FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
DISUSUN OLEH
1. Muhammad Ziaurrahman, S.Ked
2. Moh. Afandi Puluala, S.Ked
PEMBIMBING:
Dr. Fauziah Dachlan, M.Kes
2
B. Visi – Misi Puskesmas Bara – Baraya
Visi
Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Sulawesi
selatan, lima terbaik di Indonesia timur dan 10 terbaik di
Indonesia.
Misi
Meningkatkan sarana dan prasarana .
Meningkatkan profesionalisme SDM dalam pelaksanaan
kesehatan secara berkelanjutan.
Mengembangkan jenis layanan mutu pelayanan kesehatan.
Meningkatkan sitem informasi dan manajemen puskesmas.
Mengembangkan kemitraan.
Meningkatkan kemandirian masyarakat.
3
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Hipertensi dalam Kehamilan adalah penyebab kematian utama ketiga pada
ibu hamil setelah perdarahan dan infeksi.
Bagaimana suatu peristiwa kehamilan dapat memicu atau memperberat
hipertensi merupakan pertanyaan yang masih belum memperoleh jawaban
yang memuaskan. Angka kejadian Hipertensi dalam Kehamilan kira-kira
3.7 % seluruh kehamilan.
4
terutama preeklampsia. Proteinuria yang nyata dan terus-menerus
meningkatkan risiko ibu dan janin.
2. Preeklampsi
preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Proteinuria adalah tanda penting dari preeklampsia, dan Chesley
(1985) menyimpulkan secara tepat bahwa diagnosis diragukan dengan
tidak adanya proteinuria. Proteinuria yaitu protein dalam urin 24 jam
melebihi 300mg per 24 jam, atau pada sampel urin secara acak
menunjukkan 30 mg/dL (1 + dipstick) secara persisten. Tingkat
proteinuria dapat berubah-ubah secara luas selama setiap periode 24
jam, bahkan pada kasus yang berat. Oleh karena itu, satu sampel acak
bisa saja tidak membuktikan adanya proteinuria yang berarti.
Dengan demikian, kriteria minimum untuk diagnosis preeklamsi
adalah hipertensi dengan proteinuria yang minimal. Temuan
laboratorium yang abnormal dalam pemeriksaan ginjal, hepar, dan
fungsi hematologi meningkatkan kepastian diagnosis preeklamsi. Selain
itu, pemantauan secara terus-menerus gejala eklampsia, seperti sakit
kepala dan nyeri epigastrium, juga meningkatkan kepastian tersebut.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas merupakan
akibat nekrosis hepatocellular, iskemia, dan oedem yang merentangkan
kapsul Glissoni. Nyeri ini sering disertai dengan peningkatan serum
hepatik transaminase yang tinggi dan biasanya merupakan tanda untuk
mengakhiri kehamilan.
Trombositopeni adalah karakteristik dari preeklamsi yang
memburuk, dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh aktivasi dan
agregasi platelet serta hemolisis mikroangiopati yang disebabkan oleh
vasospasme yang berat. Bukti adanya hemolisis yang luas dengan
5
ditemukannya hemoglobinemia, hemoglobinuria, atau hiperbilirubinemi
dan merupakan indikasi penyakit yang berat. Faktor lain yang
menunjukkan hipertensi berat meliputi gangguan fungsi jantung dengan
oedem pulmonal dan juga pembatasan pertumbuhan janin yang nyata.
Beratnya preeklamsi dinilai dari frekuensi dan intensitas
abnormalitas yang dapat dilihat pada Tabel 2.1. Semakin banyak
ditemukan penyimpangan tersebut, semakin besar kemungkinan harus
dilakukan terminasi kehamilan. Perbedaan antara preeklamsi ringan dan
berat dapat sulit dibedakan karena preeklamsi yang tampak ringan dapat
berkembang dengan cepat menjadi berat.
Meskipun hipertensi merupakan syarat mutlak dalam mendiagnosis
preeklampsia, tetapi tekanan darah bukan merupakan penentu absolut
tingkat keparahan hipertensi dalam kehamilan. Contohnya, pada wanita
dewasa muda mungkin terdapat proteinuria +3 dan kejang dengan
tekanan darah 135/85 mmHg, sedangkan kebanyakan wanita dengan
tekanan darah mencapai 180/120 mmHg tidak mengalami kejang.
Peningkatan tekanan darah yang cepat dan diikuti dengan kejang
biasanya didahului nyeri kepala berat yang persisten atau gangguan
visual.
6
Tabel 2.1. indikasi beratnya hipertensi dalam kehamilan
3. Eklampsi
Eklampsi adalah kelainan akut pada preeklampsi dalam kehamilan,
persalinan, atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dengan
atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan sistem saraf pusat).
Serangan konvulsi pada wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat
dihubungkan dengan sebab lainnya disebut eklamsi. Konvulsi terjadi
secara general dan dapat terlihat sebelum, selama, atau setelah
melahirkan. Pada studi terdahulu, sekitar 10% wanita eklamsi, terutama
nulipara, serangan tidak muncul hingga 48 jam setelah postpartum.
Setelah perawatan prenatal bertambah baik, banyak kasus antepartum
dan intrapartum sekarang dapat dicegah, dan studi yang lebih baru
melaporkan bahwa seperempat serangan eklampsia terjadi di luar 48
jam postpartum (Chames dan kawan-kawan, 2002).
7
4. Preeklamsi superimposed pada hipertensi kronis
Hipertensi kronis yang diperberat oleh preeklampsi atau eklampsi
adalah preeklamsi atau eklamsi yang timbul pada hipertensi kronis dan
disebut juga Superimposed Preeclampsia.
Kriteria diagnosis Superimposed Preeclampsia adalah :
- Proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi yang
belum ada sebelum kehamilan 20 minggu.
- Peningkatan tiba-tiba proteinuria atau tekanan darah atau jumlah
trombosit <100.000/mm3 pada wanita dengan hipertensi atau
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi kronis
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan < 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pascasalin.
Hipertensi kronis dalam kehamilan sulit didiagnosis apalagi wanita
hamil tidak mengetahui tekanan darahnya sebelum kehamilan. Pada
beberapa kasus, hipertensi kronis didiagnosis sebelum kehamilan usia
20 minggu, tetapi pada beberapa wanita hamil, tekanan darah yang
meningkat sebelum usia kehamilan 20 minggu mungkin merupakan
tanda awal terjadinya preeklamsi.
Sebagian dari banyak penyebab hipertensi yang mendasari dan
dialami selama kehamilan dicatat pada Tabel 2.2. Hipertensi esensial
merupakan penyebab dari penyakit vaskular pada > 90% wanita hamil.
Selain itu, obesitas dan diabetes adalah sebab umum lainnya. Pada
beberapa wanita, hipertensi berkembang sebagai konsekuensi dari
penyakit parenkim ginjal yang mendasari.
Hipertensi esensial
Obesitas
8
Kelainan arterial :
Hipertensi renovaskular
Koartasi aorta
Gangguan-gangguan endokrin :
Diabetes mellitus
Sindrom cushing
Aldosteronism primer
Pheochromocytoma
Thyrotoxicosis
Glomerulonephritis (akut dan kronis)
Hipertensi renoprival :
Glomerulonephritis kronis
Ketidakcukupan ginjal kronis
Diabetic nephropathy
Penyakit jaringan konektif :
Lupus erythematosus
Systemic sclerosis
Periarteritis nodosa
Penyakit ginjal polikistik
Gagal ginjal akut
Tabel 2.2 Penyebab yang mendasari hipertensi kronik
C. Insidensi
Wanita kulit hitam memiliki kecenderungan mengalami preeklamsi
dibandingkan kelompok rasial lainnya, hal ini dikarenakan wanita kulit
hitam memiliki prevalensi yang lebih besar terhadap hipertensi kronis.
Diantara wanita yang berusia 30-39 tahun, hipertensi kronis terdapat pada
22,3% wanita kulit hitam, 4,6% kulit putih, dan 6,2% pada wanita
Amerika Meksiko.
Preeklamsi umumnya terjadi pada usia maternal ekstrim (< 18
tahun atau > 35 tahun). Peningkatan prevalensi hipertensi kronis pada
wanita > 35 tahun dapat menjelaskan mengapa terjadi peningkatan
frekuensi preeklamsi diantara gravida tua.
Selain itu, meskipun merokok selama kehamilan dapat
menyebabkan berbagai hal yang merugikan, ironisnya merokok
telah dihubungkan secara konsisten dengan risiko hipertensi yang
menurun selama kehamilan. Placenta previa juga telah dilaporkan
dapat mengurangi risiko gangguan-gangguan hipertensi pada
kehamilan.
D. Faktor Risiko
Faktor risiko pada preeklampsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
10
1. Faktor risiko maternal :
- Kehamilan pertama
- Primipaternity
- Usia < 18 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat preeklamsi
- Riwayat preeklamsi dalam keluarga
- Ras kulit hitam
- Obesitas (BMI ≥ 30)
- Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun.
12
Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera
dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total
akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental.
Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air
seni), menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema. Pada prinsipnya
penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia,
monitoring unit feto-placental, mengobati hipertensi dan melahirkan janin
dengan baik.
13
KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Neneng
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Paritas :2
Alamat : Jl. Dg. Siraju Lr. Buntu /3
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 7 September 2019 pukul 23.10 WITA
II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 September 2019
pukul 23.10 WITA
Keluhan Utama : Nyeri perut tembus ke belakang
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Puskesmas Bara – baraya dengan keluhan nyeri perut
tembus ke belakang, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90 mmHg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : Tidak Ada
Riwayat Peny. Jantung : Tidak Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Tidak Ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada
14
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : Tidak Ada
Riwayat Peny. Jantung : Tidak Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Tidak Ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Riwayat Pribadi
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 30 hari
Lama Haid : 7 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 10 Januari 2019
Taksiran Persalinan : 17 Oktober 2019
Riwayat Perkawinan
Merupakan pernikahan pertama bagi pasangan suami dan istri.
Riwayat KB
Menggunakan kondom akan tetapi tidak teratur.
Riwayat Obstetri Dahulu
Anak Pertama : Usia 12 tahun, lahir normal di puskesmas
Anak Kedua : Usia 5 tahun, lahir normal di puskesmas
Anak Ketiga : Kehamilan sekarang
Riwayat Abortus : disangkal
Kesimpulan : G3P2A0
Riwayat ANC
Pasien mengatakan telah kontrol kehamilan sebanyak 2 kali ke bidan.
Menurut pasien, riwayat Imunisasi TT dilakukan 3 kali yaitu 1 kali awal
kehamilan pertama, 1 kali saat awal kehamilan kedua dan 1 kali awal
kehamilan yang sekarang. Kenaikan berat badan pasien selama kehamilan
kurang lebih 15 kg dari awal hamil sampai sekarang. Tinggi badan pasien
15
tidak mengalami perubahan. Selama kehamilan pasien mengatakan tidak
ada keluhan.
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+)
Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri setinggi processus xyphoideus, teraba lunak,
besar. Kesan bokong.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan punggung),
teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan ekstrimitas).
Denyut Jantung Janin 13-12-13 (152x/menit)
17
III. Teraba bagian janin masih bisa digoyang kesan belum masuk pintu
atas panggul.
IV. Kesan konvergen, bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.
Pemeriksaan Dalam
1. Pukul 23.30 WITA : Nyeri tekan (-), Φ 4 cm, kulit ketuban utuh,
presentasi kepala (UUK dibawah)
2. Pukul 04.30 WITA : Nyeri tekan (-), Φ 10 cm, kulit ketuban utuh,
presentasi kepala (UUK dibawah)
RESUME
Ny. D datang ke Puskesmas Bara – Baraya 7 September 2019 pukul 23.10
WITA. Dengan keluhan nyeri perut tembus ke belakang. Pasien mengatakan telah
kontrol kehamilan sebanyak 2 kali ke bidan selama kehamilan. Mencarche usia 15
tahun, HPHT 10 Januari 2019 taksiran partus 17 September 2019. Menurut
pasien, riwayat Imunisasi TT dilakukan 3 kali yaitu 1 kali awal kehamilan
pertama, 1 kali saat awal kehamilan kedua dan 1 kali awal kehamilan yang
sekarang. Kenaikan berat badan pasien selama kehamilan kurang lebih 15 kg dari
awal hamil sampai sekarang. Tinggi badan pasien tidak mengalami perubahan.
Selama kehamilan pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, perut
cembung (+), striae gravidarum (+). Pemeriksaan leopold didapatkan hasil leopold
I kesan bokong, TFU setinggi procesessus xyphoideus, leopold II kesan
pungggung kiri dengan denyut jantung janin 152x/menit, leopold III kesan bagian
bawah janin belum masuk PAP, dan leopold IV kesan konvergen.
Diagnosa Kerja
18
G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin tunggal, hidup intrauterine,
presentasi kepala, pesentasi punggung kanan, Kulit ketuban utuh, ɸ 2 cm, dengan
penyulit Hipertensi
DAFTAR MASALAH
1. Tekanan darah tinggi
4. Sosial ekonomi kurang
ASSESSMENT
Masalah Aktif Masalah Pasif
Observasi Tekanan darah tinggi 1.Sosial ekonomi kurang
pada kehamilan 2.Usia Risiko tinggi
DD :
- Pre Eklampsi Berat
- Hipertensi Gestasional
- Superimpose Pre Eklampsia
INITIAL PLAN
1. Observasi Tensi Tinggi pada kehamilan
Diagnosis Subjektif : Pre Eklampsia, Hipertensi Gestasional, Superimpose Pre
Eklampsia
Diagnosis Objektif : pemeriksaan penunjang yang disarankan
Darah rutin (hemoglobin, trombosit, leukosit, LED,
Diff count)
Urinalisa (proteinuri, ureum, kreatinin)
SGOT/ SGPT
GDS
Diagnosis : G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin
tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala, pesentasi punggung kanan, Kulit
ketuban utuh, ɸ 2 cm, dengan penyulit pre-eklampsia.
.
19
Terapi :
Non Medikamentosa
Pasien di rawat inap
Tirah baring
Medikamentosa
Monitoring :
Keadaan umum, vital sign, observasi HIS/Denyut Jantung Janin/dan tanda-
tanda persalinan,
Pemeriksaan laboraturium: darah rutin.
Edukasi :
Istirahat cukup
Stress management
disarankan KB setelah melahirkan
Diet rendah garam dan kaya vitamin C
toxoperal (vitamin E) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid),
zink (seng), magnesium
untuk menurunkan tekanan darah diberikan diuretik, anti hipertensi,
aspirin dosis rendah, dan kalium
Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : ad bonam
Quo ad Fungsionam : ad bonam
20
PEMBAHASAN
21
UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN MASYARAKAT
1. UKP
Sesuai dengan Permenkes No. 97 tahun 2014, pre eklampsia /
eklampsia menjadi salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu, oleh
karena itu dianjurkan untuk menghindari 4 Terlalu dan 3 Terlambat.
Yang dimaksud dengan 4 Terlalu ialah :
a. Terlalu muda
b. Terlalu tua
c. Terlalu sering melahirkan
d. Terlalu dekat jarak kelahiran
Sedangkan yang dimaksud dengan 3 Terlambat ialah :
a. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan
b. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
c. Terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan
Selain itu pasien juga di edukasi untuk sering memeriksakan diri di
fasilitas kesehatan dalam hal ini puskesmas minimal sebanyak 4x ANC,
pasien juga di edukasi mengenai faktor – faktor resiko pre eklampsia serta
komplikasi nya.
2. UKM
Upaya Kesehatan Masyarakat yang dapat dilakukan pada
Hipertensi gestasional adalah, memberikan edukasi terhadap masyarakat
dengan cara memberikan penyuluhan tentang pre eklampsia, faktor resiko
dan komplikasi yang dapat menyebabkan pre eklampsia itu sendiri.
Adapun sesuai dengan Permenkes No. 97 tahun 2014 hal yang
perlu di lakukan di fasilitas kesehatan dalam hal ini puskesmas adalah :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
22
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi dan denyut jantung janin
f. Imunisasi Tetanus Toxoid
g. Berikan tablet besi
h. Periksa laboratorium
i. Tatalaksanaan / penanganan kasus
j. Temu wicara ( konseling )
23
SARAN
Saran kami yaitu perlu nya di giatkan lagi UKP dan UKM kepada masyarakat
dengan cara persuasif ke perorangan dan penyuluhan secara terbuka terkait
Hipertensi pada kehamilan, faktor resiko dan komplikasi yang dapat disebabkan
oleh hal ini.
Selain itu penanganan Hipertensi Gestasional pada fasilitas kesehatan
(Puskesmas) juga perlu ditingkatkan agar tidak sampai terjadi pre eklampsia
bahkan eklampsia, dalam hal ini pemeriksaan laboratorium ang lebih lengkap
sangat diperlukan seperti proteinuria, karena tidak dapat dikatakan seorang pasien
mengalami pre eklampsia jika tidak disertakan dengan pemeriksaan proteinuria.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya peningkatan terhadap
screening dan pemeriksaan lanjutan dan penunjang terhadap pasien pre eklampsia
agar para tenaga kesehatan yang berada di puskesmas dapat mengetahui apakah
ini perlu dirujuk ke fasilitas lanjutan atau bisa di selesaikan di puskesmas.
24
DAFTAR PUSTAKA
25