Disusun oleh :
Ali Mudin
1534020004
Manajemen S1
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang kami (penulis) hadapi.
Namun kami (penulis) menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan kerabat, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai Pengambilan
Keputusan Dalam Manajemen yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber informasi, dan Refrensi.
Semoga makalah ini, dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
penambahan pemikiran mengenai Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen, khususnya
para Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami membuka saran dan kritik bagi para
pembaca khususnya Dosen guna perbaikan pembuatan Makalah dimasa yang akan datang.
Ali Mudin
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ........................................................................................................ 16
Saran .................................................................................................................. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil,dapat terjadi perubahan-
perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat dilakukan agar organisasi dapat terus berjalan dan mencapai tujuannya. Pengambilan
keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan.
Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian
alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan
alternatif keputusan yang terbaik.
Kemampuan seorang pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila
ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan
kemampuan pimpinan dalam membuat keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja organisasi.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1.3.Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang pengambilan keputusan dalam
manajemen dimana di jelaskan tentang Memahami pentingnya pengambilan keputusan dalam
manajemen dan juga Memahami arti dari pengambilan keputusan serta Mengetahui faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan didalam makalah ini juga di jelaskan mengenai
langkah-langkah dalam mengambil keputusan di dalam manajemen.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari alternatif-alternatif yang ada.
Banyak orang menyangka bahwa membuat pilihan adalah bagian yang besar dalam proses
pengambilan keputusan, tetapi tidak. Membuat pilihan hanyalah satu bagian saja.
Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses dalam mengenali masalah-masalah
dan peluang-peluang untuk kemudian dipecahkan. Pengambilan keputusan mengharuskan
adanya usaha baik sebelum ataupun sesudah dibuatnya pilihan yang nyata.
Intisari pengambilan keputusan yaitu perumusan beberapa alternatif tindakan dalam
menggarap situasi yang dihadapi, serta menetapkan pilihan yang tepat antara beberapa
alternatif yang tersedia setelah diadakan evaluasi mengenai efektivitas alternatif tersebut
untuk mencapai tujuan para pengambil keputusan.
2.2.Jenis-Jenis Keputusan
5
Penyelesaian masalah rutin yang ditetapkan dengan peraturan, prosedur atau kebiasaan
Contoh : Manajer produksi dari PT. ALI SUKSES selalu melakukan kegiatan rutin
disetiap awal bulan, yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk persediaan.
Setiap situasi saat pengambilan keputusan dapat diatur dalam sebuah skala sesuai
dengan ketersediaan informasi dan kemungkinan akan kegagalan. Empat posisi dalam skala
tersebut adalah kejelasan, risiko, ketidakjelasan, dan ambiguitas. Sementara keputusan yang
terprogram dapat dibuat dalam situasi yang melibatkan kejelasan, sebagian besar situasi yang
harus ditangani manajer setiap hari terdiri atas setidaknya tingkat ketidakjelasan dan
mengharuskan adanya pengambilan keputusan yang tidak terprogram.
1) Kejelasan (Certainly)
Kondisi pengambilan keputusan saat seorang manajer mempunyai informasi yang akurat,
dapat diukur dan dapat diandalkan tentang hasil dari berbagai alternatif yang sedang
dipertimbangkan.
2) Resiko (Risk)
sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan yang jelas dan informasi yang baik selalu
tersedia, tetapi hasilnya di masa depan yang berhubungan dengan setiap alternatif belum
lah pasti. Namun, informasi yang cukup selalu tersedia bagi kemungkinan
diperkirakannya hasil yang sukses untuk setiap alternatif. Analisi statistik dapat
digunakan untuk menghitung kemungkinan untuk mengalami kegagalan dan
keberhasilan. Pengukuran risiko akan mencegah peristiwa-peristiwa di masa depan yang
dapat menggagalkan alternatif solusi yang di ambil.
3) Ketidakjelasan (Uncertainly)
artinya adalah bahwa manajer mengetahui tujuan mana yang ingin dicapainya, tetapi
informasi tentang alternatif-alternatif dan peristiwa di masa depan tidaklah lengkap.
Faktor-faktor yang mungkin akan memengaruhi sebuah keputusan, seperti masalah
6
harga, biaya produksi, volume, dan suku bunga di masa yang akan datang, adalah
persoalan yang sulit untuk dianalisis dan diperkirakan.
7
seharusnya mengambil keputusan. Model ini tidak benar-benar menggambarkan
bagaimana cara manajer mengambil keputusan, seperti dengan memberikan panduan
dalam mendapatkan keluaran yang ideal bagi perusahaan. Pendekatan yang ideal dan
rasional yang ada dalam model klasik ini sering kali tidak mampu dilakukan oleh
orang-orang di organisasi, tetapi model ini memiliki nilai karena model ini membantu
pengambil keputusan untuk lebih rasional dan tidak sepenuhnya mengandalkan
pilihan pribadi dalam mengambil keputusan. Model klasik ini paling berguna jika
diterapkan untuk keputusan terprogram dan untuk keputusan-keputusan dengan
kepastian dan risiko yang jelas dimana terdapat informasi yang berhubungan dan
kemungkinan-kemungkinan pun dapat diperhitungkan.
8
3) Pencarian untuk menemukan alternatif yang dilakukan oleh manajer bersifat
terbatas karena manusia, informasi, dan sumber daya pun bersifat terbatas.
4) Sebagian besar manajer akhirnya melakukan pemuasan daripada mencari
solusi yang paling baik, karena sebagian maanajer-manajer tersebut memiliki
keterbatasan informasi dan sebagian lagi karena mereka hanya memiliki
kriteria yang tidak jelas untuk mencari solusi yang paling baik.
Aspek lain dari pengambilan keputusan dengan model administatif yaitu intuisi
(intuition) adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan
pengalaman di masa lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar. Pengambilan keputusan
yang berdasarkan intuisi tidaklah sewenang-wenang atau tidak rasional karena
didasarkan pada pengalaman aktif selama bertahun-tahun yang memungkinkan
manajer untuk menentukan solusi dengan cepat tanpa harus melalui perhitungan yang
sangat seksama.
C. Model Politik
Model pengambilan keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat
keputusan yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya terbatas, dan
adanya konflik anatara manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa yang
akan dilakukan. Sebuah koalisi (coalition) adalah sebuah aliansi tidak resmi di antara
manajer-manajer yang medukung sebuah tujuan tertentu. Pembangunan koalisi adalah
proses pembentukan aliansi di antara manajer-manajer. Pembangunan koalisi
memberikan kesempatan bagi manajer-manajer untuk berkontribusi dalam
mengambil keputusan, dengan meningkatkan komitmen mereka pada alternatif yang
akhirnya mereka pilih. Model politik sangatlah mewakili lingkungan politik yang asli
dimana sebagian besar manajer dan para pengambil keputusan bekerja. Keputusan adalah
sesuatu yang kompleks dan melibatkan banyak orang, informasi sering kali ambigu, dan
ketidaksepakatan serta konflik di setiap masalah dan juga solusi adalah hal yang biasa
ada. Model politik dimulai dengan empat asumsi dasar:
1) Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan nilai-
nilai yang beragam. Para manajer biasanya tidak sepakat dalam menentukan
prioritas masalah dan mungkin tidak mengerti atau memiliki tujuan dan
kepentingan yang sama dengan sesama manajer lain.
2) Informasi sering kali ambigu dan tidak lengkap. Usaha untuk mengambil
keputusan dengan rasional terbatasi oleh komplesitas banyak hal dan juga batasan-
batasan yang dtang dari diri sendiri ataupun organisasi.
3) Para manajer tidak memiliiki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental untuk
mengenali semua dimensi masalah dan memproses semua informasi yang relevan.
Manajer saling berbincang satu sama lain dan bertukar pikiran guna
mengumpulkan informasi dan mengurangi ambiguitas.
4) Manajer terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan
mendiskusikan alternatif-alternatifnya. Keputusan adalah hasil tawar-menawar
dan diskusi di antara anggota-anggota koalisi.
9
D. Ciri-Ciri Model Pengambilan Keputusan Klasik, Admonistratif Dan Politik
Informasi yang lengkap Informasi yang terbatas akan Sudut pandang yang tidak
akan alternatif dan alternatif dan keluarannya konsisten, informasi yang
keluarannya ambigu
10
4. Pelaksanaan Tindakan (Implementation)
tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
Baik sebuah keputusan itu terprogram atau tidak terprogram dan baik model yang
dipilih manajer itu klasik, administrative, atau politik, ada 6 langkah yang biasanya dianggap
sebagai proses pengambilan keputusan yang efektif . antara lain :
3. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternatif bertujuan untuk membuat solusi alternatif yang akan menjawab
kebutuhan yang ada dan memperbaiki sebab yang mendasarinya. Untuk keputusan yang
terprogram, alternatif-alternatif dapat dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah
tersedia dalam peraturan dan prosedur organisasi. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat
di bawah kondisi dengan ketidakpastian yang tinggi, manajer hanya dapat
mengembangkan satu atau dua solusi yang akan bisa jadi pemuasan dalam mengatasi
masalah. Namun, penelitian menunjukkan bahwa membatasi pencarian alternatif
merupakan sebab utama gagalnya pengambilan keputusan di organisasi.
11
nilai keseluruhan organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan
sumber daya paling sedikit. Manejer mencoba menyeleksi pilihan dengan resiko dan
ketidakpastian paling sedikit. Dikarenakan beberapa resiko selalu ada dalam keputusan
yang tidak terprogram, manejer mencoba untuk mengukur prospek-prospek menuju
sukses. Manejer dapat mengandalkan intuisi dan pengalaman untuk memperkirakan jika
suatu arah tindakan sekiranya akan berhasil.
Bagaimanapun, tidak semua manejer membuat keputusan dengan cara yang sama.
Bahkan, perbedaan yang signifikan membedakan cara-cara yang digunakan manejer dalam
melakukan pendekatan terhadap masalah dan mengambil keputusan terkait masalah tersebut.
Perbedaan ini dapat dijelaskan dengan konsep gaya pengambilan keputusan (decision styles).
Gaya pribadi pengambilan keputusan mengacu pada perbedaan di antara orang-orang yang
berhubungan dengan cara mereka mengevaluasi masalah, pengembangan macam alternatif,
dan membuat pilihan. Empat gaya pengambilan keputusan antara lain :
1. Gaya Direktif
digunakan oleh orang-orang yang lebih memilih solusi masalah yang sederhana dan jelas.
Manajer yang menggunakan gaya ini seringkali mengambil keputusan dengan cepat, ia
tidak mau berurusan dengan banyak informasi yang mungkin hanya memperkirakan satu
atau dua alternatif.
2. Gaya Analisis
manejer dengan gaya analisis sering mempertimbangkan solusi yang kompleks
bedasarkan data sebanyak mungkin yang dapat mereka kumpulkan. Orang-orang seperti
12
ini mempertimbangkan dengan hati-hati. Meraka mencari keputusan terbaik yang
mungkin ada berdasarkan informasi yang tersedia.
3. Gaya Konseptual
orang-orang yang cenderung ke arah gaya konseptual juga senang memperhatikan
sejumlah besar informasi. Manejer yang menggunakan cara ini selalu mempertimbangkan
alternatif yang banyak , mengandalkan informasi baik dari orang-orang ataupun dari
sistem, dan senang menyelesaikan masalah dengan kreatif.
4. Gaya Perilaku
adalah gaya yang digunakan oleh manejer yang memiliki perhatian mendalam terhadap
orang lain sebagai individu. Orang dengan gaya perilaku biasanya berhubungan dengan
perkembangan pribadi orang lain dan dapat membuat keputusan yang dapat membantu
orang lain mencapai tujuan mereka.
Manajer dihadapkan pada tuntutan untuk selalu membuat keputusan, mulai dari untuk
menyelesaikan masalah kecil hingga menerapkan perubahan strategi besar. Bahkan seorang
manajer terbaik pun akan melakukan kesalahan. Namun manajer dapat meningkatkan
persentasinya dalam membuat keputusan yang tepat dengan memahami beberapa factor yang
menyebabkannya membuat keputusan yang tidak tepat. Sebagian besar keputusan yang tidak
tepat adalah kesalahan penilaian yang berasal dari kapasitas pikiran manusia yang terbatas
dan dalam keberatsebelahan alami yang diperlihatkan manajer selama proses pengambilan
keputusan. Dengan menyadari enam keberatsebelahan di bawah ini, manajer terbantu dalam
membuat pilihan lebih seksama.
13
4. Mempertahankan Status Quo
Manajer mungkin mendasarkan keputusannya pada apa yang telah berhasil di masa lalu
dan gagal mengeksplorasi pilihan-pilihan baru, menggali informasi tambahan, atau
menyelidiki teknologi-teknologi baru.
Kemampuan untuk membuat keputusan dengan cepat, baik, dan berkualitas tinggi di
atas dasar tertentu merupakan keahlian yang penting dalam organisasi yang bergerak cepat
saat ini. Dalam banyak industri, tingkat perubahan persaingan dan perubahan teknologi
sangatlah besar sehingga peluang-peluang juga berlalu cepat, informasi yang jelas dan
lengkap jarang tersedia, dan harga yang harus dibayar karena lambatnya mengambil
keputusan adalah hilangnya bisnis atau jatuhnya perusahaan.
14
dipicu dengan beberapa cara. Salah satu caranya adalah dengan meyakinkan diri bahwa
suatu kelompok itu memiliki perbedaan usia dan jenis kelamin, bidang keahlian,
tingkatan hierarki, dan pengalaman kerja.
3. Hindari Groupthink
Groupthink adalah kecenderungan anggota kelompok untuk tidak mengutarakan opini-
opini yang bertentangan. Ketika para anggota kelompok jatuh kedalam groupthink, hasrat
untuk selalu harmonis mengalahkan pertimbangan untuk mendapatkan keputusan yang
berkualitas. Anggota kelompok lebih mementingkan menjaga persatuan daripada
meragukan permasalahan dan alternatif secara realistis. Para anggota kelompok
menyaring opini pribadinya dan segan member kritik pada opini orang lain.
15
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajemen dimana pihak terkait
melakukan pertimbangan dan menjatuhkan pilihan yang meliputi merumuskan masalah,
menganalisa masalah, menentukan dan mengembangkan alternatif, mengambil tindakan
berdasarkan hasil pertimbangan, dan melakukan evaluasi.
Pengambilan keputusan sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemecahan masalah dalam
kegiatan manajemen. hal ini diharapkan dapat membantu kegiatan-kegiatan organisasi dalam
mencapai tujuan organisasinya. dengan kata lain, pengambilan keputusan dimaksudkan untuk
memecahkan masalah dalam kegiatan organisasi.
Keputusan dapat dilakukan secara mendadak, hal ini bisa dikarenakan keadaan yang tidak
memungkinkan untuk merumuskan keputusan terlebih dahulu; dan pengambilan keputusan
yang didasarkan pada kegiatan rutin sehingga dapat dirumuskan terlebih dahulu.
3.2.SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Daft, L, Richard, 2010, Era Baru Manajemen, Edisi 9, Salemba Empat.
Syamsi, Ibnu. 1989. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara.
17