Anda di halaman 1dari 48

Bab I

Pendahuluan
Mekanika teknik atau dikenal juga sebagai mekanika rekayasa merupakan bidang
ilmu utama untuk perilaku struktur, atau mesin terhadap beban yang bekerja
padanya. Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya-gaya (gaya
reaksi dan gaya internal).

Dengan mengetahui gaya-gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya struktur
tersebut dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya berdasarkan material
yang digunakan sehingga aman dan nyaman (lendutannya tidak berlebihan) dalam
menerima beban tersebut.

Semakin berkembangnya jaman banyak pula ilmu yang harus


dipelajari.Dalam kehidupan sehari-hari terdapat ilmu tentang analisis struktur
yangmampu menganalisis bangunan sedemikian rupa dengan hitungan dan
rincianyang tepat. Maka dari itu dalam kesempatan ini, akan dibahas
mengenaianalisis struktur yang bertujuan untuk mempelajari tentang
gabungan antara bidang mekanika teknik, mekanika material dan matematika.

Bab II
Pembahasan
1. Gaya
Gaya didefinisikan sebagai penyebab terjadinya perubahan keadaan benda,
yaitu dari keadaan diam ke keadaan bergerak atau dari keadaan bergerak ke
keadaan diam.
Gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F.
Gaya berkaitan erat dengan Hukum Newton, berikut ini sedikit penjelasan tentang
hukum newton:
Issac Newton dalam karya terbesarnya ‘Principia’ mengemukakan tiga buah
hukum dasar bagi persoalan gerak yang dikenal dengan 3 hukum Newton
· Hukum Newton I : Setiap benda akan tetap berada dalam keadaannya yang
diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali bila dipaksa oleh gaya-gaya yang

1
resultannya tidak nol yang bekerja padanya. Hukum ini dikenal pula sebagai
hukum inersial (hukum kelembaman)
· Hukum Newton II: Kecepatan dan arah perubahan momentum suatu benda
terhadap waktu adalah sebanding dan searah dengan gaya yang dikenakan pada
benda tersebut
F=m.A
F = gaya resultan (N atau kg.m/s2)
m= massa (kg)
a= percepatan (m/s2)
· Hukum Newton III: Setiap gaya aksi pada suatu benda ke benda lain akan
menimbulkan gaya reaksi yang besarnya sama dan arahnya berlawanan dengan
gaya aksi tersebut
Faksi = - Freaksi

gaya dalam mekanika teknik diartikan sebagai beban yang bekerja pada suatu
konstruksi. Gaya merupakan besaran vektor, yaitu suatu besaran yang mempunyai
nilai dan arah serta titik tangkap.
Pada dasarnya gaya merupakan suatu beban yang memiliki berat atau satuan.
Berdasarkan bebannya gaya dibagi menjadi 2 yaitu ;
a. Beban Titik
Beban titik merupakan gaya yang bekerja pada sebuah bidang atau tumpuan, dimana
luas bidang yang terpengaruh atau dikenai relatif kecil.
misalnya; kolom, tekanan kaki meja, roda mobil, dan lain-lain.
b. Beban Terbagi Rata
Beban terbagi rata merupakan gaya yang bekerja pada suatu struktur atau bidang,
dimana luas permukaan beban dan bidang yang terpengaruh relatif luas.
contoh; balok sloof, pondasi, plat, dan lainnya.

PERLETAKAN
Dalam mekanika teknik perletakan ada empat macam, yaitu :
a. Jepit

Jepit diberi tanda :

2
Sifat dari jepit :
Dapat menahan gaya vertikal, gaya horizontal dan momen (rotasi)

b. Sendi atau Engsel

Sendi diberi tanda :


Sifat dari sendi :
Dapat menahan gaya vertikal dan gaya horizontal tetapi tidak dapat menahan
momen (rotasi)

c. Roll

Roll diberi tanda :


Sifat dari roll :
Dapat menahan gaya vertikal (tegak lurus roll), tetapi tidak dapat menahan gaya
horizontal (sejajar bidang roll) serta tidak dapat menahan momen (rotasi).

d. Pendel
Pendel diberi tanda :
Sifat dari pendel :
Hanya dapat menahan gaya searah dengan roll.

Adapun jenis-jenis dari Gaya sebagai berikut:


1.Gaya koliner : gaya yang bekerja pada suatu garis lurus

2.Gaya konkuren : gaya yang bekerja berpotongan dengan satu titik.

3
3.Gaya koplanar : gaya yang bekerja terletak pada satu bidang.

4. Gaya kopel : sepasang gaya yang bekerja pada satu bidang datar dan berlawanan
arah, sehingga menimbulkan momen.

Selain gaya, didalam Mekanika terdapat pula istilah seperti Resultan Gaya. Resultan
Gaya adalah jumlah bersarnya gaya yang bekerja pada bidang. Untuk mencari
panjang Resultan Gayan, dapat melalui 3 metode :

1. Metode Jajar Genjang


Metode jajaran genjang dengan cara membentuk bangun jajaran genjang dari dua
gaya yang sudah diketahui sebelumnya. Garis tengah merupakan Resultan Gaya

2. Metode Segitiga

3. Metode Poligon Gaya

4
Gaya geser.

Gaya geser adalah gaya yang berkerrja tegak lurus terhadap sumbu
memanjang batang. Gaya geser merupakan gaya-gaya dalam yang tidak kelihatan
dan berkerja di dalam batang, namun pengaruhnya yang kelihatan, seperti gejale
retak miring di sekitar tumpuan tersebut. Untuk menentukan besar gaya geser, perlu
disepakati sebagai berikut:
· Apabila gaya sebelah kiri arahnya keatasdan gaya kanan arahnya kebawah
maka gaya geser positif.
· Apabila gaya sebelah kiri arahnya ke bawah dan gaya sebelah kanan arahnya
ke atas maka gaya gesernya negatif, seperti gambar berikut:

· Gaya normal

Gaya normal adalah gaya yang berkerja sejajar dengan sumbu memenjang
batang. Gaya ini dapat mengakibatkan batang tertekan atau tertarik tergantung arah
gaya. Diagram yang dilukiskan berbentuk persegi pajang yang diletakan di atas garis
netral (+) atau di bawah garis netral (-). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar
berikut :

5
2. Beban
Analisa struktur pada bangunan bertingkat tinggi, biasanya dilakukan dengan
menggunakan model struktur yang telah selesai tanpa memperhatikan proses
pembangunan. Pembebanan diberikan seakan-akan berat sendiri dan beban-beban
lain tidak bekerja pada saat pembangunan dan baru langsung bekerja setelah struktur
selesai.
Cara perhitungan seperti ini dinamakan Metode Pembebanan Langsung.
Untuk bangunan bertingkat tinggi metode ini dapat menyebabkan akumulasi
perbedaan perpendekan elastis kolom yang cukup besar dan dapat mengakibatkan
terjadinya tambahan tegangan yang cukup besar pada balok-balok yang
menghubungkan kolom-kolom tersebut.
MACAM - MACAM BEBAN
Pada bangunan, beban dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu:
· Beban Mati (Dead Load, muatan tetap)
· Beban Hidup (Live Load, muatan tidak tetap)
· Beban Angin (Wind Load)
· Beban Gempa

6
· Beban Karena Pengaruh Khusus

1. Beban Mati
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan itu sendiri
dan atau setiap unsur dari bangunan. Yang dapat digolongkan dalam beban mati
adalah seluruh unsur pendukung bangunanseperti lantai, dinding, rangka struktur,
atap langit-langit sampai elemen utilitas.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah seluruh beban tidak tetap yang dapat mempengaruhi berat
bangunan dan atau unsur bangunan. Dimana sifat dari beban hidup adalah bersifat
mobil (dapat berpindah). Contohnya adalah: perabotan, perlengkapan, kendaraan
dan manusia.
Beban hidup pada lantai dan atap bangunan:
a. Pada Lantai
Pada lantai bangunan, selain memperhitungkan berat orang penghuninya, juga
memperhitungkan berat barang atau peralatan sesuai dengan fungsi bangunannya.
Termasuk pula diperhitungkan dinding pemisah ruagan (100kg/m2). Lebih jelasnya
dapat dilihat pada table di bagian bawah.
Tabel: Beban hidup pada lantai bangunan
No Jenis Bangunan Beban
kg/m2
1 Lantai/tangga rumah tinggal
- Mewah 200
- Sederhana 125

2 Lantai sekolah, kantor, restoran dan asrama 250


3 Tangga dan bordes sekolah, kantor, restoran dan asrama 300

7
4 Lantai ruang olah raga 400
5 Lantai sanggar tari, senam, aerobik 500
6 Lantai dan balkon pada gedung pertunjukan, bioskop, ruang
rapat kantor
400
 dengan kursi tetap 500
 dengan kursi dan boleh berdiri

7 Tangga dan bordes untuk butir 4, 5 dan 6 diatas 500


8 Lantai ruang pelengkap/penunjang pada butir 4,5, dan 6 250
9 Balkon yang menjorok bebas 300

b. Pada Atap dan Balok


Bentuk atap dengan kemiringan > 500, atau bentuk atap plat yang tidak
dapat/tidak memungkinkan untuk dimuati orang dan atau digenangi air,
diperhitungkan sebesar 75kg/m2. Sedangkan untuk atap yang yang dapat dimuati
orang dan atau dapat menampung air (atap datar), diperhitungkan sebasar 100kg/m2.
Dalam perhitungan reng, usuk, gording adan kuda-kuda untuk semua jenis atap
diperhitungkan beban terpusat sebesar 100kg (merupakan beban pekerja atau
pemadam kebakaran dengan peralatannya. Pada atap overstek, beban hidup
diperhitungkan sebagai beban terpusat sebesar 200kg.

Beban Orang dan Barang


Beban orang dan barang memiliki sifat sebagai berikut:
1. Beban orang bersifat sementara dan saat bekerja pada umumnya tetap. Beban
barang dapat bekerja pada jangka waktu yang panjang. Misalnya: beban barang yang
berupa buku-buku pada sebuah perpustakaan, yang nilainya dapat berubah-ubah.
Untuk mempermudah perhitungan, baik beban orang maupun beban barang pada
umumnya dianggap bernilai tetap.

8
2. Beban orang dan barang memiliki pengaruh yang berbeda terhadap sifat
getaran konstruksi. Bila beban barang bertambah, maka waktu getaran
konstruksinya akan bertambah pula. Sedangkan beban orang memiliki sifat
meredam getaran, sehingga bertambahnya beban orang akan menambah pula
peredaman getaran konstruksi bangunan. Getaran konstruksi dari bangunan
perpustakaan atau gudang akan lebih tinggi dibandingkan bangunan ruang
rapat atau ruang kelas, sehingga bangunan gudang dan perpustakaan perlu
perhatian lebih khusus terhadap kemungkinan kerusakan.
3. Beban orang dan barang berbeda dalam konsentrasinya. Orang-orang tidak
akan berkumpul di tempat-tempat dimana biasanya terletak barang-barang.
Konsentrasi tersebut bergantung dari jenis ruang bangunan dan luasan
lantainya.

3. Beban
Angin
Aksi angin merupakan permasalahan besar yang perlu diperhatikan dalam sebuah
bangunan, terutama pada bangunan tinggi. Aksi angin pada bangunan bersifat
dinamis dan sangat dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan seperti: kekasaran dan
bentuk permukaan bangunan, bentuk masa bangunan, ketebalan/ketipisan bangunan,
serta perletaka dan karakteristik fisik bangunan dilingkungan sekitarnya. Kecepatan
angin biasanya bertambah sesuai dengan bertambahnya ketingian bangunan.
4. Beban
Gempa

Bagian kerak bumi bersifat tidak statis, selalu bergerak konstan. Menurut teori
geologi permukaan bumi terdiri dari beberapa lapisan/lempengan batuan tebal yang

9
mengapung diatas permukaan mantel bumi yang bersifat cair. Patahan lempengan
kerak bumi menimbulkan energi dalam bentuk gelombang yang dipancarkan ke
seluruh bagian disekitarnya. Gerakan penyebaran gelombang inilah yang disebut
dengan gempa. Yang paling berperan pertama kali terhadap beban gempa adalah
bagian pondasi bangunan. Getaran pada bagian pondasi bangunan akan diteruskan
pada bagian badan bangunan.
5. Beban Karena Pengaruh
Khusus
Beban karena pengaruh khusus adalah beban-beban yang bekerja pada bangunan
baik itu beban tetap ataupun beban yang bersifat sementara karena pengaruh hal-hal
tertentu. Seperti: beban karena pengaruh cuaca (salju, hujan, es), beban akibat
penggunaan sistim konstruksi tertentu, Beban akibat tekanan air dan atau tanah,
beban ledakan, dan lain sebagainya.

Ada beberapa macam beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata.

a)Beban terpusat
Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat.

10
Notasi beban terpusat = P
Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan lainsebagainya,

b)Beban terbagi rata


Beban terbagi rata adalah beban yang tersebar secara merata baik kearah
memanjang maupun ke arah luas.

Notasi beban terbagi rata = q


Satuan beban terbagi rata = ton/m’, kg/cm,Newton/m’ dan lainsebagainya.

Perletakan
Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan masalah bangunan seperti
bangunan gedung, jembatan, dan lainsebagainya. Bangunan-bangunan tersebut
harus terletak diatas permukaan bumi, hubungan antara bangunan tersebut dengan
lapisan permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi.

11
Bangunan yang terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas, sedang
yang masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan bangunan bawah.
Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui suatu tumpuan yang disebut
dengan “Perletakan”.
Contoh :

Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah pondasi

Macam-Macam Perletakan
Dalam mekanika teknik perletakan berfungsi untuk menjaga struktur supaya
kondisinya stabil.
Ada 4 macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan
perodel.

a)Rol

Bentuk perletakan rol, pada suatu struktur jembatan yang bertugas untuk
menyangga sebagian dari jembatan.

12
Karena struktur harus stabil maka perletakan rol tersebut tidak boleh turun jika
kena beban dari atas, oleh karena itu rol tersebut harus mempunyai reaksi vertical
(Rv).
Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, maka rol tersebut bias bergeser ke
arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi horizontal, bisa berputar jika
diberi beban momen jadi tidak mempunyai reaksi momen.

b)Sendi

Bentuk perletakan sendi pada suatu struktur jembatan, yang bertugas untuk
menyangga sebagian dari jembatan .
Karena struktur harus stabil, maka perletakan sendi tidak boleh turun jika kena
beban dari atas, oleh karena itu sendi tersebut harus mempunyai reaksi vertikal
(Rv). Selain itu perletakan sendi tidak boleh bergeser horizontal. Oleh karena itu
perletakan sendi harus mempunyai reaksi horizontal (RH), sendi tersebut bisa
berputar jika diberi beban momen. Jadi sendi tidak punya reaksi momen.

13
c) Jepit

Bentuk perletakan jepit dari suatu struktur, bertugas untuk menahan balok sosoran
teras supaya tidak jatuh.
Karena struktur sosoran harus stabil maka perletakan jepit tidak boleh turun jika
kena beban dari atas, oleh karena itu jepit tersebut harus mempunyai reaksi vertikal
(Rv). Jepit tersebut tidak boleh berputar pada sambungannya jika kena beban
momen, oleh karena itu jepit tersebut harus mempunyai reaksi momen, selain itu
jepit juga tak boleh bergeser secara horizontal.

d) Pendel

14
Bentuk perletakan jepit dari suatu struktur, bertugas untuk menyangga sebagian
dari struktur baja .
Pendel tersebut hanya bisa menyangga sebagian jembatan, hanya searah dengan
sumbu pendel tersebut, jadi hanya mempunyai satu reaksi yang searah dengan
sumbu pendel.

3. Tumpuan
1. Tumpuan Rol
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Tumpuan
Rol merupakan tumpuan yang mampu menahan gaya dalam arah Vertikal.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya
dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical.
Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.

15
2. Tumpuan Engsel

Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari
bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua
komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertical.
Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau penghubung,maka perbandingan
antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap.
Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus
digunakan.

3. Tumpuan Jepit

Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah, baik arah vertikan dan
horizontal dan juga mampu melawan suaut kopel atau momen. Secara fisik,tumpuan
ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata.
Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu
komponen gaya dan sebuah momen.

4. Sambungan

1. Sambungan bibir lurus


Merupakan jenis sambungan yang paling sederhana, kekuatan sambungan lemah
karena masing-masing ditakik separo, sehingga digunakan untuk batang yang
seluruh permukaannya tertahan (contoh balok tembok/murplat). Sambungan
diperkuat dengan paku atau baut.

16
Jenis sambungan BIBIR LURUS ini biasanya digunakan untuk penyambungan kayu
pada arah memanjang. (biasanya digunakan untuk kayu balok pada konstruksi
bangunan ).

2. Sambungan kait lurus


Jenis sambungan ini digunakan apabila ada gaya tarik yang timbul pada batang, dan
seluruh permukaan batang tertahan. Sambungan diperkuat dengan paku atau baut.

17
3. Sambungan lurus miring
Sambungan ini digunakan untuk menyambung gording yang dipikul oleh kuda-
kuda. Letak didekatkan kuda-kuda, bukan bibir penutup.

4. Sambungan kait miring


Hampir sama dengan bibir miring, sambungan digunakan jika gaya tarik bekerja
pada batang.

5. Sambungan Takikan Mulut Ikan


Type sambungan TAKIKAN LURUS MULUT IKAN ini biasa digunakan pada
balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

18
6. Sambungan memanjang kunci sesisi
· Jenis sambungan ini digunakan untuk konstruksi kuda-kuda baik balok tarik
maupun kaki kuda-kuda, karena menghasilkan kekuatan tarik maupun desak yang
baik.

· Letak pengunci pada balok tarik berada diatas, sedangkan pada pada kaki kuda-
kuda berada di atas.

· Pengunci akan menyebabkan momen sekunder pada sambungan, oleh karena tidak
diperkenankan menggunakan sambungan miring.

7. Sambungan memanjang kunci jepit

19
Sambungan kunci jepit dapat menetralisir momen sekunder yang terjadi pada
sambungan kunci sesisi. Kekuatan yang dihasilkan lebih baik, namun kurang tepat
digunakan untuk kuda-kuda.

8. Sambungan memanjang tegak lurus


Digunakan untuk tiang-tiang tinggi, yang dimensinya sulit didapatkan di pasaran.

9. Sambungan Kayu Melebar Lidah dan Alur


Type sambungan kayu melebar jenis LIDAH DAN ALUR ini biasa digunakan pada
jenis kayu melebar untuk konstruksi lantai dan konstruksi dinding. Untuk detailnya
silakah lihat gambat berikut.

20
10. Sambungan Takikan Lurus Rangkap
Type sambungan TAKIKAN LURUS RANGKAP ini biasa digunakan pada balok
kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat gambat berikut.

11. Sambungan Kayu Purus dan Lobang dengan Gigi Tegak


Type sambungan kayu PURUS DAN LOBANG DENGAN GIGI TEGAK ini biasa
digunakan pada balok kayu dengan arah memanjang. Untuk detailnya silakah lihat
gambar berikut.

21
HUBUNGAN KAYU

Macam-macam hubungan kayu:

- Hubungan penyiku
- Hubungan kayu silang/lintang
- Hubungan pen lobang
- Hubungan kayu serong

Langsung aja ya liat gambarnya,


- Hubungan penyiku

- Hubungan silang dan lintang

22
Hubungan silang, digunakan untuk menghubungkan kayu yang saling silang
(vertikal dan horisontal). Sambungan lintang digunakan untuk pemasangan
bubungan/nok.

Hubungan Pen Lobang

Hubungan Pen lobang, digunakan untuk hubungan ambang atas dengan tiang daun
pintu.

Hubungan Serong

Hubungan serong, digunakan untuk hubungan antara kaki kuda-kuda dengan balok
tarik.

23
5. Keseimbangan
Dalam bidang Arsitektur kita selalu diajak berbicara tentang bangunan gedung,
jembatan dan lain sebagainya. Bangunan–bangunan tersebut supaya tetap berdiri,
maka struktur-strukturnya harus dalam keadaan seimbang, hal itu merupakan
syarat utama. Apa saja syarat-syaratnya supaya suatu bangunan tetap seimbang,
dan bagaimana cara menyelesaikannya, kita perlu mengetahuinya.
Contoh :

benda dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak)

Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka kotak tersebut dalam keadaan
seimbang, yang berarti kotak tersebut tidak bisa turun, tidak bisa bergeser
horisontal dan tidak bisa berguling.

24
a)Keseimbangan vertikal

Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (Pv), maka kotak tersebut tidak bisa
turun, yang berarti meja tersebut mampu memberi perlawanan vertikal (Rv),
perlawanan vertikal tersebut (Rv) disebut reaksi vertikal.

Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas lumpur. Kalau
kotak tersebut dibebani secara vertikal (Pv), maka kotak tersebut langsung
tenggelam, yang berarti lumpur tersebut tidak mampu memberi perlawanan secara
vertikal (Rv).

b)Keseimbangan horisontal

25
Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH), maka kotak tersebut tidak
bisa bergeser secara horisontal, yang berarti lem yang merekat antara kotak dan
meja tersebut mampu memberi perlawanan horisontal (RH), sehingga bisa
menahan kotak untuk tidak bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (RH) disebut
reaksi horisontal.Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas
meja tanpa di lem .

Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH), maka kotak tersebut
langsung bergeser, karena tidak ada yang menghambat, yang berarti meja tersebut
tidak mampu memberi perlawanan horisontal (RH).

c)Keseimbangan Momen
Kalau kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut tidak bisa
berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja
tersebut mampu memberikan perlawanan momen (RM), perlawanan momen
tersebut (RM) disebut dengan reaksi momen.

26
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas meja tanpa di
lem.

Kalau kotak tersebut dibebani momen (PM), maka kotak tersebut bisa terangkat,
karena tidak ada lem yang mengikat antara kotak dan meja tersebut, yang berarti
meja tersebut tidak mampu memberikan perlawanan momen (RM).

d)Keseimbangan Statis

27
-Kalau kotak tersebut di lem diatas meja, yang berarti harus stabil, benda tersebut
harus tidak bisa turun, tidak bisa bergeser horisontal, dan tidak bisa terangkat.
-Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (PV), tumpuannya mampu memberi
perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa turun syarat
minimum RV = PV, atau RV - PV = 0 atau V = 0 (jumah gaya-gaya vertikal
antara beban dan reaksi harus sama dengan nol).
-Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (PH ), maka pada tumpuannya
mampu memberi perlawanan secara horisontal (RH ). Agar kotak tersebut tidak
bisa bergeser secara horisontal maka syarat minimum RH = PH atau RH – PH = 0
atau H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara beban dan reaksi harus sama
dengan nol)
-Kalau kotak tersebut dibebani secara momen (PM ), maka pada tumpuannya
mampu memberi perlawanan secara momen (RM ). Agar kotak tersebut tidak bisa
terpuntir (terangkat), maka syarat minimum RM = PM atau RM - PM = 0
atau M = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban dan reaksi harus sama dengan nol).
-Dari variasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang stabil atau
dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
-V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama
dengan nol)
-H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama dengan
nol)
-M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama
dengan nol).

28
6. Momen

Momen gaya terhadap suatu titik didefisinikan sebagai hasil kali antara gaya
dengan jaraknya ke titik tersebut. Jarak yang dimaksud adalah jarak tegak lurus
dengan gaya tersebut. Momen dapat diberi tanda positif atau negatif bergantung dari
perjanjian
yang umum, tetapi dapat juga tidak memakai perjanjian umum, yang penting bila
arah momen gaya itu berbeda tandanya harus berbada. Pada gambar 11 diperlihatkan
momen gaya terhadap suatu titik.

Di samping momen terhadap suatu titik ada juga momen kopel yang didefinisikan
sebagai momen akibat adanya dua buah gaya yang sejajar dengan besar sama tetapi
arahnya berlawanan.
Gambar 12 menunjukkan momen kopel tersebut.

Momen dapat digambar dalam bentuk vektor momen dengan aturan bahwa arah
vektor momen merupakan arah bergeraknya sekrup yang diputar oleh momen. Lihat
gambar 13.

29
30
Contoh-contoh soal
1. Carilah Reaksi Perletakan dengan Cara Grafis dan Analitis untuk gambar dibawah ini
kemudian hitung dan gambar Bidang D (lintang), N (normal), dan M (moment).

PENYELESAIAN

Mencari Reaksi Secara Analitis:

ΣMB = 0

 RA x 9.5m – P1 x Sin 45° x 8m – P2 x 5m – q x 1½m – q x ½m = 0


 9.5RA – 3.6t x ½√2 x 8m – 2.6t x 5m – 1.6t x 1½m – 1.6t x ½m = 0
 9.5RA – 3.6t x ½√2 x 8m – 2.6t x 5m – 1.6t x 1½m – 1.6t x ½m = 0
 9.5 RA– 20.36 – 15 – 2.4 – 0.8 = 0
 9.5 RA– 38.56 = 0
 9.5 RA = 38.56
 RA = 38.56/9.5 => RA = 4.059 ton

ΣMA = 0

 –RB x 9.5m + P1 x Sin 45° x 1½m – P2 x 3½m – Q x 8½ = 0


 –9.5RB + 3.6t x ½√2 x 1½m + 2.6t x 3½m – 1.6t x 4m x 8½m = 0
 –9.5RB + 3.6t x ½√2 x 1½m + 2.6t x 3½m + 1.6t x 4m x 8½m = 0
 –9.5RB + 3.818 + 9.1 + 54.4 = 0
 –9.5 RB = –67.318
 RB = = 7.086 ton

ΣKV = 0

 RA + RB – P1 x Cos 45°– P2 – q x 4m = 0
 4.059 ton + 7.086 ton – 3.6 ton x ½√2– 2.6 ton – 1.6ton x 4m = 0
 11.145 ton – 2.545 – 2.6 ton – 6.4 ton = 0
 11.145 ton – 11.545 = -0.4 ≈ 0

31
Bidang D

Titik A

 DA = RA = 4.059 ton

Titik C

 DCkiri = RA = 4.059 ton


 DCkanan = RA – P1 x Sin 45°
= 4.059 – 3.6 x ½√2
= 4.059 – 2.545 = 1.514 ton

Titik D

 DDkiri = RA – P1 x Sin 45°


= 1.514 ton
 DDkanan = RA – P1 x Sin 45°– P2
= 1.514 – 2.6 = -1.086 ton

Titik E

 DEkiri = RA – P1 x Sin 45°– P2


= -1.086 ton
 DEkanan = RA – P1 x Sin 45°– P2 – (q x 0 m)
= -1.086 ton

Titik B

o DBkiri = RA – P1 x Sin 45°– P2 – (q x 0 m)


= -1.086 ton
o DBkanan = RA – P1 x Sin 45°– P2 – (q x 3 m) + RB
= -1.086 ton – (1.6 x 3m) + 7.086

= -1.086 ton – 4.8 ton + 7.086 ton = 1.2 ton

Titik F

o DFkanan = [RA – P1 x Sin 45°– P2 – (q x 3 m) + RB]– (q x 1 m)


= 1.2 ton – 1.6 ton

= -0.4 ≈ 0

Bidang D

Titik A

32
MA = 0

Titik C

MC = RA x 1½m
= 4.059 ton x 1½m = 6.088 tm

Titik D

MD = RA x 3½m – P1 x Cos 45° x 2m


= 4.059 ton x 3½m – 3.6 x ½√2 x 2m
= 14.206 – 5.090 = 9.116 tm

Titik E

ME = RA x 6½m – P1 x Cos 45° x 5m – P2 x 3m


= 4.059 ton x 6½m – 3.6 x ½√2 x 5m – 2.6 x 3m
= 26.383 – 12.726 – 7.8 = 5.857 tm

Titik G

MG = RA x (6½+ X) – P1 x Cos 45° x (5 + X) – P2 x (3 + X) – ½qX2


= 6½RA + XRA – 3.6 x ½√2 x (5 + X) – 2.6 x (3 + X) – ½ x 1.6 x X2
= 6½ x 4.059+ X x 4.059– 12.726 + 2.545X – 7.8 + 2.6X – 0.8X2
= 26.383+ 4.059X– 12.726 + 2.545X – 7.8 + 2.6X – 0.8X2
= 5.857+ 9.204X– 0.8X2
a = -0.8 ; b = 9.204 ; c = 5.857

X1 = -0.604
X2 = 12.109 karena > 4 m maka X2 tidak dipakai.

= 5.857 + (9.204 x (-0.604)) – 0.8 (-0.6042)


= 5.857 – 5.559 – 0.292 ≈ 0

Titik B

MB = RA x 9½m – P1 x Cos 45° x 8m – P2 x 6m – (q x 3m x 1½)


= 4.059 x 9½m – 3.6 x ½√2 x 8m – 2.6 x 6m – (1.6 x 3m x 1½)
= 38.560 – 20.361 – 15.6 – 7.2
= -4.601

Gambar “kira-kira” sebagaimana dibawah ini:

33
Bidang D (lintang), N (normal), dan M (moment).

2.

Diminta : Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal.(Bidang M, N, dan D)

Jawab : Mencari reaksi vertical

34
Dimisalkan arah reaksi vertical di A=RA keatas dan arah reaksi vertical di B  RB juga keatas.
Mencari RAV = dengan MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)

Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah diberi tanda sama,
sedang yang berlawanan arah diberi tanda berlawanan.

RBV  

Karena tanda RBV adalah positif berarti arah reaksi RBV sama dengan permisalan yaitu () keatas.

Untuk mengetahui apakah reaksi di A (RA) dan reaksi di B (RB) adalah benar, maka perlu memakai
kontrol yaitu V = 0

Mencari Reaksi Horizontal

Karena perletakan A = rol  tidak ada RAH.


Perletakan B = sendi  ada RBH.
Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan (H = 0)
H = 0

35
RBH = P1H + P3 + P4
= 2 + 2 + 3 = 7 ton ()

Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D)


Dihitung secara bertahap
Daerah C  A  lihat dari kiri
Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan
DA kr = P1 = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya lintang kebawah
()
DA kn (gaya lintang (D) di kanan titik A)
DA kn = - P1 + RA = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke atas).

Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah kiri titik P2), sedang beban yang dihitung dimulai dari
titik C.
Dx = -2 + 13 – q1 x = (-P1V + RA – q1x)
Untuk x = 0  DAkn = -2 + 13 = + 11 ton
Untuk x = 6 m  DD kr= -2 + 13 – (2.6) = - 1ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke
bawah)

DD kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P2.

DD kn : -2 + 13 – 12 – 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)

Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari D sampai B).

36
Lebih mudah kalau dihitung dari kanan dari E menuju B.
Variabel x2 berjalan dari E ke B.
DE = 0
Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)
DB kn kanan perletakan B (x2 = 2 m) DB kn = + 2 ton (kanan potongan arah ke
kebawah)
DB kr (kiri titik B)  DB kr = + 2 – 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas)

MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N)

Daerah C-D  dihitung dari kiri sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilai gaya normal
konstan.

ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)

Daerah D-Bdihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang dari D ke B nilai
gaya normal konstan).

ND kn = (-2 – 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan batang)


NB kr = NDkn = - 4 ton

Daerah B-Edihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.

NB kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang)


Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C.
Dari kiri  DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)

Menghitung dan Menggambar Bidang Momen (M)

Variabel x berjalan dari C ke A


Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)

Untuk x = 0  Mc = 0
x = 2  MA = - 2.2 = - 4 tm.

37
(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik sehingga tanda negatif (-) ).

Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C

MENCARI MOMEN MAXIMUM

Letak dimana harga Mmax = Letak dimana harga (D = 0)


x1 = 5.5 m Mmax = - ½ .2 (5.5)² + 11.5.5 – 4
= 26.25 tm.

Mencari titik dimana M = 0


Mx1 = - ½ .q1.x12 + 11 x1 – 4 = 0
= x12 – 11 x1 + 4 = 0
x1 = 0.3756 m (yang dipakai)
x1’ = 10.62 m (tidak mungkin)

Untuk x1 = 6  MD = -36 + 66 – 4 = + 26 tm
Daerah E-B (dihitung dari kanan, titik E ke titik B) variabel x2 berjalan dari E ke B

38
Parabola
Mx2 = - ½ q2 x22

Untuk x2 = 0  ME = 0
Untuk x2 = 2  MB = - ½ . 1.4 = -2 tm

39
3. Beban Terpusat dan Beban Merata Pada Balok Sederhana

4. Beban Terpusat dan 2 Beban Merata Pada Balok Sederhana

40
5. 2 Beban Terpusat dan 2 Beban Merata Pada Balok Statis Tertentu

41
42
6. 3 Beban Terpusat dan Beban Merata Pada Balok Statis Tertentu

43
44
6. 2 Beban Terpusat dan 2 Beban Merata Pada Balok Statis Tertentu

45
Soal 7. 2 Beban Terpusat dan 2 Beban Merata Pada Balok Statis Tertentu

46
47
Bidang Lintang

48

Anda mungkin juga menyukai