbian merupakan kaum berdosa. Hal ini dikarenakan Bona

juga merupakan orang beragama dan dalam Alkitab tidak tertulis

mengenai homoseksual. Bona juga menginternalisasikan anggapan

tersebut karena dalam Alkitab tertulis bahwa hawa harus

berpasangan dengan adam, bukan hawa dengan hawa.

“Iya saya yakini hal yang sama atau saya masukkan ke dalam
diri saya omongan-omongan tersebut, kalo saya tidak
memasukkan saya tidak mungkin menghindar dari mereka (B,
W3, 21-10-2015, 1210-1214). Inikan dilarang agama, nah saya
juga orang beragama, memang di alkitab, saya kan agama
Kristen. Di alkitab itu kan bilang kalo adan diciptakan dengan
hawa, dan hawa harus dengan mendampingi adam. Saya
memasukkan omongan orang dan saya rasa ada benarnya juga
(B, W3, 21-10-2015, 1257-1264). Ya memang betul dalam
alkitab tertulis kalo harus hawa dengan adam, bukan hawa
dengan hawa (B, W3, 21-10-2015. 1316-1318). Saya
membenarkan omongan tersebut (B, W3, 21-10-2015, 1327-
1328)”.

Bona memandang dirinya salah. Ia merasa bersalah dengan

dirinya saat ini, karena ia sudah terlanjur memiliki anak, namun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Bona tidak bisa meninggalkan pasangan sesama jenisnya. Bona telah

berusaha melepaskan pasangannya tetapi ia tidak bisa.

“Saya juga rasa bersalah dengan diri yang saat ini. Sebenarnya
saya rasa bersalah karena sudah terlanjur ada anak (B, W1, 25-
07-2015, 295-298). Rasa bersalah karena anak dapat ejekan,
saya ini mau bagaimana, sampai kapan hidup saya begini,
akankah saya berubah?. Pasti ingat-ingat begitu hanya ihh
tidak bisa (B, W1, 25-07-2015, 330-334)”.

Bona menganggap bahwa orientasi seksualnya adalah pilihan

gaya seks. Bona juga tidak menganggap orientasi seksualnya sebagai

penyakit karena Bona pernah berpartisipasi dalam sebuah LSM, dan

ia mendapatkan banyak pengetahuan, serta informasi mengenai

orientasi seksualnya. Akan tetapi, Bona mengalami dilema karena

kebanyakan orang menganggap lesbian sebagai penyakit.

“Iya itu pilihan, pilihan gaya seks. Kalo saya mungkin kalo
tentang lesbian saya rasa tidak karena saya sudah banyak dapat
dari YTB kan. Saya punya orientasi seksual bukan penyakit” (B,
W1, 25-07-2015, 351 & B, W2, 07-09-2015, 966-969)

Bona merasa malu untuk menampilkan dirinya sebagai lesbian

karena kebanyakan masyarakat masih memberikan penolakan

kepada kaum lesbian. Jika Bona menampilkan dirinya sebagai

lesbian, maka orang akan membicarakannya.

“Malu karena orang-orang belum mau terima kami. Malu kalo


diomongin orang, nanti pasti kalo kemana-mana, kesana kesini,
mulai diomongin orang. Kadang-kadang saya malu juga
dengan omongan mereka jadi saya pergi dari tempat itu, saya
juga tidak mau ingat omongan tersebut” (B, W1, 25-07-2015,
608-609)

Bona merasa sakit hati dan malu. Bona mengatakan bahwa

perasaan tersebut adalah perasaan yang wajar dialami oleh manusia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Bona juga merasa sakit hati dan malu karena ia merasa telah berbuat

salah. Bona merasa bahwa pilihan orientasi seksualnya merupakan

sesuatu yang salah.

“Sakit hati hmm dan malu juga. Manusia tu pasti wajar ada
perasaan kayak begitu. Saya rasa sakit hati dan malu karena
saya merasa bersalah. Saya salah (B, W2, 07-09-2015, 767 & B,
W2, 07-09-2015, 769-771)”.

Bona menceritakan bahwa ia pernah ke gereja dan saat itu

pendeta sedang menyampaikan khotbah tentang pasangan, sebagai

seorang lesbian, Bona merasa tidak nyaman mendengarkan khotbah

tersebut.

Apalagi kalo pas pendeta khotbah tentang pasangan begitu.


Hmmm.. saya jarang ke gereja karena dari cara berpakaian
saja sudah jadi omongan orang. Itu menganggu sekali (B, W2,
07-09-2015, 911-912 & 920-926).

Bona juga takut apabila orang di sekitarnya mengetahui bahwa

dirinya lesbian. Bona merasa takut kepada orangtua pasangannya,

karena Bona dan orangtua pasangannya telah menjalin hubungan

yang sangat baik, serta orangtua pasangannya sering membantunya.

“Kalo saya, saya takut orangtuanya Merlin tau kalo saya


dengan dia pacaran karena saya dan orangtuanya hubungan
kami sangat baik, dan orangtuanya sudah terlanjur baik dengan
saya. Itu saja yang saya takutkan, kalo orangtua tau (B, W1, 25-
07-2015, 470-476).

Bona memikirkan anak-anaknya yang semakin hari semakin

bertumbuh dan semakin mengerti. Kelak mereka akan mengetahui

diri Bona yang sebenarnya. Bona takut apabila anak-anaknya

menolak dirinya yang lesbian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

“Trus saya juga memikirkan anak-anak saya nanti kalo mereka


besar seperti apa. Kehidupannya saya seperti, saya harus
bagaimana. Itu yang saya takutkan (B, W1, 25-07-2015, 476-
480). Saya juga pikirkan anak-anak, makin hari mereka makin
besar, dan mereka juga tentunya makin mengerti. (B, W1, 25-
07-2015, 655-657)”.

Bona merasa malu karena orang akan membicarakannya. Bona

merasa takut, orang akan mengusirnya dari lingkungan tempat

tinggalnya.

“Malu kalo diomongin orang, nanti pasti kalo kemana-mana,


kesana kesini, mulai diomongin orang (B, W1, 25-07-2015, 612-
614). Kalo seandainya ketahuan pasti kena usir (B, W2, 07-09-
2015, 822-823)”

Bona memberitahukan bahwa ia malas untuk ke gereja karena ia

merasa bahwa orang di gereja pasti akan membicarakannya. Bona

juga tidak berani untuk jalan bersama perempuan didepan umum.

Bona lebih memilih untuk menyembunyikan orientasi seksualnya.

“Memang betul, memangkan betul saya seperti ini. Mau ke gereja


juga, orang suka omongin saya, jadi saya rasa seperti bagaimana
begitu. Untuk mau jalan dengan perempuan di tempat umum saja
saya tidak berani (B, W3, 21-10-2015, 1236-1240)”.

d. Dampak terbentuknya Internalized Homophobia

Bona menjadi tertutup dan tidak bebas mengekspresikan dirinya

sebagai lesbian. Bona mengatakan bahwa ia juga merasa was-was,

sangat menutup diri, selektif dalam bergaul dengan sesama jenis, harus

menyembunyikan diri dan takut akan keramaian, serta takut ke gereja.

Bona juga merasa tersiksa.

“Saya juga bingung, saya was-was, saya juga bingung, saya juga
was-was makanya saya sangat menutup diri. Untuk mau jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

dengan perempuan di tempat umum saja saya tidak berani (B,


W3, 21-10-2015, 1236-1240). Karena saya memasukkan atau
membenarkan makanya saya tidak bisa sembarangan jalan
dengan pasangan saya didepan umum. Saya sembunyi-sembunyi
kalo mau berhubungan dengan lesbian (B, W3, 21-10-2015,
1245-1249). Karena itu saya sembunyi-sembunyi, kalo mau gaya
sebagai tomboy saya juga diam-diam. Kalo ditempat umum saya
tidak bisa terbuka (B, W3, 21-10-2015, 1266-1269). Orang
omong seperti itu berarti yang jelas saya harus tertutup, saya
tidak bisa menunjukkan kalo saya ini lesbian. Saya juga kalo mau
bergaul dengan perempuan saja saya liat-liat tempat yang
bagaimana dulu. Saya juga takut keramaian. Mau ke gereja saja
saya takut, takut dengan omongan orang. Iya. Perasaan-perasaan
saya ini yang membuat saya tidak berani untuk mau jalan dengan
pasangan saya di keramaian. Saya tidak berani menunjukkan,
kalo saya ingin berpegangan tangan atau mau buat apa begitu
tidak bisa ditempat ramai. Mau buat begitu, tapi liat lokasi juga
(B, W3, 21-10-2015, 1309-1316 & 1335-1341). Karena saya
membenarkan makanya buat saya jadi tertutup, tidak
sembarangan dan sembunyi-sembunyi (B, W3, 21-10-2015, 1328-
1331). Saya merasa tersiksa. Sebenarnya menantang jiwa saya
juga (B, W3, 21-10-2015, 1306-1307)”.

Bona bertanya-tanya dan memikirkan mengenai orientasi

seksualnya. Bona memikirkan mengenai orientasi seksualnya. Bona

juga bingung apakah ia harus meninggalkan pasangan sesama jenisnya.

Bona bertanya dalam dirinya, apakah karena dirinya yang lesbian

sehingga Tuhan menghukumnya? Bona pun bertanya dalam dirinya

bahwa akankah kelak anak-anaknya dapat menerima keadaannya? atau

haruskah ia yang mengalah?

“Pikiran..pikiran, bingung, apakah saya harus meninggalkan


dia? (B, W1, 25-07-2015, 619-620). . Ini mungkin Tuhan hukum
saya kah? Saya begini makanya Tuhan hukum saya kah? (B, W1,
25-07-2015, 621-624). Akankah nanti mereka menerima keadaan
saya yang seperti ini, atau saya yang harus mengalah. Saat ini
saya hanya ingin jalani saja (B, W1, 25-07-2015, 658-671)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Skema 1. Informan 1

Informan pertama mengalami gangguan identitas gender.


Sejak kecil karakter informan telah terbentuk seperti
laki-laki, berpenampilan seperti laki-laki, lebih banyak
menghabiskan waktu dengan laki-laki, serta terbiasa
berperan sebagai laki-laki

Meskipun mengalami gangguan


identitas gender, namun informan
bertumbuh dengan normal, dan
memilih homoseksual sebagai
orientasi seksualnya

Awal informan menyadari dirinya


menyukai sesama jenis sejak duduk di
bangku SD

Homoseksual khususnya lesbian adalah kelompok yang


sering mendapatkan asumsi negatif terkait orientasi
seksualnya

Kognitif
Afektif
(Informan (Informan
Informan menginternalisasikan
merasa takut, dilemma apakah
beberapa asumsi negatif terkait
malu, dll) orientasi
homoseksual kedalam kognitif,
Tingkahlaku merupakan
(Malas ke afektif dan tingkah laku
penyakit atau
gereja, tertutup, tidak
dan tidak bebas
mengekspresika
n diri sbg
lesbian

Internalized homophobia memberikan


beberapa dampak negatif bagi informan,
seperti seletif dalam bergaul, takut akan
keramaian, takut ke gereja, tersiksa dan
bertanya-tanya serta memikirkan mengenai
orientasi seksualnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

4.3.2 Informan kedua, Dewi

a. Gangguan identitas gender

Sejak kecil Dewi sudah bergaya seperti laki-laki. Ia hanya bermain

dan berinteraksi dengan laki-laki, serta tidak menyukai bermain

permainan perempuan. Dewi juga tidak menyukai pakaian-pakaian

perempuan sehingga ia tidak pernah menyentuh dan mengenakan

pakaian perempuan.

“Dari kecil saya tomboy, dari sononya sudah begini, dari kecil
hanya bermain permainan laki-laki. Pokoknya barang-barang
wanita tidak ada, pakaian-pakaian perempuan untuk ke gereja
yang dibelikan mama, saya tidak pernah sentuh, labelnya saja saya
tidak pernah buka (D, W1, 25-07-2015, 279-286)”.

Dewi juga mengatakan bahwa secara biologis ia adalah perempuan.

Sejak kecil ia sudah terbiasa menghabiskan waktu dengan laki-laki,

sehingga ia merasa nyaman berpenampilan seperti laki-laki. Dewi

merasa telah terbiasa berperan seperti laki-laki.

“Dari kecul sudah terbiasa bermain dengan laki-laki, kumpul


dengan laki-laki jadi saya lebih nyaman seperti ini. Saya nyaman
berpenampilan tomboy begini. Sejak kecil sudah terbiasa seperti
laki-laki, jadi terbawa sampai sekarang”.

Dewi tetap bertumbuh dengan normal, meskipun mengalami

gangguan identitas gender, dan memilih homoseksual sebagai orientasi

seksualnya.

b. Awal menyadari diri sebagai lesbian

Dewi menuturkan bahwa awal menyadari dirinya menyukai

sesama jenis sejak SMA kelas 1. Saat itu, Dewi merasa simpati kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

kakak kelasnya. Dewi tertarik dengan perempuan tersebut, saat pertama

melihatnya. Kemudian Dewi mulai melakukan pendekatan kepada

perempuan itu. Dewi merasa bahwa perempuan itu memberikan

perhatian yang berbeda kepadanya, sehingga tumbuhnya rasa cinta

terhadap perempuan itu. Dewi banyak menghabiskan waktu dengan

sesama jenis, karena sekolahnya merupakan sekolah khusus perempuan

Ketika Dewi menyukai sesama jenis, ia merasa takut karena ia

tidak mengetahui apakah perempuan itu juga menyukai sesama jenis

atau tidak. Namun, Dewi tetap melakukan pendekatan dengan

perempuan itu. Setelah Dewi melakukan beberapa pendekatan, akhirnya

Dewi berpacaran dengan perempuan itu. Dewi menutupi hubungan

mereka karena takut diketahui oleh pihak sekolah. Seiring berjalannya

waktu, pihak sekolah mengetahui hubungan mereka, karena mereka

tertangkap basah sedang mandi berdua. Berikut ungkapan Dewi;

“Awalnya saya menjadi seorang lesbian saat SMA kelas 1. Waktu


itu saya melihat seorang perempuan, dan saya merasa simpati
dengannya. Dia itu kakak kelasnya saya, jadi waktu pertama
melihatnya, saya fans dengan dia (D, W1, 25-07-2015, 3-8). Trus
saya merasa kayak perhatian teman cewe saya kayak beda, kayak
bagaimana begitu, saking dia perhatian dengan saya tu yang
bikin saya mulai ada rasa dengan dia. Dia itu kakak kelasnya
saya. Di sekolah itu semuanya perempuan, jadi buat apapun pasti
sama-sama dengan perempuan, makanya saya juga jadi suka
dengan perempuan tu. Trus saya juga akhirnya fans dengan cewe
itu, saya mulai dekat dengan dia. Awalnya saya juga takut karena
saya kan tidak tau dia juga suka sesama jenis atau cuma
perhatian dengan saya sebatas teman saja (D, W1, 25-07-2015,
98-111). Karena perhatiannya untuk saya yang buat saya simpati
dengan dia. Trus kami pacaran, saya mulai pegang-pegang
bagian tubuhnya dia, mandi bareng, dan lain-lain. Tapi saya juga
sembunyi-sembunyi, soalnya sekolah saya tu kan sekolah katolik
jadi ketat sekali. Saya sembunyi-sembunyi karena takut ketahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Suster. Eh tapi akhirnya ketahuan Suster juga karena kami mandi


bareng” (D, W1, 25-07-2015, 114-116).

Dewi menceritakan bahwa akibat orientasi seksualnya, ia tidak

berani untuk terbuka atau menampilkan diri didepan umum. Dewi juga

merasa tidak nyaman. Berikut pernyataan Dewi;

“Kalo kawan lain mereka menampilkan hubungan mereka


dengan sesama jenis didepan umum. Kalo untuk saya, saya tidak
mau seperti itu, saya tidak mau kalo orang tau (D, W1, 25-07-
2015, 348-352). Tidak nyaman saja, mau buat apa-apa harus
sembunyi-sembunyi..pokoknya tidak bebas berekspresi. Saya mau
jalan dengan perempuan saja tidak berani karena takut orang
omong lagi (D, W1, 25-07-2015, 453-457. Makanya saya rasa
tidak nyaman, tidak bebas berekspresi, harus tertutup (D, W1, 25-
07-2015, 467-469)”.

Dewi merasa bersalah kepada Tuhan dan keluarganya. Dewi

mengatakan bahwa ketika ke gereja dan mendengarkan khotbah pendeta

mengenai pasangan, Dewi langsung merasa berdosa. Dewipun merasa

bersalah kepada Tuhan karena Tuhan sangat baik kepadanya, tetapi ia

masih berbuat seperti ini. Ia tidak tahu sampai kapan ia akan hidup

dengan pilihannya. Dewi juga memikirkan apabila orangtuanya

mengetahui bahwa dirinya yang lesbian, ia tidak tahu harus berbuat apa,

karena orangtuanya tidak mengajarkannya untuk menjadi seorang

lesbian. Mereka juga akan merasa kecewa, sakit hati dan mungkin akan

menolak Dewi. Berikut ungkapan Dewi;

“Tuhan sudah baik dengan saya, memberikan saya kehidupan


hingga saat ini, namun saya masih berbuat seperti ini. Hanya itu,
saya tidak tau sampai kapan begini. Saya cuma rasa bersalah
dengan Tuhan, hanya mau bagaimana, saya sudah seperti ini (D,
W2, 07-09-2015, 693-700). Misalkan saya ke gereja trus pendeta
khotbah mengenai pasangan begitu, rasanya kayak bagaimana
begitu, rasanya seperti berdosa (D, W2, 07-09-2015, 748-750,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

752-753). Saya juga pikir kalo mama, bapak, dan keluarga saya,
mereka pasti akan kecewa dan sakit hati kalo tau saya begini,
mungkin mereka tidak terima kalo tau saya begini (D, W3, 26-10-
2015, 1060-1063)”.

Dewi menyatakan bahwa kaum lesbian sering mendapatkan

penolakan seperti ejekan dan anggapan negatif. Namun menurut Dewi,

penolakan adalah hal yang wajar dialami oleh kaum lesbian.

“Iya ada, misalnya seperti ejekan, anggapan negatif orang


mengenai lesbi. Yaa tidak mungkinlah orang mau terima kami.
(D, W2, 07-09-2015, 721-722 & 733-734). Kalo ditolak ya wajar,
mau bagaimana lagi (D, W3, 26-10-2015, 1107)”.

c. Terbentuknya Internalized Homophobia

 Anggapan negatif mengenai Lesbian

Dewi mengemukakan bahwa masyarakat Kupang menganggap

lesbian sebagai penyakit dan kebanyakan orang merasa jijik dengan

kaum lesbian. Berikut ungkapan Dewi;

Kalo menurut saya, kebanyakan orang menganggapnya sebagai


penyakit. Kebanyakan orang mengatakan kalo lesbian itu
penyakit, orang penyakit. Nanti orang yang liat mereka, orang-
orang mengatakan kalo mereka penyakit (D, W1, 25-07-2015,
295-296, 301-302 & 340-341). kebanyakan orang menganggap
kami tu penyakit. Mungkin bagi mereka bukan penyakit tu kalo
laki-laki dan perempuan. Mereka menganggap kami orang-
orang penyakit (D, W2, 07-09-2015, 643-646 & 648-649). Pasti
orang langsung membicarakan mereka katanya orang penyakit,
orang tidak waras. Orang disini kebanyakan jijik begitu
kayaknya. Mungkin karena mereka anggap kami ini orang
penyakit jadi mereka jijik (D, W3, 26-10-2015, 799-804, 809-
812 & 824-827)”.

Kebanyakan orang di Kupang juga menganggap bahwa lesbian

tidak normal dan salah sehingga masih banyaknya penolakan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

“Orang anggap ini tidak normal, ini salah, jadi kalo saya
tunjukkan nanti pasti saya tidak akan diterima. namanya
disekitar namanya kota kupang kalo yang tau kamu lesbian
berarti kamu penyakit, dan orang tidak akan menerimamu (D,
W1, 25-07-2015, 405-407 & 497-500). Karena kebanyakan
orang anggap lesbian tidak normal (D, W2, 07-09-2015, 629-
630). Orang disini tau kalo saya suka dengan sesama jenis,
perempuan dengan perempuan, atau laki-laki dengan laki-laki
pasti sudah dianggap salah (D, W1, 25-07-2015, 412-416).
Mereka beranggapan kalo ini sudah salah (D, W3, 26-10-2015,
735)”.

Kebanyakan orang menganggap lesbian tidak waras, harus

disembuhkan, menyimpang dan berdosa. Berdasarkan sudut pandang

agama yang dianut oleh Dewi, Kitab suci melarang hubungan

dengan sesama jenis.

“Saya kan orang Kristen jadi saya juga tau kalo perempuan
dengan perempuan itu tidak ada tertulis di Kitab Suci (D, W3,
26-10-2015, 972-975). Tetangga saya kalo mereka ada liat
perempuan dengan perempuan atau lesbi begitu pasti dong su
mulai omong bilang ihh mereka tu tidak waras lagi, masa bisa
suka sesama jenis, orang begitu perlu disembuhkan (D, W1, 25-
07-2015, 419-425). Jadi mereka anggap kami ini menyimpang
(D, W3, 26-10-2015, 1007-1009). Kalo yang menyimpang, ada
betulnya juga soalnya di Indonesiakan tidak ada tulis kalo
perempuan boleh suka dengan perempuan. Trus sudah dari
sononya orang tau kalo pasangan pada umumnya itu laki-laki
dan perempuan, bukan perempuan dengan perempuan (D, W3,
26-10-2015, 1034-1042)”. Ada teman yang bilang kalo lesbi itu
berdosa, tidak wajar” (D, W2, 07-09-2015, 754-757).

 Informan kedua menginternalisasikan asumsi negatif terkait

orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku.

Dewi menginternalisasikan dan menyakini hal yang sama seperti

beberapa anggapan orang mengenai lesbian. Namun, berbeda dengan

informan pertama, informan kedua belum pernah mendapatkan

anggapan negatif mengenai lesbian secara langsung, karena ia belum


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

pernah menunjukkan dirinya sebagai lesbian. Dewi takut

menunjukkan dirinya sebagai lesbian karena teman-teman sesama

lesbian yang mendapatkan penolakan ketika menampilkan diri

sebagai lesbian. Meskipun belum pernah mendapatkan secara

langsung stigma dan anggapan negatif mengenai lesbian, namun

Dewi pernah mendengarkan anggapan-anggapan negatif mengenai

lesbian, baik dari teman-temannya maupun oranglain.

“Kalo saya belum alami secara langsung karena saya juga


belum pernah menunjukkan, saya hanya menunjukkan ke
beberapa teman saya (D, W3, 26-10-2015, 879-883)”.

Dewi menginternalisasikan beberapa asumsi negatif mengenai

orientasi seksualnya, yaitu kebanyakan orang menganggap kaum

homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan. Berdasarkan sudut

pandang agama, lesbian dianggap berdosa dan menyimpang.

“Iya bisa, yang nomor 1 tu kebanyakan orang menganggap


kaum homoseksual tidak normal, tabu dan menjijikkan. Trus
nomor 5, dalam konteks agama, lesbian dianggap sebagai kaum
pendosa, trus yang nomor 10 tu dari sudut pandang opini
publik, homoseksual dianggap sebagai penyimpangan sosial
karena fenomena tersebut tidak sesuai dengan norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat (D, W3, 26-10-2015, 783-794)”
Dewi menjelaskan bahwa memang orientasi seksualnya bukan

penyakit, tetapi karena kebanyakan orang menganggap seperti itu,

secara tidak langsung Dewi merasa takut menampilkan dirinya

sebagai lesbian.

“Mungkin memang bukan penyakit, tapi kebanyakan orang


disini sudah menganggap seperti itu, yaaa otomatis saya juga
ada rasa takut untuk menunjukkan (D, W3, 26-10-2015, 903-
907)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Dewi menginternalisasikan anggapan dari masyarakat bahwa

dalam konteks agama, lesbian dianggap berdosa, sehingga Dewi

merasa telah melanggar ajaran agama. Menurut Dewi ajaran dalam

agamanya melarang hubungan dengan sesama jenis. Dewi merasa

ada benarnya juga omongan orang.

“Soalnya disini disinikan agama itu masih kuat sekali jadi saya
rasa pasti perempuan suka perempuan sudah melanggar
agama. Saya ini agama Kristen, di Alkitab tidak ada tulis kalo
perempuan dengan perempuan, yang ada perempuan dengan
laki-laki. Karena saya juga tau kalo ini melanggar agama, dan
disini orang masih sangat kuat agamanya jadi pasti mereka
akan menolak kami. Kalo agama iya karena saya ini juga orang
beragama, di Alkitab tidak ada bolehkan kalo perempuan
dengan perempuan. Saya rasa ada betulnya juga omongan
orang (D, W3, 26-10-2015, 935-942, 989-992, 1023-1027)”.

Dewi menginternalisasikan anggapan dari masyarakat bahwa

kebanyakan orang menganggap homoseksual menyimpang dari nilai

dan norma. Hal ini dikarenakan aturan di Indonesia melarang

hubungan sesama jenis.

“Kalo yang menyimpang, ada betulnya juga soalnya di


Indonesiakan tidak ada tulis kalo perempuan boleh suka dengan
perempuan. Trus sudah dari sononya orang tau kalo pasangan
pada umumnya itu laki-laki dan perempuan, bukan perempuan
dengan perempuan (D, W3, 26-10-2015, 1024-1042)”.

Menurut Dewi penolakan itu wajar karena lesbian tidak normal

dan bukan seperti wanita pada umumnya. Berikut ungkapan Dewi;

“Iya, yaa tapi mau bagaimana lagi, memang lesbian ini kan
tidak normal seperti wanita pada umunya jadi kalo ditolak ya
wajar (D, W3, 26-10-2015, 1104-1107)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Dewi berkata bahwa dirinya berbeda dalam keluarga. Dewi

adalah seorang perempuan, tetapi berpenampilan seperti laki-laki,

yang membuat Dewi merasa kurang percaya diri apabila berada

ditengah keluarga.

“Tapi mungkin saya sendiri yang berbeda dalam keluarga.


Karena saya rasa saya paling beda sendiri dalam keluarga.
Saya perempuan tapi gaya seperti laki-laki, buat saya minder
kalo ditengah-tengah keluarga (D, W1, 25-07-2015, 176-177 &
186-189)”.

Dewi juga menganggap dirinya salah. Dewi merasa bingung

dengan dirinya saat ini. Ia juga merasa aneh, buyar, merasa dirinya

tidak jelas, dan tidak ada jati diri. Berikut ungkapan Dewi;

“Saya merasa diri saya tidak ada yang betul. Saya punya diri
tidak ada yang betul (D, W1, 25-07-2015, 316-318). Saya
merasa bingung dengan diri saat ini, aneh, buyar dan tidak ada
jati diri (D, W1, 25-07-2015, 312-313). Aiiih..tapi saya juga
bingung dengan diri saya, saya rasa kayak diri saya tidak jelas,
tidak ada jati diri (D, W3, 26-10-2015, 840-842)”.

Dewi merasa bersalah, malu, dan takut untuk menampilkan

dirinya sebagai lesbian didepan umum. Dewi juga merasa malu jika

orang mengetahui bahwa dirinya lesbian.

“Malu..malu..kalo kawan lain yang lesbian seperti saya, mereka


tidak malu bermesraan dengan perempuan didepan banyak
orang. Tapi kalo saya, saya malu (D, W1, 25-07-2015, 151-
154). Malulah kalo orang tau kalo saya begini” (D, W1, 25-07-
2015, 160, 394. D, W2, 07-09-2015, 624-625).Makanya saya
paling takut kalo orang tau. Iya paling takut, paling aduuuh
paling takut kalo orang tau. Itu perasaan dug dag, takut takut,
sangaat sangat takut itu tu (D, W1, 25-07-2015, 408, 488-489 &
495-496). Galau, takut, malu, rasa bersalah dll dalam
menampilkan orientasi seksual saya (D, W2, 07-09-2015, 741-
743)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Dewi merasa malu karena ia menganggap bahwa pilihannya

salah. Ia juga merasa malu apabila ia ditolak dan dipermalukan, serta

tidak nyaman karena tidak bebas mengekspresikan dirinya sebagai

lesbian.

“Saya juga malu karena inikan sudah salah to. Iya, saya sangat
malu kalo oranglain tau (D, W1, 25-07-2015, 404-405 & 593).
Ya malu kalo dibegitukan, apalagi orangtua saya tidak
mengajarkan saya untuk menjadi seperti ini, kasian orangtua
juga nanti (D, W1, 25-07-2015, 440-443). Sebenarnya tidak
nyaman, untuk pribadi saya tidak nyaman, soalnya tidak bebas
mau menampilkan kalo saya suka sesama jenis”.

Dewi juga tertutup kepada oranglain mengenai orientasi

seksualnya karena belum adanya penerimaan. Hal ini membuatnya

memilih untuk tetap menjalani orientasi seksualnya dengan tertutup.

Selain itu, Dewi memilih untuk membatasi pertemanannya karena

takut mendapatkan omongan yang negatif dari orang-orang

disekitarnya. Berikut pernyataan Dewi;

“Pernah, malah sering, saya saja tidak pernah tunjukkan kalo


saya lesbi (D, W1, 25-07-2015, 377-378). Saya cuma bisa
sembunyikan diri saya yang lesbi ini, saya tidak berani untuk
harus terbuka begitu (D, W1, 25-07-2015, 382-384). Hanya mau
bagaimana memang kayaknya dimana-mana orang kayak kami
ini susah diterima, jadi saya jalani saja hidup saya yang
sekarang dengan sembunyi-sembunyi (D, W1, 25-07-2015, 432-
434). Kami hanya bisa terima dan jalani saja dengan sembunyi-
sembunyi supaya kami juga aman. Ya begitu sudah, untuk saat
ini saya hanya bisa sembunyi-sembunyi saja (D, W3, 26-10-
2015, 1109-1110 & 1112-1113). Saya sangat membatasi
pertemanan saya, soalnya tau saja bagaimana mulut orang
disini, pasti saya sudah dapat omong kalo liat gaya saya seperti
ini (D, W1, 25-07-2015, 463-467)”.

Dewi juga merasa takut akan dianggap sebagai penyakit, tidak


waras, serta takut akan diejek/ditolak. Hal ini membuat Dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

memiliki ketakutan yang sangat besar untuk menampilkan dirinya


sebagai lesbian.
“Saya takut dibilang penyakit (D, W2, 07-09-2015, 656). Saya
juga takut dibilang penyakit kalo saya menunjukkan diri saya
(D, W3, 26-10-205, 901-903). Saya takut orang pasti akan
omong kalo saya tidak waras. Jadi daripada mereka omong
saya begitu mending saya tidak usah tunjukkan (D, W3, 26-10-
2015, 836-839). Orang pasti akan tolak saya, akan ejek saya
kalo tau saya lesbian. Rasa takut saya besar sekali (D, W3, 26-
10-2015, 850-852). Mungkin mereka tidak terima kalo tau saya
begini (D, W3, 26-10-2015, 1064-1065). Apalagi kalo orang
tau, pasti orang akan mengejek saya (D, W2, 07-09-2015, 628-
629)”.

Dewi takut dijauhi dan ditinggalkan oleh orang-orang


terdekatnya apabila mereka mengetahui dirinya yang sebenarnya.
“Saya takut nanti kalo saya menunjukkan trus orang-orang
disekitar saya meninggalkan saya atau menjauh dari saya (D,
W3, 26-10-2015, 1114-1117)”.

Dewi juga tidak bebas mengekspresikan dirinya sebagai lesbian.

Selain itu, Dewi malas untuk ke gereja.

“Saya rasa tidak nyaman kalo niatnya mau gereja tapi malah
dapat omongan seperti itu (D, W3, 26-10-2105, 953-956). Tidak
bebas berekspresi, harus tertutup (D, W1, 25-07-2015, 467-
469)”.

d. Dampak terbentuknya Internalized Homophobia

Dewi merasa serba salah. Disatu sisi, ia ingin bebas

mengekspresikan diri sebagai lesbian, namun disisi lain, karena banyak

orang yang mengatakan lesbian itu penyakit, sehingga membuat Dewi

takut untuk mengekspresikan diri sebagai lesbian.

“Iya serba salah, disatu sisi saya pengen, pengen bebas


ekspresikan diri saya yang begini, tapi disisi lain banyak orang
yang suka omong kalo lesbian itu penyakit, jijik dan segala macam,
jadi mempengaruhi saya juga dalam ekspresikan diri saya ini (D,
W3, 26-10-2015, 924-930). Mungkin memang bukan penyakit, tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

kebanyakan orang disini sudah menganggap seperti itu, yaaa


otomatis saya juga ada rasa takut untuk menunjukkan (D, W3, 26-
10-2015, 903-907)”.

Dewi menjadi takut menampilkan dirinya sebagai lesbian. Dewi

menjelaskan bahwa apabila ia tidak menginternalisasikan anggapan

masyarakat mengenai lesbian, maka tidak mungkin ia merasa takut

menampilkan diri sebagai lesbian.

“Iyalah, kalo saya tidak menyakini hal yang sama seperti omongan
mereka, saya tidak mungkin harus takut menunjukkan diri saya.
Omongan orang disini yang jadi pengaruh untuk saya
menunjukkan diri saya (D, W3, 26-10-2015, 912-917)”.

Dewi menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait

orientasi seksualnya, sehingga membuatnya merasa berdosa karena

telah menodai ciptaan Tuhan.

“Saya rasa ada betulnya juga omongan orang. Saya rasa saya
sudah berdosa, saya rasa saya telah mengotori ciptaan Tuhan,
saya rasa tidak pantas datang ke Tuhan (D, W3, 26-10-2015, 1027-
1030)”.

Dewi juga pikiran hingga hampir stress. Dewi memikirkan

mengenai benar atau tidak pilihannya. Dewi merasa serba salah, dan

tidak tahu harus berbuat apa.

“Tapi saya juga berpikir kalo mereka ada ada betulnya karena
memang pasangan yang pada umumnya kan laki-laki dan
perempuan, bukan kayak kami begini. Saya pikiran juga, kadang
pikiran sampai hampir stress, pilihan saya ini betul atau tidak,
saya tidak tau lagi. Saya serba salah, tidak tau baiknya bagaimana
karena diri saya memang sudah begini (D, W3, 26-10-2015, 1050-
1060)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Dewi juga menceritakan bahwa ia tidak nyaman hidup seperti ini

karena harus menyembunyikan diri yang sebenarnya. Ia merasa tekanan

batin apabila terus menerus seperti ini.

“Memang tidak enak juga kalo begini terus, tekanan batin juga
kalo harus sembunyi-sembunyi trus (D, W3, 26-10-2015, 1119-
1121)”.

Dewi merasa sangat takut, malu dan kurang percaya diri, serta

sama sekali belum pernah menampilkan dirinya sebagai lesbian didepan

umum.

“Iya kayak yang tadi saya bilang, karena omongan orang yang
seperti itu dan saya juga membenarkan, makanya saya tidak berani
menunjukkan. Malah saya sama sekali belum pernah menunjukkan,
cuma beberapa teman lesbian saja yang tau tentang saya yang
begini. Saya paling, aihhh tidak tau kenapa saya paling takut
menunjukkan, saya malu juga nanti orang omongin saya, saya rasa
minder (D, W3, 26-10-2015, 1081-1092)”.

Dewi juga jarang ke gereja. Dewi memikirkan dan bertanya-tanya

mengenai benar atau salah kehidupannya. Dewi pun berpikir dan

bertanya-tanya dalam dirinya mengenai wajar atau tidak jatuh cinta

kepada sesama jenis. Ia pun bertanya dalam dirinya „akankah kelak ia

bisa berubah?‟.

“Saya saja jarang sekali ke gereja, gaya saya yang seperti laki-laki
begini pasti pas diliat orang langsung omongin saya yang negatif
(D, W3, 26-10-2015, 944-948). Kadang-kadang saya berpikir kalo
hidup saya ni sudah benar atau salah (D, W1, 25-07-2015, 318-
319). Terkadang juga saya berpikir wajar nggak ya jatuh cinta
dengan perempuan, ada pikiran-pikiran seperti itu (D, W1, 25-07-
2015, 323-325). Kadang-kadang saya berpikir kenapa saya bisa
seperti ini. Kadang-kadang kalo malam tidur, saya berpikir kenapa
saya bisa seperti ini. Saya juga kadang pikir kenapa saya bisa
seperti ini, saya bisa berubah atau tidak ya (D, W1, 25-07-2015,
595-598 & D, W3, 26-10-2015, 1069-1071)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Skema 2. Informan 2.

Informan kedua mengalami gangguan identitas gender.


Sejak kecil informan lebih banyak menghabiskan waktu dengan laki-
laki. Informan lebih suka bermain dengan laki-laki, dan informan tidak
menyukai barang perempuan. Sejak kecil hingga saat ini informan
berpenampilan spt laki-laki dan terbiasa berperan sebagai laki-laki,
meskipun secara biologis ia adalah perempuan.

Meskipun mengalami gangguan


identitas gender, namun informan
bertumbuh dengan normal dan memilih
homoseksual sbg orientasi seksualnya

Awal informan menyadari dirinya menyukai


sesama jenis sejak duduk di bangku SMA

Homoseksual khususnya lesbian adalah kelompok


yang sering mendapatkan asumsi negatif terkait
orientasi seksualnya

Kognitif
Informan menginternalisasikan (Informan
Afektif (Informan
merasa bersalah, beberapa asumsi negatif terkait menganggap
sangat takut, malu, homoseksual kedalam kognitif, dirinya berbeda,
dll) afektif, dan tingkahlaku salah dan tidak
Tingkah laku ada jati diri)
(Informan malas
ke gereja & tidak
bebas
mengekspresikan
diri sbg lesbian
Internalized Homophobia memberikan
beberapa dampak negatif bagi informan,
seperti merasa serba salah, merasa
berdosa, stress, tekanan batin, kurang
percaya diri, serta berpikir serta
bertanya2 mengenai orientasi seksualnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

4.4 Pembahasan atau Analisis Hasil Penelitian

Bona dan Dewi mengalami gangguan identitas gender. Hal ini dapat

terlihat dari masa kecil kedua informan, yang mana mereka tidak menyukai

barang-barang perempuan, lebih sering bermain dan berinteraksi dengan laki-

laki, serta lebih senang bermain permainan laki-laki. Hal ini sama seperti

beberapa karakteristik pada DSM IV-TR, yaitu lebih suka permainan lawan

jenis, lebih suka bermain dengan teman-teman lawan jenis, dan lebih suka

barang-barang lawan jenis. Kedua informan pun mengatakan bahwa secara

biologis mereka adalah perempuan, namun mereka lebih nyaman berperan dan

berpenampilan seperti laki-laki. Menurut Davison dkk (2006), gangguan

identitas gender adalah ketidaksesuaian antara jenis kelamin dan gender.

Sebagian besar anak yang mengalami gangguan ini tumbuh dewasa

sebagai orang normal, tanpa intervensi professional (Zucker dkk, dalam

Davison, dkk., 2006), meskipun banyak yang menunjukkan orientasi

homoseksual. Bona dan Dewi tumbuh dewasa secara normal, dan mereka

menunjukkan orientasi homoseksual, yaitu menjadi seorang lesbian.

Bona menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk di bangku

SD. Sedangkan, Dewi menyadari dirinya menyukai sesama jenis sejak duduk

di bangku SMA. Kaum homoseksual merupakan kelompok minoritas.

Kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada

mereka. Salah satu bentuk penolakan dan diskriminasi terhadap kaum lesbian

adalah pemberian stigma dan asumsi negatif mengenai orientasi seksualnya.

Salah satu asumsi negatif terkait lesbian yang peneliti temukan dalam literatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

yaitu, kebanyakan orang masih menganggap bahwa kaum ini tidak normal,

tabu dan menjijikkan (Blackwell, et al., 2004).

Bona dan Dewi menginternalisasikan beberapa asumsi negatif

mengenai orientasi seksualnya, yaitu kebanyakan orang menganggap lesbian

tidak normal, tabu dan menjijikkan (Blackwell, et al., 2004), serta lesbian

dianggap berdosa (Mulia, dalam Anggreni 2014). Kedua informan

menginternalisasikan hal tersebut karena mereka merupakan orang beragama.

Dalam Alkitab tertulis bahwa hawa harus berpasangan dengan adam. Kedua

informan merasa telah melanggar ajaran agama.

Bona menganggap bahwa dirinya salah, dan orientasi seksualnya

merupakan pilihan gaya seks, namun ia merasa dilema karena kebanyakan

orang menganggap lesbian sebagai penyakit. Bona merasa malu dan takut

dalam menampilkan diri sebagai lesbian (Plummer, dalam Rondahl 2005).

Bona juga malas ke gereja dan tidak berani jalan bersama perempuan di

depan umum. Sedangkan, Dewi menganggap bahwa dirinya salah dan

berbeda (Plummer, dalam Rondahl 2005). Dewi merasa bersalah dan malu.

Dewi memiliki ketakutan yang sangat besar dan merasa tidak nyaman. Dewi

juga malas ke gereja dan tidak bebas mengekspresikan diri sebagai lesbian.

Persepsi dan stigma terkait homoseksual, serta penerimaan stereotip

sosial homoseksualitas oleh masyarakat, menyebabkan homophobia semakin

bertumbuh dalam pikiran seorang homoseksual (Herek et al., dalam Mariani

2013). Fenomena ini disebut sebagai internalized homophobia. Internalized

homophobia adalah penerimaan asumsi negatif tentang homoseksual yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

kemudian diinternalisasikan ke dalam kognitif, afektif dan tingkah laku

(Innahala; Richmond & McKenna; Taylor dalam Rondahl, 2005).

Ketidaktahuan dan kekurangtahuan masyarakat ditambah dengan

stigma negatif serta resistensi moral dari norma dan agama membuat

keberadaan kaum homoseksual semakin sulit (Kornblum, dalam Rahardjo

2007). Penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia memiliki

dampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan (Allen & Oleson;

Herek, et al., Meyer & Dean; Rowen & Malcolm, dalam Frost & Meyer,

2009).

Terkait hal ini, internalized homophobia memberikan beberapa dampak

pada Bona, seperti sangat menutup diri, selektif dalam bergaul, harus

menyembunyikan orientasi seksualnya, takut keramaian, takut ke gereja,

tersiksa, serta bertanya-tanya dan memikirkan mengenai benar atau salah

orientasi seksualnya. Internalized homophobia juga memberikan beberapa

dampak negatif pada Dewi, seperti merasa serba salah, takut dan malu untuk

mengekspresikan sebagai lesbian, merasa berdosa, tekanan batin, kurang

percaya diri, jarang ke gereja, serta bertanya-tanya dan memikirkan mengenai

wajar atau tidak orientasi seksualnya.

Penelitian menunjukkan bahwa internalized homophobia memiliki

dampak negatif, seperti adanya perasaan takut, dan penyembunyian orientasi

seksual seseorang dalam upaya untuk mengatasi stigma atau anggapan negatif

(Meyer, 2003a). Meyer (2003a) mendefinisikan stres pada kelompok

minoritas berlangsung secara terus menerus dalam diri seseorang. Studi lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

juga memaparkan beberapa dampak negatif dari internalized homophobia,

seperti kecemasan dan rasa malu yang melekat pada diri lesbian, gay dan

biseksual sehingga mereka tidak berani menunjukkan orientasi seksualnya

secara terang-terangan (Coleman, et al., dalam Frost & Meyer, 2009).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kedua informan merupakan orang dengan gangguan identitas gender.

Mereka tumbuh dewasa secara fisik sebagai orang normal, tetapi tanpa

bantuan professional, mereka menunjukkan diri sebagai homoseksual, yaitu

menjadi seorang lesbian. Kaum homoseksual merupakan kaum minoritas.

Kebanyakan orang masih memberikan penolakan dan diskriminasi kepada

mereka. Salah satu bentuk diskriminasi dan penolakan pada kaum lesbian

yaitu pemberian stigma dan asumsi negatif.

Kedua informan menginternalisasikan beberapa asumsi negatif terkait

orientasi seksualnya kedalam kognitif, afektif dan tingkah laku, yaitu

kebanyakan orang menganggap lesbian berdosa, tidak normal, tabu dan

menjijikkan. Kedua informan menganggap dirinya salah. Mereka juga merasa

malu dan takut, malas ke gereja dan tidak bebas mengekspresikan diri sebagai

lesbian.

Internalized Homophobia memberikan beberapa dampak yang negatif

kepada kedua informan, seperti sangat menutup diri, tersiksa, stress, tekanan

batin, serta bertanya-tanya dan memikirkan mengenai wajar atau tidak/benar

atau salah orientasi seksualnya.

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

5.2 Kelemahan Penelitian

a. Pemilihan informan yang usianya kurang beragam (informan penelitian

berusia 29 dan 20 tahun).

b. Peneliti hanya menggunakan lesbian dengan jenis butchi sebagai informan

penelitian.

c. Jumlah informan penelitian hanya dua orang.

5.3 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutkan disarankan untuk memilih informan dengan usia yang

lebih beragam. Peneliti menyarankan agar informan penelitian lebih dari

dua orang. Peneliti selanjutnya juga perlu meneliti internalized

homophobia bukan hanya kepada lesbian, tetapi kepada gay dan biseksual.

Peneliti juga menyarankan agar tetap menggunakan metode penelitian

kualitatif karena metode ini tepat untuk menggali dan mengeksplor isu

yang sensitif.

2. Bagi informan penelitian

Penelitian menemukan internalized homophobia memberikan banyak

dampak negatif bagi lesbian, seperti terhambat dalam menemukan dan

membangun identitas yang positif. Oleh karena itu, penelitian ini

diharapkan memberikan gambaran dan kesadaran kepada lesbian agar

lebih peduli dengan dampak negatif dari internalized homophobia,

sehingga bisa mengatasinya dan membantu menemukan serta membangun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

identitas yang positif agar lebih produktif dalam kehidupan. Peneliti akan

menyampaikan saran ini kepada informan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anggreni, A. (2014). Kesejahteraan subjektif pria dengan orientasi seksual


sejenis. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 15, 1-10.

Ariyanto & Triawan, R. (2008). Diskriminasi dan kekerasan terhadap LGBTI.


Jakarta Selatan: Arus Pelangi & Yayasan Tifa Edisi Pertama.
Barnes, D. & Meyer, I. (2012). Religious affiliation, internalized homophobia,
and mental health in lesbians, gay men, and bisexuals. American
Journal of Orthopsychiatry, 82, 505-515.

Blackwell, C., Ricks, L., & Dziegielewski, S. (2004). Discrimination of gays and
lesbians: a social justice perspective. Journal of Health & Policy, 19,
27-43.

Conger, J. (1975). APA policy statements on lesbian, gay, bisexual & transgender
concerns. Washington: American Psychological Association.

Corbet, K. (2009). Boyhood femininity, gender identity disorder, masculine


presuppositions, and the anxiety of regulation. Psychoanalytic
Dialogues, 19, 353-370.

Chair, J., Beckstead, L., Drescher, J., Greene, B., Miller, R., & Worthington, R.
(2009). Repport of the american psychological association task force
on appropriate therapeutic responses to sexual orientation.
Washington: American Psychological Association.

Clarke, V. (2010). Lesbian, gay, bisexual, trans & queer psychology (an
introduction). New York: Cambridge University Press.

Creswell, J. (2015). Penelitian kualitatif & desain riset (memilih diantara lima
pendekatan, edisi Indonesia, edisi ke-3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DeMino, K., Fisk, D & Appleby, G. (2007). Lesbians mothers with planned
families: a comparative study of internalized homophobia and social
support. American Journal of Orthopsychiatry, 77, 165-173.

Eguchi, S. (2006). Social and internalized homophobia as a source of conflict:


how can we improve the quality of communication. The Review of
Communication, 6, 348-357.

Eves, A. (2002). Contemporary lesbian genders a queer/sociological approach.


The University of Leeds, England: Department of Sociology and
Social Policy.

69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Flebus, G. & Montano, A. The multifactor internalized homophobia inventory.


Journal of Homosexual, 19, 219-240.

Frost, D. & Meyer, I. (2009). Internalized homophobia and relationship quality


among lesbians, gay men, and bisexuals. Journal of Counseling
Psychology American Psychological Association, 56, 97-109.

Galink, H. (2013). Seksualitas rasa rainbow cake (memahami keberagaman


orientasi seksual manusia). Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) DIY.

Gilmore, W., Rose, S., & Rubinstein, R. (2011). The impact of internalized
homophobia on outness for lesbian, gay, and bisexuals individuals.
The Professional Counselor: Research and Practice, 1, 163-175.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Salemba


Humanika.

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi.


Jakarta: Salemba Humanika.

Herek, G., Cogan, J., & Gillis, J. (2009). Internalized stigma among sexual
minority: insight from a social psychological perspective. Journal of
Counseling Psychology, 56, 32-43.

Herek, G., Cogan, J., Gillis, J., & Glunt, E. (1997). Correlates of internalized
homophobia in a community sample of lesbians and gay men. Journal
of the Gay and Lesbian Medical Association, 2, 17-25.

Ilesanmi, O. (2015). Gender dysphoric disorder (GDD) in adolescents: a psycho-


social issue for faith based groups and cultural societies in Nigeria.
International Journal of Gender and Women‟s Studies, 3, 202-218.

Istar, A. (2005). Disordering gender identity: gender identity disorder in the DSM
IV-TR. Journal of Psychology & Human sexuality, 17, 35-69.

Karangora, M. (2012). Hubungan antara dukungan sosial dan kualitas hidup pada
lesbian di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
1, 1-9.

Mariani, O. (2013). Hubungan antara dukungan sosial dan komitmen beragama


dengan internalized homophobia pada lesbian. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya, 2, 1-10.

Meyer, I. (2003). Prejudice and dicrimination as social stressors. Psychological


Bulletin, 129, 242-260.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Oetomo, D. (2001). Memberi suara pada yang bisu. Yogyakarta: Galang Press
with Association Ford Fondation.

Poerwandari, E. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.


Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Rahardjo, W. (2007). Homophobia dan penolakan masyarakat serta hubungannya


dengan bicultural identity pada covert homoseksual. Jurnal Penelitian
Psikologi, 12, 194-203.

Rakhmahappin, Y. (2011). Kecemasan sosial kaum homoseksual gay dan lesbian.


Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2, 199-212.

Rondahl, G. (2005). Heteronormativity in a nursing context (attitudes toward


homosexuality and experiences of lesbians and gay men). Journal of
psychology, 1, 14-19.

Sherry, A. (2007). Internalized homophobia and adult attachment: implications for


clinical practice. Psychotherapy: Theory, Research, Practice,
Training, 44, 219-225.
Szymanski, D. & Chung, Y. (2014). The lesbian internalized homophobia scale.
Journal of Homosexuality, 41(2) 2001.
Szymanski, D. & Ikizler, A. (2013). Internalized heterosexism as a mediator in the
relationship between gender role conflict, heterosexist discrimination,
and depression among sexual minority men. Psychology of Men &
Masculinity, 14, 211-219.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

LAMPIRAN 1
Inform Consent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

LAMPIRAN 2
Member Checking
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

LAMPIRAN 3
Tabel Kategori dan Sub-Kategori Tema
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

LAMPIRAN 3. TABEL KATEGORI TEMA DAN SUB-KATEGORI TEMA


INFORMAN PERTAMA

No Tema Sub-Kategori Tema


1 Ketertarikan dengan sesama Awal menyadari tertarik dengan
jenis sesama jenis
2 Latar belakang keluarga - Informan merupakan anak yatim
piatu
- Jumlah saudara dari informan
- Informan menjadi tulang punggung
keluarga
3 Masa kecil informan - Sejak kecil informan lebih banyak
berinteraksi dengan laki-laki
- Keinginan orangtua agar anak
pertamanya laki-laki
- Sejak kecil informan
berpenampilan seperti laki-laki
4 Pandangan terhadap diri Informan merasa bersalah dengan
dirinya saat ini
5 Dampak dari orientasi - Anak dari informan mendapatkan
seksualnya ejekan dari orang disekitarnya
- Reaksi negatif dari orang
disekitarnya
- Adanya sindiran
- Rasa bersalah kepada Tuhan, anak-
anaknya dan orangtua pasangannya
6 Anggapan masyarakat Kupang - Lesbian dianggap penyakit
mengenai lesbian - Lesbian dianggap tidak normal
- Lesbian dianggap sampah
- Lesbian dianggap menyimpang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

- Lesbian dianggap tidak waras


7 Anggapan informan mengenai Lesbian merupakan pilihan gaya
orientasi seksualnya seksi
8 Sikap informan sebagai lesbian - Kecenderungan memendam apa
yang dirasakan
- Tertutup
9 Perasaan informan sebagai - Informan merasa malu
lesbian - Adanya rasa sakit hati
- Tidak nyaman
- Informan takut apabila
masyarakat mengetahui
hubungannya dengan sesama
jenis
10 Anggapan orang terhadap Anggapan orang ketika melihat
informan informan
11 Dampak anggapan negatif dari - Anggapan negatif tersebut
masyarakat terhadap sikap membuat informan merasa serba
informan salah jika ingin ke gereja
- Penolakan
- Tertutup
- Tidak nyaman
- Minder/kurang percaya diri
12 Dampak anggapan negatif dari - Merasa malu
masyarakat terhadap perasaan - Merasa terganggu
informan - Merasa sakit hati, kecewa dan
minder/kurang percaya diri
13 Anggapan informan mengenai Kebanyakan masyarakat terlalu
orang-orang disekitarnya terpaku dengan kitab suci
14 Anggapan agama mengenai - Berdasarkan sudut pandang agama,
lesbian lesbian dianggap melanggar agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

- Dalam kitab suci, perempuan harus


berpasangan dengan laki-laki
15 Isi pikiran masyarakat - Lesbian dianggap tidak norma,
homophobia yang didapatkan tabu dan menjijikkan
oleh informan - Lesbian dianggap berdosa
16 Internalized homophobia Membenarkan dan
menginternalisasikan anggapan
negatif dari masyarakat mengenai
lesbian
17 Dampak dari internalized - Tertutup atau tidak terbuka dan
homophobia tidak bebas mengekspresikan
dirinya sebagai lesbian
- Jarang ke gereja
- Tersiksa
- Berpikir dan bertanya-tanya
mengenai orientasi seksualnya
18 Alasan informan membenarkan Informan membenarkan dan
dan menginternalisasikan menginternalisasi anggapa mengenai
anggapan negatif mengenai lesbian karena ia adalah orang
lesbian dari masyarakat beragama
19 Adanya dilemma dengan isi Informan merasa bingung untuk
pikiran bahwa homoseksual membenarkan atau tidak isi pikiran
dianggap tidak normal bahwa homoseksual dianggap tidak
normal
20 Harapan atau keinginan - Ingin adanya perubahan
informan sebagai lesbian - Keinginan untuk bebas
menampilkan diri
- Keinginan untuk diterima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

LAMPIRAN 3. TABEL KATEGORI TEMA DAN SUB-KATEGORI TEMA


INFORMAN KEDUA

No Tema Sub-Kategori Tema


1 Ketertarikan dengan sesama Awal menyadari tertarik dengan
jenis sesama jenis
2 Denial Adanya penolakan dalam diri
informan saat menyadari bahwa ia
menyukai sesama jenis
3 Perasaan informan sebagai - Merasa malu, minder/kurang
lesbian percaya diri, galau, takut dan rasa
bersalah
- Merasa tidak nyaman
- Takut dirinya diketahui sebagai
lesbian
- Takut dibicarakan apabila
masyarakat mengetahui dirinya
lesbian
- Takut berelasi dengan oranglain
- Takut dianggap sebagai orang
penyakit
- Takut dianggap tidak waras
- Takut akan diejek dan ditolak
- Takut mempermalukan keluarga
karena orientasi seksualnya
Takut akan dijauhi dan
ditinggalkan oleh orang sekitarnya
4 Latar belakang keluarga - Jumlah saudara informan
informan - Relasi dengan keluarga
5 Pandangan mengenai dirinya - Menganggap dirinya berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

- Menganggap dirinya keras kepala


- Merasa tidak ada jati diri
- Menganggap dirinya salah
6 Pandangan informan terhadap - Ibu yang tidak terlalu
keluarganya mempermasalahkan penampilan
informan, namun ayahnya
mempermasalahkannya
- Informan menganggap bahwa
ayahnya keras
- Lebih dekat dengan ibu daripada
ayahnya
- Saudara laki-laki memarahinya
karena berpenampilan seperti laki-
laki
7 Masa kecil informan - Sejak kecil berpenampilan seperti
laki-laki
- Suka bermain dan berinteraksi
dengan lawan jenis
- Tidak menyukai barang-barang
perempuan
8 Anggapan masyarakat Kupang Masyarakat Kupang memberikan
mengenai lesbian anggapan negatif mengenai lesbian
9 Sikap informan sebagai lesbian - Tidak berani menampilkan diri
sebagai lesbian
- Tertutup
- Membatasi pertemanan
10 Dampak dari orientasi - Menutup diri
seksualnya - Tidak nyaman
- Rasa bersalah kepada Tuhan dan
merasa berdosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

- Penolakan
- Rasa bersalah kepada keluarga
11 Dampak dari anggapan negatif - Ketidakbebasan dalam
mengenai lesbian menampilkan diri sebagai lesbian
- Malu dalam menampilkan diri
sebagai lesbian
- Tidak berani menampilkan diri
sebagai lesbian
- Minder/kurang percaya diri dan
tidak nyaman
- Serba salah
- Sakit hati, malu, takut dan stress
12 Pandangan informan mengenai - Pandangan informan mengenai
pasangan pasangan yang pada umumnya
- Pandangan informan mengenai
pasangan yang normal
13 Pandangan informan mengenai - Menyukai sesama jenis dianggap
orientasi seksualnya tidak wajar
- Merasa telah menodai ciptaan
Tuhan
- Menganggap telah melanggar
aturan di Indonesia
14 Isi pikiran masyarakat - Lesbian dianggap tidak normal,
homophobia yang didapatkan tabu dan menjijikkan
dan didengarkan oleh informan - Lesbian dianggap berdosa
- Lesbian dianggap menyimpang
15 Vicarious learning Informan takut menunjukkan dirinya
sebagai lesbian karena banyak
kenalan atau teman-teman sesama
lesbian yang mendapatkan penolakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

ketika mereka menampilkan diri


sebagai lesbian.
18 Internalized homophobia Membenarkan dan
menginternalisasikan anggapan
negatif dari masyarakat mengenai
lesbian
19 Dampak dari internalized - Takut menunjukkan diri sebagai
homophobia lesbian
- Merasa berdosa
- Serba salah, takut, malu dan
minder/kurang percaya diri
- Tekanan batin
- Jarang ke gereja
- Berpikir dan bertanya-tanya
mengenai orientasi seksualnya
20 Anggapan agama mengenai Lesbian dianggap melanggar ajaran
lesbian agama
21 Harapan atau keinginan - Ingin adanya perubahan
sebagai lesbian - Keinginan untuk diterima
- Ingin bebas mengekspresikan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

LAMPIRAN 4
Tabel Kategorisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN 4. TABEL KATEGORISASI INFORMAN PERTAMA

No. Kategori Tema Sub-kategori Tema Pernyataan Informan

1 Ketertarikan dengan sesama Awal menyadari tertarik dengan Informan mulai suka dengan sesama jenis

jenis sesama jenis sejak SD. Saat SD, informan pernah

mengirim surat untuk seorang anak

perempuan yang merupakan tetangganya.

Namun akhir perbuatan mereka tertangkap

basah dan mereka dimarahi oleh

orangtuanya. Informan juga banyak

menjalin hubungan dengan sesama jenis.

(B, W1, 25-07-2015, 20-23, 42-46, 48-63 &

65-72)

2 Latar belakang keluarga Informan merupakan anak yatim Ibu dari informan telah meninggal sejak ia

piatu masih kecil. Kemudian ayahnya kawin lagi,

87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

dan sering gonta ganti pasangan, sehingga

mereka sering berpindah tempat tinggal.

Namun setelah itu ayahnya juga meninggal.

Saat ayahnya meninggal, ia merasa kalang

kabut.

(B, W1, 25-07-2015, 188-197)

Jumlah saudara dari informan Informan adalah anak pertama dari tiga

orang bersaudara. Mereka semua

perempuan. Sebenarnya ada seorang saudara

laki-laki, namun saudaranya telah meninggal

(B, W1, 25-07-2015, 198-223)

Informan menjadi tulang punggung Saat ayahnya meninggal, informan dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

keluarga saudara-saudaranya sedang tinggal bersama

neneknya, ibu tiri dan anak-anaknya. Saat

itu, informan tidak mengetahui bagaimana ia

bisa mendapatkan uang, karena sudah

terbiasa diberikan uang dari ayahnya,

sehingga terpaksa ia bekerja di dunia malam

untuk dapat memenuhi kehidupannya.

(B, W1, 25-07-2015, 223-227)

3 Masa kecil informan Sejak kecil informan lebih banyak Sejak kecil informan kebanyakan bergaul

berinteraksi dengan laki-laki dengan laki-laki. Informan lebih senang

bermain dengan laki-laki daripada

perempuan.

(B, W1, 25-07-2015, 241-243)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Waktu kecil informan juga sering diajak

oleh ayahnya ke tempat kerja proyek,

sehingga informan banyak menghabiskan

waktu dengan teman-teman ayahnya di

tempat proyek.

(B, W1, 25-07-2015, 244-246 & 252-254)

Keinginan orangtua agar anak Informan mengatakan bahwa mungkin

pertamanya laki-laki ayahnya menginginkan informan adalah

anak laki-laki, anak pertama sebaiknya laki-

laki, sehingga sejak kecil sudah dibentuk

karakter seperti laki-laki

(B, W1, 25-07-2015, 246-248 & 257-261)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Sejak kecil informan berpenampilan Saat ke sekolah informan memang

seperti laki-laki mengenakan rok, namun gayanya seperti

laki-laki

(B, W1, 25-07-2015, 263-264)

4 Pandangan terhadap diri Informan merasa bersalah dengan Informan merasa bersalah dengan dirinya

dirinya saat ini karena ia sudah terlanjur memiliki anak,

namun ia juga tidak bisa melepaskan

pasangannya. Ia sudah berusaha melepas

pasangannya namun tidak bisa.

(B, W1, 25-07-2015, 295-298)

Informan merasa bersalah dengan dirinya. Ia

tidak tahu harus bagaimana dan sampai

kapan ia akan hidup seperti ini, serta apakah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

ia bisa berubah atau tidak

(B, W1, 25-07-2015, 330-334)

5 Dampak dari orientasi Anak dari informan mendapatkan Informan mengatakan bahwa anaknya yang

seksualnya ejekan dari orang disekitarnya laki-laki mendapatkan ejekan dan bully

karena dirinya yang lesbian.

(B, W1, 25-07-2015, 326-330)

(B, W2, 07-09-2015, 708-709)

Saat malam hari, informan biasanya

memikirkan mengenai orientasi seksualnya

sehingga membuatnya tidak bisa tidur dan

kurang napsu makan, serta ia merasa tidak

bisa berbuat apa-apa.

(B, W1, 25-07-2015, 485-487 & 627-628)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Informan mempunyai anak pertama yang

berjenis kelamin perempun, karena anak

pertamanya yang sudah remaja dan cukup

mengerti, sehingga informan tidak mau

terlalu dekat dengan anaknya, tentu anaknya

akan mengetahui mengenai orientasi seksual

apabila melihat gaya hidup dan sikap

informan, serta ketika melihat hal tersebut

anaknya pasti akan merasa sakit hati, apalagi

mereka sama-sama perempuan. Hal tersebut

yang membuat informan tidak ingin dekat

dengan anak pertamanya.

(B, W2, 07-09-2015, 1060-1065)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Dengan dirinya yang lesbian, informan

memilih untuk tidak mendidik anak

perempuannya seorang diri, sehingga ia

menitipkan anaknya ke keluarganya,

sehingga keluarganya yang mendidik

anaknya. Informan tidak mau mendidik

anaknya seorang diri karena menurut

pengalaman informan, teman-teman sesama

lesbian yang mendidik anak sendiri maka

anak tersebut akan bertumbuh menjadi anak

yang perilakunya negatif, nakal dan sangat

cerdik.

(B, W2, 07-09-2015, 1068-1082)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Reaksi negatif dari orang Informan sering mendapatkan reaksi yang

disekitarnya kurang baik karena gayanya yang sangat

tomboy

(B, W3, 21-10-2015, 1141-1145)

Ketika melihat informan, orang-orang di

lingkungan tempat tinggalnya akan

membicarakannya.

(B, W2,07-09-2015, 753-756)

Informan dibicarakan oleh orang-orang

disekitarnya ketika mereka melihat informan

bersama pasangannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

(B, W3, 21-10-2105, 1146-1148 & 1165-

1169)

Adanya sindiran Informan merasa sakit hati karena

mendapatkan sindiran dari keluarganya

(B, W2, 07-09-2015, 1028-1029)

Informan dan pasangannya mendapatkan

sindiran dari ibu-ibu di lingkungan tempat

tinggalnya.

(B, W2. 25-07-2015, 799-803)

Rasa bersalah kepada Tuhan, anak- Informan mengatakan bahwa terkadang di

anaknya dan orangtua pasangannya hati kecilnya ia memohon maaf dari Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

karena ia tahu ia telah berbuat salah. Ia juga

tidak tahu kapan dirinya bisa berubah karena

ia tidak bisa kehilangan pasangannya.

(B, W1, 25-07-2015, 630-634)

Informan juga berkata dalam hatinya bahwa

ia meminta maaf kepada anak-anaknya.

Informan merasa bersalah dengan anak-

anaknya, ia memikirkan bahwa sampai

kapan ia harus seperti ini, anak-anaknya

semakin hari semakin bertumbuh dan

semakin mengerti. Selain itu, ia merasa

bersalah terhadap anaknya karena anak-

anaknya pernah mendapatkan omongan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

negatif tentang diri informan

(B, W1, 25-07-2015, 307-311 & 634-635)

(B, W2, 07-09-2015, 679-681 & 710-712)

Informan juga merasa bersalah dengan

orangtua pasangannya karena mereka sudah

terlanjur baik terhadap informan. Informan

memikirkan bahwa orangtua pasangannya

sudah berbuat baik terhadapnya, namun ia

seperti ini. Ia memikirkan apabila orangtua

pasangannya mengetahui hubungan mereka,

ia tidak tahu bagaimana harus bersikap.

(B, W1, 25-07-2015, 487-489, 495-499)

(B, W2, 07-09-2015, 712-715)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

6 Anggapan masyarakat Kupang Masyarakat Kupang memberikan Kebanyakan orang menganggap lesbian

mengenai lesbian anggapan negatif terhadap kaum adalah orang-orang menjijikkan

lesbian (B, W1, 25-07-2015, 342)

Kebanyakan orang menganggap bahwa

hubungan sesama jenis itu sangat melanggar

Alkitab.

(B, W2, 07-09-2015, 721-724)

Kebanyakan orang menganggap bahwa

kaum lesbian adalah sampah dan orang

gila/tidak waras.

(B, W2. 07-09-2015, 941)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Kaum lesbian dianggap menyimpang.

(B, W3, 21-10-2015, 1183-1184)

Lesbian dianggap sebagai orang yang

menjijikkan dan tidak normal.

(B, W3, 21-10-2015, 1186-1187)

7 Anggapan informan mengenai Lesbian merupakan pilihan gaya seks Informan mengatakan bahwa orientasi

orientasi seksualnya seksualnya merupakan pilihan yang

dibuatnya, yaitu pilihan gaya seks.

(B, W1, 25-07-2015, 351)

Informan tidak menganggap bahwa orientasi

seksualnya sebagai penyakit karena ia

banyak mendapatkan informasi dari LSM


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

yang dulu diikutinya.

(B, W2, 07-09-2015, 966-969)

8 Sikap informan sebagai lesbian Kecenderungan memendam apa yang Meskipun ekspresi informan terlihat kurang

dirasakan nyaman apabila mendengarkan anggapan

negatif mengenai dirinya, namun ia memilih

untuk diam dan tidak mau meributkan hal

itu karena ia tahu bahwa dirinya juga salah.

(B, W2, 07-09-2015, 806-810)

9 Perasaan informan sebagai Informan merasa malu untuk Informan mengatakan bahwa ia merasa malu

lesbian menampilkan dirinya sebagai lesbian menampilkan dirinya sebagai lesbian karena

kebanyakan orang belum mau menerima

kaum lesbian.

(B, W1, 25-07-2015, 608-609)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Adanya rasa sakit hati dan malu Informan merasa sakit hati dan malu.

Informan mengatakan bahwa wajar

mengalami rasa sakit hati dan malu karena

ia merasa telah berbuat salah. (B, W2, 07-

09-2015, 767)

(B, W2, 07-09-2015, 769-771)

Tidak nyaman Informan merasa tidak nyaman saat ke

gereja karena pasti orang-orang di gereja

akan membicarakannya, apalagi dengan

gaya berpakaiannya yang seperti laki-laki. Ia

juga merasa tidak nyaman apabila

mendengarkan pendeta berkhotbah megenai

pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

(B, W2, 07-09-2015, 911-912 & 920-926)

Informan takut apabila masyarakat Informan mengatakan bahwa ia merasa takut

mengetahui hubungannya dengan apabila orangtua pasangannya mengetahui

sesama jenis bahwa hubungan mereka, karena informan

dan orangtua pasangannya telah menjalin

hubungan yang sangat baik dan orangtua

pasangannya sudah terlanjur baik dengan

informan.

(B, W1, 25-07-2015, 470-476)

Informan juga memikirkan anak-anaknya,

mereka semakin hari semakin bertumbuh

dan semakin mengerti, sehingga tentunya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

mungkin mereka akan mengetahui diri

informan yang sebenarnya. Ia juga tidak

tahu kehidupannya harus bagaimana. Hal ini

yang ia takutkan

(B, W1, 25-07-2015, 476-480)

Informan juga takut kelak anak-anaknya

tidak mau menerima dirinya yang lesbian.

(B, W1, 25-07-2015, 655-657)

Informan juga merasa malu apabila ia

menampilkan dirinya sebagai lesbian, maka

orang pasti akan membicarakannya

(B, W1, 25-07-2015, 612-614)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Informan juga merasa takut apabila ia

ketahuan berpacaran dengan sesama jenis, ia

akan diusir dari lingkungannya.

(B, W2, 07-09-2015, 822-823)

10 Anggapan orang terhadap Anggapan orang ketika melihat Ketika informan berjalan di suatu tempat,

informan informan orang yang melihatnya akan

membicarakannya bahwa ia itu lesbian atau

perempuan suka dengan perempuan

(B, W2, 07-09-2015, 757-759)

Orang yang melihat informan biasanya

mengatakan bahwa informan adalah lesbian,

atau perempuan suka dengan perempuan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

(B, W3, 21-10-2015, 1151-1153)

Ketika orang melihat gaya informan dan

melihat informan sedang bersama

perempuan maka mereka akan menganggap

bahwa informan berpacaran dengan

perempuan tersebut.

(B, W3, 21-10-2015, 1221-1224)

11 Dampak anggapan negatif dari Anggapan negatif mengenai lesbian Informan mengatakan bahwa ia merasa

masyarakat terhadap sikap membuat informan merasa serba terganggu dan serba salah karena ia ingin

informan salah jika ingin ke gereja pergi beribadah tetapi omongan dan reaksi

negatif dari orang ketika melihat informan,

membuatnya tidak nyaman

(B, W2, 07-09-2015, 926-931)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Dengan adanya anggapan negatif mengenai

lesbian, informan menjadi jarang ke gereja

karena dengan gaya berpakaian, ia akan

mendapatkan omongan yang negatif dari

orang-orang di gereja.

(B, W2, 07-09-2015, 924-926)

Informan mengatakan bahwa ia maupun

kaum lesbian lainnya mendapatkan

penolakan seperti sindiran dari masyarakat.

(B, W2, 07-09-2015, 1002-1005)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Keluarga dari informan juga pernah

memberikan penolakan seperti sindiran.

(B, W2, 07-09-2015, 1009-1019)

Informan mengatakan bahwa tidak adanya

penerimaan dari lingkungannya

(B, W2, 07-09-2015, 820-822)

Informan mengatakan bahwa anggapan-

anggapan negatif mengenai lesbian

membuatnya menjadi tertutup. Informan

juga merasakan kesepian karena banyak

orang yang beranggapan negatif mengenai

lesbian sehingga informan menjadi takut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Anggapan negatif mengenai lesbian Informan merasa tidak nyaman dengan

membuat informan menjadi tertutup omongan orang mengenai lesbian

dan merasa tidak nyaman (B, W3, 21-10-2015, 1153-1154 & 1173-

1174)

Informan mengatakan bahwa dengan adanya

anggapan negatif mengenai lesbian,

membuat informan tidak bisa

terbuka/tertutup, tidak bebas apabila ingin

kemana-mana, dan menjadi malu apabila

ingin jalan bersama perempuan.

(B, W3, 21-10-2015, 1217-1220)

Informan tidak terlalu menunjukkan bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

dirinya sebagai lesbian hubungannya dengan

dengan sesama jenis didepan umum

(B, W1, 25-07-2015, 604-605)

(B, W2, 07-09-2015, 826-827)

Dengan adanya anggapan negatif mengenai

lesbian membuat informan tidak terlalu

menampakkan hubungan dengan

pasangannya didepan umum

(B, W2, 07-09-2015, 831-833)

Informan mengatakan bahwa omongan

orang mengenai lesbian membuatnya merasa

minder atau kurang percaya diri, sehingga ia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

sering menghindar dari orang-orang yang

suka membicarakannya mengenai lesbian.

Saat ia berada di tempat yang mana orang-

orang membicarakan mengenai lesbian,

maka ia akan pergi dari tempat itu atau

menghindar.

(B, W3, 21-10-2015, 1194-1199)

12 Dampak anggapan negatif dari Merasa malu Informan merasa malu ketika mendengarkan

masyarakat terhadap perasaan omongan orang disekitarnya mengenai

informan lesbian, sehingga ia lebih memilih untuk

pergi dan tidak mau mengingat omongan

tersebut

(B, W2, 07-09-2015, 986-989)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

Informan merasa terganggu Anggapan-anggapan negatif mengenai

lesbian membuat informan merasa

terganggu.

(B, W2, 07-09-2015, 760-761)

Informan merasa terganggu apabila berada

di tengah-tengah masyarakat yang

memberikan anggapan negatif kepada kaum

lesbian

(B, W2, 07-09-2015, 972-973)

Adanya rasa sakit hati, kecewa dan Informan juga mengatakan bahwa ia merasa

minder sakit hati mendengarkan anggapan-

anggapan negatif mengenai lesbian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

(B, W2, 07-09-2015, 765)

Informan merasa sakit hati dan tersinggung

dengan anggapan negatif mengenai lesbian

(B, W2, 07-09-2015, 984)

Informan merasa kecewa, sakit hati, minder

dan malu karena anggapan-anggapan negatif

mengenai lesbian

(B, W3, 21-10-2015, 1191)

(B, W3, 21-10-2015, 1193-1194)

Informan mengatakan bahwa yang namanya

manusia pasti ada rasa sakit hati, malu dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

kecewa dengan omongan orang mengenai

lesbian.

(B, W3, 21-10-2015, 1298-1300)

(B, W3, 21-10-2015, 1324)

13 Anggapan informan mengenai Kebanyakan orang terlalu terpaku Informan menganggap bahwa kebanyakan

orang-orang disekitarnya dengan kitab suci orang disekitarnya terlalu terpaku dengan

Alkitab sehingga mereka sering memberikan

anggapan negatif mengenai homoseksual

(B, W2, 07-09-2015, 944-945)

Informan menganggap bahwa kaum

homoseksual tidak diterima karena

kebanyakan orang terlalu terpaku kepada

kitab suci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

(B, W2, 07-09-2015, 960-961)

14 Anggapan agama mengenai Berdasarkan sudut pandang agama, Kebanyakan orang beranggapan pasangan

lesbian lesbian dianggap melanggar agama sesama jenis itu melanggar agama dan

melanggar perintah Tuhan, telah bersalah

terhadap Tuhan, sehingga tidak adanya

penerimaan. Apabila dalam Alkitab tidak

tertulis bahwa perempuan harus berpasangan

dengan laki-laki, maka dimanapun tentu

kaum homoseksual akan diterima.

(B, W2, 07-09-2015, 946-955)

Informan mengatakan bahwa ia juga orang

beragama, dan memang dalam Alkitab

tertulis bahwa adam diciptakan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

hawa, dan hawa harus mendampingi adam.

(B, W3, 21-10-2015, 1257-1262 & 1325-

1327)

Dalam kitab suci perempuan harus Informan mengatakan bahwa dalam kitab

berpasangan dengan laki-laki suci yang namanya pasangan adalah

perempuan berpasangan dengan laki-laki,

sehingga apabila perempuan hidup bersama

dengan perempuan tentu akan dianggap

salah, karena dalam kitab suci tidak ada

tertulis bahwa perempuan harus berpasangan

dengan perempuan.

(B, W2, 07-09-2015, 736-746)

15 Isi pikiran masyarakat Informan memilih isi pikiran yang Informan mengatakan bahwa ia memilih isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

homophobia yang didapatkan biasa ia dapatkan di lingkungannya pikiran yang berbunyi kaum homoseksual

oleh informan dianggap sebagai tidak normal, tabu dan

menjijikkan. Informan memilih isi pikiran

tersebut informan sering mendengarkan

anggapan orang di Kupang yang sama

seperti isi pikiran tersebut.

(B, W3, 21-10-2015, 1127-1129)

Informan juga mengatakan bahwa ia

memilih isi pikiran yang mengatakan bahwa

kaum lesbian dianggap sebagai pendosa.

(B, W3, 21-10-2015, 1255-1257)

16 Internalized Homophobia Membenarkan dan Informan mengatakan bahwa ia menyakini

menginternalisasikan anggapan hal yang sama atau memasukkan anggapan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

negatif dari masyarakat mengenai negatif mengenai lesbian kedalam dirinya,

lesbian sehingga ia sering menghindar dari orang-

orang yang memberikan anggapan negatif

mengenai lesbian.

(B, W3, 21-10-2015, 1210-1214)

Informan juga membenarkan anggapan

agama mengenai lesbian bahwa lesbian itu

merupakan kaum berdosa karena informan

juga merupakan orang beragama dan dalam

Alkitab tidak ada tertulis mengenai

homoseksual.

(B, W3, 21-10-2015, 1257-1264)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Informan juga membenarkan anggapan

orang mengenai lesbian karena dalam

Alkitab tertulis bahwa hawa harus dengan

adam, bukan hawa dengan hawa

(B, W3, 21-10-2015. 1316-1318)

(B, W3, 21-10-2015, 1327-1328)

17 Dampak dari internalized Tertutup/tidak terbuka dan tidak Informan menginternalisasikan anggapan

homophobia bebas mengekspresikan dirinya orang sehingga ia merasa was-was, sangat

sebagai lesbian menutup diri dan tidak berani untuk jalan

bersama perempuan didepan umum

(B, W3, 21-10-2015, 1236-1240)

Karena informan membenarkan dan

menginternalisasikan anggapan orang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

mengenai lesbian sehingga ia tidak

sembarangan jika ingin jalan bersama

pasangannya, atau ingin berhubungan

dengan lesbian.

(B, W3, 21-10-2015, 1245-1249)

Karena informan menginternalisasikan

anggapan orang mengenai lesbian sehingga

ia tidak bisa terbuka dan tidak bebas

mengekspresikan dirinya.

(B, W3, 21-10-2015, 1266-1269)

Karena informan menginternalisasikan

anggapan orang mengenai lesbian sehingga


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

informan harus tertutup, tidak bisa

menunjukkan dirinya yang lesbian, serta

tidak sembarangan bergaul dengan

perempuan. Informan juga takut keramaian,

ingin ke gereja saja ia merasa takut.

(B, W3, 21-10-2015, 1309-1316 & 1335-

1341)

Karena informan menginternalisasikan

anggapan orang mengenai lesbian sehingga

informan menjadi tertutup, tidak

sembarangan dan menyembunyikan diri.

(B, W3, 21-10-2015, 1328-1331)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Jarang ke gereja Karena informan menginternalisasikan

anggapan orang mengenai lesbian sehingga

membuatnya jarang ke gereja

(B, W3, 21-10-2015, 1289-1291)

Tersiksa Karena informan menginternalisasikan

anggapan orang mengenai lesbian sehingga

ia merasa tersiksa.

(B, W3, 21-10-2015, 1306-1307)

Berpikir dan bertanya-tanya Informan mengatakan bahwa ia pikiran dan

mengenai orientasi seksualnya bingung apakah ia harus meninggalkan

pasangan sesama jenisnya

(B, W1, 25-07-2015, 619-620)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Informan bertanya apakah karena dirinya

yang lesbian sehingga Tuhan

menghukumnya? Mungkin Tuhan

menghukumnya akibat orientasi seksualnya

(B, W1, 25-07-2015, 621-624)

Informan juga bertanya dalam dirinya

akankah kelak anak-anaknya akan menerima

keadaannya yang seperti ini, atau haruskah

ia yang mengalah.

(B, W1, 25-07-2015, 658-671)

18 Alasan informan membenarkan Informan membenarkan anggapan Informan menginternalisasikan dan

anggapan orang mengenai mengenai lesbian karena ia adalah membenarkan anggapan orang mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

lesbian orang beragama lesbian karena ia adalah orang beragama dan

ia terpaku dengan agama yang dianutnya.

(B, W3, 21-10-2015, 1380-1381)

19 Adanya dilemma dengan isi Informan merasa bingung untuk Informan merasa dilemma karena apabila ia

pikiran bahwa homoseksual membenarkan atau tidak isi pikiran membenarkan berarti ia juga menantang

dianggap tidak normal bahwa homoseksual dianggap tidak dirinya sendiri dan menganggap omongan

normal orang itu benar. Ia juga menganggap bahwa

orientasi seksualnya tidak normal. Namun

apabila ia tidak membenarkan, ia juga

menantang dirinya sendiri. Ia masih merasa

bingung dan tidak bisa memilih antara

membenarkan atau tidak.

(B, W3, 21-10-2105, 1359-1365 & 1368-

1374)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

20 Harapan atau keinginan Ingin adanya perubahan Informan pernah berkata bahwa suatu saat ia

informan sebagai lesbian akan berubah namun dalam hati kecilnya ia

tidak ingin berubah, Ia tidak ikhlas

meninggalkan pasangan sesama jenisnya.

(B, W1, 25-07-2015, 311-314)

Keinginan untuk bebas menampilkan Informan mengatakan bahwa ingin agar

diri orang menerima kaum homoseksual

sehingga mereka tidak perlu takut dan

menyembunyikan diri, serta dimanapun

mereka berada, mereka tidak perlu berpura-

pura lagi. Apabila ingin bermesraan dengan

pasangannya juga tidak perlu takut lagi.

(B, W1, 25-07-2015, 546-552)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Keinginan untuk diterima Informan ingin agar orang-orang di tempat

tinggalnya menerima kaum lesbian sama

seperti diluar negeri. Ia juga ingin

keluarganya menerima dirinya yang seperti

ini.

(B, W1, 25-07-2015, 543-546)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

LAMPIRAN 4. TABEL KATEGORISASI INFORMAN KEDUA

No. Kategori Tema Sub-kategori Tema Pernyataan Informan

1 Ketertarikan dengan sesama Awal tertarik dengan sesama jenis Awalnya informan menyadari bahwa ia

jenis tertarik dengan sesama jenis sejak SMA

kelas 1. Saat itu, informan merasa simpati

dengan kakak kelasnya. Waktu pertama

melihat perempuan itu, informan langsung

fans dengan perempuan tersebut.

Kemudian informan mulai melakukan

pendekatan dengan perempuan itu.

(D, W1, 25-07-2015, 3-8)

Saat itu, informan merasa bahwa perhatian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

yang diberikan oleh perempuan yang

disukainya itu seperti berbeda. Karena

perempuan itu terlalu memberikan

perhatian kepada informan sehingga

munculnya rasa suka kepada perempuan

tersebut. Selain itu, sekolah informan

merupakan sekolah khusus perempuan,

sehingga informan banyak menghabiskan

waktu dengan perempuan, dan akhirnya

informan menjadi fans dengan perempuan

yang merupakan kakak kelasnya.

Meskipun awalnya informan merasa takut

karena informan tidak tahu apakah

perempuan itu juga menyukai sesama jenis


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

atau tidak, namun informan tetap

melakukan pendekatan dengan perempuan

itu.

(D, W1, 25-07-2015, 98-111)

Setelah pendekatan, akhirnya informan

berpacaran dengan perempuan itu, namun

informan menutupi hubungan mereka

karena takut diketahui oleh pihak sekolah.

Namun akhirnya orang mengetahui

hubungan mereka, karena mereka

ditangkap basah sedang mandi berdua.

(D, W1, 25-07-2015, 114-116)

2 Denial Adanya penolakan dalam diri Informan menceritakan bahwa awalnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

informan saat menyadari bahwa ia saat ia menyukai perempuan yang

menyukai sesama jenis merupakan kakak kelasnya, ia berbicara

dengan dirinya sendiri „mengapa ia bisa

menyukai sesama jenis, tidak boleh, tidak

baik seperti itu‟. Namun mungkin karena

rasa suka informan yang sangat besar

kepada perempuan tersebut, sehingga

membuatnya tidak bisa berpikir lagi.

(D, W1, 25-07-2015, 128-131)

Awalnya informan menolak mengenai

dirinya yang menyukai sesama jenis.

Tetapi seperti yang telah informan katakan,

bahwa mungkin karena rasa suka yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

besar terhadap perempuan tersebut,

informan juga merasa jatuh cinta

dengannya, sehingga membuat informan

tidak bisa berpikir lagi.

(D, W1, 25-07-2015, 134-138)

3 Perasaan informan sebagai Informan merasa malu, minder, galau, Informan mengatakan bahwa ia merasa

lesbian takut dan rasa bersalah malu, dan tidak mau menampilkan dirinya

sebagai lesbian didepan umum. Ia merasa

malu.

(D, W1, 25-07-2015, 151-154)

Informan merasa malu apabila orang

mengetahui dirinya lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 160, 394)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

(D, W2, 07-09-2015, 624-625)

Informan juga merasa minder dan tidak

nyaman ketika keluarga besarnya

berkumpul dan menanyakan mengapa gaya

informan seperti laki-laki

(D, W1, 25-07-2015, 199-201 & 207-209)

Informan juga mengatakan bahwa ia

merasa galau dalam menampilkan dirinya

sebagai lesbian

(D, W1, 25-07-2015, 332)

(D, W2, 07-09-2-15, 709-711)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Informan merasa malu karena ia

menganggap bahwa pilihannya sudah

salah.

(D, W1, 25-07-2015, 404-405 & 593)

Informan merasa sangat takut dan malu

apabila orang mengetahui dirinya yang

lesbian

(D, W1, 25-07-2015, 408, 488-489 & 495-

496)

Informan merasa malu apabila ia ditolak

atau dipermalukan. Apalagi orangtuanya

tidak mengajarkannya untuk menjadi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 440-443)

Adanya rasa tidak nyaman Informan mengatakan bahwa sebenarnya ia

merasa tidak nyaman karena tidak bebas

menampilkan dirinya yang lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 446-447 & 449-450)

Takut dirinya diketahui sebagai Informan mengatakan bahwa ia merasa

lesbian sangat takut apabila orang mengetahui

dirinya lesbian

(D, W1, 25-07-2015, 391-392)

Takut akan dibicarakan apabila Informan mengatakan bahwa ia merasa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

masyarakat mengetahui dirinya lesbian malu dan takut karena apabila ia

menampilkan dirinya sebagai lesbian maka

orang-orang disekitarnya akan

membicarakannya

(D, W1, 25-07-2015, 379-380)

(D, W2, 07-09-2015, 631-632)

Informan mengatakan bahwa orang akan

membicarakannya apabila mengetahui

mengenai dirinya yang lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 403-404 & 469-470)

Takut berelasi dengan oranglain Informan mengatakan bahwa saat ia mau

berteman dengan orang lain, ia melihat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

terlebih dahulu seperti apa orangnya,

karena ia takut dengan gayanya yang

seperti ini, orang tersebut tidak mau

berteman dengannya.

(D, W1, 25-07-2015, 457-462)

Takut dianggap sebagai orang Informan merasa takut apabila ia

penyakit menunjukkan diri sebagai lesbian, maka

orang akan menganggapnya sebagai orang

penyakit.

(D, W2, 07-09-2015, 656)

(D, W3, 26-10-205, 901-903)

Takut dianggap tidak waras Informan merasa takut apabila ia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

menampilkan dirinya sebagai lesbian, ia

akan dianggap tidak waras/tidak normal.

Jadi daripada dianggap seperti itu,

informan memilih untuk tidak

menunjukkan dirinya sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 836-839)

Takut akan diejek dan ditolak Informan merasa takut apabila orang

mengetahui dirinya lesbian, maka pasti ia

akan diejek dan ditolak atau tidak diterima.

Informan mengatakan bahwa ia memiliki

rasa takut yang sangat besar.

(D, W3, 26-10-2015, 850-852)

(D, W3, 26-10-2015, 1064-1065)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Informan mengatakan bahwa apabila orang

mengetahui dirinya lesbian, maka pasti

informan akan diejek.

(D, W2, 07-09-2015, 628-629)

Takut mempermalukan keluarga Informan mengatakan bahwa orang

karena orientasi seksualnya terdekatnya akan merasa malu apabila

mereka mengetahui dirinya yang lesbian.

Mereka juga pasti akan sakit hati dan

kecewa apabila mengetahui dirinya

lesbian. Apalagi orangtua dari informan,

yang masih kurang pemahaman mengenai

lesbian, tentu mereka akan anggap bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

pilihan informan salah.

(D, W3, 26-10-2015, 864-874)

Takut akan dijauhi dan ditinggalkan Informan merasa takut orang-orang

oleh orang-orang disekitarnya disekitarnya akan menjauhinya dan

meninggalkannya apabila mereka

mengetahui bahwa informan menyukai

sesama jenis. Jadi sebaiknya informan

tidak menampilkan dirinya sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 1114-1117)

4 Latar belakang keluarga Jumlah saudara informan Informan merupakan anak keempat dari

informan lima bersaudara. Dua saudara perempuan,

dan tiga saudara laki-laki.

(D, W1, 25-07-2015, 169-171)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Relasi dengan keluarga Informan mengatakan bahwa relasinya

dengan keluarga terjalin dengan baik.

(D, W1, 25-07-2015, 175-176)

5 Pandangan informan mengenai Menganggap dirinya berbeda Informan mengatakan bahwa dirinya yang

dirinya paling berbeda dalam keluarga. Yang mana

informan adalah perempuan, tetapi

informan bergaya seperti laki-laki, dan

membuat informan merasa minder/kurang

percaya diri apabila berada ditengah

keluarga.

(D, W1, 25-07-2015, 176-177 & 186-189)

Menganggap dirinya keras kepala Informan menganggap dirinya keras kepala


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

karena ketika keluarga mengomentari

gayanya, ia cenderung malas untuk

menanggapi.

(D, W1, 25-07-2015, 260-262)

Merasa tidak ada jati diri Informan merasa bingung dengan dirinya

saat ini. Ia juga merasa aneh, buyar,

merasa dirinya tidak jelas, dan tidak ada

jati diri.

(D, W1, 25-07-2015, 312-313)

(D, W3, 26-10-2015, 840-842)

Menganggap dirinya salah Informan menganggap bahwa dirinya tidak

benar/salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

(D, W1, 25-07-2015, 316-318)

6 Pandangan keluarga mengenai Keluarga informan selalu Informan mengatakan bahwa apabila

penampilan informan mempertanyakan dan mengomentari keluarga sedang berkumpul, mereka akan

gayanya yang seperti laki-laki menanyakan mengapa informan bergaya

seperti laki-laki. Mereka juga menegur

informan karena gayanya yang sangat

tomboy.

(D, W1, 25-07-2015, 189-195)

Ayah dan saudara laki-laki dari informan

sering mengomentari gaya informan yang

seperti laki-laki. Mereka juga menegur

informan karena ia memotong rambut

pendek seperti laki-laki.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

(D, W1, 25-07-2015, 257-260)

7 Pandangan informan terhadap Ibu dari informan tidak terlalu Informan mengatakan bahwa ibunya tidak

keluarganya mempermasalahkan gaya informan, terlalu mengomentari gayanya yang seperti

namun ayahnya laki-laki, namun biasanya ayahnya

mempermasalahkannya. mengomentari gaya informan, misalnya

saat informan memotong rambut pendek

seperti laki-laki, ayahnya memarahinya.

Ibunya jarang mengomentari gayanya

mungkin karena ibunya mengerti bahwa

informan sudah bergaya seperti ini sejak

kecil.

(D, W1, 25-07-2015, 212-214, 230-232 &

254-257)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Informan menganggap bahwa ayahnya Informan mengatakan bahwa ayahnya

tegas memiliki sifat yang keras atau tegas,

misalnya saat informan memotong rambut

yang pendek, maka ayahnya akan

mengomentari gaya rambutnya.

(D, W1, 25-07-2015, 217 & 221-226)

Lebih dekat dengan ibu karena ibunya Informan mengatakan bahwa ia lebih dekat

tidak banyak komentar dengan ibunya karena ibunya tidak banyak

komentar mengenai gaya informan yang

seperti laki-laki

(D, W1, 25-07-2015, 235-237)

Saudara laki-lakinya memarahi gaya Informan mengatakan bahwa saudara laki-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

informan yang seperti laki-laki lakinya akan langsung memarahi dan

melarang informan apabila ia bergaya

seperti laki-laki.

(D, W1, 25-07-2015, 247-250)

8 Masa kecil informan Sejak kecil informan sudah bergaya Informan menceritakan bahwa sejak kecil

seperti laki-laki ia sudah bergaya seperti laki-laki. Sejak

kecil informan hanya bermain permainan

laki-laki. Informan tidak suka bermain

permainan wanita. Pakaian-pakaian

perempuan yang dibeli oleh ibunya, ia

tidak pernah sentuh, labelnya saja masih

ada karena ia tidak pernah mengenakan

pakaian-pakaian tersebut.

(D, W1, 25-07-2015, 279-286)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

9 Anggapan masyarakat Kupang Masyarakat Kupang memberikan Kebanyakan orang menganggap lesbian

mengenai lesbian anggapan negatif mengenai lesbian sebagai penyakit dan mereka merasa jijik

dengan kaum lesbian

(D, W1, 25-07-2015, 295-296, 301-302 &

340-341)

(D, W2, 07-09-2015, 643-646 & 648-649)

(D, W3, 26-10-2015, 799-804, 809-812 &

824-827)

Orang menganggap bahwa lesbian itu tidak

normal dan salah sehingga mereka tidak

akan menerima kaum lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 405-407 & 497-500)

(D, W2, 07-09-2015, 629-630)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Orang yang menyukai sesama jenis

dianggap salah.

(D, W1, 25-07-2015, 412-416)

(D, W2, 26-10-2015, 735)

Apabila orang-orang disekitarnya melihat

kaum lesbian, maka mereka akan

mengatakan bahwa lesbian itu tidak waras

karena menyukai sesama jenis dan harus

disembuhkan.

(D, W1, 25-07-2015, 419-425)

Kebanyakan orang menganggap lesbian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

berdosa

(D, W2, 07-09-2015, 754-757)

Kebanyakan orang menganggap lesbian

sebagai kaum yang menyimpang dan tidak

waras.

(D, W3, 26-10-2015, 1007-1009)

(D, W3, 26-10-2015, 1034-1042)

10 Sikap informan sebagai lesbian Sikap informan ditengah Informan tidak pernah menampilkan

lingkungannya dirinya sebagai lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 377-378)

Informan juga tidak berani apabila harus

terbuka kepada oranglain mengenai dirinya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

yang lesbian.

(D, W1, 25-07-2015, 382-384)

Karena belum adanya penerimaan,

sehingga informan tetap menjalani

orientasi seksualnya dengan tertutup atau

tanpa menunjukkan didepan umum.

(D, W1, 25-07-2015, 432-434)

(D, W3, 26-10-2015, 1109-1110 & 1112-

1113)

Informan juga sangat membatasi

pertemanannya karena takut akan mulut

orang-orang disekitarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

(D, W1, 25-07-2015, 463-467)

11 Dampak dari orientasi Menutup diri Sebagai lesbian, informan tidak berani

seksualnya untuk terbuka atau menampilkan diri

didepan umum.

(D, W1, 25-07-2015, 348-352)

Tidak nyaman Informan merasa tidak nyaman karena

harus tertutup dan tidak bebas

mengekspresikan dirinya sebagai lesbian

(D, W1, 25-07-2015, 453-457)

Informan merasa tidak nyaman dan tidak

bebas berekspresi dan harus tertutup

(D, W1, 25-07-2015, 467-469)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Informan merasa bersalah kepada Tuhan

karena Tuhan sudah berbuat baik

terhadapnya, memberikannya kehidupan

hingga saat ini, namun ia masih berbuat

seperti ini. Ia tidak tahu sampai kapan ia

akan hidup dengan pilihannya. Informan

merasa bersalah kepada Tuhan dan tidak

tahu harus berbuat apa.

(D, W2, 07-09-2015, 693-700)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

Rasa bersalah kepada Tuhan dan Ketika informan ke gereja dan

merasa berdosa mendengarkan khotbah pendeta mengenai

pasangan, informan langsung merasa telah

berdosa terhadap Tuhan

(D, W2, 07-09-2015, 748-750, 752-753)

Penolakan Kaum lesbian sering mendapatkan

penolakan seperti ejekan, dan anggapan

negatif.

(D, W2, 07-09-2015, 721-722 & 733-734)

Menurut informan, penolakan adalah hal

yang wajar dialami oleh kaum lesbian

(D, W3, 26-10-2015, 1107)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

Rasa bersalah kepada keluarga Informan memikirkan apabila orangtuanya

mengetahui bahwa informan menyukai

sesama jenis, ia tidak tahu harus berbuat

apa. Informan merasa mereka akan malu

apabila mengetahui mengenai dirinya,

karena orangtuanya tidak mengajarkan

informan untuk menjadi seorang lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 852-857)

Informan memikirkan apabila orangtua

mengetahui bahwa dirinya lesbian, tentu

mereka akan merasa kecewa, sakit hati dan

mungkin mereka tidak akan menerima

informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

(D, W3, 26-10-2015, 1060-1063)

12 Dampak dari anggapan negatif Ketidakbebasan dalam menampilkan Informan mengatakan bahwa anggapan

mengenai lesbian diri sebagai lesbian negatif mengenai lesbian membuatnya

tidak bebas untuk menampilkan dirinya

sebagai lesbian

(D, W1, 25-07-2015, 449-450)

Anggapan orang mengenai lesbian sangat

menganggu informan sehingga membuat

merasa malu untuk menampilkan dirinya

sebagai lesbian

(D, W2, 07-09-2015, 653-655)

Informan merasa tidak bebas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

mengekspresikan dirinya karena adanya

omongan negatif mengenai lesbian

sehingga ia harus menyembunyikan

dirinya sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 846-849)

Malu menampilkan diri sebagai Informan mengatakan bahwa ketika ia

lesbian mendengarkan anggapan negatif mengenai

lesbian, ia langsung merasa malu dan takut

menunjukkan dirinya sebagai lesbian.

(D, W2, 07-09-2015, 756-757)

Tidak berani menunjukkan diri Anggapan negatif mengenai lesbian

sebagai lesbian membuat informan sangat tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

berani/takut untuk menunjukkan dirinya

sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 833-839 & 883-887)

Minder/kurang percaya diri dan tidak Anggapan negatif mengenai lesbian

nyaman membuat informan menjadi minder atau

kurang percaya diri dalam menampilkan

dirinya sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 993-994)

Informan juga merasa tidak nyaman, malu

dan minder karena omongan orang

mengenai lesbian

(D, W3, 26-10-2105, 953-956)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

Serba salah Informan mengatakan bahwa ia merasa

serba salah, disatu sisi ia ingin bebas

mengekspresikan diri sebagai lesbian,

namun disisi lain karena banyak orang

yang mengatakan bahwa lesbian itu

penyakit, sehingga mempengaruhinya

untuk mengekspresikan diri sebagai

lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 924-930)

Informan merasa sakit hati, malu, Informan mengatakan bahwa ia merasa

takut dan stress sakit hati, malu, takut dan stress ketika

mendengarkan anggapan negatif mengenai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 1048)

13 Pandangan informan mengenai Pandangan informan mengenai Informan mengatakan bahwa pasangan

pasangan pasangan yang pada umumnya pada umumnya yaitu laki-laki berpasangan

dengan perempuan. Namun apabila

perempuan berpasangan dengan

perempuan, tentu memalukan.

(D, W2, 07-09-2015, 625-627)

Pandangan informan mengenai Informan mengatakan bahwa secara logika

pasangan yang normal pasangan yang normal adalah laki-laki dan

perempuan, yang bisa menghasilkan

keturunan. Apabila perempuan

berpasangan dengan perempuan tentu tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

bisa menghasilkan keturunan dan bukan

merupakan pasangan pada umumnya, serta

tidak mungkin pendeta mau menikahkan

sesama jenis.

(D, W2, 07-09-2015, 670-676)

(D, W3, 26-10-2015, 893-901)

14 Pandangan informan mengenai Menyukai sesama jenis dianggap tidak Informan mengatakan bahwa pilihannya

orientasi seksualnya wajar ini tidak wajar karena bukan seperti

pasangan pada umumnya.

(D, W2, 07-09-2015, 640-643)

Merasa telah menodai ciptaan Tuhan Informan mengatakan bahwa Tuhan sudah

menciptakan laki-laki dan perempuan,

sedangkan ia mengambil jalan sebagai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

lesbian, secara otomatis ia telah menodai

ciptaan Tuhan.

(D, W2, 07-09-2015, 689-693)

Menganggap telah melanggar aturan Informan mengatakan bahwa mungkin

di Indonesia orientasi seksualnya dianggap salah karena

tidak ada aturan di Indonesia yang

membolehkan perempuan menyukai

perempuan.

(D, W3, 26-10-2015, 1005-1007)

15 Isi pikiran masyarakat Informan memilih isi pikiran Informan mengatakan bahwa ia memilih

homophobia yang didapatkan masyarakat homophobia yang biasa ia isi pikiran yang berbunyi kebanyakan

dan didengarkan oleh informan dengarkan atau dapatkan dari orang menganggap kaum homoseksual

lingkungannya tidak normal, tabu dan menjijikkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Kemudian dalam konteks agama, lesbian

dianggap sebagai kaum pendosa.

Selanjutnya, isi pikiran yang mengatakan

bahwa dari sudut pandang opini publik,

homoseksual dianggap sebagai

penyimpangan sosial karena fenomena

tersebut tidak sesuai dengan norma dan

nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Informan memilih isi pikiran tersebut

informan sering mendengarkan anggapan

orang di Kupang yang sama seperti isi

pikiran tersebut.

(D, W3, 26-10-2015, 783-794)

16 Vicarious learning Informan takut menunjukkan dirinya Informan mengatakan bahwa ia belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

sebagai lesbian karena banyak kenalan mendapatkan omongan negatif mengenai

atau teman-teman sesama lesbian yang lesbian secara langsung, karena ia belum

mendapatkan penolakan ketika mereka pernah menunjukkan dirinya sebagai

menampilkan diri sebagai lesbian lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 879-883)

Informan menceritakan bahwa ia belum

pernah mendapatkan omongan negatif

mengenai lesbian secara langsung, ia

hanya mendengarkan cerita dari temannya

yang juga lesbian. Temannya menceritakan

bahwa ketika temannya ke gereja, ia

mendapatkan omongan yang negatif. Saat

mendengar cerita tersebut membuat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

informan menjadi malas untuk ke gereja.

(D, W3, 26-10-2015, 960-967)

Saat berkumpul dengan teman-teman

lesbian, teman-temannya menceritakan

mengenai penolakan dan diskriminasi yang

pernah mereka alami. Salah satu temannya

meceritakan bahwa tentangganya pernah

mengatakan bahwa lesbian itu berdosa dan

harus bertobat. Mendengarkan cerita

tersebut membuat informan menjadi tidak

berani untuk menampilkan dirinya sebagai

lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 975-986)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

17 Internalized homophobia Membenarkan dan Informan mengatakan bahwa mungkin

menginternalisasikan anggapan negatif memang orientasi seksualnya bukan

dari masyarakat mengenai lesbian penyakit, namun karena kebanyakan orang

menganggap seperti itu, sehingga secara

otomatis informan juga merasa takut

menampilkan dirinya sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 903-907)

Untuk isi pikiran yang mengatakan bahwa

dalam konteks agama, lesbian dianggap

kaum pendosa. Informan menyetujui

anggapan tersebut karena agama di

Kupang masih sangat kuat sehingga

informan merasa tentu perempuan yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

menyukai perempuan telah melanggar

agama. Informan juga merupakan orang

beragama, di Alkitab tidak ada tertulis

untuk membolehkan perempuan menyukai

perempuan, sehingga informan merasa ada

benarnya omongan atau anggapan orang.

(D, W3, 26-10-2015, 935-942, 989-992,

1023-1027)

Untuk isi pikiran yang mengatakan bahwa

homoseksual dianggap menyimpang dari

nilai dan norma, informan membenarkan

anggapan tersebut karena di Indonesia

tidak ada tertulis untuk membolehkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

perempuan menyukai perempuan. Selain

itu, dari sononya orang sudah mengetahui

bahwa pasangan yang pada umumnya

adalah laki-laki dan perempuan, bukan

perempuan dengan perempuan, atau laki-

laki dengan laki-laki.

(D, W3, 26-10-2015, 1034-1042)

Informan merasa bahwa penolakan itu

wajar karena memang lesbian itu tidak

normal dan bukan seperti wanita pada

umumnya.

(D, W3, 26-10-2015, 1104-1107)

18 Dampak dari internalized Takut menunjukkan diri sebagai Informan mengatakan bahwa apabila ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

homophobia lesbian tidak menyakini hal yang sama seperti

anggapan orang maka ia tidak mungkin

harus takut menunjukkan diri sebagai

lesbian. Omongan orang mengenai lesbian

menjadi pengaruh bagi informan dalam

menampilkan dirinya sebagai lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 912-917)

Karena kebanyakan orang menganggap

bahwa lesbian sebagai penyakit, sehingga

otomatis informan menginternalisasikan

omongan tersebut kedalam dirinya yang

membuatnya takut menunjukkan diri

sebagai lesbian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

(D, W3, 26-10-2015, 903-907)

Merasa berdosa Karena informan menginternalisasikan

anggapan orang berdasarkan sudut

pandang agama, sehingga membuat

informan merasa berdosa, ia merasa telah

mengotori ciptaan Tuhan, dan informan

juga merasa tidak pantas datang kepada

Tuhan. Informan beranggapan mungkin

Tuhan akan menghukumnya apabila ia

terus seperti ini.

(D, W3, 26-10-2015, 1027-1030)

Serba salah, takut, malu dan Informan mengatakan bahwa karena


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

minder/kurang percaya diri kebanyakan orang beranggapan negatif

mengenai lesbian, sehingga informan juga

berpikir bahwa ada betulnya juga omongan

orang karena memang pasangan yang

normal adalah perempuan dan laki-laki.

Hal ini membuat informan pikiran hingga

hampir stress. Informan memikirkan

mengenai benar atau tidak pilihannya.

Informan merasa serba salah, tidak tahu

harus berbuat apa.

(D, W3, 26-10-2015, 1050-1060)

Informan mengatakan bahwa karena

omongan orang yang negatif mengenai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

lesbian dan ia juga menginternalisasikan

omongan tersebut, sehingga membuatnya

tidak berani menampilkan diri sebagai

lesbian. Informan sama sekali belum

pernah menampilkan dirinya sebagai

lesbian. Hal ini membuat informan sangat

takut, malu dan minder untuk

menunjukkan dirinya sebagai lesbian

karena pasti orang akan membicarakan

yang negatif mengenai dirinya

(D, W3, 26-10-2015, 1081-1092)

Informan mengatakan bahwa ia

memikirkan mengapa dirinya bisa seperti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

ini, ia merasa serba salah.

(D, W1, 25-07-2015, 380-382)

Berpikir dan bertanya-tanya apakah Informan mengatakan bahwa terkadang ia

hidupnya sudah benar atau salah, memikirkan dan bertanya dalam dirinya

wajar atau tidak wajar apakah kehidupannya sudah benar atau

salah.

(D, W1, 25-07-2015, 318-319)

Informan mengatakan bahwa terkadang ia

berpikir dan bertanya dalam dirinya

mengenai wajar atau tidak jatuh cinta

dengan perempuan.

(D, W1, 25-07-2015, 323-325)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

Terkadang informan juga memikirkan

mengapa ia bisa seperti ini, akankan kelak

ia bisa berubah atau tidak, ia tidak tahu

mengenai hal itu.

(D, W1, 25-07-2015, 595-598)

(D, W3, 26-10-2015, 1069-1071)

19 Anggapan agama mengenai Ajaran berdasarkan kitab suci Informan mengatakan bahwa dalam agama

lesbian yang dianutnya yaitu agama kristen, tidak

ada tertulis dalam kitab suci mengenai

perempuan boleh menyukai perempuan.

(D, W3, 26-10-2015, 972-975)

20 Harapan atau keinginan Ingin adanya perubahan Informan mengatakan bahwa ia ingin

informan sebagai lesbian merubah dirinya. Menurutnya perubahan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

itu harus ada, apalagi jalan yang ia ambil

sudah sangat salah. Namun untuk mau

merubah diri butuh proses yang tidak tahu

kapan bisa dilakukan.

(D, W1, 25-07-2015, 325-329, 472-473)

Informan merasa jalan yang ia ambil salah,

sehingga ia meminta bantuan Tuhan untuk

berubah.

(D, W1, 25-07-2015, 598-600)

Informan ingin berubah menjadi wanita

pada umumnya karena ia merasa dirinya

saat ini bukan merupakan wanita pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

umumnya.

(D, W1, 25-07-2015, 551-552)

Informan ingin berubah menjadi wanita

pada umumnya agar dapat diterima oleh

banyak orang.

(D, W1, 25-07-2015, 555-558)

Keinginan untuk diterima Informan mengatakan bahwa ia ingin

adanya penerimaan dari orang-orang

disekitarnya sehingga kaum lesbian tidak

perlu tertutup atau menyembunyikan diri.

(D, W1, 25-07-2015, 204-206, 558-462)

(D, W3, 26-10-2015, 1128-1131)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

Ingin bebas mengekspresikan diri Informan mengatakan bahwa ia ingin

bebas mengekspresikan dirinya sebagai

lesbian.

(D, W3, 26-10-2015, 925-926)

Anda mungkin juga menyukai