Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN PERKEMIHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HYDRONEPHROSIS

Disusun Oleh :
Kelompok 5 Kelas IV C

1. wahyuni padu ( 1701032 )


2. mirawati gobel ( 1701063 )
3. megiwati ano ( 1701095 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO


T.A 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Other Urinary Tract
Disorders (HIDRONEFROSIS) pada mata kuliah Keperawatan Perkemihan dengan
lancar dan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita
semua. Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat
berterima kasih apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran
pada makalah ini.

MANADO, APRIL 2019

Penyusun

Page | ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1. 1 Latar Belakang....................................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
1. 3 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................... 3
2.1 Definisi hidronefrosis............................................................................................ 3
2.2 Klasifikasi hidronefrosis......................................................................................... 3
2.3 Etiologi hidronefrosis............................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi hidronefrosis..................................................................................... 6
2.5 Manifestasi Klinis hidronefrosis.............................................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik hidronefrosis.................................................................. 8
2.7 Penatalaksanaan hidronefrosis............................................................................... 9
2.8 Komplikasi hidronefrosis...................................................................................... 11
2.9 Prognosis hidronefrosis...................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................13
3.1 pengkajian .............................................................................................................13
3.2 patway................................................................................................................... 13
3.3 analisa data……………………………………………………………………….18
3.4 intervensi ………………………………………………………………………...20
BAB IV KESMPULAN JURNAL ………………………………………………….25
BAB V PENUTUPAN ……………………………………………………………...26
Kesimpulan ………………………………………………………………………….26
Saran ………………………………………………………………………………...26

Page | iii
Daftar Pustaka

Page | iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atay kedua
ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan
balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak. (Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab
umum Hydronephrosis termasuk ureteroceles, katup uretra posterior dan batu ginjal.
Jika USG bayi Anda menunjukkan tanda-tanda masalah ini, Anda akan diberikan
informasi tentang kondisi dan bagaimana hal itu dapat diobati.
Penyakit ginjal masih merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia.
Menurut PERNEFRI Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang
menderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal
sendiri bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal Kronik dan Gangguan
Ginjal Akut atau Acute Kidney Injury (AKI).
Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi
yang mengawali terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal yang
terserang Hydronephrosis, fungsi Ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephros
is, dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal yang sedang masih dalam masa
pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal yang sudah matang. Kasus bilateral
Prenatal Hydronephrosis pada prenatal atau bayi yang ginjalnya masih berkembang
dapat menghasilkan prognosis buruk jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan
ginjal permanen meskipun obstruksinya sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk dapat
mengetahui dan memahami gangguan Hydronephrosis serta agar dapat memberikan

Page | 1
pencegahan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan gangguan
hidronefrosis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari hydronephrosis?
2.Apakah etiologi dari hydronephrosis?
3. Apakah patofisiologi hydronephrosis?
4. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?
5.Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7. Apakah komplikasi hydronephrosis?
8. Apakah prognosis dari hydronephrosis?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan 1 diharapkan
mahasiswa semester 6 dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan hidronefrosis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis.
2) Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis.
3) Untuk mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.
5) getahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.
7) Untuk mengetahui tentang Web of Cause Hideronefrosis.
8) Untuk mengetahui komplikasi Hideronefrosis
9) Untuk mengetahui prognosis Hideronefrosis
10) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hideronefrosis

Page | 2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Hidronefrosis


Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih
proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat
pada parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises. Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap
gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif,
tetapi dalam beberapa kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir,
sistem pengumpulan mungkin membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif
Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).
2.2 Klasifikasi Hidronefrosis
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :

a. Hidronefrosis Derajat 1

Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk
Blunting alias tumpul

Page | 3
b. Hidronefrosis Derajat 2

Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar

c. Hidronefrosis derajat 3

Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan
korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal
(papilla datar dan forniks tumpul)

d.Hidronefrosis derajat 4

Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan
korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi
ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk ballooning alias menggembung.

2.3 Etiologi Hidronefrosis


Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan
hidronefrosis adalah sebagai berikut:

a. Hidronefrosis Unilateral

Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh
proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini
berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah
satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:

1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis renalis)


a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b) Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c) Batu di dalam pelvis renalis
d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor
2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik

Page | 4
a) Batu di dalam ureter
b) Tumor di dalam atau di dekat ureter
c) Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e) Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f) Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
h) Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i) Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera
j) Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
3) Penyakit ureter kongenital
4) Penyakit ureter yang didapat didapat
a. Hidronefrosis Bilateral
1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2) Adanya katup uretra posterior congenital
3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:


1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal

Page | 5
4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas kongenital
6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
7) Bekuan darah
8) Kandung kemih neurogenik
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
11) Infeksi gram negatif
2.4 Patofisiologis Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran
mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi.
Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus
dan penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium
menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu
kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam
waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan
nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat
obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu
saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal
posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi
unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya
berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial

Page | 6
bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi
hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal
bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal
akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan
medis(Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila
obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan
peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit
menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus
memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal.
Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama,
kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang
membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin.
Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor
obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan
perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu
biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu
perubahan menjadi ireversibel.
2.5. Manifestasi Klinis
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi
akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan
gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).

Page | 7
2) Gagal jantung kongestif.
3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4) Pruritis (gatal kulit).
5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, d
Diantaranya (smeltzer dan Bare,2002):
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan
serta pyuria
3).Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4). Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5). Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6). Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7).Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1). Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis
mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan
hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.

2).Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada
pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk
menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.

Page | 8
3).Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling
mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4). CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter.
Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung
kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan
2.7 . Penatalaksanaan Medis
a. Hidronefrosis akut

1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).

2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu

b. Hidronefrosis kronik

Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi


penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.

1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari


jaringan fibrosa.

2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan


pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.

3). Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:

Page | 9
a). Terapi hormonal untuk kanker prostat

b)..Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan


fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika
infeksi dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.

c).Pelebaran uretra dengan dilator

Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya

1).Nefrotomi

Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi


saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system
urinaria bagian bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan
anatomi. Hidronefrosis yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan
dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang (panggul) ke
dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk mengatasi penumpukan atau
pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi yang menghalangi
keluarnya urin.

2.) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan
batu ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja
melalui gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini
akan memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya
dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang
ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser.

3). Nefrolitotomi

Page | 10
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive
dibidang urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses
perkutan untuk mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu
yang tinggi.

4). Stent Ureter

Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan
di ureter untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi ureter,
memulihakan fungsi ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi
ureter sesudah pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan
lentur.

2.8. Komplikasi Hidronefrosis


Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi
sebagai berikut:

1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi renovaskuler
4) Nefropati obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralitik
2.10 Prognosis Hidronefrosis
Prognosis hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi yang
berkaitan dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal (unilateral) atau
keduanya (bilateral) yang terkena, fungsi ginjal yang sudah ada sebelumnya, dan
lamanya hidronefrosis (akut atau kronis).
Pada kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan
dengan waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak

Page | 11
berdilatasi. Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal
tidak sepenuhnya dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan.
(Nelson, 2000)

Page | 12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Umum
3.1.1 Pengkajian
A. Anamnesa
a. 1.Identitas Klien
b. a .Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
c. b. Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang
terjadi pada orang dewasa)
d. c.Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada
pria lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi
akibat pembesaran uterus)
e. d. Agama
f. e. Pendidikan
g. f. Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien
menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya
banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine)
h. g. Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah
tembus pinggang
3. Riwayat kesehatan
a. 1.Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah
mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan
kongenital.
b. 2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.

Page | 13
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter,
diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
c. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
a. d.Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual,
muntah)
b. e.Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul,
gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan)
c. f.Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran
seperti biasa)
d. g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
i. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
B. Pemeriksaan Fisik
1. .Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor
cukup
2. Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
3. Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya(+/+).
4. Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5. Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6. Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7. Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8. Thorax :
a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas
normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.

Page | 14
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan
tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru,
tidak ada suara tambahan.
c. Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan
hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral
pada satu sisi yang terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih
yang teraba jelas menambah bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
d.Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot
cukup.
C. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria
mikroskopik dapat menunjukkan adanya batu atau tumor,
Volumenya <400 ml/ hari dalam 24-28jam setelah ginjal rusak,
Warna urin Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang menunjukkan
adanya darah, mioglobin, dan porfirin.
2) Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan
infeksi akut.
3) Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
b. Radiodiagnostik

Page | 15
1) USG abdomen
Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan
hidronefrosis.
2) IVP
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan
IVP
3) Renogram / RPG
4) Poto thorax
5) ECG : untuk mengetahui elektrolit dalam tubuh

Page | 16
3.1.2 patways

Page | 17
3.1.3 analisa data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DO : Nyeri Akut
Obstuksi Aliran Urin
- Klien tampak

meringis
Tekanan saluran Kemih
- Pernafasan klien

cepat
Kolik renalis/nyeri
- Tamnpak gelisah
1 pinggang
- Skala nyeri klien

8
Nyeri Akut
DS :
- Klien
mengatakan nyeri di
bagian pinggang
DO : Hidronefrosis Gangguan Eliminasi Urin
- Urin klien ↓
kurang dari 400 ml/ Refluks urin ke ginjal
hari dalam 24- ↓
28jam Retensi urin
2 - Warna urin klien ↓
kotor (coklat) Gangguan pola
DO : eliminasi urin
- Klien
mengatakan urinnya
yang keluar sedikit
DO : Obstruksi aliran urin Ketidakseimbangan
3
- Nafas klien ↓ nutrisi kurang dari

Page | 18
berbau ammonia Kerusakan ginjal kebutuhan tubuh
- Klien hanya ↓
menghabiskan Kegagalan ginjal
makan ¼ porsi membuang limbah
- BB klien metabolic
menurun dari 69 ↓
menjadi 50 Pe ureum dalam darah
DS : ↓
- Klien Di sis. Pencernaan
mengatakan tidak ↓
mau makan Anoreksia, mual,
- Klien merasa muntah
mual dan muntah
DO : Hidronefrosis unilateral
- Suhu Badan ↓
klien 37,90C Terdapat obstruksi
- Hasil ↓
pemeriksaan lab Refluk urin ke ginjal
darah : peningkatan ↓
leukosit, keratin Peningkatan jumlah urin
4 menurun di ginjal
- Diagnose ↓
Hidronefrosis Kontaminasi kuman
DS: ↓
- Klien merasa Risiko Infeksi
demam
- Klien merasa
lemas dan lemah

Page | 19
3.1.4 . Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada ginjal

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin

3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, mual, muntah

4.Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder


terhadap uremia

3.1.5 Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Diagnosa Intervensi
Hasil
Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Peningkatan jumlah
a. Pain level a) Lakukan pengkajian
volume urin pada ginjal b. Pain control nyeri secara
KH : komprehensif termasuk
- Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
nyeri durasi, frekuensi, kulitas,
- Melaporkan bahwa dan factor presipitasi
nyeri berkurang dgn
b) Observasi reaksi
menggunakan nonverbal
manajemen nyeri c) Kaji kultur yang
- Mampu mengenali mempengaruhi nyeri
nyeri d) Evaluasi pengalaman
- Menyatakan rasa nyeri masa lampau
nyamansetelah nyeri
e) Control lingkungan
berkurang yang dapat

Page | 20
mempengaruhi nyeri
f) Kaji tipe dan sumber
nyeri
g) Berikan analgetik
h) Lakuakn pengobatan
non farmakologik (
terapi kompres hangat
atau dingin )
Gangguan pola eliminasi NOC NIC:
urin b/d perubahan
a) urinary elimination (a) Memenatau asupan dan
jumlah urin b) urinary continuece keluaran
kriteria hasil: (b) Memntau tingkat
- intake cairan dalam distensi kandung kemih
rentang normal dengan palpasi dan
- kantung kemih perkusimeransang reflex
secara penuh kandung kemih
- tdak ada residu
(c) Masukan kateter kemih
urine > 100-200cc (d) Menyediakan
- balance cairan penghapusan privasi
seimbang
Intoleransi aktifitas b/d NOC NIC
penurunan aktivitas a. alergiy conservation Energy management
b. self care:ADL (a) Obserpasi adanya
Kriteria hasil: batasan klien dalam
- Berpartisipasi beraktivitas
dalam aktivitas fisik
(b) kaji adnya faktor yang
tanpa disertai menyebabbkan kelelahan
peningkatan tekanan
(c) monitor nutrisi dan

Page | 21
darah nadi dan sumber energi yang
pernafasan adekuat
- mampu melakukan
(d) monitor akan adanya
aktivitas sehari-hari kelelahan fisik dan
emosi secara berlebih
Activity terapy
(a) bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
(b) bantu untuk memilih
aktivitas konsisiten yang
sesuai dengan
kemamuan fisik dan
psikologis
(c) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
(d) Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
program terapi yang
tepat
Ketidakseimbangan NIC NIC
nutrisi kurang dari
a) Nutritional status: Nutrition management
kebutuhan tubuh b/d food and fluid intake (a) kaji adanya alergi
anoreksia, mual, muntah makanan
KH: (b) kaji kemampuan pasien

Page | 22
- adanya peningkatan untuk mendapatkan
berat badan sesuai nutrisi yang dibutuhkan
dengan tujuan (c) yakinkan diet yang
- mampu dimakan mengandung
mengidentifikasi tinggi serat
kebutuhan nutrisi (d) monitor jumlah nutrisi
- adanya keinginan dan kandungan kalori
untuk makan Nutrition monitring
- yakinkan diet yang
(a) berikan informasi
dimakan klien tentang kebutuhan nutrisi
mengandung tinggi
(b) kalaborosi dengan ahli
serat untuk mencegah gizi untuk menentukan
konstipasi jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
(c) BB pasien dalam batas
normal
(d) monitor adanya
penurunan berat badan
(e) onitor lingkungan
selama makan
(f) monitor mual dan
muntah
(g) Monitor kalori dan
intake nutrisi
Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan
a. Risk control Infection Control
depresi pertahanan Knowledge (a) Pertahankan teknik
imunologi sekunder Kriteria Hasil : aseptik’

Page | 23
terhadap uremia - Identifikasi risiko
(b) Cuxi tangan setiap
infeksi sebelum dan sesudah
- Menjaga tindakan keperawatan
kebersihan lingkungan(c) Gunakan baju, sarung
- Menggunakan tangan sebagai alat
universal precaution perlindung
dalam melakukan
(d) Gunakan kateter
tindakan keperawatan intermiten untuk
- Melakukan strategi menurunkan infeksi
control infeksi kandung kemih
(e) Tingkatkan intake
nutrisi
(f) Kolaborasi : Berikan
terapi antibiotik

Page | 24
BAB IV

KESIMPULAN JURNAL YANG DIDAPAT

Dari hasil jurnal yang kami dapatkan bahwa terapi untuk menghilangkan nyeri
sangat baik dengan menggunakan kompres air hangat. Jurnal tersebut mengatakan
dengan terapi kompres hangat lebih efektif untuk mengurangi nyeri dan dapat
mereflekasikan vesika urinaria.

Pemakaian kompres hangat dilakukan pada bagian bagian tetentu pada tubuh
manusia. Dengan pemberian panas dari kompres hangat, pembuluh pembuluh darah
melebar, sehingga akan mempelancar pembuluh darah dalam jaringan tersebut. Panas
berguna untukpengobatan, meningkatkan aliran darah ke bagian yang cedera. Apabila
panas digunakan selama 1 jam atau lebih maka aliran darah akan menurun akibat
reflex vasokontriksi karena tubuh berusaha mengontrol kehilangan panas dari area
tersebut. Pengangkatan dan pemberian kembali panas local secara periodic akan
menegmbaalikan efek vasodilatasi. Sehingaan efeknya dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan .

Dengan pemberian kompres hangat pada pasien yang merasakan nyeri dapat
sangat membantu dalam pemberian asuhan keperawatan terutama terfokus pada
diagnose keperawatan nyeri sehingga perawata dapat melakukam intervensi dan
implementasi sesuai dan tidak ragu karena sudah terbukti penelitiannya.

Page | 25
BAB V

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kalik ginjal pada salah satu atau kedua
ginjal akibat akibat adanya obstruksi pada aliran normal urne menyebabkan urine
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di
uretra atau kandung kemih.
Tujuan dari rencana keperawatan adalah diharapkan pada evaluasi di harapkan
penurunan stimulus nyeri, penurunan resiko nfeksi pasca bedah penurunan
kecemasan dan mempersapkan klien secara optmal untuk dilakukan pembedahan.
B. SARAN
Agar kita dapat melakukan asuhan keperawatan professional pada kasus
hidronefrosis sudah sepantasnya kita mahasiswa terlebih dahulu memahami
pengertian, tanda dan gejalah hingga penatalaksanaan pada kasus hidronefrosis.
Selain itu dapat mengaplikasikan pelayanan keperawatan. Mahasiswa harus dapat
memahami penatalaksanaan dari masing masing kasus akan sangat membantu
mahasiswa dalam pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang.

Page | 26
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC

yn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus Mitchell.2006.Buku Saku


Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC

Jurnal Teknologi Kesehatan, Volume 13, Nomor 2, September 2017

Anda mungkin juga menyukai