Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL :


ARTHRITIS GOUT DAN RHEUMATOID ARTHRITIS
MAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah III

oleh :

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Sekolah tinggi ilmu kesehatan santo borromeus

bandung
1
Gout & Rheumatoid Arthritis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeleta makin dibutuhkan


mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayan kesehatan. Pergeseran tingkat
pendidikan pada dunia keperawatan di Indonesia menuju ere profesionalisasi menjadikan
asuhan keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan
sistem muskoskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu disiplin ilmu
dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum dikenal luas oleh masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya pereanan yang cukup besar dari ahli urut
tulang (khususnya di daerah), yaitu lebih dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun
patah tanpa memnadang derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit
setelah timbul penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi
masalah tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada
masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal: Gout dan Rheumatoid Arthritis“. Dengan harapan
sebagai perawat kita mampu memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan
gangguan sistem Muskuloskeletal, khususnya Gout dan Rheumatoid Arthristis, sehingga kita
pun mampu memberi asuhan keperawatan yang tepat dan kontrahensif, yang meliputi
pengenalan konsep anatomi fisiologi, dan patofisiologi sistem muskuloskeletal, pengkajian
untuk menegakkan masalah keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan, sampai
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada masalah sistem muskuloskeletal.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai :
a. Tujuan umum
Diharapkan agar Mahasiswa/i tingkat II Program Studi D III Keperawatan, mampu
memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Arthritis Guot dan
Rheumatoid Arthritis.

2
Gout & Rheumatoid Arthritis
b. Tujuan khusus
 Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi system musculoskeletal.
 Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit arthritis gout.
 Mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
arthritis gout.
 Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit rheumatoid arthritis.
 mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
rheumatoid arthritis.
 Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : Arthritis Guot dan Rheumatoid Arthritis.

1.3 Metode Penulisan


Dalam menyusun makalah ini, penulis mengunakan metode deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan, diskusi kelompok,
serta konsultasi dengan dosen pembimbing.

1.4 Sistematika penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi dalam tiga bab, yaitu BAB I
Pendahuluan yang berisi: latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis yang berisi : anatomi fisiologi sistem
muskuloskeletal, konsep penyakit arthritis gout, konsep asuhan keperawatan pada klien
dengan arthritis guot, konsep penyakit rheumatoid arthritis, dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan rheumatoid arthritis. BAB III Penutup berisi: kesimpulan
dan saran.

3
Gout & Rheumatoid Arthritis
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

2.1 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL


1. Anatomi Fisiologi Rangka
Muskuloskeletal berasal dari kata muscle (otot) dan skeletal (tulang). Rangka
(skeletal) merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi dan tulang rawan
(kartilago), sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk
mempertahankan sikap dan posisi.

Gambar : tulang pada tubuh manusia

(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)

4
Gout & Rheumatoid Arthritis
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun
dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka
digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.

a. Rangka aksial, melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan torso.


1. Kolumna vertebra
2. Tengkorak
 Tulang cranial : menutupi dan melindungi otak dan organ-organ panca indera.
 Tulang wajah : memberikan bentuk pada muka dan berisi gigi.
 Tulang auditori : terlihat dalam transmisi suara.
 Tulang hyoid : yang menjaga lidah dan laring.
b. Rangka apendikular, tulang yang membentuk lengan tungkai dan tulang pectoral
serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada
rangkai aksial.
c. Persendian, adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.
Fungsi Sistem Rangka :
1. Tulang sebagai penyangga (penopang); berdirinya tubuh, tempat melekatnya
ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ, juga memberi bentuk pada
tubuh.
2. Pergerakan ; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak,
adanya persendian.
3. Melindungi organ-organ halus dan lunak yang ada dalam tubuh.
4. Pembentukan sel darah (hematopoesis / red marrow).
5. Tempat penyimpanan mineral (kalium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow).

Menurut bentuknya tulang dibagi menjadi 4, yaitu :


 Tulang panjang, terdapat dalam tulang paha, tulang lengan atas
 Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya terdiri dari tulang
karang, bagian luas terdiri dari tulang padat.
 Tulang ceper yang terdapat pada tulang tengkorak yang terdiri dari 2 tulang
karang di sebelah dalam dan tulang padat disebelah luar.
 Bentuk yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulang
berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang
yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua
5
Gout & Rheumatoid Arthritis
tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan
metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas
dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks,
morrow, dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang
dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent
menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang
seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35
tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang
mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan dan
metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :
 Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi
ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat
maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
 Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar
kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan
meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.
 Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk
meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi
kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.

Proses Pembentukan Tulang


Pada bentuk alamiahnya, vitamin D di proleh dari radiasi sinar ultraviolet matahari
dan beberapa jenis makanan. Dalam kombinasi denagan kalsium dan fosfor, vitamin ini
penting untuk pembentukan tulang.
Vitamin D sebenarnya merupakan kumpulan vitamin-vitamin, termasuk vitamin D2
dan D3. Substansi yang terjadi secara alamiah ialah D3 (kolekalsiferol), yang dihasilkan
olehakifitas foto kimia pada kulit ketika dikenai sinar ultraviolet matahari. D3 pada kulit
atau makanan diwa ke (liver bound) untuk sebuah alfa – globulin sebagai
transcalsiferin,sebagaian substansi diubah menjadi 25 dihidroksi kolekalsiferon atau

6
Gout & Rheumatoid Arthritis
kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam
metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol.
Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar
fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi kalsitriol
terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan
darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan
bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah.
Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan
penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT
dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
 Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone
parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam
darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal
dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
 Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan
penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
 Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat
meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan
matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan
fosfor dari usus kecil.
 Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause,
wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).

Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya
rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang
berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).

Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
7
Gout & Rheumatoid Arthritis
 Klasifikasi struktural persendian :
 Persendian fibrosa
 Persendian kartilago
 Persendian synovial.

 Klasifikasi fungsional persendian :


 Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
Secara structural, persendian ii dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau
kartilago.
 Amfiartrosis
Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .
 Diartrosis
Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi ini memiliki
rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul sendi yang menyambung
kedua tulang, dan ujung tilang pada sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.

 Klasifikasi persendian sinovial :


 Sendi sfenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih besar,menuju ke tiga
arah. Contoh : sendi panggul dan sendi bahu.
 Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh : persendian
pada lutut dan siku.
 Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis sentral.Contoh :
persendian antara bagian kepala proximal tulang radius dan ulna.
 Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di sudut kanan setiap
tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
 Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
 Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang dengan
tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.

2. Anatomi Fisiologi Otot.


Otot (muscle) adalah jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respon tubuh terhadap perubahan lingkungannya.
Jaringan otot, yang mencapai 40% -50% berat tubuh,pada umumnya tersusun dari sel-
sel kontraktil yang serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan
dan melakukan pekerjaan.

8
Gout & Rheumatoid Arthritis
 Fungsi sistem Muskular
 Pergerakan
 Penopang tubuh dan mempertahankan postur
 Produksi panas.
 Ciri-ciri otot
 Kontraktilitas  Ekstensibilitas
 Eksitabilitas  Elastisitas.
 Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang
(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,volunteer (sadar)
atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang
hanya ditemukan di jantung.
 Jenis-jenis Otot
 Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
 Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah.
 Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.

Gambar. Otot pada tubuh manusia


9
Gout & Rheumatoid Arthritis
2.2 ARTHRITIS GOUT

A. PENGERTIAN

 Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
 Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat
yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).
 Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth.
2001;1810).
 Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat
di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
(http://denfirman.blogspot.com/2009/09/neprolitiasis.html).
 Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi. (Kesimpulan Kelompok).

Gbr. Tofi
Gambar : gout
(http://jogjafisio.files.wordpress.com/2009/06/gout.jpg)

10
Gout & Rheumatoid Arthritis
B. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin
dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
 Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
 Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.

C. INSIDEN
95% penderita Gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita post
menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau
usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari
kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.

D. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga
mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan
iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
 Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
 Menurunnya ekskresi asam urat.
 Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam
urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.

11
Gout & Rheumatoid Arthritis
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat
tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan
hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan
tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal
biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya
berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.
Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah
serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali
menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam.
Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang
berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan
jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.

12
Gout & Rheumatoid Arthritis
Pathoflow Diagram

Genetik Sekresi asam urat berkurang Produksi asam urat >>

Gangguan metabolism purin

gout

Hiperurisemia & serangan sinovitis

Akut berulang-ulang

Penimbunan Kristal urat

Monohidrat monosodium

Penimbunan asam urat di korteks & Penimbunan Kristal pada membran synovial
reaksi inflamasi pada ginjal & tulang rawan artikular

Terjadi hilinisasi & fibrosis pada glomerulus Erosi tulang rawan, poliferasi synovial &
pembentukan panus
Pielonefritis, sklerosis arteriola

atau nefritis kronis Degenerasi tulang rawan sendi

Terbentuk batu & asam urat, GGK, Terbentuk tofus serta fibrosis &

Hipertensi, & sklerosis ankilosis pada tulang

Perubahan bentuk tubuh

pada tulang & sendi

Ggn. Pola Tidur Nyeri Hambatan mobilitas Ggn konsep diri, citra diri
fisik

13
Gout & Rheumatoid Arthritis
E. TANDA DAN GEJALA
 Nyeri tulang sendi
 Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
 Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
 Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut : Gangguan kronis :
o Nyeri hebat o Serangan akut
o Bengkak dan berlangsung o Hiperurisemia yang tidak
cepat pada sendi yang diobati
terserang o Terdapat nyeri dan pegal
o Sakit kepala o Pembengkakan sendi
o Demam. membentuk noduler yang
disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam
jaringan).

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang,
dan pencegahan komplikasi.
 Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
 Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
 Kompres dingin
 Diet rendah purin
 Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
 Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
 Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
 Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
 Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi
asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada
pasien dengan gagal ginjal).
 Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
14
Gout & Rheumatoid Arthritis
G. KOMPLIKASI
o Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang
menyebabkan degenerasi sendi.
o Hipertensi dan albuminuria.
o Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

H. PENCEGAHAN
o Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung,
hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam,
Udang, Daun melinjo.
o Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam
urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi
pengeluaran asam urat melalui urine.
o Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
o Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
o Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
o Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar
yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka,
melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut,
buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
o Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi
alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam
laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

15
Gout & Rheumatoid Arthritis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARTHRITIS GOUT
I. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis riwayat
penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
1. Anamnesis
 Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita ), usia (
terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli – artikular. Gout
biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memeperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
o Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah gangguan
metabolism puroin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis
akut berulang.
o Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
o Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki.
o Severity (Scale) of pain: Nyeri yangdirasakan antara 1-3 pada rentang
pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas
kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
o Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum
mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting
ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, alopurinol.
 Riwayat Penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung
terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme).
Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan
masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretik.
 Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada produksi/
sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.

16
Gout & Rheumatoid Arthritis
 Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat. Respons didapat meliputi adanya kecemasan individu
dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat
dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit dan peningkatan
asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya
nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon trhadap konsep diri yang
maladaptif.

2. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan
setempat.
 B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot
bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronki atau mengi.
 B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing
karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
 B3(Brain)
 Kepala dan wajah : Ada sianosis.
 Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada
kasus efusi pleura hemoragi kronis.
 Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.
 B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada system ini.
 B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri

17
Gout & Rheumatoid Arthritis
lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik
dan antihiperurisemia.
 B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
o Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang mendorong
klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku
dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang
menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain.
Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
o Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
o Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.

3. Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan


yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju,
terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

II. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan kristal pada membrane sinovia, tulang
rawan artikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan pembentukan panus.
2. Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada
gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi
sinovia, dan pembentukan panus.
3. Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
4. Perubahan pola tidur b.d nyeri.

18
Gout & Rheumatoid Arthritis
III. Rencana Dan Implementasi Keperawatan

Dk. I : Nyeri sendi b. d peradangan sendi, penimbunan Kristal pada membrane


sinovia, tulang rawan arikular, erosi tulang rawan, prolifera sinovia dan
pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : Nyeri berkurang, hilang, teratasi.
Kriteria hasil :
o Klien melaporkan penelusuran nyeri.
o menunjukan perilaku yang lebiih rileks.
o memperagakan keterampilan reduksi nyeri.
o Skala nyeri 0 – 1 atau teratasi.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
 Kaji lokasi, intensitas,an tipe nyeri.  Nyeri merupakan respon subjektif
Observasi kemajuan nyeri ke daerah yangbdapat dikaji dengan menggunakan
yang baru. Kaji nyeri dengan skala0 – 4. skala nyeri. Klien melaporkan nyeri
biasanya di atas tingkat cedera.
 Bantu klien dalam mengidentifikasi  Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan
factor pencetus. peradangan pada sendi.
 Jelaskan dan bantu klien terkait dengan  Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri nonfamakologi relaksasi dan farmakologilain
dan non – invasif. menunjukan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
 Ajarkan relaksasi: teknik terkait  Akan melancarkan peredaran darah
ketegangan otot rangka yang dapat sehingga kebutuhan oksigen pada
mengurangi intensitas nyeri. jaringan terpenuhi dan mengurangi
nyeri.
 Ajarkan metode distraksi selama nyeri  Mengalikan perhatian klien terhadap
akut. nyeri ke hal yang menyenangkan.
 Tingkatkan pengetahuaan tentang  pegetahuan tersebut membatu
penyebab nyeri dan hubungan dengan mengurangi nyeri dan dapat
berapa lama nyeri akan berlangsung. menbatumeningkatkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik
 Hindarkan klien meminum alcohol,  pemakaian alkohol, kafein, dan obat-
kafein, dan obat diuretik. obatan diuretik akan menambah
peningkatan kadar asam urat dalam
serum.
KOLABORASI
 Kolaborasi dengan tim medis untuk  Alopurinol menghambat biosentesis
pemberian alopurinol asam urat sehingga menurunkan kadar
asam urat serum.

19
Gout & Rheumatoid Arthritis
Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada
gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi
sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil :
o klien ikut dalam program latihan
o tidak mengalami kontraktur sendi
o kekuatan otot bertambah
o klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
 Kaji mobilitas yang ada dan observasi  Mengetahui tingkat kemampuan klien
adanya peningkatan kerusakan. dalam melakukan aktifitas.
 Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif  Gerakan aktif memberi masa tonus, dan
pada ekstermitas yang tidak sakit. kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
 Bantu klien melakukan latihan ROM dan jantung dan pernafasan.
perawatan diri sesuai toleransi.  Untuk mempertahankan fleksibilitas
 Pantau kemajuan dan perkembangan sendi sesuai kemampauan.
kemamapuan klien dalam melakukan  Untuk mendeteksi perkembangan klien.
aktifitas

KOLABORASI  Kemampuan mobilisasi ekstermitas


 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk dapat ditingkatkan dengan latihan fisik
latihan fisik klien. dari tim fisioterapi.

Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
o Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
o mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
o mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.

INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
 Kaji perubhan perspsi dan hubungannya  Menetukan bantuan individual dalm
dengan derajat kletidak mampuan. menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi
 Ingantkan kembali realitas bahwa masih  Membantu klien melihat bahwa peraat
dapat menggunakan sisi yang sakit dan menerima kedua bagian dari seluruh
belajar mengontrol sisi yang sehat. tubuh dan mulai menerima situasi baru.

 Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan  Membantu meningkatkan perasaan
20
Gout & Rheumatoid Arthritis
memperbaiki kebiasaan. harga diri dan mengontrol lebih dari satu
area kehidupan.
 Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan  Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak mungkin hal mandiri dn membatu perkemabangan
untuk dirinya. harga diri serta memengaruhi proses
rehabilitasi.
 Bersama klien mencari alternatif koping  Dukungan perawat kepada klien dapat
yang positif. meningkat kan rasa percaya diri klien.
 Klien dapat beradaptasi terhadap
 Dukung prilaku atau usaha peningkata perubahan dan memahami peran
minat atau partisipasi dalam aktifitas individu dimasa mendatang.
rehabilitasi.
KOLABORASI  Dapat memfasilitasi perubahan peran
 Kolaborasi denagn ahli neuropsikologi yang penting untuk perkembangan
dan konseling bila da indikasi . perasaan.

DK IV : Perubahan Pola Tidur b/d Nyeri.


Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

INTERVENSI RASIONAL
 Tentukan kebiasaan tidurnya dan  Mengkaji pola tidurnya dan
perubahan saat tidur. mengidentifikasi intervensi yang tepat.
 Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan  Bila rutinitas baru mengandung aspek
dalam pola lama dan lingkungan baru. sebanyak kebiasaan lama, stress dan
ansietas yang berhubungan dapat
berkurang
Membantu menginduksi tidur
 Tingkatkan regimen kenyamanan waktu  Dapat merasakan takut jatuh karena
tidur, misalnya mandi hangat dan perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur,
massage. memberikan kenyamanan pagar tempat
untuk membantu mengubah posisi.

 Gunakan pagar tempat tidur sesuai  Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan
indikasi ; rendahkan tempat tidur jika rasa segar, dan pasien mungkin tidak
memungkinkan. mampu untuk kembali ke tempat tidur bila
terbangun.
 Kolaborasi dalam pemberian obat  Di berikan untuk membantu pasien tidur
sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi. atau istirahat.

IV. Intervensi Keperawatan


Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien gout adalah sebagai berikut :
1) Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan.
2) Meningkatkan atau mempertahankan tingkat mobilitas.
3) Mengalami perbaikan citra diri.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.

21
Gout & Rheumatoid Arthritis
2.3 RHEUMATOID ARTHRITIS

A. PENGERTIAN
 Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling
sering ditemukan di sendi. (Arif Muttaqin, 2008;322)
 Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C.
Baughman. 2000).
 Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2000).
 Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang perifer
dan mencakup muskulus, tendon, ligament dan pembuluh darah. (Lippinccott
Williams & Wilkins. 2006;478).
 Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006).
 Jadi, Rheumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat
sistemik kronis, yang melibatkan seluruh organ tubuh tetapi umumnya mengenai
membran sinovial dari persendian yang ditandai dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas dan keletihan yang ditandai dengan nyeri persendian
dan dengan manifestasi utama poliartritis progresif. (Kesimpulan kelompok).

Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos, yang berarti mukus;
suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri. Reumatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi
sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya
kerusakan dan proliferesi pada membran synovial, yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitus. Mekanisme imunologis tampak berperan
penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artritis
reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini
adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung disfus yang
diperantai oleh imunitas.

22
Gout & Rheumatoid Arthritis
Gambar : Artritis rheumatoid pada jari tangan
(http://www.sonicmend.com/_img/rheumatoid_arthritis.jpg)

B. INSIDEN
Artritis reumatoid terjadi kira – kira 2,5 kali lebih sering menyerang wanita daripada
pria (price,1995). Menurut Noer S (1996) perbandingan antara wanita dan pria sebesar
3 : 1, dan pada wanita usia subur perbandingan mencapai 5 : 1. Jadi perbandingan
antara wanita dan pria kira – kira 1 : 2,5 – 3. Insiden meningkat dengan bertambahnya
usia, terutama pada wanita. Kacenderungan insiden yang terjadi pada wanita dan
wanita subur diperkirakan karena adanya ganguan dalam keseimbangan hormonal
(estrogen) tubuh, namun hingga kini belum dapat dipastikan apakah factor hormonal
memang merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit ini biasanya pertama kali muncul
pada usia 25 – 50 tahun, puncaknya adalah antara usia 40 hingga 60 tahun. Penyakit
ini menyerang orang – orang diseluruh dunia, dari berbagai suku bangsa. Sekitar satu
persen orang dewasa menderita Artritis reumatoid yang jelas, dan dilaporkan bahwa di
amerika serikat setiap tahun kira – kira 750 kasus baru per satu juta penduduk.

C. ETIOLOGI
Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak
hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit Artritis reumatoid belum
dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan factor genetik . namun, berbagai faktor
(termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor
yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya
penyakit Artritis reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.
Dari penelitian muntakhir, diketahui pathogenesis Artritis reumatoid dapat terjadi
akibat rantai peristiwa imunologis yang terdapat dalam genetik. Terdapat kaitan dengan
pertanda genetik seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih. Namun pada
orang amerika berkulit hitam, jepang, dan Indian Chippewa, hanya ditemukan kaitannya
dengan HLA-Dw4.
23
Gout & Rheumatoid Arthritis
D. PATOFISIOLOGI
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan synovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran synovial, dan
akhirnya membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan
emnimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengalami perubahan generative dengan menghilangnya elastisita otot dan kekuatan
kontraksi otot.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongesti
vascular eksudat fibrin dan inflamasi selular. Peradangan yang berkelanjutan
menyebabkan synovial menjadi menebal terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang subcondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi
nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago persendian menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi , karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (akilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub condrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat. Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada
setiap orang ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara orang ada yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain terutama yang mempunyai factor rematoid, gangguan akan
menjadi kronis yang progresif. Pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.

24
Gout & Rheumatoid Arthritis
Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh
Pathoflow Diagram infeksi, endokrin, autoimun, emtabolik, dan
factor genetic, serta factor lingkungan

Artritis reumatoid

sinovitis tenosinovitis Kelainan pada tulang Kelainan pada jaringan gambaran khas
Ekstra-artikular nadul subkutan

Hyperemia dan Invasi Erosi tulang &


pembengkakan kolagen Kerusakan pada Miopati sistemik Kelenjar saraf Inflamasi keluar
Tulang rawan limfe Ekstra-artikular

Nekrosis dan Ruptur tendo Instabilitas dan Atrofi otot


kerusakan dalam Secara parsial Deformitas sendi
ruang sendi Atau lokal splenomegali

Anemia Neuropati perifer


Osteoporosis
generalisata
gangguan mekanisme
hambatan dan fungsional
Nyeri
mobilitas fisik pada sendi gangguan
sensori
Kelemahan fisik

gambaran khas Perubahan bentuk Perikarditis, miokarditis,


nadul subkutan tubuh pada tulang Dan radang katup jantung
defisit perawatan diri
dan sendi

gangguan konsep diri, resiko truma


25
citra diri Gout & Rheumatoid Arthritis Kegagalan
fungsi jantung
ansietas kebutuhan informasi
E. MANIFESTASI KLINIS
Adanya beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien Artritis
reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh
karena penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.
 Gejala – gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat.
 Poliartritis simetris, terutama pada sendi periper, termasuk sendi – sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi –sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
 Kekakuan dipagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi
terutama menyerang sendi – sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu berulang dari satu jam.
 Artritis erosive, merupakan ciri khas Artritis reumatoid pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik melibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.

Deformitas
Kerusakan dari struktur – struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Dapat terjadi pergeseran urnal atau deviasi jari, subluksasi sendi matakarpofalangenal,
deformitas boutonniere, dan leher angsa merupakan beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada klien. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi matatersal. Sendi – sendi yang sangat besar juga dapat
terangsang dan akan mengalami pengurangan kemampuan begerak terutama dalam
melkukan gerakan ekstensi.
Nodul – nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita Artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
doformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodul – nodul ini dapat juga timbul pada
tempat – tempat lainnya. Adanya nodul – nodul ini biasanya merupakan suatu petunjuk
penyakit yang aktif dan lebih barat.
Manifestasi ekstraartikuler, artritis reumatoid juga dapat menyerang juga dapat
menyerang organ – organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru -paru (pleuritis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

26
Gout & Rheumatoid Arthritis
Manifestasi Ekstraartikuler dari Arthritis Rheumatoid
Organ Manifestasi
Kulit Nodula subkutan
Vaskulitis, menyebabkan bercak – bercak coklat.
Lesi – lesi skimotik.
Jantung Perikarditis
Temponade pericardium (jarang)
Lesi peradangan pada miokardium dan katup jantung
Paru – paru Pleuritis dengan atau tanpa efusi
Peradangan pada paru – paru
Mata Skleritis
System saraf Neuropati perifer
Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom carpal tunner,
neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis, dan abnormalitas
vertebra servikal.
Sistemik Anemia (sering)
Osteoporosis generalisata
Sindrom felty
Sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika)
Amiloidosis (jarang).

F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostik AR disusun untuk pertama kalinya oleh suatu komite khusus
dari American Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1956. Karena kriteria
tersebut dianggap tidak spesifik dan terlalu rumit untuk digunakan dalam klinik, komite
tersebut melakukan peninjauan kembali terhadap kriteria klasifikasi AR tersebut pada
tahun 1958.
Dengan kriteria tahun 1958 ini ini seseorang dikatakan menderita AR klasik jika
memenuhi 7 dari 11 kriteria yang ditetapkan, definit jika memenuhi 5 kriteria, probable
jika memenuhi 3 kriteria dan possible jika hanya memenuhi 2 kriteria saja. Walaupun
kriteria tahun 1958 ini telah digunakan selama hampir 30 tahun, akan tetapi dengan
terjadinya perkembangan pengetahuan yang pesat mengenai AR, ternyata diketahui
bahwa dengan menggunakan kriteria tersebut banyak dijumpai kesalahan diagnosis
atau dapat me-masukkan jenis artritis lain seperti spondyloarthro-pathy seronegatif,
penyakit pseudorheumatoid akibat deposit calcium pyrophosphate dihydrate, lupus
erite-matosus sistemik, polymyalgia rheumatica, penyakit Lyme dan berbagai jenis
artritis lainnya sebagai AR.
27
Gout & Rheumatoid Arthritis
Pembagian AR sebagai classic, definite, probable dan possible, secara klinis juga
dianggap tidak relevan lagi. Hal ini disebabkan karena dalam praktek sehari hari, tidak
perlu dibedakan penata-laksanaan AR yang classic dari AR definite. Selain itu
seringkali penderita yang terdiagnosis sebagai menderita AR probable ternyata
menderita jenis artritis yang lain.
Walaupun peranan faktor reumatoid dalam pato-genesis AR belum dapat diketahui
dengan jelas, dahulu dianggap penting untuk memisahkan kelompok penderita
seropositif dari seronegatif. Akan tetapi pada faktanya, faktor reumatoid seringkali tidak
dapat dijumpai pada stadium dini penyakit atau pembentukannya dapat ditekan
olehdisease modifying anti-rheumatic drugs (DMARD). Selain itu spesifisitas faktor
reumatoid ternyata tidak dapat diandalkan karena dapat pula dijumpai pada beberapa
penyakit lain. Dua kriteria tahun 1958 yang lain seperti analisis bekuan musin dan
biopsi membran sinovial memerlukan prosedur invasif sehingga tidak praktis untuk
digunakan dalam diagnosis rutin.

Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.


Kriteria Definisi
1. Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan disekitarnya,
sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal
2. Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi
(bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-kurangnya 3 sendi
secara bersamaan yang diobservasi oleh seorang dokter.
Dalam kriteria ini terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria yaitu PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan
kaki dan MTP kiri dan kanan.
3.Artritis pada persendian Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian
tangan tangan seperti yang tertera diatas.
4. Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada
kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP, MCP atau
MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat
simetris.
5. Nodul rheumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ekstensor atau daerah juksta-artrikular yang diobservasi oleh
seorang dokter.
6. Faktor rheumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang
diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa.

28
Gout & Rheumatoid Arthritis
7. Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas bagi
arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan
sendi (perubahan akibat osteoartritis saja tidak memenuhi
persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika ia


sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat
minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian
diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.

* PIP : Proximal Interphalangeal, MCP : Metacarpophalangeal, MTP: Metatarsophalangeal.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan
peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta
mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan
yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan – jutuan itu meliputi pendidikan,
istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat – obatan.
Pengobatan harus deberikan secara paripurna, karena penyakit sulit sembuh. Oleh
karena itu, pengobatan dapat dimulai secara lebih dini. Klien harus diterangkan
mengenai penyakitnya dan diberikan dukungan psikologis. Nyeri dikurangi atau bahkan
dihilangkan, reaksi inflamasi harus ditekan, fungsi sendi dipertahankan, dan deformitas
dicegah dengan obat antiinflamasi nonsteroid, alat penopang ortopedis, dan latihan
terbimbing.
Pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian steroid atau imunosupresan.
Sedangkan, pada keadaan kronik sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi
sendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas dapat dianjurkan dan
dilakukan tindakan artrodesis atau artroplastik. Sebaiknya pada revalidasi disediakan
bermacam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari – hari dirumah maupun
ditempat karja.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan Artritis reumatoid adalah
memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien,
keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan
yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab dan
prognosis penyakit, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen
29
Gout & Rheumatoid Arthritis
obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-
metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan kesehatan ini harus dilakukan secara terus – menerus. Pendidikan
dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari batuan klub penderita, badan –
badan kemasyarakatan, dan orang – orang lain yang juga menderita Artritis reumatoid,
serta keluarga mereka.
Istirahat adalah penting karena Artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada masa – masa
dimana klien marasa keadaannya lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak
nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri. Disamping itu latihan –
latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya
dilakukan sedikitnya dua kali sehari. Obat-obatan penghilang nyeri mungkin perlu
diberikan sebelum latihan, dan mandi parafin dengan suhu.
Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat diberikan :
 NSAIDs
Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan
mengurangi proses peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang
tinggi bila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
 Kortikosteroid
Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi
peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek
kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam
jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang serius.
 Obat remitif (DMARD)
Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan pada
stadium awal untuk memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan
jaringan lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini
adalah klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas.

30
Gout & Rheumatoid Arthritis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS
I. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan. Untuk itu,
diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat
memberi arah terhadap
1. Anamnesis.
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
 Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia,alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawainan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah sendi yang
mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri
klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
o Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
peradangan.
o Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
o Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan nyeri terjadi
di sendi yang mengalami masalah.
o Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang
skala pengukuran 0-4.
o Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
 Riwayat penyakit sekarang.Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul.Pada
klien artritis reumatoid , stadium awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan
umum berupa malaise,penurunan berat badan,rasa capek,sedikit panas,dan anemia.
Gejala lokal yang terjadi berupa pembengkakan,nyeri,dan gangguan gerak pada
sendi metakarpofalangeal. Perlu dikaji kapan gangguan sensorik muncul.Gejala awal
terjadi pada sendi.Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan,pergelangan tangan,sendi lutut,sendi siku,pergelangan kaki,sendi bahu,serta
sendi panggul, dan biasanya bersifat bilateral/simetris.Akan tetapi,kadang artritis
reumatoid dapat terjadi hanya pada satu sendi.
 Riwayat penyakit dahulu.Pada pengkajian ini,ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya artritis reumatoid.Penyakit tertentu seperti penyakit diabetes
menghambat proses penyembuhan artritis reumatoid.Masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama.Sering

31
Gout & Rheumatoid Arthritis
klien ini menggunakan obat antireumatik jangka panjang sehingga perlu dikaji jenis
obat yang digunakan(NSAID,antibiotik,dan analgesik).
 Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang
mengalami keluhan yang sama dengan klien.
 Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya dalam
keluarga dan masyarakat.Klien ini dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena
perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah(gangguan citra
diri).Klien ini juga dapat mengalami penurunan libido sampai tidak dapat melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan kelemahan fisik serta
nyeri.Klien artritis reumatoid akan merasa cemas tentang fungsi tubuhnya sehingga
perawat perlu mengkaji mekanisme koping klien. Kebutuhan tidur dan istirahat juga
harus dikaji,selain lingkungan,lama tidur,kebiasaan,kesulitan,dan pengguanaan obat
tidur.
2. Pemeriksaan fisik.Setelah melakukan anamnesis,pemeriksaan fisik sangat berguna
untuk mendukung data anamnesis .Pemeriksaan fisik dilakukan per sistem (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan B6(Bone) yang dikaitkan dengan keluhan klien.
 B1 (Breathing).Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernapasan pada saat inspeksi.Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi,tidak ada suara napas tambahan.
 B2 (Blood). Tidak ada iktus jantung pada palpasi.Nadi mungkin meningkat,iktus
tidak teraba.Pada auskultasi,ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur.
 B3(Brain).Kesadaran biasanya kompos mentis.Pada kasus yang lebih parah,klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : Ada sianosis.
Mata : Skelera biasanya tidak ada ikterik.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
Telinga :Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.Tidak
ada Lesi atau nyeri tekan.
Hidung : Tidak ada deformitas,tidak ada pernapasan cuping
hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak terjadi
perdarahan,mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak
mengalami perubahan.
 B4 (Bladder). Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan.

32
Gout & Rheumatoid Arthritis
 B5 (Bowel). Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan
eliminasi.Meskipun demikian,perlu dikaji frekuensi,konsitensi,warna serta bau
feses.Frekuensi berkemih,kepekatan urin,warna,bau,dan jumlah urin juga harus
dikaji.Gangguan gastointestinal yang sering adalah mual,nyeri lambung,yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan,terutama klien yanmg menggunakan obat
reumatik dan NSAID.Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang defekasi.
 B6 (Bone )
 Look : Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal ),deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki,dan
sendi besar lutut,panggul dan pergelangan tangan.Adanya degenerasi serabut
otot memungkinkan terjadinya pengecilan,atrofi otot yang disebabkan oleh tidak
digunakannya otot akibat inflamasi sendi.Sering ditemukan nodul subkutan
multipel.
 Feel : Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
 Move : Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakan sendi yang sakit. Klien sering mengalami
kelemahan fisik sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari.
Pemeriksaan diagnostik :
 Pemeriksaan radiologi
Pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan kelainan yang mencolok. Pada
tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai trabekulasi
tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi perubahan degeneratif berupa densitas,
iregullaritas permukaan sendi, serta spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi
destruksi tulang rawan, akan terlihat penyempitan ruang sendi dengan erosi pada
beberapa tempat.

33
Gout & Rheumatoid Arthritis
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
(doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/
proses inflamasi/ destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy
atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
5. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

Sementara (Carpenito, 1995) merumuskan diagnosis keperawatan pada klien rheumatoid


arthritis adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan berhubungan dengan penurunan mobilitas.
2. Resiko tinggi kerusakan membrane mukosa oral berhubungan dengan pengaruh obat
dan sindrom sjogren.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, fibrosistis.
4. Resiko tinggi isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan dan kesulitan ambulasi.
5. Gangguan pola seksual berhubungan dengan nyeri, kelemahan, sulit mengatur posisi,
dan kurang adekuat lubrikasi.
6. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan kesulitan/ ketidakmampuan klien.
7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan perubahan fisik dan psikologis akibat penyakit.

34
Gout & Rheumatoid Arthritis
III. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid dibawah ini, disusun
berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan rasionalisis
(doenges, 2000).

Diagnosa keperawatan I : nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat


akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.

Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
lokasi dan intensitas, factor-faktor yang manajemen nyeri dan efektifitas program.
mempercepat, dan respon rasa sakit non
verbal.
2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. 2. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan. besar akan menjaga pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3. Biarkan klien mengambil posisi yang 3. Pada penyakit yang berat/ eksaserbasi,
nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. tirah baring mungkin diperlukan untuk
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai membatasi nyeri cedera.
indikasi
4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, 4. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, dan mempertahankan posisi netral.
brace. Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi
sendi.
5. Anjurkan klien untuk sering merubah 5. Mencegah terjadinya kelelahan umum
posisi,. Bantu klien untuk bergerak di dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
atas dan bawah, hindari gerakan yang sendi.
menyentak.
6. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. 6. meningkatkan relaksasi otot, dan
Sediakan waslap hangat untuk mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
mengompres sendi yang sakit. Pantau menghilangkan kekakuan pada pagi hari.
suhu air kompres, air mandi, dan Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan
sebagainya. dan luka dermal dapat disembuhkan
7. Berikan masase yang lembut. 7. meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
8. Dorong penggunaan teknik manajemen 8. Meningkatkan relaksasi, memberikan
stres, misalnya relaksasi rasa kontrol nyeri dan dapat
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed meningkatkan kemampuan koping.
back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas.
9. Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai 9. Memfokuskan kembali perhatian,
dengan jadwal aktivitas klien. memberikan stimulasi, dan meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan sehat.

35
Gout & Rheumatoid Arthritis
Kolaborasi :
10. Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/ 10. Meningkatkan relaksasi, mengurangi
latihan yang direncanakan sesuai tegangan otot/ spasme, memudahkan
petunjuk. untuk ikut serta dalam terapi.
11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk 11. Obat-obatan:
 Asetilsalisilat (Aspirin).  Bekerja sebagai antiinflamasi dan
efek analgesik ringan dalam
mengurani kekakuan dan
meningkatkan mobilitas. ASA harus
dipakai secara regular untuk
mendukung kadar dalam darah
teurapetik. Riset mengindikasikan
bahwa ASA memiliki indeks toksisitas
yang paling rendah dasi NSAID lain
yang diresepkan.
 NSAID lainnya, missal ibuprofen  Dapat digunakan bila klien tidak
(motrin), naproksen, sulindak, memberikan respons pada aspirin
proksikam (feldene), fenoprofen. atau untuk meningkatkan efek dari
aspirin.
 D-penisilamin (cuprimine).  Dapat mengontrol efek-efek sistemik
dari RA jika terapi lainnya tidak
berhasil. Efek samping yang lebih
berat misalnya trombositopenia,
leucopenia, anemia aplastik
membutuhkan pemantauan yang
ketat. Obat harus diberikan diantara
waktu makan, karena absorbs obat
menjadi tidak seimbang antara
makanan dan produk antasida dan
besi.
 Antasida  Diberikan bersamaan dengan NSAID
untuk meminimalkan iritasi/
ketidaknyamanan lambung.
 Produk kodein  Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, namun karena sifat
kronis dari penyakit, penggunaan
jangka pendek mungkin diperlukan
selama periode eksaserbasi akut
untuk mengontrol nyeri yang berat.
12. Bantu klien dengan terapi fisik, missal 12. Memberikan dukungan hangat/ panas
sarung tangan paraffin, bak mandi dengan untuk sendi yang sakit.
kolam bergelombang.
13. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan. 13. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri
dan bengkak pada periode akut.
14. Pertahankan unit TENS jika digunakan. 14. Rangsang elektrik tingkat rendah yang
konstan dapat menghambat transmisi
nyeri.
15. Siapkan intervensi pembedahan, missal 15. Pengangkatan sinovium yang meradang
sinovektomi. dapat mengurangi nyeri dan membatasi
progresi dan perubahan degeneratif.

36
Gout & Rheumatoid Arthritis
Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan
otot.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat 1. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
inflamasi/ rasa sakit pada sendi. perkembangan/ resolusi dari proses
inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
jika diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
sesuai dengan toleransi untuk memberikan yang penting, untuk mencegah kelelahan,
periode istirahat yang terus menerus dan dan mempertahankan kekuatan.
tidur malam hari yang tidak terganggu.
3. Bantu klien dengan rentang gerak 3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
aktif/pasif, demikian juga latihan resistif sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
dan isometris jika memungkinkan Latihan yang tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam dengan 4. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
bantuan personel yang cukup. meningkatkan sirkulasi. Mempermudah
Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan perawatan diri dan kemandirian klien.
dan penggunaan bantuan mobilitas. Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, 5. Meningkatkan stabilitas ( mengurangi
kantung pasir, gulungan trokanter, dan resiko cidera ) dan mempertahankan posisi
bebat, brace. sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. 6. Mencegah fleksi leher.
7. Dorong klien mempertahankan postur 7. Memaksimalkan fungsi sendi dan
tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan. mempertahankan mobilitas.
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya 8. Menghindari cidera akibat kecelakaan/
menaikkan kursi/kloset, menggunakan jatuh.
pegangan tangga pada bak/pancuran dan
toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda.
Kolaborasi :
9. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi 9. berguna dalam memformulasikan program
dan spesialis vokasional. latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.

10. Berikan matras busa/ pengumbah 10. Menurunkan tekanan pada jaringan yang
tekanan. mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilisasi / terjadi dekubitus.

11. Berikan obat – obatan sesuai indikasi : 11. Obat – obatan :


 Agen antireumatik, mis garam emas,  Krisoterapi ( garam emas ) dapat
natrium tiomaleat. menghasilkan remisi dramatis / terus
– menerus tetapi dapat mengakibatkan
inflamasi rebound bila terjadi
penghentian atau dapat terjadi efek

37
Gout & Rheumatoid Arthritis
samping serius, misl krisis nitrotoid
seperti pusing, penglihatan kabur,
kemerahan tubuh, dan berkembang
menjadi syok anafilaktik.
 Steroid.  Mungkin dibutuhkan untuk menekan
inflamasi sistemik akut.
12. Siapkan intervensi bedah : 12. Intervensi bedah :
 Atroplasti.  Perbaikan pada kelemahan
periartikuler dan subluksasi dapat
meningkatkan stailitas sendi.
 Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan  Perbaikan berkenaan dengan defek
tendon,ganglionektomi. jaringan penyambung, dan mobilitas.
 Implan sendi.  Pergantian mungkin diperlikan untuk
memperbaiki fungsi optimal dan
mobilitas.

Diagnosa Keperawatan III : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemapuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi atau ketidakseimbangan mobilitas.

Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Dorongn klien mengungkapakan 1. Memberikan kesempatan untuk
perasaannya melalui proses penyakit dan mengidentifikasi rasa takut / kesalahan
harapan masa depan. konsep dan mampu menghadapi masalah
secara langsung.
2. Diskusikan arti dari kehilangan / 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
perubahan pada klien / orang terdekat. mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
Pastikan bagaimana pandangan pribadi dengan orang lain akan menentukan
klien dalam berfungsi dalam gaya hidup kebutuhan terhadap intervensi / konseling
sehari – hari, termasuk aspek –aspek lebih lanjut.
seksual.
3. Diskusikan persepsi klien ,mengenai 3. Isyarat verbal / nonverbal orang terdekat
bagaimana orang terdekat menerima dapat memengaruhi bagaimana klien
keterbatasan klien. memandang dirinya sendiri.
4. Akui dan menerima perasaan berduka, 4. Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan
bermusuhan, serta ketergantungan. marah, dan bermusuhan umum terjadi.
5. Obesrvasi perilaku klien terhadap 5. Dapat menujukkan emosional atau metode
kemungkinan menarik diri, menyangkal koping maladatif, membutuhkan intervensi
atau terlalu memperhatikan perubahan lebih lanjjut / dukungan psikologis.
tubuh.
6. Susun batasan pada perilaku maladatif. 6. Membantu klien untuk
Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku mempertahankankontrol diri, yang dapat
positif yang dapat membantu mekanisme meningkatkan perasaan harga diri.
koping yang adaptif.

7. Ikut sertakan klien dalam merencanakan 7. Meningkatkan perasaan kompetensi/


perawatan dan membuat jadwal akitvitas. harga diei, mendorong kemandirian, dan
mendorong partisipasi dalam terapi.
8. Bantu kebutuhan perawat yang diperlukan 8. Mempertahankan penampilan yang dapat
klie. meningkatkan citra diri.

38
Gout & Rheumatoid Arthritis
9. Berikan respon/ pujian positif bila perlu.
9. Memungkinkan klien untu merasa senang
terhadap dirinya sendiri. Menguatkan
prilaku positif, dan meningkatkan rasa
percaya diri.
Kaloborasi : 10. Klien/ orang terdekat mungkin mebutuhkan
10. Rujuk pada konseling psikiatri, mis dukungan selama berhadapan dengan
perawat spesialis psikiatri, psikiatri/ proses jangka panjang/ ketidakmampuan.
psikolog,pekerjaan sosial.
11. Berikan obat – obatan sesuai petunjuk, 11. Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya
mis antiasietas dan obat – obatan depresi hebat sampai klien mampu
eningkatan alam perasaan mengembangkan kemampuan koping
yang lebih efektif.

Diagnosa Keperawatan IV : kurang keperawatan diri b.d krusakan muskloskeletal,


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak atau depresi.

Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Diskusikan dengan klien tingkat fungsional 1. Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum sebelum timbulnya/ eksaserbasi umum dengan melakukan adaptasi yang
penyakit dan risiko perubahan yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
diantisipasi.

2. Pertahan kan mobilitas, kontrol terhadap 2. Mendukung kemandirian fisik/ emosional


nyeri, dan program latihan. klien.

3. Kaji hambatan kliendalam partisipasi 3. Menyiapkan klien untuk meningkatkan


perawatan diri. Identifikasi/ buat rencana untuk kemandirian, yang akan meningkatkan harga
modifikasi lingkungan. diri.

Kalaborasi :
4. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi. 4. Berguna dalam menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individu, misal
memasang kancing, menggunakan alat bantu,
memakai sepatu , atau menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.

5. Mengatur evaluasi kesehatan di rumah 5. Mengidentifikasi masalah-masalah yang


sebelum dan setelah pemulang. mungkin dihadapi karena tingkat
ketidakmampuan aktual. Memberikan lebih
banyak keberhasilan usaha tim dengan orang
lai yang ikut serta dalam perawatan, misaltim
terapi okupasi.

6. Membuat jadwal konsul dengan lembaga 6. Klien mungkin membutuhkan berbagi


lainnya, misal pelayanan perawatan di rumah, bantuan tambahan untuk partisipasi situasi di
ahli nutrisi. rumah.

39
Gout & Rheumatoid Arthritis
Diagnosa keperawtan V : Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
b . d proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.

Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Kaji tingkat fungsional fisik klien. 1.Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan
yang diperlukan klien.
2. Evaluasi lingkungan sekitar untuk mengkaji 2. menentukan kemungkinan susunan yang
kemampuan klien dalam melakukan ada/ perubahan susunan rumah untuk
perawatan diri sendiri. memenuhi kebutuhan klien.
3. Tentukan sumber –sumber finansial untuk 3. Menjamin bahwa kebutuhan klien akan
memenuhi kebutuhan situasi individual. dipenuhi secara terus – menerus.
Identifikasi sistem pedukung yang tersedia
untuk klien, misalnya membagi perbaikan/
tugas-tugas rumah tangga antara anggota
keluarga atau pelayanan.
4. Identifikasi peralatan yang diperlukan untuk 4. Memberikan kesempatan untuk
mendukung aktivitas klien, misalnya mendapatkan peralatan sebelum pulang untuk
peninggian dudukan toilet, kursi roda. menunjang aktivitas klien di rumah.
Kolaborasi :
5. Koordinasi evaluasi di rumah dengan ahli 5. Bermanfaat untuk mengidentifikasi
terapi okupasi. peralatan, cara- cara untuk mengubah
berbagai tugas dalam mempertahankan
kemandirian.
6. Identifikasi sumber – sumber komunitas, 6. Memberkan kemudahan berpindah pada/
misal pelayanan pembatu rumah tangga, mendukung kontinuitas dalam situasi rumah.
pelayan sosial ( bila ada).

Diagnosa keperawatan VI : kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai panyakit,


prognosis, dan penobatan b . d kurang pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan 1. Memberikan pengetahuan di mana klien
harapan masa depan. dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
yang disampaikan.

2. Diskusikan kebiasaan klien dalam 2. Tujuan kontrol penyakit adalah untuk


penatalaksanaan proses sakit melalui diet, menekan inflamasi sendi/ jaringan lain guna
obat-obatan, serta program diet seimbang, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
latihan, dan istirahat. deformitas.

3. Bantu klien dalam merencanakan jadwal 3. Memberikan struktur dan mengurangi


aktivitas terintegrasiyang realitis, ansietas pada wakru menangani proses
periodeistirahat,perawatan diri, pemberian penyakit kronis yang kompleks.
obat -obatan,terapi fisik,dan manajemen stres.
4. Tekankan pentingnya melanjutkan 4. Keuntungan dari terapi obat –obatan
manajemen farmakoterapeutik. tergantung ketepatan dosis, misal aspirin
harus diberikan secara reguleruntuk
mendukung kadar terapeutik darah 18- 25 mg.

40
Gout & Rheumatoid Arthritis
5. Rekomendasikan pengunaan aspirin 5. Preparat bersalut/ dibuper dicerna dengan
bersalut/ dibuper enterik atau salisilat makanan, meminmimalkan iritasi gaster,
nonasetil, misal kolin magnesium trisalisilat mengurangi risiko perdarahan. Produk nonastil
sedikit dibutuhkan untuk mengurangi iritasi
lambung.

6. Anjurkan kliean untuk mencerna obat- 6. Membatasi iritasi gaster. Penggurangan


obatan dengan makanan,susu atau antasida. nyeri akan meningkatkan kualitas tidur san
meningkatkan kadar darah serta mengurangi
kekuatan di pagi hari.

7. Identifikasi efek samping oabt-obatan yang 7. Memperpanjang dan memaksimalakan


merugkan, misal tinitus, intoleransi lambung, dosis aspirrin dapat mengakibatkan takar lajak
perdaraha gastrointestinal, dan ruam purpurik. ( overdosis). Tinitus umumnya mengidentifikan
kadar terapeutik darah yang tinggi. Jika terjadi
tinitus, dosis umumnya diturunkan menjadi
satu tablet setiap tiga hari sampai berhenti.

8. Tekankan pentingnya membaca label 8. Banyak produk mengandung salisilat


produk dan mengurangi penggunaan obat tersembunyi.(misal obat diare, pilek)yang
yang dijual bebas tanpa prsetujuan dokter. dapat meningkatkan risiko overdosis obat /
efek samping yang bebahaya.

9. Tinjuan pentingnya diet yang seimbang 9. Meningkatkan perasaan sehat umum dan
dengan makanan yang banyak mengandung perbaikan regenerasi sel.
vitamin, protein, dan zat besi.

10. Dorong klien yang obesitas untuk 10. Penurunan berat badan akan mengurangi
menurunkan berat badan dan berikan tekananan sendi, terutama pinggul,
informasi penurunaan berat badan sesuai lutut,pergelanagan kaki,dan telapak kaki.
kebutuhan.

11. Berikan informaasi mengenai alat bantu, 11. Mengurangin paksaan untuk
missal bermain barang-barang yang bergerak, menggunakan sendi dan meungkinkan individu
tongkat untuk mengambil, piring-piring ringan, untuk serta secara lebih nyaman dalam
tempat duduk toilet yang dapat dinaikkan, aktivitas yang dibutuhkan.
palang keamanan.

12. Diskusikan teknik menghemat energy, 12. Mencegah kepenatan, memberikan


missal duduk lebih baik daripada berdiri dalam kemudahan perawatan diri, dan kemandirian.
menyiapkan makanan dan mandi.

13. Dorong klien untuk mempertahankan 13. mekanika tubuh yang baik harus menjadi
posisi tubuh yang benar, baik saat istirahat bagian dari gaya hidup lklien untuk mengurang
maupun saat aktivitas, misal menjaga sendi tekanan sendi dan nyeri.
tetap meregang tidak fleksi.

14. Tinjau perlunya infeksi sering pada kulit 14.Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit.
lainnya dibawah bebet, gips, alat penyokong.
Tunjukan pemberian bantalan yang tepat.

41
Gout & Rheumatoid Arthritis
15. Diskusikan pentingnya obat- obatan 15.Terapi obat – obatan membutuhkan
lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal LED, pengkajian / perbaikan yang terus- menerus
kadar salisilat, PT. untuk menjamin efek optimal dan mencegah
overdosis, serta efek samping yang berbahay,
misal aspirin memperpanjang PT, peningkatan
risiko perdarahan. Krisoterapi akan menekan
trombosit, potensi risiko untuk
trombositopenia.

16. Berikan konseling seksual sesuai 16. Informasi mengenai posisi-posisi yang
kebutuhan. berbeda dan teknik dan / pilihan lain untuk
pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan
harga diri / percaya diri.

17. Identifikasi sumber-sumber komunikasi, 17. bantuan / dukungan dari orang lain dapat
misal yayasan artritis (bila ada). meningkatkan pemulihan maksimal.

IV. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri.
2) Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
3) Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
4) Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
5) Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah penyakit degeneratif
jangka panjang.
6) Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.

42
Gout & Rheumatoid Arthritis
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri
pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki
bagian tengah. Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam
urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme
asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam
urat yang kurang dari ginjal.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling sering
ditemukan di sendi. Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun
banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit Artritis reumatoid belum
dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan factor genetik . namun, berbagai faktor
(termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor yang
berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis
reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.

1.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya
pada pasien yang menagalami gangguan sistem muskuloskeletal : Gout dan Rheumatoid
Arthritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.

43
Gout & Rheumatoid Arthritis
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II.
Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1.
Jakarta : EGC.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet. 1.
Jakarta : EGC.
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_front.jpg

44
Gout & Rheumatoid Arthritis

Anda mungkin juga menyukai