Anda di halaman 1dari 19

I.

PENGECUALIAN TERHADAP ATURAN ADOPSI PERTAMA KALI

Jika suatu entitas menyajikan laporan keuangan periode sebelumnya dan telah
mengandung pernyataan patuh yang eksplisit dan tanpa syarat sesuai dengan IFRS, akan
tetapi tidak sepenuhnya patuh dengan segala aspek dari Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (IFRS), maka entitas tersebut tidak akan dianggap sebagai pengadopsi
pertama kali dalam rangka memenuhi tujuan IFRS.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS
adalah :

1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi


2. Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
3. Employee benefits
4. Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uasng asing, muhibah
(goodwill), dan penyesuain nilai wajar
5. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging)

IFRS juga mengidentifikasi 3 contoh pengecualian dimana menurut standar, ini tidak
diterapkan yaitu :

- Jika suatu entitas menyajikan laporan keuangan dalam tahun sebelumnya yang
mengandung pernyataan eksplisit dan tanpa syarat pada IFRS dan auditor atau
pemeriksa melakukan kualifikasi atas laporan keuangan tersebut.

- Jika suatu entitas pada periode sebelumnya menyajikan laporan keuangannya


menurut Prinsip Akuntansi Yang Diterima Umum secara nasional dan sepanjang
perangkat laporan keuangan lainnya telah mematuhi Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (IFRS),akan tetapi di tahun berjalan tidak meneruskan
atau menghentikan penyajian laporan keuangannya berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku.

- Jika suatu entitas dalam tahun lalu telah menyajikan laporan keuangannya
menurut prinsip akuntansi yang berlaku secara nasional dan laporan keuangan
tersebut telah memenuhi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).

1
Meskipun suatu entitas sudah menyajikan laporan keuangan dan perangkat laporan
keuangannya dan mematuhi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) pada
periode sebelumnya, jika entitas tersebut tidak mematuhi segala aspek, maka entitas
tidak akan dianggap sebagai pengadopsi pertama kali untuk memenuhi Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).

II. LAPORAN POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR


PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL

Neraca, secara umum, menyajikan informasi mengenai kekayaan perusahaan dan klaim-
klaim sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa berupa utang atau
kepemilikan saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham).

Penyajian Laporan posisi keuangan menurut IFRS, yaitu :

 Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


 Laporan Laba Rugi Komprehensif
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Posisi Keuangan Komparatif awal periode dan penyajian retrospektif
terhadap penerapan kebijakan akuntansi

Penyajian aset dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu

1. Aset Lancar (current assets)


Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila memenuhi
salahsatu kriteria berikut ini:

 Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi


(untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan); atau
 Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal
laporan posisi keuangan (=tanggal neraca); atau

2
 Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun
untuk dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan;
atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan
Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset
diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset tak lancar”.

Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok


aset lancar adalah item-item berikut ini:

a. Kas dan Setara Kas


Apapun yang bisa ditabung di bank dan bisa ditarik dalam wujud kassewaktu
waktu, dianggap “Kas“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum
diuangkan, termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat
deposito, bukan kas, sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan.
Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents)
adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan
nilai pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya
memiliki jangka waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko
perubahan nilai yang signifikan—akibat perubahan suku bunga.
Misalnya: treasury bills, commercial paper, dan reksadana pasar uang.

b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan


Insrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka
pendek—guna memperoleh keuntungan—masuk kelompok “aset lancar”.Masuk
kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk
maksud diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk dalam
kelompok ini, kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan pemagaran (hedging).
c. Piutang Dagang (Piutang)
“Piutang Dagang” atau “Piutang” saja (accounts receivable), adalah sejumlah
tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan.
Masuk dalam kelompok ini antara lain: piutang pada pelanggan, piutang pada
perusahaan afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada
cadangan piutang atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur

3
penjualan, dan piutang tak tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan
keuangan”.
d. Persediaan
“Persediaan” (inventory) adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri
(misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal:
persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaan—yang saat ini dibatasi hanya dalam metode
FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost)—harus
disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di
perusahaan manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus
disclosed secara terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan
keuangan”.
e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)
“Uang Muka Biaya” (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat
pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu
periode. Bisa juga disebut “Biaya Dibayar Dimuka.” Misalnya: sewa dibayar
dimuka, asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.

2. Aset Tak Lancar (noncurrent assets)


Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain:
a. Investasi Bersifat Held to maturity
Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga
jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt
securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain
(istilahnya “redeemed preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya
teramortisasi.
b. Property Investasi
Yang dimaksud dengan “Property Investasi” (investment property) adalah
property (tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam
operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan
tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang
lebih tinggi.

4
Property investasi, awalnya, diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya,
seiring waktu, property investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair
value atau model pengukuran berdasarkan biaya perolehan.
c. Tanah, Bangunan, Mesin, dan Peralatan
Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang
digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa,
memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun buku.
Masuk dalam kelompok ini, antara lain: tanah, bangunan/gedung, mesin,
peralatan, furniture, dan kendaraan.
Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam
laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:
Bangunan = Rp xxx
Akumulasi Penyusutan = (Rp xxx)
Nilai Buku Bangunan = Rp xxx
Atau
Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di
bagian “penjelasan laporan keuangan”.
d. Aset Tak Berwujud
“Aset Tak Berwujud” (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat—
baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Masuk dalam klasifikasi ini adalah:

 Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan


 Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang,
patent, copyrights, dan biaya oragnisasional).
e. Aset Dimiliki untuk Dijual
Sedikit mirip dengan property investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual”
tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual
sekelompok aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset
tersebut harus diklasifikasikan sebagai “aset dimiliki untuk dijual”.
f. Aktiva Lain – lain

5
Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas,
masuk ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan
dalam jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu
pemulihannya lama atau tidak pasti.

Penyajian Liabilitas dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu

1. Liabilitas Lancar (current liabilities)


Suatu liabilitas masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau Lancar) apabila:

 Diharapkan bisa diselesaikan (dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu


operasional normal perusahaan; atau
 Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal neraca); atau
 Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”.

Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain:

a. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan
dalam operasional normal perusahaan, diantaranya:
 Utang Dagang

 Utang Tertulis Jangka Pendek


 Utang Upah dan Gaji Pegawai
 Utang Pajak
 Utang Lain-lain
b. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
untuk menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya:
 Pendapatan Diterima Dimuka

 Deposit Dari Pelanggan


 Sewa Diterima Dimuka

6
c. Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya:promes
yang akan segera jatuh tempo.

Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi jangka pendek adalah:
liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal tetapi jatuh tempo untuk
diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan atau dimiliki
untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya:

 Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk


diperdagangkan;
 Cerukan bank;
 Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang;
 Dividen terutang;
 Pajak penghasilan terutang; dan
 Terutang nonusaha lainnya
2. Liabiltas Tak Lancar (noncurrent liabilities)
Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal
perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain:

 Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan


berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang, promes,
kewajiban sewa jangka panjang.
 Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya:
kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang penyelesaiannya
belum diketahui secara pasti.

III. PENYESUAIAN YANG DIPERLUKAN DALAM MENYUSUN LAPORAN


POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN
KEUANGAN INTERNASIONAL

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi keuangan
menurut IFRS 1 antara lain :

1. Pendahuluan dan kerangka dasar

7
a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profitoriented dan SME
(Small Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi untuk
perusahaan berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud menggunakan
nilai wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis true and fair (IFRS
Framework par 46)
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan prinsip kehati-
hatian (Prudence)
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
 Laporan posisi keuangan (neraca)
 Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian
retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi
b. Berdasar ilustrasi IFRS :
Asset : Asset Tidak Lancar
Asset Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Hak nonpengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang
Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling interest
(hak non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)

8
e. Laibilitas jangka panjang disajikan sebagai Laibilitas jangka pendek jika akan
jatuh tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah
selesai setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan
3. Laporan Arus Kas
a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung tetap
diperbolehkan
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai realisasi
bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya boleh
menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba ditahan
serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat periode dilakukan
perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti dengan Prior
period error (Kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan
penyesuaian atas laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba rugi
periode yang akan datang jika mempengaruhi keduanya.
6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa baik
yang bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir periode
pelaporan hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal neraca) direvisi
menjadi Events after reporting period (Peristiwa setelah periode pelaporan)
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit (the date when
the financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah laporan
keuangan setelah diterbitkan jika ada
7. Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian (percentage of
completion method) untuk melakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban jika

9
realisasi konstruksi dapat diestimasi dengan andal. IAS 11 memberikan pedoman
yang sangat terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12 mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara basis pajak
dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam mengakui aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah (government
grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk dari
penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan fiscal dan
komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana diatur
dalam IAS 16
9. Aktiva Tetap
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva dapat diukur dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik. Koreksi akibat
penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8. Dimungkinkan juga
perubahan terhadap metode penyusutan jika dalam hasil review terdapat
perubahan signifikan dengan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari
aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva
setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan
IAS 8

10. Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan mengalihkan
secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.

10
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan:
 Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa
 Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup rendah di
akhir masa sewa
 Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
 Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum
mendekati nilai wajar aktiva
 Aktiva sewa bersifat khusus dimana lessee yang menggunakannya tanpa
perlu modifikasi
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang
probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan
diakui jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan pada
pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur
12. Imbalan Kerja
a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka pendek dan
imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode Projected unit credit method
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas
13. Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika terdapat kepastian
bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua persyaratan yang diharuskan
dalam ketentuan. Hibah akan diakui sebagai laba pada periodeperiode pelaporan
dimana entitas mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut

14. Mata Uang Asing


a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing terdapat di IAS 21
tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange Rates
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indicator primer dan sekunder. Indicator
primer terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang pembayaran bahan baku,

11
upah, dan biaya lain. Indicator sekunder terdiri dari mata uang dominan dalam
pendanaan, operasional, dan hubungan antara anak perusahaan dan induk.
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang pelaporan yang
digunakan berbeda dengan mata uang fungsional (mata uang dasar entitas bisnis
dalam menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata uang suatu ekonomi
yang sedang mengalami inflasi tinggi, maka laporan keuangan harus disajikan
kembali sesuai IAS 29 tentang Financial Reporting in Hyper Inflation Economies
15. Biaya Pinjaman
Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi, konstruksi, atau
produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aktiva
tersebut.
16. Hubungan Istimewa
a. Definisi dan criteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur secara detail
b. Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan tentang kompensasi
yang diberikan perusahaan terhadap manajemen dan karyawan kunci dalam
bentuk imbalan jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan jangka panjang,
pemutusan hubungan kerja dan imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan harus
diungkapkan
17. Dana Pensiun
a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan program
pension
b. Laporan keuangan dibedakan antara :
 Dana pension iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih yang tersedia
untuk manfaat dan informasi terkait kebijakan pendanaan.
 Dana pension manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi aktiva bersih,
nilai sekarang manfaat yang dijanjikan, serta surplus dan deficit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar
18. Laporan Keuangan Konsolidasi
a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non controlling interest
yang disajikan sebagai bagian ekuitas

12
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali dapat
dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak perusahaan, kecuali
jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk criteria sebagai dimiliki untuk
dijual, maka harus disajikan sebagaimana diatur dalam IFRS 5 tentang Non-
current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi jika :
 Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimilikiseluruhnya, atau
entitas anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya dan pemilik lain,
termasuk pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang telah diinformasikan
dan tidakmenolak entitas induk tersebut untuk tidak menyajikanlaporan
keuangan konsolidasian;
 Instrumen utangdan instrumen ekuitas entitas induk tersebut tidak
diperdagangkan di pasar public
 Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke public
 Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah menghasilkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu pendekatan
proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.
19. Investasi di Perusahaan Asosiasi
a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran mata uang
asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan suatu
perusahaan sehingga perusahaan investee dikategorikan sebagai perusahaan
asosiasi
20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi
a. Kriteria kondisi hiperinflasi :
 penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam
bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil.
Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk
mempertahankan daya beli;

13
 penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang
lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga
mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;
 harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit
ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli
selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;
 suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
 tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun akun dalam
laporan keuangan
21. Modal Ventura
a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional
22. Laporan Keuangan Interim
a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara komparatif dengan
periode interim tahun sebelumnya untuk laporan laba rugi, arus kas dan laporan
perubahan ekuitas. Namun neraca periode interim dibandingkan dengan neraca
tahunan yang terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan format ringkas
(condensed financial statement) dengan selected explanatory notes
23. Penurunan Nilai Aktiva
a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai Goodwil
pada periode interim sebelumnya
24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta pelaporannya yang
menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep akresi).
Selisihnya dimasukkan dalam laporan laba rugi

25. Restrukturisasi Utang Bermasalah

14
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23 tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent
Asset
26. Kuasi Reorganisasi
Tidak diatur dalam satu standar khusus
IV. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi adalah mengenai bagaimana memilih kebijakan
akuntansi. IAS 8/PSAK 25 ini mengatur hirerarki atau urutan acuan yang perlu kita
ikuti dalam rangka memilih suatu kebijakan akuntansi.
Dalam suatu periode akuntansi mewajibkan kita untuk menerapkan kebijakan
ini secara konsisten sepanjang tidak terdapat standar akuntansi yang secara spesifik
mengatur berbeda. Apabila terdapat standar yang mengatur spesifik yang mengatur
berbeda maka kita harus mengacu ke standar tersebut dan menenerapkannya secara
konsisten.
Perubahan kebijakan akuntansi diperbolehkan jika :
1. Dibutuhkan perubahan berdasarkan IFRS
2. Hasil dari laporan keuangan menghasilkan informasi yang relevan dan handal
untuk keperluan bisnis
Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati sebelum merubah kebijakan
akuntansi yang ada :
1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik
Mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Namun ketentuan
dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit kelonggaran yaitu diijinkan untuk
tidak mengikuti ketentuan dalam suatu standar dalam kondisi dampak
penerapannya tidak material dan tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan suatu
penyajian teretentu yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pelaporan
keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi informasi relevan dan
andal.
2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik
Jika tidak erdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur transaksi yang
dilakukan oleh suatu perusahaan, maka mangement dari perusahaan tersebut
diberikan kewenangan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri untuk
menentukan kebijkan akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi yang
dipilih harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan beberapa

15
kriteria sebagaimana disebutkan dalam paragraf diatas. Ketentuan ini memperjelas
arti pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar akuntansi yaitu untuk
menghasilkan informasi yang relevan dan andal.

V. PERIODE PELAPORAN
VI. Sesuai dengan roadmap konvergensi PSAK ke IFRS (International Financial
Reporting Standart) maka saat ini Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir
(2011) setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008 – 2010). Hanya setahun
saja IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menargetkan tahap persiapan akhir ini,
karena setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia menerapkan IFRS.
VII. Berikut konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) IAI:
VIII.
Tahap Adopsi (2008-2010) Tahap Persiapan Akhir Tahap
(2008-2010) Implementasi (2008-2010)
Adopsi seluruh IFRS ke Penyelesaian persiapan Penerapan PSAK berbasis
PSAK Infrastruktur yang IFRS secara bertahap
diperlukan
Persiapan infrastruktur Penerapan secara bertahap Evaluasi dampak penerapan
yang diperlukan beberapa PSAK berbasis PSAK secara komprehensif
IFRS
Evaluasi dan kelola dampak
adopsi terhadap PSAK
yang berlaku

Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal nearaca untuk laporan


keuangan pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan tersebut sesuai
dengan IFRS. Laporan keuangan disusun sekurang-kurangnya sekali dalam satu
tahun. Jika entitas mengubah periode pelaporan dan menyusun laporan keuangan
untuk periode yang bukan satu tahun, entitas harus mengungkapkan alasan perubahan
itu dan menegaskan bahwa jumlah – jumlah yang disajikan tidak sepenuhnya dapat
dibandingkan.

IX. PENGECUALIAN OPSIONAL DARI STANDAR PELAPORAN KEUANGAN


INTERNASIONAL LAINNYA

Pengecualian dari prinsip pengukuran dan prinsip pernyataan menurut IFRS 1 bagi
pengadopsi Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah sebagai berikut :

- Kombinasi bisnis (yang terjadi sebelum tanggal transisi terhadap IFRS)

16
IFRS 1 mengizinkan suatu pengecualian kepada pengadopsi pertama kali dari
penerapan berlaku surut dalam hal kombinasi bisnis yang terjadi sebelum tanggal
transisi terhadap IFRS

- Nilai wajar atau revaluasi yang dianggap sebagai harga perolehan (misal properti,
pabrik, peralatan, aset tidak berwujud dan sebagainya yang diukur atas dasar nilai
revaluasi menurut Prinsip Akuntansi Yang Diterima Umum sebelumnya)

Suatu pengadopsi pertama kali dapat memilih untuk menggunakan revaluasi Prinsip
Akuntansi yang Diterima Umum (GAAP) dari suatu pos properti, pabrik dan
peralatan pada atau sebelum tanggal transisi terhadap IFRS sebagai yang dianggap
sebagai harga perolehan pada tanggal revaluasi dapat diperbandingkan secara luas
dengan nilai wajarnya atau biaya perolehannya.

- Imbalan karyawan

Pada IAS 19, suatu entitas tidak dapat mengakui laba atau rugi aktuarial jika telah
menggunakan pendekatan koridor. IFRS 1 mengizinkan suatu pengadopsi pertama
kali untuk memilih dan mengakui semua keuntungan dan kerugian aktuarial
kumulatif pada tanggal transisi kepada IFRS.

- Selisih translasi kumulatif

IAS 21 mengharuskan suatu entitas untuk mengklasifikasi selisih translasi tertentu


sebagai suatu komponen ekuitas yang terpisah dan atas penghentian operasi luar
negri untuk mentransfer selisih translasi kumulatif yang terkait dengan operasi luar
negeri kepada laporan pendapatan komprehensif sebagai bagian dari keuntungan
atau kerugian karena penghentian.

- Instrumen keuangan majemuk

- Investasi pada entitas anak, entitas yang dikendalikan bersama-sama, dan entitas
asosiasi

- Aset dan liabilitas dari entitas anak,entitas asosiasi dan entitas ventura bersama (joint
venture)

- Penetapan instrumen keuangan yang diakui sebelumnya

17
- Transaksi pembayaran berbasis saham

- Kontrak asuransi

- Liabilitas yang dihentikan termasuk di dalam harga perolehan dari properti, pabrik,
dan peralatan.

- Sewa (guna usaha)

- Pengukuran niai wajar dari aset keuangan atau liabilitas keuangan atas dasar
pengakuan awal

- Aset keuangan atau aset tidak berwujud yang dicatat sesuai dengan IFRIC 12,
tentang Perjanjian Konsesi Jasa

- Biaya Pinjaman

X. PENGECUALIAN MANDATORI TERHADAP PENERAPAN BERLAKU SURUT


STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL LAINNYA

IFRS 1 paragraf 26 melarang penerapan berlaku surut dari beberapa aspek daripada
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) lainnya yang terkait oleh :

- Tidak diakuinya aset keuangan dan liabilitas keuangan

- Akuntansi Lindung Nilai

Pengadopsi pertama kali dibutuhkan pada tanggal transisi kepada Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (IFRS), untuk mengukur semua derivatif atas dasar nilai
wajar dan mengeliminasi penangguhan kerugian dan keuntungan atas derivatif yang
telah dilaporkan menurut Prinsip Akuntansi Yang Diterima Umum (GAAP)
sebelumnya.

- Estimasi – estimasi

Estimasi – estimasi suatu entitas menurut IFRS pada tanggal transisi harus konsisten
dengan estimasi yang dibuat pada tanggal yang sama menurut Prinsip Akuntansi
yang Diterima Umum (GAAP) sebelumnya, kecuali ada bukti bahwa tujuan estimasi
yang dilakukan adalah salah.

18
- Aset yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang
dihentikan.

- Beberapa aspek akuntansi untuk kepentingan non-pengendali.

Entitas yang diperbolehkan menerapkan ketentuan tertentu dari IAS 27 secara


propektif dari tanggal transisi kepada IFRS, kecuali entitas harus memilih
menerapkan IFRS 3 dan IAS 21 secara berlaku surut, dalam hal IAS 27 juga harus
diterapkan secara berlaku surut.

XI. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Basis penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial


statements) diatur dalam IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di
Indonesia menjadi PSAK 1. Laporan keuangan bertujuan umum, selanjutnya disebut
laporan keuangan, adalah laporan keuangan yang dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna yang tidak berada dalam posisi untuk meminta entitas
menyiapkan laporan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Semua laporan
keuangan harus disajikan dan dipandang sama pentingnya.
Penerapan IFRS/SAK dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan
seharusnya akan menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan secara wajar
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar berarti
menggambarkan secara apa adanya (jujur) dampak transaksi, kejadian, serta kondisi
lainnya sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan
beban yang dinyatakan dalam Kerangka Konseptual.
XII. CONTOH PERUSAHAAN YANG MENGGUNAKAN IFRS DAN APA SAJA YANG
HARUS DILAKUKAN SAAT PERUSAHAAN PERTAMA KALI MENGADOPSI
IFRS

19

Anda mungkin juga menyukai