Anda di halaman 1dari 25

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

DISUSUN OLEH
1. Muhammad Ziaurrahman, S.Ked
2. Moh. Afandi Puluala, S.Ked

PEMBIMBING:
Dr. Fauziah Dachlan, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS BARA – BARAYA

A. LETAK DAN DEMOGRAFI PUSKESMAS BARA-BARAYA

Puskemas Bara-baraya merupakan salah satu puskesmas


penyedia fasilitas Rawat Inap dan merupakan satu dari tiga
puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Makassar Kota
Makassar. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Makassar, yaitu di
Kelurahan Bara-baraya tepatnya di jalan Abu Bakar Lambogo No.
141 Makassar. Wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya yang mencakup 6
Kelurahan dari 14 Kelurahan dalam wilayah Kecamatan Makassar.
Luas Wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya di Kecamatan
Makassar yang meliputi Kelurahan Bara-baraya, Kelurahan Bara-baraya
Timur, Kelurahan BaraBaraya Utara, Kelurahan Bara-baraya Selatan,
Kelurahan Lariangbangi, dan Keluarahan Barana.
Luas masing-masing kelurahan yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas

2
B. Visi – Misi Puskesmas Bara – Baraya
 Visi
 Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Sulawesi
selatan, lima terbaik di Indonesia timur dan 10 terbaik di
Indonesia.
 Misi
 Meningkatkan sarana dan prasarana .
 Meningkatkan profesionalisme SDM dalam pelaksanaan
kesehatan secara berkelanjutan.
 Mengembangkan jenis layanan mutu pelayanan kesehatan.
 Meningkatkan sitem informasi dan manajemen puskesmas.
 Mengembangkan kemitraan.
 Meningkatkan kemandirian masyarakat.

3
PENDAHULUAN

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

A. Pendahuluan
Hipertensi dalam Kehamilan adalah penyebab kematian utama ketiga pada
ibu hamil setelah perdarahan dan infeksi.
Bagaimana suatu peristiwa kehamilan dapat memicu atau memperberat
hipertensi merupakan pertanyaan yang masih belum memperoleh jawaban
yang memuaskan. Angka kejadian Hipertensi dalam Kehamilan kira-kira
3.7 % seluruh kehamilan.

B. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan


Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the
NHBPEP (2000) dibagi menjadi 5 tipe, yaitu :
1. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan
darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya
selama kehamilan tetapi tidak terdapat proteinuria. Hipertensi
gestasional disebut juga transient hypertension jika preeklampsia tidak
berkembang dan tekanan darah telah kembali normal pada 12 minggu
postpartum. Apabila tekanan darah naik cukup tinggi selama setengah
kehamilan terakhir, hal ini berbahaya terutama untuk janin, walaupun
proteinuria tidak pernah ditemukan. Seperti yang ditegaskan oleh
Chesley (1985), 10% eklamsi berkembang sebelum proteinuria yang
nyata diidentifikasi. Dengan demikian, jelas bahwa apabila tekanan
darah mulai naik, ibu dan janin menghadapi risiko yang meningkat.
Proteinuria adalah suatu tanda dari penyakit hipertensi yang memburuk,

4
terutama preeklampsia. Proteinuria yang nyata dan terus-menerus
meningkatkan risiko ibu dan janin.

2. Preeklampsi
preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Proteinuria adalah tanda penting dari preeklampsia, dan Chesley
(1985) menyimpulkan secara tepat bahwa diagnosis diragukan dengan
tidak adanya proteinuria. Proteinuria yaitu protein dalam urin 24 jam
melebihi 300mg per 24 jam, atau pada sampel urin secara acak
menunjukkan 30 mg/dL (1 + dipstick) secara persisten. Tingkat
proteinuria dapat berubah-ubah secara luas selama setiap periode 24
jam, bahkan pada kasus yang berat. Oleh karena itu, satu sampel acak
bisa saja tidak membuktikan adanya proteinuria yang berarti.
Dengan demikian, kriteria minimum untuk diagnosis preeklamsi
adalah hipertensi dengan proteinuria yang minimal. Temuan
laboratorium yang abnormal dalam pemeriksaan ginjal, hepar, dan
fungsi hematologi meningkatkan kepastian diagnosis preeklamsi. Selain
itu, pemantauan secara terus-menerus gejala eklampsia, seperti sakit
kepala dan nyeri epigastrium, juga meningkatkan kepastian tersebut.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas merupakan
akibat nekrosis hepatocellular, iskemia, dan oedem yang merentangkan
kapsul Glissoni. Nyeri ini sering disertai dengan peningkatan serum
hepatik transaminase yang tinggi dan biasanya merupakan tanda untuk
mengakhiri kehamilan.
Trombositopeni adalah karakteristik dari preeklamsi yang
memburuk, dan hal tersebut mungkin disebabkan oleh aktivasi dan
agregasi platelet serta hemolisis mikroangiopati yang disebabkan oleh
vasospasme yang berat. Bukti adanya hemolisis yang luas dengan
5
ditemukannya hemoglobinemia, hemoglobinuria, atau hiperbilirubinemi
dan merupakan indikasi penyakit yang berat. Faktor lain yang
menunjukkan hipertensi berat meliputi gangguan fungsi jantung dengan
oedem pulmonal dan juga pembatasan pertumbuhan janin yang nyata.
Beratnya preeklamsi dinilai dari frekuensi dan intensitas
abnormalitas yang dapat dilihat pada Tabel 2.1. Semakin banyak
ditemukan penyimpangan tersebut, semakin besar kemungkinan harus
dilakukan terminasi kehamilan. Perbedaan antara preeklamsi ringan dan
berat dapat sulit dibedakan karena preeklamsi yang tampak ringan dapat
berkembang dengan cepat menjadi berat.
Meskipun hipertensi merupakan syarat mutlak dalam mendiagnosis
preeklampsia, tetapi tekanan darah bukan merupakan penentu absolut
tingkat keparahan hipertensi dalam kehamilan. Contohnya, pada wanita
dewasa muda mungkin terdapat proteinuria +3 dan kejang dengan
tekanan darah 135/85 mmHg, sedangkan kebanyakan wanita dengan
tekanan darah mencapai 180/120 mmHg tidak mengalami kejang.
Peningkatan tekanan darah yang cepat dan diikuti dengan kejang
biasanya didahului nyeri kepala berat yang persisten atau gangguan
visual.

6
Tabel 2.1. indikasi beratnya hipertensi dalam kehamilan

3. Eklampsi
Eklampsi adalah kelainan akut pada preeklampsi dalam kehamilan,
persalinan, atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dengan
atau tanpa penurunan kesadaran (gangguan sistem saraf pusat).
Serangan konvulsi pada wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat
dihubungkan dengan sebab lainnya disebut eklamsi. Konvulsi terjadi
secara general dan dapat terlihat sebelum, selama, atau setelah
melahirkan. Pada studi terdahulu, sekitar 10% wanita eklamsi, terutama
nulipara, serangan tidak muncul hingga 48 jam setelah postpartum.
Setelah perawatan prenatal bertambah baik, banyak kasus antepartum
dan intrapartum sekarang dapat dicegah, dan studi yang lebih baru
melaporkan bahwa seperempat serangan eklampsia terjadi di luar 48
jam postpartum (Chames dan kawan-kawan, 2002).

7
4. Preeklamsi superimposed pada hipertensi kronis
Hipertensi kronis yang diperberat oleh preeklampsi atau eklampsi
adalah preeklamsi atau eklamsi yang timbul pada hipertensi kronis dan
disebut juga Superimposed Preeclampsia.
Kriteria diagnosis Superimposed Preeclampsia adalah :
- Proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi yang
belum ada sebelum kehamilan 20 minggu.
- Peningkatan tiba-tiba proteinuria atau tekanan darah atau jumlah
trombosit <100.000/mm3 pada wanita dengan hipertensi atau
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.

5. Hipertensi kronis
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah
ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur
kehamilan < 20 minggu dan menetap setelah 12 minggu pascasalin.
Hipertensi kronis dalam kehamilan sulit didiagnosis apalagi wanita
hamil tidak mengetahui tekanan darahnya sebelum kehamilan. Pada
beberapa kasus, hipertensi kronis didiagnosis sebelum kehamilan usia
20 minggu, tetapi pada beberapa wanita hamil, tekanan darah yang
meningkat sebelum usia kehamilan 20 minggu mungkin merupakan
tanda awal terjadinya preeklamsi.
Sebagian dari banyak penyebab hipertensi yang mendasari dan
dialami selama kehamilan dicatat pada Tabel 2.2. Hipertensi esensial
merupakan penyebab dari penyakit vaskular pada > 90% wanita hamil.
Selain itu, obesitas dan diabetes adalah sebab umum lainnya. Pada
beberapa wanita, hipertensi berkembang sebagai konsekuensi dari
penyakit parenkim ginjal yang mendasari.
Hipertensi esensial
Obesitas

8
Kelainan arterial :
Hipertensi renovaskular
Koartasi aorta
Gangguan-gangguan endokrin :
Diabetes mellitus
Sindrom cushing
Aldosteronism primer
Pheochromocytoma
Thyrotoxicosis
Glomerulonephritis (akut dan kronis)
Hipertensi renoprival :
Glomerulonephritis kronis
Ketidakcukupan ginjal kronis
Diabetic nephropathy
Penyakit jaringan konektif :
Lupus erythematosus
Systemic sclerosis
Periarteritis nodosa
Penyakit ginjal polikistik
Gagal ginjal akut
Tabel 2.2 Penyebab yang mendasari hipertensi kronik

Sedangkan klasifikasi hipertensi kronis berdasarkan JNC VII dapat dilihat


pada tabel 2.3.
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre – hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi stadium I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi stadium II ≥ 160 ≥ 100
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Kronis
9
Pada beberapa wanita dengan hipertensi kronis, tekanan darah
dapat meningkat sampai tingkat abnormal, khususnya setelah 24 minggu.
Jika disertai oleh proteinuria, maka preeklamsi yang mendasarinya dapat
didiagnosis. Preeklamsi yang mendasari hipertensi kronis ini sering
berkembang lebih awal pada kehamilan daripada preeklamsi murni, dan
hal ini cenderung akan menjadi lebih berat dan sering menyebabkan
hambatan dalam pertumbuhan janin. Indikator tentang beratnya hipertensi
sudah diperlihatkan pada Tabel 2.1 dan digunakan juga untuk
menggolongkan preeklamsi yang mendasari hipertensi kronis tersebut.

C. Insidensi
Wanita kulit hitam memiliki kecenderungan mengalami preeklamsi
dibandingkan kelompok rasial lainnya, hal ini dikarenakan wanita kulit
hitam memiliki prevalensi yang lebih besar terhadap hipertensi kronis.
Diantara wanita yang berusia 30-39 tahun, hipertensi kronis terdapat pada
22,3% wanita kulit hitam, 4,6% kulit putih, dan 6,2% pada wanita
Amerika Meksiko.
Preeklamsi umumnya terjadi pada usia maternal ekstrim (< 18
tahun atau > 35 tahun). Peningkatan prevalensi hipertensi kronis pada
wanita > 35 tahun dapat menjelaskan mengapa terjadi peningkatan
frekuensi preeklamsi diantara gravida tua.
Selain itu, meskipun merokok selama kehamilan dapat
menyebabkan berbagai hal yang merugikan, ironisnya merokok
telah dihubungkan secara konsisten dengan risiko hipertensi yang
menurun selama kehamilan. Placenta previa juga telah dilaporkan
dapat mengurangi risiko gangguan-gangguan hipertensi pada
kehamilan.

D. Faktor Risiko
Faktor risiko pada preeklampsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

10
1. Faktor risiko maternal :
- Kehamilan pertama
- Primipaternity
- Usia < 18 tahun atau > 35 tahun
- Riwayat preeklamsi
- Riwayat preeklamsi dalam keluarga
- Ras kulit hitam
- Obesitas (BMI ≥ 30)
- Interval antar kehamilan < 2 tahun atau > 10 tahun.

E. Diagnosis dan Gejala Klinis Hipertensi dalam Kehamilan


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah istirahat ≥
140/90 mmHg. Kriteria edema pada preeclampsia sudah tidak digunakan
lagi oleh karena selain subjektif dan juga tidak mempengaruhi “out-come”
perinatal.
Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
 Hipertensi Gestasional
 Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg terjadi pertama kali dalam
kehamilan.
 Tidak terdapat Proteinuria
 Tekanan darah kembali normal dalam waktu < 12 minggu pasca
persalinan.
 Diagnosa akhir hanya dapat ditegakkan pasca persalinan.
 Dapat disertai dengan gejala PE Berat : nyeri epgastrium atau
trombositopenia.
 PE-Preeclampsia
KRITERIA MINIMUM
 TD ≥ 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
 Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dispstick
PRE-EKLAMPSIA BERAT:
 TD ≥ 160/110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
11
 Proteinuria 2.0 g/24 jam ≥ 2+ (dispstick)
 Serum Creatinine > 1.2 mg/dL (kecuali bila sebelumnya sudah
abnormal )
 Trombosit < 100.0000 / mm3
 Microangiopathic hemolysis ( increase LDH )
 Peningkatan ALT atau AST
 Nyeri kepala atau gangguan visual persisten
 Nyeri epigastrium
 Eklampsia
 Kejang yang tidak diakibatkan oleh sebab lain pada penderita
pre eklampsia.
 Superimposed Preeklampsia ( pada hipertensi kronik )
 Proteinuria “new onset” ≥ 300 mg / 24 jam pada penderita
hipertensi yang tidak menunjukkan adanya proteinuria sebelum
kehamilan 20 minggu atau
 Peningkatan TD atau kadar proteinuria secara tiba tiba atau
trombositopenia < 100.000/mm3 pada penderita hipertensi dan
proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.
 Hipertensi Kronis
 TD ≥ 140 / 90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak terkait dengan penyakit
trofoblas gestasional
 HT terdiagnosa pertama kali setelah kehamilan 20 minggu dan
menetap sampai > 12 minggu pasca persalinan.

Penatalaksanaan Hipertensi Gestasional


Penatalaksanaan hipertensi gestasional perlu dilakukan dengan tujuan
untuk mencegah jangan sampai berlanjut menjadi eklamsia yang akan
menimbulkan kelainan serius pada ibu dan mengganggu kehidupan serta
kesehatan janin dalam rahim.

12
Bila didapatkan hipertensi dalam kehamilan sebaiknya segera
dipondokkan saja dirumah sakit dan diberikan istirahat total. Istirahat total
akan menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan utero placental.
Peningkatan aliran darah renal akan meningkatkan diuresis (keluarnya air
seni), menurunkan berat badan dan mengurangnya oedema. Pada prinsipnya
penatalaksanaan hipertensi ditujukan untuk mencegah terjadinya eklamsia,
monitoring unit feto-placental, mengobati hipertensi dan melahirkan janin
dengan baik.

Kiat Menurunkan Tekanan Darah


1. Turunkan berat badan yang berlebih
2. Olahraga
3. Diet
a. Mengurangi asupan garam
b. Memperbanyak serat
c. Memperbanyak asupan kalium
d. Penuhi kebutuhan magnesium
e. Lengkapi kebutuhan kalsium
4. Relaksasi

13
KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Neneng
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Paritas :2
Alamat : Jl. Dg. Siraju Lr. Buntu /3
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 7 September 2019 pukul 23.10 WITA

Nama Suami : Tn. Rusman


Umur : 45 tahun
Alamat : Jl. Dg. Siraju Lr. Buntu /3
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Harian

II. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 7 September 2019
pukul 23.10 WITA
Keluhan Utama : Nyeri perut tembus ke belakang
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke Puskesmas Bara – baraya dengan keluhan nyeri perut
tembus ke belakang, pasien masuk dengan tekanan darah 140/90 mmHg.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : Tidak Ada
Riwayat Peny. Jantung : Tidak Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Tidak Ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada

14
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : Tidak Ada
Riwayat Peny. Jantung : Tidak Ada
Riwayat Diabetes Melitus : Tidak Ada
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Riwayat Pribadi
 Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 30 hari
Lama Haid : 7 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 10 Januari 2019
Taksiran Persalinan : 17 Oktober 2019
 Riwayat Perkawinan
Merupakan pernikahan pertama bagi pasangan suami dan istri.
 Riwayat KB
Menggunakan kondom akan tetapi tidak teratur.
 Riwayat Obstetri Dahulu
Anak Pertama : Usia 12 tahun, lahir normal di puskesmas
Anak Kedua : Usia 5 tahun, lahir normal di puskesmas
Anak Ketiga : Kehamilan sekarang
Riwayat Abortus : disangkal
Kesimpulan : G3P2A0
 Riwayat ANC
Pasien mengatakan telah kontrol kehamilan sebanyak 2 kali ke bidan.
Menurut pasien, riwayat Imunisasi TT dilakukan 3 kali yaitu 1 kali awal
kehamilan pertama, 1 kali saat awal kehamilan kedua dan 1 kali awal
kehamilan yang sekarang. Kenaikan berat badan pasien selama kehamilan
kurang lebih 15 kg dari awal hamil sampai sekarang. Tinggi badan pasien

15
tidak mengalami perubahan. Selama kehamilan pasien mengatakan tidak
ada keluhan.

Riwayat Sosial Ekonomi


Tidak punya asuransi, rumah dihuni 4 orang anggota keluarga (suami, istri, 2
anak), suami dan istri. Kesan sosial ekonomi kurang.
Riwayat Lingkungan
Sumber air yang digunakan untuk minum, memasak dan mandi menggunakan
PAM. Adanya hewan peliharaan disangkal pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 8 September 2019 pukul 01.00
WITA
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 56 kg
Tekanan Darah : 140 / 90 mmHg
Nadi : 120 x / menit, reguler isi cukup
Pernapasan : 36 x / menit, teratur
Suhu : 37,20C
Status Interna
Kepala : kesan mesocepal
 Mata : tidak ditulis
 Hidung : sekret (-)
 Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), caries gigi (-), faring
hiperemis (-), Tonsil T1-T1
 Telinga : nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-),
sekret (-), membran timpani intak
Leher : Deviasi trakhea (-), Pembesaran kelenjar limfe -/-
Thorak
16
 Paru
- Inspeksi : simetris statis dinamis, masa (-), warna kulit sma
dengan sekitarnya
- Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus dex=sin
- Perkusi : sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar paru vesikuler
 Cor :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
- Perkusi :
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternal dekstra
Batas kiri bawah : ICS V LMCS 1-2 cm medial
- Auskultasi: S1>S2, suara jantung tambahan (-)
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal.
 Abdomen : Sesuai status obstetri
 Ekstremitas : tidak ditulis

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
 Inspeksi : Perut cembung, striae gravidarum (+)
 Palpasi :
Pemeriksaan Leopold
I. Tinggi fundus uteri setinggi processus xyphoideus, teraba lunak,
besar. Kesan bokong.
II. Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan punggung),
teraba tahanan kecil-kecil sebelah kanan (kesan ekstrimitas).
Denyut Jantung Janin 13-12-13 (152x/menit)

17
III. Teraba bagian janin masih bisa digoyang kesan belum masuk pintu
atas panggul.
IV. Kesan konvergen, bagian bawah belum masuk pintu atas panggul.

Pemeriksaan Dalam
1. Pukul 23.30 WITA : Nyeri tekan (-), Φ 4 cm, kulit ketuban utuh,
presentasi kepala (UUK dibawah)
2. Pukul 04.30 WITA : Nyeri tekan (-), Φ 10 cm, kulit ketuban utuh,
presentasi kepala (UUK dibawah)

RESUME
Ny. D datang ke Puskesmas Bara – Baraya 7 September 2019 pukul 23.10
WITA. Dengan keluhan nyeri perut tembus ke belakang. Pasien mengatakan telah
kontrol kehamilan sebanyak 2 kali ke bidan selama kehamilan. Mencarche usia 15
tahun, HPHT 10 Januari 2019 taksiran partus 17 September 2019. Menurut
pasien, riwayat Imunisasi TT dilakukan 3 kali yaitu 1 kali awal kehamilan
pertama, 1 kali saat awal kehamilan kedua dan 1 kali awal kehamilan yang
sekarang. Kenaikan berat badan pasien selama kehamilan kurang lebih 15 kg dari
awal hamil sampai sekarang. Tinggi badan pasien tidak mengalami perubahan.
Selama kehamilan pasien mengatakan tidak ada keluhan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, perut
cembung (+), striae gravidarum (+). Pemeriksaan leopold didapatkan hasil leopold
I kesan bokong, TFU setinggi procesessus xyphoideus, leopold II kesan
pungggung kiri dengan denyut jantung janin 152x/menit, leopold III kesan bagian
bawah janin belum masuk PAP, dan leopold IV kesan konvergen.

Diagnosa Kerja
18
G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin tunggal, hidup intrauterine,
presentasi kepala, pesentasi punggung kanan, Kulit ketuban utuh, ɸ 2 cm, dengan
penyulit Hipertensi

DAFTAR MASALAH
1. Tekanan darah tinggi
4. Sosial ekonomi kurang

ASSESSMENT
Masalah Aktif Masalah Pasif
Observasi Tekanan darah tinggi 1.Sosial ekonomi kurang
pada kehamilan 2.Usia Risiko tinggi
DD :
- Pre Eklampsi Berat
- Hipertensi Gestasional
- Superimpose Pre Eklampsia

INITIAL PLAN
1. Observasi Tensi Tinggi pada kehamilan
Diagnosis Subjektif : Pre Eklampsia, Hipertensi Gestasional, Superimpose Pre
Eklampsia
Diagnosis Objektif : pemeriksaan penunjang yang disarankan
 Darah rutin (hemoglobin, trombosit, leukosit, LED,
Diff count)
 Urinalisa (proteinuri, ureum, kreatinin)
 SGOT/ SGPT
 GDS
Diagnosis : G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin
tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala, pesentasi punggung kanan, Kulit
ketuban utuh, ɸ 2 cm, dengan penyulit pre-eklampsia.
.

19
Terapi :
Non Medikamentosa
 Pasien di rawat inap
 Tirah baring

Medikamentosa

 Observasi HIS/Denyut Jantung Janin/ dan tanda-tanda persalinan.


 Infuse Rl 28 tpm
 Methylergometrin 1x1
 Asam Mefenamat 1x1
 SF 1x1
 Nifedipin 1x1

Monitoring :
 Keadaan umum, vital sign, observasi HIS/Denyut Jantung Janin/dan tanda-
tanda persalinan,
 Pemeriksaan laboraturium: darah rutin.
 Edukasi :
 Istirahat cukup
 Stress management
 disarankan KB setelah melahirkan
 Diet rendah garam dan kaya vitamin C
 toxoperal (vitamin E) beta caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid),
zink (seng), magnesium
 untuk menurunkan tekanan darah diberikan diuretik, anti hipertensi,
aspirin dosis rendah, dan kalium

Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : ad bonam
Quo ad Fungsionam : ad bonam

20
PEMBAHASAN

Kasus yang dibahas adalah Hipertensi gestasional atau hipertensi dalam


kehamilan. Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang terjadi pada
kehamilan. Diagnosa diambil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien Ny.
Neneng usia 36 tahun hamil 38 minggu G3P2A0. Dilihat dari usia, pasien ini
termasuk dalam kehamilan resiko tinggi karena batas usia aman wanita hamil
adalah 20 tahun sampai 35 tahun.
Pasien ini datang ke rumah sakit pada tanggal 7 September 2019 pukul 23.10
WITA. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah pasien
140/90 mmHg. Ini merupakan pre-eklampsia. Selain itu pasien juga mengeluhkan
nyeri perut tembus ke belakang.
Status Internus dalam batas normal. Diagnosis kehamilan janin tunggal hidup
di dukung dengan pemeriksaan fisik dimana denyut jantung janin positif dengan
frekuensi DJJ 152x/menit. Hasil pemeriksaan Leopold didapatkan kesan
presentasi kepala, teraba bagian janin bulat, keras, masih bisa digoyang
menandakan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul. Dilakukan
pemeriksaaan dalam (VT) didapatkan pembukaan 4 cm, kulit ketuban masih utuh
serta presentasi kepala UUK dibawah. Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasus ini adalah wanita
hamil G3P2A0, usia 36 Tahun, gravida 38 minggu, Janin tunggal, hidup
intrauterine, presentasi kepala, pesentasi punggung kiri, Kulit ketuban utuh, ɸ 4
cm, dengan penyulit pre-eklampsia dan risiko tinggi. Pengelolaan pada pasien ini
adalah menurunkan tekanan darahnya dengan memberikan obat anti hipertensi.3
Pasien diharuskan untuk dirawat inap. Penanganan secara non medikamentosa
dilakukan dengan tirah baring, diet cukup protein, diet rendah garam, lemak, dan
karbohidrat, dan multivitamin mineral. Sedangkan secara medikamentosa
diberikan IVFD RL 28 tpm, nifedipin 1x1, SF 1x1, Asam mefenamat 1x1,
Methylergometrin 1x1.

21
UPAYA KESEHATAN PERORANGAN DAN MASYARAKAT

1. UKP
Sesuai dengan Permenkes No. 97 tahun 2014, pre eklampsia /
eklampsia menjadi salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu, oleh
karena itu dianjurkan untuk menghindari 4 Terlalu dan 3 Terlambat.
Yang dimaksud dengan 4 Terlalu ialah :
a. Terlalu muda
b. Terlalu tua
c. Terlalu sering melahirkan
d. Terlalu dekat jarak kelahiran
Sedangkan yang dimaksud dengan 3 Terlambat ialah :
a. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan
b. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
c. Terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan
Selain itu pasien juga di edukasi untuk sering memeriksakan diri di
fasilitas kesehatan dalam hal ini puskesmas minimal sebanyak 4x ANC,
pasien juga di edukasi mengenai faktor – faktor resiko pre eklampsia serta
komplikasi nya.

2. UKM
Upaya Kesehatan Masyarakat yang dapat dilakukan pada
Hipertensi gestasional adalah, memberikan edukasi terhadap masyarakat
dengan cara memberikan penyuluhan tentang pre eklampsia, faktor resiko
dan komplikasi yang dapat menyebabkan pre eklampsia itu sendiri.
Adapun sesuai dengan Permenkes No. 97 tahun 2014 hal yang
perlu di lakukan di fasilitas kesehatan dalam hal ini puskesmas adalah :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
22
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi dan denyut jantung janin
f. Imunisasi Tetanus Toxoid
g. Berikan tablet besi
h. Periksa laboratorium
i. Tatalaksanaan / penanganan kasus
j. Temu wicara ( konseling )

Hal –hal diatas tentunya perlu senantiasa di lakukan sebagai upaya


masyarakat untuk mengurangi angka kematian ibu khususnya yang di
sebabkan oleh Hipertensi dalam kehamilan.

23
SARAN

Saran kami yaitu perlu nya di giatkan lagi UKP dan UKM kepada masyarakat
dengan cara persuasif ke perorangan dan penyuluhan secara terbuka terkait
Hipertensi pada kehamilan, faktor resiko dan komplikasi yang dapat disebabkan
oleh hal ini.
Selain itu penanganan Hipertensi Gestasional pada fasilitas kesehatan
(Puskesmas) juga perlu ditingkatkan agar tidak sampai terjadi pre eklampsia
bahkan eklampsia, dalam hal ini pemeriksaan laboratorium ang lebih lengkap
sangat diperlukan seperti proteinuria, karena tidak dapat dikatakan seorang pasien
mengalami pre eklampsia jika tidak disertakan dengan pemeriksaan proteinuria.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya peningkatan terhadap
screening dan pemeriksaan lanjutan dan penunjang terhadap pasien pre eklampsia
agar para tenaga kesehatan yang berada di puskesmas dapat mengetahui apakah
ini perlu dirujuk ke fasilitas lanjutan atau bisa di selesaikan di puskesmas.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosasto, H., Saifuddin, A.B., Rachmiddhi, T., 2002, Ilmu Kebidanan,


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
2. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. 1985. Panduan
pengolahan hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Edisi pertama.
Satgas Gestosis POGI:1-24
3. http://www.scribd.com/doc/899951/laporan kasus preeklampsia nas.
4. Saifuddin, A.B., 2002, buku Pandun Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
5. Hutchinson HT, Nichols MM, Kuhn CR, Vasicka A. 1964. Effects of
magnesium sulfate on uterine contractility, intra uterin fetus and infant.
Am J Obstet Gynecol; 88:747-57
6. Idama To, Lindow SW. 1998. Magnesium sulfate : a review o clinical
pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol; 105: 260-8
7. PERMENKES NO. 97 TAHUN 2014, tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Persalinan, dan Masa Setelah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan
Seksual.

25

Anda mungkin juga menyukai