disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah III
oleh :
bandung
1
Gout & Rheumatoid Arthritis
BAB I
PENDAHULUAN
2
Gout & Rheumatoid Arthritis
b. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi system musculoskeletal.
Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit arthritis gout.
Mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
arthritis gout.
Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit rheumatoid arthritis.
mahasiswa dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
rheumatoid arthritis.
Mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : Arthritis Guot dan Rheumatoid Arthritis.
3
Gout & Rheumatoid Arthritis
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
(http://kerzt.files.wordpress.com/2009/02/normal.gif)
4
Gout & Rheumatoid Arthritis
Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang – tulang (sekitar 206 tulang ) yang
membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun
dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Rangka
digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikular, dan persendian.
Struktur Tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi tulang pendek, panjang, tulang
berbentuk rata (flat) dan tulang dengan bentuk tidak beraturan. Terdapat juga tulang
yang berkembang didalam tendon misalnya tulang patella (tulang sessamoid). Semua
5
Gout & Rheumatoid Arthritis
tulang memiliki sponge tetapi akan bervariasi dari kuantitasnya.Bagian tulang tumbuh
secara longitudinal,bagian tengah disebut epiphyse yang berbatasan dengan
metaphysic yang berbentuk silinder.
Vaskularisasi. Tulang merupakan bagian yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran sekitar 200-400 cc/menit.Setiap tulang memiliki arteri menyuplai darah yang
membawa nutrient masuk di dekat pertengahan tulang kemudian bercabang ke atas
dan ke bawah menjadi pembuluh darah mikroskopis, pembuluh ini menyuplai korteks,
morrow, dan sistem harvest.
Persarafan. Serabut syaraf simpatik dan afferent (sensorik) mempersarafi tulang
dilatasi kapiler dan di control oleh saraf simpatis sementara serabut syaraf efferent
menstramisikan rangsangan nyeri.
Pertumbuhan dan Metabolisme Tulang
Setelah pubertas tulang mencapai kematangan dan pertumbuhan maksimal.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis walaupun demikian pertumbuhan yang
seimbang pembentukan dan penghancuran hanya berlangsung hanya sampai usia 35
tahun. Tahun –tahun berikutnya rebsorbsi tulang mengalami percepatan sehigga tulang
mengalami penurunan massanya dan menjadi rentan terhadap injury.Pertumbuhan dan
metabolisme tulang di pengaruhi oleh mineral dan hormone sebagai berikut :
Kalsium dan Fosfor. Tulang mengandung 99% kalsium dan 90% fosfor. Konsentrasi
ini selalu di pelihara dalam hubungan terbalik. Apabila kadar kalsium meningkat
maka kadar fosfor akan berkurang, ketika kadar kalsium dan kadar fosfor berubah,
calsitonin dan PTH bekerja untuk memelihara keseimbangan.
Calsitonin di produksi oleh kelenjar tiroid memiliki aksi dalam menurunkan kadar
kalsium jika sekresi meningkat di atas normal. Menghambat reabsorbsi tulang dan
meningkatkan sekresi fosfor oleh ginjal bila di perlukan.
Vit. D. diproduksi oleh tubuh dan di trasportasikan ke dalam darah untuk
meningkatkan reabsorbsi kalsium dan fosfor dari usus halus, juga memberi
kesempatan untuk aktifasi PHT dalam melepas kalsium dari tulang.
6
Gout & Rheumatoid Arthritis
kalsitriol. Calcidiol kemudian dialirkan ke ginjal untuk transformasi ke dalam
metabolisme vitamin D aktif mayor, 1,25 dihydroxycho lekalciferol atau calcitriol.
Banyaknya kalsitriol yang di produksi diatur oleh hormone parathyroid (PTH) dan kadar
fosfat di dalam darah, bentuk inorganic dari fosfor penambahan produksi kalsitriol
terjadi bila kalsitriol meningkat dalam PTH atau pengurangan kadar fosfat dalam cairan
darah.
Kalsitriol dibutuhkan untuk penyerapan kalsium oleh usus secara optimal dan
bekerja dalam kombinasi dengan PTH untuk membantu pengaturan kalsium darah.
Akibatnya, kalsitriol atau pengurangan vitamin D dihasilkan karena pengurangan
penyerapan kalsium dari usus, dimana pada gilirannya mengakibatka stimulasi PHT
dan pengurangan,baik itu kadar fosfat maupun kalsium dalam darah.
Hormon parathyroid. Saat kadar kalsium dalam serum menurun sekresi hormone
parathyroid akan meningkat aktifasi osteoclct dalam menyalurkan kalsium ke dalam
darah lebih lanjutnya hormone ini menurunkan hasil ekskresi kalsium melalui ginjal
dan memfasilitasi absorbsi kalsium dari usus kecil dan sebaliknya.
Growth hormone bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang dan
penentuan matriks tulang yang dibentuk pada masa sebelum pubertas.
Glukokortikoid mengatur metabolism protein. Ketika diperlukan hormone ini dapat
meningkat atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau meningkatkan
matriks organic. Tulang ini juga membantu dalam regulasi absorbsi kalsium dan
fosfor dari usus kecil.
Seks hormone estrogen menstimulasi aktifitas osteobalstik dan menghambat
hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada masa menopause,
wanita sangat rentan terjadinya massa tulang (osteoporosis).
Persendian
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada tidaknya
rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi dan jenis jaringan ikat yang
berhubungan dengan paersendian tersebut) dan menurut fungsi persendian
(berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin dilakukan pada persendian).
Gambar. Sendi
(http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)
7
Gout & Rheumatoid Arthritis
Klasifikasi struktural persendian :
Persendian fibrosa
Persendian kartilago
Persendian synovial.
8
Gout & Rheumatoid Arthritis
Fungsi sistem Muskular
Pergerakan
Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Produksi panas.
Ciri-ciri otot
Kontraktilitas Ekstensibilitas
Eksitabilitas Elastisitas.
Klasifikasi Jaringan Otot
Otot diklasifikasikan secara structural berdasarkan ada tidaknya striasi silang
(lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya,volunteer (sadar)
atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi,seperti otot jantung, yang
hanya ditemukan di jantung.
Jenis-jenis Otot
Otot rangka adalah otot lurik,volunter, dan melekat pada rangka.
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah.
Otot jantung adalah otot lurik,involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
A. PENGERTIAN
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat
yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner & Suddarth.
2001;1810).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat
di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
(http://denfirman.blogspot.com/2009/09/neprolitiasis.html).
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi. (Kesimpulan Kelompok).
Gbr. Tofi
Gambar : gout
(http://jogjafisio.files.wordpress.com/2009/06/gout.jpg)
10
Gout & Rheumatoid Arthritis
B. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin
dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat
berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi, gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
- Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
- Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat seperti :
aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid dan etambutol.
C. INSIDEN
95% penderita Gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita post
menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang laki-laki usia pubertas dan atau
usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari
kaki, sendi lutut dan pergelangan kaki.
D. PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung
asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adequat akan menghasilkan
akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurecemia), sehingga
mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan
iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi.
Hiperurecemia merupakan hasil :
Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
Menurunnya ekskresi asam urat.
Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam
urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan
lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
11
Gout & Rheumatoid Arthritis
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat maningkat
tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan menyebabkan
hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan
tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal
biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya
berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan gout.
Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah
serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang tanpa kecuali
menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan demam.
Tahap akhir serangan gout atau gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang
berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan
jaringan halus. Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
12
Gout & Rheumatoid Arthritis
Pathoflow Diagram
gout
Akut berulang-ulang
Monohidrat monosodium
Penimbunan asam urat di korteks & Penimbunan Kristal pada membran synovial
reaksi inflamasi pada ginjal & tulang rawan artikular
Terjadi hilinisasi & fibrosis pada glomerulus Erosi tulang rawan, poliferasi synovial &
pembentukan panus
Pielonefritis, sklerosis arteriola
Terbentuk batu & asam urat, GGK, Terbentuk tofus serta fibrosis &
Ggn. Pola Tidur Nyeri Hambatan mobilitas Ggn konsep diri, citra diri
fisik
13
Gout & Rheumatoid Arthritis
E. TANDA DAN GEJALA
Nyeri tulang sendi
Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut : Gangguan kronis :
o Nyeri hebat o Serangan akut
o Bengkak dan berlangsung o Hiperurisemia yang tidak
cepat pada sendi yang diobati
terserang o Terdapat nyeri dan pegal
o Sakit kepala o Pembengkakan sendi
o Demam. membentuk noduler yang
disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam
jaringan).
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan berulang,
dan pencegahan komplikasi.
Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
Kompres dingin
Diet rendah purin
Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi
asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada
pasien dengan gagal ginjal).
Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
14
Gout & Rheumatoid Arthritis
G. KOMPLIKASI
o Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang
menyebabkan degenerasi sendi.
o Hipertensi dan albuminuria.
o Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
H. PENCEGAHAN
o Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan (jantung,
hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-kacangan, Bayam,
Udang, Daun melinjo.
o Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam
urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akan mengurangi
pengeluaran asam urat melalui urine.
o Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat
baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
o Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.
o Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan
yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi
lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
o Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar
yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka,
melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut,
buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
o Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi
alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam
laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.
15
Gout & Rheumatoid Arthritis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARTHRITIS GOUT
I. Pengkajian
Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis riwayat
penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
1. Anamnesis
Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita ), usia (
terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli – artikular. Gout
biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memeperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
o Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah gangguan
metabolism puroin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis
akut berulang.
o Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.
o Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari kaki.
o Severity (Scale) of pain: Nyeri yangdirasakan antara 1-3 pada rentang
pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas
kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
o Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum
mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting
ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic, alopurinol.
Riwayat Penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung
terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme).
Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan
masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretik.
Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang sama
dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada produksi/
sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
16
Gout & Rheumatoid Arthritis
Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat. Respons didapat meliputi adanya kecemasan individu
dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat
dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan
ketidaktahuan akan program pengobatan dan prognosis penyakit dan peningkatan
asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan peran dalam keluarga akibat adanya
nyeri dan hambatan mobilitas fisik memberikan respon trhadap konsep diri yang
maladaptif.
2. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan
setempat.
B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan otot
bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya
didapatkan suara ronki atau mengi.
B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan pusing
karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
B3(Brain)
Kepala dan wajah : Ada sianosis.
Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada
kasus efusi pleura hemoragi kronis.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal.
B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada system ini.
B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri
17
Gout & Rheumatoid Arthritis
lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang memakan obat alnagesik
dan antihiperurisemia.
B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
o Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang mendorong
klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku
dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang
menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan gerakan yang lain.
Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi
pergelangan kaki secara perlahan membesar.
o Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
o Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
18
Gout & Rheumatoid Arthritis
III. Rencana Dan Implementasi Keperawatan
19
Gout & Rheumatoid Arthritis
Dk. II : Hambatan mobilisasi fisik b. d penurunaan rentang gerak, kelemahan otot, pada
gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder akibat erosi tulang rawan, proloferasi
sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan keperawatan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kreteria hasil :
o klien ikut dalam program latihan
o tidak mengalami kontraktur sendi
o kekuatan otot bertambah
o klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas dan
mempertahankan koordinasi optimal.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien
adanya peningkatan kerusakan. dalam melakukan aktifitas.
Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif Gerakan aktif memberi masa tonus, dan
pada ekstermitas yang tidak sakit. kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi
Bantu klien melakukan latihan ROM dan jantung dan pernafasan.
perawatan diri sesuai toleransi. Untuk mempertahankan fleksibilitas
Pantau kemajuan dan perkembangan sendi sesuai kemampauan.
kemamapuan klien dalam melakukan Untuk mendeteksi perkembangan klien.
aktifitas
Dk. III : Gangguan citra diri b. d perubahan bentuk kaki dan terbenuknya tofus.
Tujuan perawatan : Citra diri klien meningkat
Kriteria hasil :
o Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan orang
terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi
o mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
o mengakui dan menggabungkan perubhan dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa merasakan harga dirinya negatif.
INTERVENSI RASIONAL
MANDIRI
Kaji perubhan perspsi dan hubungannya Menetukan bantuan individual dalm
dengan derajat kletidak mampuan. menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi
Ingantkan kembali realitas bahwa masih Membantu klien melihat bahwa peraat
dapat menggunakan sisi yang sakit dan menerima kedua bagian dari seluruh
belajar mengontrol sisi yang sehat. tubuh dan mulai menerima situasi baru.
Bantu dan ajurkan perawatan yang baik dan Membantu meningkatkan perasaan
20
Gout & Rheumatoid Arthritis
memperbaiki kebiasaan. harga diri dan mengontrol lebih dari satu
area kehidupan.
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan
klien melakukan sebanyak mungkin hal mandiri dn membatu perkemabangan
untuk dirinya. harga diri serta memengaruhi proses
rehabilitasi.
Bersama klien mencari alternatif koping Dukungan perawat kepada klien dapat
yang positif. meningkat kan rasa percaya diri klien.
Klien dapat beradaptasi terhadap
Dukung prilaku atau usaha peningkata perubahan dan memahami peran
minat atau partisipasi dalam aktifitas individu dimasa mendatang.
rehabilitasi.
KOLABORASI Dapat memfasilitasi perubahan peran
Kolaborasi denagn ahli neuropsikologi yang penting untuk perkembangan
dan konseling bila da indikasi . perasaan.
INTERVENSI RASIONAL
Tentukan kebiasaan tidurnya dan Mengkaji pola tidurnya dan
perubahan saat tidur. mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan Bila rutinitas baru mengandung aspek
dalam pola lama dan lingkungan baru. sebanyak kebiasaan lama, stress dan
ansietas yang berhubungan dapat
berkurang
Membantu menginduksi tidur
Tingkatkan regimen kenyamanan waktu Dapat merasakan takut jatuh karena
tidur, misalnya mandi hangat dan perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur,
massage. memberikan kenyamanan pagar tempat
untuk membantu mengubah posisi.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai Tidur tanpa gangguan lebih menim- bulkan
indikasi ; rendahkan tempat tidur jika rasa segar, dan pasien mungkin tidak
memungkinkan. mampu untuk kembali ke tempat tidur bila
terbangun.
Kolaborasi dalam pemberian obat Di berikan untuk membantu pasien tidur
sedative, hipnotik sesuai dengan indikasi. atau istirahat.
21
Gout & Rheumatoid Arthritis
2.3 RHEUMATOID ARTHRITIS
A. PENGERTIAN
Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling
sering ditemukan di sendi. (Arif Muttaqin, 2008;322)
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan
nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (Diane C.
Baughman. 2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2000).
Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang menyerang perifer
dan mencakup muskulus, tendon, ligament dan pembuluh darah. (Lippinccott
Williams & Wilkins. 2006;478).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006).
Jadi, Rheumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat
sistemik kronis, yang melibatkan seluruh organ tubuh tetapi umumnya mengenai
membran sinovial dari persendian yang ditandai dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas dan keletihan yang ditandai dengan nyeri persendian
dan dengan manifestasi utama poliartritis progresif. (Kesimpulan kelompok).
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos, yang berarti mukus;
suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri. Reumatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi
sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya
kerusakan dan proliferesi pada membran synovial, yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis, dan deformitus. Mekanisme imunologis tampak berperan
penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artritis
reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini
adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung disfus yang
diperantai oleh imunitas.
22
Gout & Rheumatoid Arthritis
Gambar : Artritis rheumatoid pada jari tangan
(http://www.sonicmend.com/_img/rheumatoid_arthritis.jpg)
B. INSIDEN
Artritis reumatoid terjadi kira – kira 2,5 kali lebih sering menyerang wanita daripada
pria (price,1995). Menurut Noer S (1996) perbandingan antara wanita dan pria sebesar
3 : 1, dan pada wanita usia subur perbandingan mencapai 5 : 1. Jadi perbandingan
antara wanita dan pria kira – kira 1 : 2,5 – 3. Insiden meningkat dengan bertambahnya
usia, terutama pada wanita. Kacenderungan insiden yang terjadi pada wanita dan
wanita subur diperkirakan karena adanya ganguan dalam keseimbangan hormonal
(estrogen) tubuh, namun hingga kini belum dapat dipastikan apakah factor hormonal
memang merupakan penyebab penyakit ini. Penyakit ini biasanya pertama kali muncul
pada usia 25 – 50 tahun, puncaknya adalah antara usia 40 hingga 60 tahun. Penyakit
ini menyerang orang – orang diseluruh dunia, dari berbagai suku bangsa. Sekitar satu
persen orang dewasa menderita Artritis reumatoid yang jelas, dan dilaporkan bahwa di
amerika serikat setiap tahun kira – kira 750 kasus baru per satu juta penduduk.
C. ETIOLOGI
Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak
hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit Artritis reumatoid belum
dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan factor genetik . namun, berbagai faktor
(termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor
yang berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya
penyakit Artritis reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.
Dari penelitian muntakhir, diketahui pathogenesis Artritis reumatoid dapat terjadi
akibat rantai peristiwa imunologis yang terdapat dalam genetik. Terdapat kaitan dengan
pertanda genetik seperti HLA-Dw4 dan HLA-DR5 pada orang kulit putih. Namun pada
orang amerika berkulit hitam, jepang, dan Indian Chippewa, hanya ditemukan kaitannya
dengan HLA-Dw4.
23
Gout & Rheumatoid Arthritis
D. PATOFISIOLOGI
Pada Artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan synovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran synovial, dan
akhirnya membentuk panus. Panus akan meghancurkan tulang rawan dan
emnimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan
mengalami perubahan generative dengan menghilangnya elastisita otot dan kekuatan
kontraksi otot.
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial disertai edema, kongesti
vascular eksudat fibrin dan inflamasi selular. Peradangan yang berkelanjutan
menyebabkan synovial menjadi menebal terutama pada sendi artikular kartilago dari
sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang subcondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi
nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago persendian menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi , karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (akilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub condrial bisa
menyebabkan osteoporosis setempat. Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada
setiap orang ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.
Sementara orang ada yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain terutama yang mempunyai factor rematoid, gangguan akan
menjadi kronis yang progresif. Pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.
24
Gout & Rheumatoid Arthritis
Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh
Pathoflow Diagram infeksi, endokrin, autoimun, emtabolik, dan
factor genetic, serta factor lingkungan
Artritis reumatoid
sinovitis tenosinovitis Kelainan pada tulang Kelainan pada jaringan gambaran khas
Ekstra-artikular nadul subkutan
Deformitas
Kerusakan dari struktur – struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Dapat terjadi pergeseran urnal atau deviasi jari, subluksasi sendi matakarpofalangenal,
deformitas boutonniere, dan leher angsa merupakan beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada klien. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi matatersal. Sendi – sendi yang sangat besar juga dapat
terangsang dan akan mengalami pengurangan kemampuan begerak terutama dalam
melkukan gerakan ekstensi.
Nodul – nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita Artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
doformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodul – nodul ini dapat juga timbul pada
tempat – tempat lainnya. Adanya nodul – nodul ini biasanya merupakan suatu petunjuk
penyakit yang aktif dan lebih barat.
Manifestasi ekstraartikuler, artritis reumatoid juga dapat menyerang juga dapat
menyerang organ – organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru -paru (pleuritis),
mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
26
Gout & Rheumatoid Arthritis
Manifestasi Ekstraartikuler dari Arthritis Rheumatoid
Organ Manifestasi
Kulit Nodula subkutan
Vaskulitis, menyebabkan bercak – bercak coklat.
Lesi – lesi skimotik.
Jantung Perikarditis
Temponade pericardium (jarang)
Lesi peradangan pada miokardium dan katup jantung
Paru – paru Pleuritis dengan atau tanpa efusi
Peradangan pada paru – paru
Mata Skleritis
System saraf Neuropati perifer
Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom carpal tunner,
neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis, dan abnormalitas
vertebra servikal.
Sistemik Anemia (sering)
Osteoporosis generalisata
Sindrom felty
Sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika)
Amiloidosis (jarang).
F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostik AR disusun untuk pertama kalinya oleh suatu komite khusus
dari American Rheumatism Association (ARA) pada tahun 1956. Karena kriteria
tersebut dianggap tidak spesifik dan terlalu rumit untuk digunakan dalam klinik, komite
tersebut melakukan peninjauan kembali terhadap kriteria klasifikasi AR tersebut pada
tahun 1958.
Dengan kriteria tahun 1958 ini ini seseorang dikatakan menderita AR klasik jika
memenuhi 7 dari 11 kriteria yang ditetapkan, definit jika memenuhi 5 kriteria, probable
jika memenuhi 3 kriteria dan possible jika hanya memenuhi 2 kriteria saja. Walaupun
kriteria tahun 1958 ini telah digunakan selama hampir 30 tahun, akan tetapi dengan
terjadinya perkembangan pengetahuan yang pesat mengenai AR, ternyata diketahui
bahwa dengan menggunakan kriteria tersebut banyak dijumpai kesalahan diagnosis
atau dapat me-masukkan jenis artritis lain seperti spondyloarthro-pathy seronegatif,
penyakit pseudorheumatoid akibat deposit calcium pyrophosphate dihydrate, lupus
erite-matosus sistemik, polymyalgia rheumatica, penyakit Lyme dan berbagai jenis
artritis lainnya sebagai AR.
27
Gout & Rheumatoid Arthritis
Pembagian AR sebagai classic, definite, probable dan possible, secara klinis juga
dianggap tidak relevan lagi. Hal ini disebabkan karena dalam praktek sehari hari, tidak
perlu dibedakan penata-laksanaan AR yang classic dari AR definite. Selain itu
seringkali penderita yang terdiagnosis sebagai menderita AR probable ternyata
menderita jenis artritis yang lain.
Walaupun peranan faktor reumatoid dalam pato-genesis AR belum dapat diketahui
dengan jelas, dahulu dianggap penting untuk memisahkan kelompok penderita
seropositif dari seronegatif. Akan tetapi pada faktanya, faktor reumatoid seringkali tidak
dapat dijumpai pada stadium dini penyakit atau pembentukannya dapat ditekan
olehdisease modifying anti-rheumatic drugs (DMARD). Selain itu spesifisitas faktor
reumatoid ternyata tidak dapat diandalkan karena dapat pula dijumpai pada beberapa
penyakit lain. Dua kriteria tahun 1958 yang lain seperti analisis bekuan musin dan
biopsi membran sinovial memerlukan prosedur invasif sehingga tidak praktis untuk
digunakan dalam diagnosis rutin.
28
Gout & Rheumatoid Arthritis
7. Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas bagi
arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan
sendi (perubahan akibat osteoartritis saja tidak memenuhi
persyaratan).
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan
peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta
mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan
yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan – jutuan itu meliputi pendidikan,
istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat – obatan.
Pengobatan harus deberikan secara paripurna, karena penyakit sulit sembuh. Oleh
karena itu, pengobatan dapat dimulai secara lebih dini. Klien harus diterangkan
mengenai penyakitnya dan diberikan dukungan psikologis. Nyeri dikurangi atau bahkan
dihilangkan, reaksi inflamasi harus ditekan, fungsi sendi dipertahankan, dan deformitas
dicegah dengan obat antiinflamasi nonsteroid, alat penopang ortopedis, dan latihan
terbimbing.
Pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian steroid atau imunosupresan.
Sedangkan, pada keadaan kronik sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi
sendi yang luas. Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas dapat dianjurkan dan
dilakukan tindakan artrodesis atau artroplastik. Sebaiknya pada revalidasi disediakan
bermacam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari – hari dirumah maupun
ditempat karja.
Langkah pertama dari program penatalaksanaan Artritis reumatoid adalah
memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien,
keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan
yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab dan
prognosis penyakit, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen
29
Gout & Rheumatoid Arthritis
obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-
metode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan kesehatan ini harus dilakukan secara terus – menerus. Pendidikan
dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari batuan klub penderita, badan –
badan kemasyarakatan, dan orang – orang lain yang juga menderita Artritis reumatoid,
serta keluarga mereka.
Istirahat adalah penting karena Artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap hari, tetapi ada masa – masa
dimana klien marasa keadaannya lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak
nyaman dapat meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri. Disamping itu latihan –
latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya
dilakukan sedikitnya dua kali sehari. Obat-obatan penghilang nyeri mungkin perlu
diberikan sebelum latihan, dan mandi parafin dengan suhu.
Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat diberikan :
NSAIDs
Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan
mengurangi proses peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah
ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang
tinggi bila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Kortikosteroid
Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi
peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek
kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam
jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang serius.
Obat remitif (DMARD)
Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan pada
stadium awal untuk memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan
jaringan lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini
adalah klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas.
30
Gout & Rheumatoid Arthritis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS
I. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan. Untuk itu,
diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah klien sehingga dapat
memberi arah terhadap
1. Anamnesis.
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
Identitas meliputi nama, jenis kelamin, usia,alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawainan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umunya keluhan utama artritis reumatoid adalah nyeri pada daerah sendi yang
mengalami masalah.Untuk mempperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri
klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
o Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
peradangan.
o Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
o Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan nyeri terjadi
di sendi yang mengalami masalah.
o Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada rentang
skala pengukuran 0-4.
o Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
Riwayat penyakit sekarang.Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul.Pada
klien artritis reumatoid , stadium awal biasanya ditandai dengan gangguan keadaan
umum berupa malaise,penurunan berat badan,rasa capek,sedikit panas,dan anemia.
Gejala lokal yang terjadi berupa pembengkakan,nyeri,dan gangguan gerak pada
sendi metakarpofalangeal. Perlu dikaji kapan gangguan sensorik muncul.Gejala awal
terjadi pada sendi.Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan,pergelangan tangan,sendi lutut,sendi siku,pergelangan kaki,sendi bahu,serta
sendi panggul, dan biasanya bersifat bilateral/simetris.Akan tetapi,kadang artritis
reumatoid dapat terjadi hanya pada satu sendi.
Riwayat penyakit dahulu.Pada pengkajian ini,ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya artritis reumatoid.Penyakit tertentu seperti penyakit diabetes
menghambat proses penyembuhan artritis reumatoid.Masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama.Sering
31
Gout & Rheumatoid Arthritis
klien ini menggunakan obat antireumatik jangka panjang sehingga perlu dikaji jenis
obat yang digunakan(NSAID,antibiotik,dan analgesik).
Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang
mengalami keluhan yang sama dengan klien.
Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit dan perannya dalam
keluarga dan masyarakat.Klien ini dapat mengalami ketakutan akan kecacatan karena
perubahan bentuk sendi dan pandangan terhadap dirinya yang salah(gangguan citra
diri).Klien ini juga dapat mengalami penurunan libido sampai tidak dapat melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan kelemahan fisik serta
nyeri.Klien artritis reumatoid akan merasa cemas tentang fungsi tubuhnya sehingga
perawat perlu mengkaji mekanisme koping klien. Kebutuhan tidur dan istirahat juga
harus dikaji,selain lingkungan,lama tidur,kebiasaan,kesulitan,dan pengguanaan obat
tidur.
2. Pemeriksaan fisik.Setelah melakukan anamnesis,pemeriksaan fisik sangat berguna
untuk mendukung data anamnesis .Pemeriksaan fisik dilakukan per sistem (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan B6(Bone) yang dikaitkan dengan keluhan klien.
B1 (Breathing).Klien artritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sistem
pernapasan pada saat inspeksi.Palpasi toraks menunjukkan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi,tidak ada suara napas tambahan.
B2 (Blood). Tidak ada iktus jantung pada palpasi.Nadi mungkin meningkat,iktus
tidak teraba.Pada auskultasi,ada suara S1 dan S2 tunggal dan tidak ada murmur.
B3(Brain).Kesadaran biasanya kompos mentis.Pada kasus yang lebih parah,klien
dapat mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : Ada sianosis.
Mata : Skelera biasanya tidak ada ikterik.
Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
Telinga :Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.Tidak
ada Lesi atau nyeri tekan.
Hidung : Tidak ada deformitas,tidak ada pernapasan cuping
hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil,gusi tidak terjadi
perdarahan,mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : penampilan dan tingkah laku klien biasanya tidak
mengalami perubahan.
B4 (Bladder). Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan
pada sistem perkemihan.
32
Gout & Rheumatoid Arthritis
B5 (Bowel). Umumnya klien artritis reumatoid tidak mengalami gangguan
eliminasi.Meskipun demikian,perlu dikaji frekuensi,konsitensi,warna serta bau
feses.Frekuensi berkemih,kepekatan urin,warna,bau,dan jumlah urin juga harus
dikaji.Gangguan gastointestinal yang sering adalah mual,nyeri lambung,yang
menyebabkan klien tidak nafsu makan,terutama klien yanmg menggunakan obat
reumatik dan NSAID.Peristaltik yang menurun menyebabkan klien jarang defekasi.
B6 (Bone )
Look : Didapatkan adanya pembengkakan yang tidak biasa
(abnormal ),deformitas pada daerah sendi kecil tangan, pergelangan kaki,dan
sendi besar lutut,panggul dan pergelangan tangan.Adanya degenerasi serabut
otot memungkinkan terjadinya pengecilan,atrofi otot yang disebabkan oleh tidak
digunakannya otot akibat inflamasi sendi.Sering ditemukan nodul subkutan
multipel.
Feel : Nyeri tekan pada sendi yang sakit.
Move : Ada gangguan mekanis dan fungsional pada sendi dengan
manifestasi nyeri bila menggerakan sendi yang sakit. Klien sering mengalami
kelemahan fisik sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari.
Pemeriksaan diagnostik :
Pemeriksaan radiologi
Pada tahap awal, foto rontgen tidak menunjukkan kelainan yang mencolok. Pada
tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai trabekulasi
tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi perubahan degeneratif berupa densitas,
iregullaritas permukaan sendi, serta spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi
destruksi tulang rawan, akan terlihat penyempitan ruang sendi dengan erosi pada
beberapa tempat.
33
Gout & Rheumatoid Arthritis
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada yang dapat ditemukan pada klien rumatoid arthritis
(doengoes, 2000) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut kronis berhubungan dengan distensi jaringan akibat akumulasi cairan/
proses inflamasi/ destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri/
ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energy
atau ketidakseimbangan mobilitas.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri saat bergerak, atau depresi.
5. Resiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
proses penyakit degenerative jangka panjang, system pendukung tidak adekuat.
6. Kurang pengetahuan/ kebutuhan belajar mengenai penyakit, prognosis, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
34
Gout & Rheumatoid Arthritis
III. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada klien arthritis rheumatoid dibawah ini, disusun
berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan rasionalisis
(doenges, 2000).
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, skala nyeri serta catat 1. Membantu dalam menentukan kebutuhan
lokasi dan intensitas, factor-faktor yang manajemen nyeri dan efektifitas program.
mempercepat, dan respon rasa sakit non
verbal.
2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil. 2. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan. besar akan menjaga pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3. Biarkan klien mengambil posisi yang 3. Pada penyakit yang berat/ eksaserbasi,
nyaman waktu tidur atau duduk di kursi. tirah baring mungkin diperlukan untuk
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai membatasi nyeri cedera.
indikasi
4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, 4. Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit
karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, dan mempertahankan posisi netral.
brace. Penggunaan brace dapat menurunkan
nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
pada sendi. Imobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan hilang mobilitas/ fungsi
sendi.
5. Anjurkan klien untuk sering merubah 5. Mencegah terjadinya kelelahan umum
posisi,. Bantu klien untuk bergerak di dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
atas dan bawah, hindari gerakan yang sendi.
menyentak.
6. Anjurkan klien untuk mandi air hangat. 6. meningkatkan relaksasi otot, dan
Sediakan waslap hangat untuk mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
mengompres sendi yang sakit. Pantau menghilangkan kekakuan pada pagi hari.
suhu air kompres, air mandi, dan Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan
sebagainya. dan luka dermal dapat disembuhkan
7. Berikan masase yang lembut. 7. meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
8. Dorong penggunaan teknik manajemen 8. Meningkatkan relaksasi, memberikan
stres, misalnya relaksasi rasa kontrol nyeri dan dapat
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed meningkatkan kemampuan koping.
back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas.
9. Libatkan dalam aktivitas hiburan sesuai 9. Memfokuskan kembali perhatian,
dengan jadwal aktivitas klien. memberikan stimulasi, dan meningkatkan
rasa percaya diri dan perasaan sehat.
35
Gout & Rheumatoid Arthritis
Kolaborasi :
10. Beri obat sebelum dilakukan aktivitas/ 10. Meningkatkan relaksasi, mengurangi
latihan yang direncanakan sesuai tegangan otot/ spasme, memudahkan
petunjuk. untuk ikut serta dalam terapi.
11. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk 11. Obat-obatan:
Asetilsalisilat (Aspirin). Bekerja sebagai antiinflamasi dan
efek analgesik ringan dalam
mengurani kekakuan dan
meningkatkan mobilitas. ASA harus
dipakai secara regular untuk
mendukung kadar dalam darah
teurapetik. Riset mengindikasikan
bahwa ASA memiliki indeks toksisitas
yang paling rendah dasi NSAID lain
yang diresepkan.
NSAID lainnya, missal ibuprofen Dapat digunakan bila klien tidak
(motrin), naproksen, sulindak, memberikan respons pada aspirin
proksikam (feldene), fenoprofen. atau untuk meningkatkan efek dari
aspirin.
D-penisilamin (cuprimine). Dapat mengontrol efek-efek sistemik
dari RA jika terapi lainnya tidak
berhasil. Efek samping yang lebih
berat misalnya trombositopenia,
leucopenia, anemia aplastik
membutuhkan pemantauan yang
ketat. Obat harus diberikan diantara
waktu makan, karena absorbs obat
menjadi tidak seimbang antara
makanan dan produk antasida dan
besi.
Antasida Diberikan bersamaan dengan NSAID
untuk meminimalkan iritasi/
ketidaknyamanan lambung.
Produk kodein Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, namun karena sifat
kronis dari penyakit, penggunaan
jangka pendek mungkin diperlukan
selama periode eksaserbasi akut
untuk mengontrol nyeri yang berat.
12. Bantu klien dengan terapi fisik, missal 12. Memberikan dukungan hangat/ panas
sarung tangan paraffin, bak mandi dengan untuk sendi yang sakit.
kolam bergelombang.
13. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan. 13. Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri
dan bengkak pada periode akut.
14. Pertahankan unit TENS jika digunakan. 14. Rangsang elektrik tingkat rendah yang
konstan dapat menghambat transmisi
nyeri.
15. Siapkan intervensi pembedahan, missal 15. Pengangkatan sinovium yang meradang
sinovektomi. dapat mengurangi nyeri dan membatasi
progresi dan perubahan degeneratif.
36
Gout & Rheumatoid Arthritis
Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal, nyeri/ ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau penurunan kekuatan
otot.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat 1. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
inflamasi/ rasa sakit pada sendi. perkembangan/ resolusi dari proses
inflamasi.
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
jika diperlukan. Buat jadwal aktivitas yang eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
sesuai dengan toleransi untuk memberikan yang penting, untuk mencegah kelelahan,
periode istirahat yang terus menerus dan dan mempertahankan kekuatan.
tidur malam hari yang tidak terganggu.
3. Bantu klien dengan rentang gerak 3. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
aktif/pasif, demikian juga latihan resistif sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
dan isometris jika memungkinkan Latihan yang tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi klien setiap dua jam dengan 4. Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
bantuan personel yang cukup. meningkatkan sirkulasi. Mempermudah
Demonstrasikan/ bantu teknik pemindahan perawatan diri dan kemandirian klien.
dan penggunaan bantuan mobilitas. Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit.
5. Posisikan sendi yang sakit dengan bantal, 5. Meningkatkan stabilitas ( mengurangi
kantung pasir, gulungan trokanter, dan resiko cidera ) dan mempertahankan posisi
bebat, brace. sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh serta dapat mengurangi kontraktur.
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. 6. Mencegah fleksi leher.
7. Dorong klien mempertahankan postur 7. Memaksimalkan fungsi sendi dan
tegak dan duduk, berdiri, dan berjalan. mempertahankan mobilitas.
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya 8. Menghindari cidera akibat kecelakaan/
menaikkan kursi/kloset, menggunakan jatuh.
pegangan tangga pada bak/pancuran dan
toilet, penggunaan alat bantu
mobilitas/kursi roda.
Kolaborasi :
9. Konsultasi dengan ahli terapi fisik/okupasi 9. berguna dalam memformulasikan program
dan spesialis vokasional. latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.
10. Berikan matras busa/ pengumbah 10. Menurunkan tekanan pada jaringan yang
tekanan. mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilisasi / terjadi dekubitus.
37
Gout & Rheumatoid Arthritis
samping serius, misl krisis nitrotoid
seperti pusing, penglihatan kabur,
kemerahan tubuh, dan berkembang
menjadi syok anafilaktik.
Steroid. Mungkin dibutuhkan untuk menekan
inflamasi sistemik akut.
12. Siapkan intervensi bedah : 12. Intervensi bedah :
Atroplasti. Perbaikan pada kelemahan
periartikuler dan subluksasi dapat
meningkatkan stailitas sendi.
Prosedur pelepasan tunnel, perbaikan Perbaikan berkenaan dengan defek
tendon,ganglionektomi. jaringan penyambung, dan mobilitas.
Implan sendi. Pergantian mungkin diperlikan untuk
memperbaiki fungsi optimal dan
mobilitas.
Diagnosa Keperawatan III : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemapuan untuk melakukan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi atau ketidakseimbangan mobilitas.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Dorongn klien mengungkapakan 1. Memberikan kesempatan untuk
perasaannya melalui proses penyakit dan mengidentifikasi rasa takut / kesalahan
harapan masa depan. konsep dan mampu menghadapi masalah
secara langsung.
2. Diskusikan arti dari kehilangan / 2. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
perubahan pada klien / orang terdekat. mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
Pastikan bagaimana pandangan pribadi dengan orang lain akan menentukan
klien dalam berfungsi dalam gaya hidup kebutuhan terhadap intervensi / konseling
sehari – hari, termasuk aspek –aspek lebih lanjut.
seksual.
3. Diskusikan persepsi klien ,mengenai 3. Isyarat verbal / nonverbal orang terdekat
bagaimana orang terdekat menerima dapat memengaruhi bagaimana klien
keterbatasan klien. memandang dirinya sendiri.
4. Akui dan menerima perasaan berduka, 4. Nyeri konstan akan melelahkan, perasaan
bermusuhan, serta ketergantungan. marah, dan bermusuhan umum terjadi.
5. Obesrvasi perilaku klien terhadap 5. Dapat menujukkan emosional atau metode
kemungkinan menarik diri, menyangkal koping maladatif, membutuhkan intervensi
atau terlalu memperhatikan perubahan lebih lanjjut / dukungan psikologis.
tubuh.
6. Susun batasan pada perilaku maladatif. 6. Membantu klien untuk
Bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku mempertahankankontrol diri, yang dapat
positif yang dapat membantu mekanisme meningkatkan perasaan harga diri.
koping yang adaptif.
38
Gout & Rheumatoid Arthritis
9. Berikan respon/ pujian positif bila perlu.
9. Memungkinkan klien untu merasa senang
terhadap dirinya sendiri. Menguatkan
prilaku positif, dan meningkatkan rasa
percaya diri.
Kaloborasi : 10. Klien/ orang terdekat mungkin mebutuhkan
10. Rujuk pada konseling psikiatri, mis dukungan selama berhadapan dengan
perawat spesialis psikiatri, psikiatri/ proses jangka panjang/ ketidakmampuan.
psikolog,pekerjaan sosial.
11. Berikan obat – obatan sesuai petunjuk, 11. Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya
mis antiasietas dan obat – obatan depresi hebat sampai klien mampu
eningkatan alam perasaan mengembangkan kemampuan koping
yang lebih efektif.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Diskusikan dengan klien tingkat fungsional 1. Klien mungkin dapat melanjutkan aktivitas
umum sebelum timbulnya/ eksaserbasi umum dengan melakukan adaptasi yang
penyakit dan risiko perubahan yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
diantisipasi.
Kalaborasi :
4. Konsultasi dengan ahli terapi okupasi. 4. Berguna dalam menentukan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan individu, misal
memasang kancing, menggunakan alat bantu,
memakai sepatu , atau menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran.
39
Gout & Rheumatoid Arthritis
Diagnosa keperawtan V : Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
b . d proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Kaji tingkat fungsional fisik klien. 1.Mengidentifikasi tingkat bantuan/ dukungan
yang diperlukan klien.
2. Evaluasi lingkungan sekitar untuk mengkaji 2. menentukan kemungkinan susunan yang
kemampuan klien dalam melakukan ada/ perubahan susunan rumah untuk
perawatan diri sendiri. memenuhi kebutuhan klien.
3. Tentukan sumber –sumber finansial untuk 3. Menjamin bahwa kebutuhan klien akan
memenuhi kebutuhan situasi individual. dipenuhi secara terus – menerus.
Identifikasi sistem pedukung yang tersedia
untuk klien, misalnya membagi perbaikan/
tugas-tugas rumah tangga antara anggota
keluarga atau pelayanan.
4. Identifikasi peralatan yang diperlukan untuk 4. Memberikan kesempatan untuk
mendukung aktivitas klien, misalnya mendapatkan peralatan sebelum pulang untuk
peninggian dudukan toilet, kursi roda. menunjang aktivitas klien di rumah.
Kolaborasi :
5. Koordinasi evaluasi di rumah dengan ahli 5. Bermanfaat untuk mengidentifikasi
terapi okupasi. peralatan, cara- cara untuk mengubah
berbagai tugas dalam mempertahankan
kemandirian.
6. Identifikasi sumber – sumber komunitas, 6. Memberkan kemudahan berpindah pada/
misal pelayanan pembatu rumah tangga, mendukung kontinuitas dalam situasi rumah.
pelayan sosial ( bila ada).
Tindakan Rasional
Mandiri :
1. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan 1. Memberikan pengetahuan di mana klien
harapan masa depan. dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
yang disampaikan.
40
Gout & Rheumatoid Arthritis
5. Rekomendasikan pengunaan aspirin 5. Preparat bersalut/ dibuper dicerna dengan
bersalut/ dibuper enterik atau salisilat makanan, meminmimalkan iritasi gaster,
nonasetil, misal kolin magnesium trisalisilat mengurangi risiko perdarahan. Produk nonastil
sedikit dibutuhkan untuk mengurangi iritasi
lambung.
9. Tinjuan pentingnya diet yang seimbang 9. Meningkatkan perasaan sehat umum dan
dengan makanan yang banyak mengandung perbaikan regenerasi sel.
vitamin, protein, dan zat besi.
10. Dorong klien yang obesitas untuk 10. Penurunan berat badan akan mengurangi
menurunkan berat badan dan berikan tekananan sendi, terutama pinggul,
informasi penurunaan berat badan sesuai lutut,pergelanagan kaki,dan telapak kaki.
kebutuhan.
11. Berikan informaasi mengenai alat bantu, 11. Mengurangin paksaan untuk
missal bermain barang-barang yang bergerak, menggunakan sendi dan meungkinkan individu
tongkat untuk mengambil, piring-piring ringan, untuk serta secara lebih nyaman dalam
tempat duduk toilet yang dapat dinaikkan, aktivitas yang dibutuhkan.
palang keamanan.
13. Dorong klien untuk mempertahankan 13. mekanika tubuh yang baik harus menjadi
posisi tubuh yang benar, baik saat istirahat bagian dari gaya hidup lklien untuk mengurang
maupun saat aktivitas, misal menjaga sendi tekanan sendi dan nyeri.
tetap meregang tidak fleksi.
14. Tinjau perlunya infeksi sering pada kulit 14.Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit.
lainnya dibawah bebet, gips, alat penyokong.
Tunjukan pemberian bantalan yang tepat.
41
Gout & Rheumatoid Arthritis
15. Diskusikan pentingnya obat- obatan 15.Terapi obat – obatan membutuhkan
lanjutan/pemeriksaan laboratorium, misal LED, pengkajian / perbaikan yang terus- menerus
kadar salisilat, PT. untuk menjamin efek optimal dan mencegah
overdosis, serta efek samping yang berbahay,
misal aspirin memperpanjang PT, peningkatan
risiko perdarahan. Krisoterapi akan menekan
trombosit, potensi risiko untuk
trombositopenia.
16. Berikan konseling seksual sesuai 16. Informasi mengenai posisi-posisi yang
kebutuhan. berbeda dan teknik dan / pilihan lain untuk
pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan
harga diri / percaya diri.
17. Identifikasi sumber-sumber komunikasi, 17. bantuan / dukungan dari orang lain dapat
misal yayasan artritis (bila ada). meningkatkan pemulihan maksimal.
IV. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1) Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri.
2) Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
3) Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
4) Tercapainya pemenuhan perawatan diri.
5) Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah penyakit degeneratif
jangka panjang.
6) Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi.
42
Gout & Rheumatoid Arthritis
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri
pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki
bagian tengah. Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan kristal asam
urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme
asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam
urat yang kurang dari ginjal.
Arthritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat sistemik,
progresif, cenderung kronis yang menyerang beberapa sistem organ, dan paling sering
ditemukan di sendi. Penyebab Artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti walaupun
banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit Artritis reumatoid belum
dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan factor genetik . namun, berbagai faktor
(termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi antoimun. Faktor – faktor yang
berperan antara lain adalah jenis kelamin, infeksi, keturunan dan lingkungan. Dari penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis
reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.
1.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun ini, dan dapat
menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya
pada pasien yang menagalami gangguan sistem muskuloskeletal : Gout dan Rheumatoid
Arthritis, dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
43
Gout & Rheumatoid Arthritis
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II.
Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Cet. 1.
Jakarta : EGC.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet. 1.
Jakarta : EGC.
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_back.jpg
http://www.daviddarling.info/images/muscles_human_body_front.jpg
44
Gout & Rheumatoid Arthritis