I STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI A PDF
I STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI A PDF
DISUSUN OLEH :
LESTARI AMBARWATI
NIM. P.10033
i
STUDI KASUS
DISUSUN OLEH :
LESTARI AMBARWATI
NIM. P.10033
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat ,rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
PANTIWALUYOSURAKARTA.”
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
ini.
v
4. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah memberikan
saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis selama ujian berlangsung dan
bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.
7. Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan memberikan
8. Mas Jur, mbak Jum dan dek Via yang telah memberi semangat dan dorongan
9. Joko Ribut Sutrisno beserta keluarga yang telah memberi semangat, dorongan
10. Sahabat sahabat saya Ari, Eka, Dian, Nita, Tyas yang telah memberi motivasi,
Husada Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat deisebutkan satu-
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
B. Pengkajian ........................................................................... 7
vii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 16
B. Simpulan ............................................................................. 28
C. Saran .................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta
juta orang. Prevalensi pada dewasa 6-15% dan 50% diantara orang dewasa
hipertensi esensial.
166,0 per 1000 penduduk dibandingkan tahun 2005 dimana kasus hipertensi
dari 120 mmHg dan tekanaan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).
1
2
(2010) hipertensi biasanya tanpa gejala dan sering disebut silent killer, tetapi
pada kasus hipertensi berat gejala yang dialami oleh klien antara lain
epistaksis, pandangan kabur atau ganda, sulit tidur, dan nyeri kepala
salah satu alasan seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Nyeri
dapat mengenai semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, status,
sosial, dan pekerjaan. Nyeri kepala adalah tegangan pada sinus venosus
sekitar otak, kerusakan tentorium atau regangan pada dura di basis otak yang
nyeri. Semua nilai ambang pressure pain detection, thermal & electrical
(Widjaja, 2011). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
3
(Nanda, 2010).
yang disertai nyeri dan selama pengelolaan di Rumah Sakit Panti Waluyo
pada Ny. S didukung oleh data subyektif “Pasien mengatakan nyeri dibagian
kepala, skala nyeri 5, nyeri terasa cekot cekot seperti dipukul pukul, nyeri
datang hilang timbul nyeri dirasakan 1 sampai 2 menit, dari data objektifnya
nyeri, fokus pada diri sendiri, melaporkan nyeri secara verbal, dan perubahan
nyeri, sehingga penulis tertarik mengambil masalah utama nyeri, karena nyeri
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Waluyo Surakarta.
5
C. Manfaat Penulisan
padaHipertensi.
2. Bagi Perawat.
datang.
5. Bagi Pembaca.
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
2013, selama di rumah sakit yang bertanggung jawab atas Ny. S adalah Ny. A
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.20 WIB dengan
sebagai berikut. Ny. S, 2 hari sebelum masuk ke rumah sakit panti waluyo
oleh Ny. S. Kemudian keluarga Ny. S membawa ke IGD Rumah sakit Panti
tetes per menit, injeksi kaltrofen 1 ampul 100 mg. Kemudian selama 5 hari
pasien di rawat di ICU , dan pada tanggal 21 April 2013 pasien dipindah di
bangsal Bougenvil.
6
7
Pada pengkajian tanggal 22 April 2013 keluhan utama yang dirakan pasien
yaitu kepala pusing, rasanya cekot cekot, nyeri dibagian belakang kepala
durasi sekitar 1 sampai menit. Pasien juga mengatakan badan lemas, aktifitas
pasien dibantu total oleh keluarganya dan tekanan darahnya tinggi. Pasien
tampak meringis kesakitan, nyeri juga di rasakan pada kaki kiri pasien dengan
skala 3.
masuk kerumah sakit dengan riwayat penyakit yang sama. Pasien juga
mengatakan pernah mengalami jatuh dan fraktur di bagian kaki kiri sekitar 10
hipertensi.
Ht X
Ht
Ht Ht
n
Ht Ht Ht Ny. S
Gambar 2.1
Genogram Ny. S
8
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Ny. S
Ht : Riwayat Hipertensi
daerah yang terasa nyeri adalah di daerah belakang kepala, severe/skala nyeri
pasien 200/100 mmHg, frekuensi pernafasan 22 kali per menit, frekuensi nadi
adanya odema pada kaki kiri dan kekuatan ototnya yaitu kaki kanan 2 kaki
9
kiri 2. Hasil pemeriksan CT Scan pada tanggal 22 April 2013 hasil yang
didapatkan yaitu tak tampak midline shift, sistem ventrikel lebar. Tampak lesi
slight hipodens di frontal bilateral pons cerebullum dan CPA tak tampak
kelainan cortical sula dan gyri baik, tulang-tulang calvaria dan soft tissue
ekstra kranial baik. Kesannya yaitu susp ischemic atau focal edema didaerah
acetabulum kiri sups deformitas os femur kiri (fraktur lama). Terapi yang
diperoleh pasien selama di bangsal antara lain infus Ringer Lactat 20 tetes per
menit, kaltrofen 100 mg per 24 jam, cataflam 50 mg per 8 jam, dansera 3x1
tablet per 8 jam, kalnex 250 mg per 12 jam, digoxin 0,25 mg per 8 jam.
skala 5, nyeri datang hilang timbul durasi sekitar 1-2 menit, nyeri datang bila
darah 200/100 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi pernafasan
22 kali per menit. Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa nyeri akut
melindungi daerah yang nyeri, fokus pada diri sendiri, melaporkan nyeri
D. Perencanaan Keperawatan
atrophy cerebral dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3X24 jam nyeri hilang atau berkurang dengan
kriteria hasil, skala nyeri berkurang 1 (0-10), tanda tanda vital dalam rentang
normal yaitu tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 16-24 kali
(TTV) dengan mengkaji tanda tanda vital. Kaji nyeri yang komprehensif
teknik non farmakologi misal relaksasi yaitu nafas dalam dengan rasionalisasi
hebat.
E. Implementasi
nyeri datang hilang timbul tetapi sering, pasien juga tampak meringis
kesakitan dan takut bergerak. Jam 12.00 mengukur vital sign didapatkan hasil
yaitu tekanan darah 200/100 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu
36,8°C, frekuensi pernafasan 20 kali per menit. Jam 12.10 memberi atau
mengatur posisi pasien yang nyaman dengan supine (head 30°), pasien
mengatakan posisi nyaman, pasien tampak nyaman dengan posisi supine head
pasien. Saat dikaji pasien mengatakan masih nyeri bila beraktifitas, rasanya
cekot cekot, terasa dibagian belakang kepala, skala nyeri berkurang menjadi
4, waktu nyeri tidak tentu, nyeri datang hilang timbul tetapi sering. Pasien
tampak meringis kesakitan. Jam 08.00 mengobservasi vital sign, hasil yang
12
didapat yaitu tekanan darah 190/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit,
frekuensi pernafasan 20 kali per menit suhu 36,9°C. Jam 10.20 penulis
diberikan injeksi kaltrofen iv lewat selang infus 1 ampul (100 mg), pasien
mengatakan mau, diberikan injeksi kaltrofen 1 ampul 100 mg, iv lewat selang
didapatkan hasil tekanan darah 160/80 mmHg, frekuensi nadi 78 kali per
menit, suhu 36,9°C, frekuensi pernafasan 21 kali per menit. Jam 09.00
nyeri dirasakan ketika bergerak, rasanya masih cekot cekot, nyeri terasa
dibelakang kepala, skala nyeri berkurang menjadi 3 waktu tidak tentu, pasien
F. Evaluasi
dilakukan dengan metode evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
yang dilaksanakan. Hasil dari evaluasi respon diuraikan pada sub sebelumnya
yaitu implementasi, untuk evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan tujuan dari
kepala, skala nyeri 5, nyeri datang hilang timbul selama 1 sampai 2 menit,
darah 200/100 mmHg, nadi 80 kali per menit, frekuensi respirasi 20 kali per
menit dan suhu 36,8°C. Maka dapat disimpulkan masalah nyeri akut belum
pengurangan nyeri tidak dapat dicapai, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam,
Evaluasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 23 April 2013 jam 14.00,
nyeri bila beraktifitas, rasanya cekot cekot di bagian belakng kepala, skala
pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 190/80 mmHg, suhu 36,9°C,
frekuensi respirasi 20 kali per menit, frekuensi nadi 60 kali per menit. Hasil
analisa masalah nyeri belum teratasi intervensi dilanjutkan yaitu kaji nyeri
nonfarmakologi misal relaksasi yaitu nafas dalam, pantau tanda tanda vital.
Evaluasi hari ketiga tanggal 24 April 2013 jam 14.00 dengan evaluasi
pasien sudah tak tampak meringis kesakitan, hasil pemeriksaan vital sign
didapatkan hasil yaitu tekanan darah 160/80 mmHg, frekuensi nadi 78 kali
per menit, suhu 36,9°C, frekuensi pernafasan 21 kali per menit. Analisa yang
didapatkan masalah nyeri akut belum teratasi dan intervensi dilanjutkan yaitu
kepada perawat jika pengurangan nyeri tidak dapat dicapai, anjurkan teknik
non farmakologi misal relaksasi yaitu nafas dalam, pantau tanda tanda vital.
BAB III
A. Pembahasan
Bab ini merupakan pembahasan kasus yang diambil dari BAB II,
nyeri akut pada Ny. S dengan masalah nyeri akibat Hipertensi diruang
dan evaluasi.
1. Pengkajian
menerus lebih dari suatu periode. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencentusnya antara lain faktor keturunan, jenis kelamin dan usia (laki
laki yang berumur 35-50 tahun dan wanita pasca menopouse beresiko
biasanya tanpa gejala dan sering disebut silent killer (Widharto, 2007).
15
16
hipertensi berat gejala yang dialami oleh penderita hiprtensi antara lain
dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, sulit tidur, dan gejala
(Udjianti, 2010).
proses keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
pada Ny.S dengan hipertensi pada tanggal 22 April 2013 dengan metode
VAS (visual analog scale) skala berupa garis lurus yang panjangnya 10
(Iqbal, 2005). Skala nyeri Ny. S 5 termasuk dalam skala yang sedang
mengeluh nyeri.
epistaksis, pandangan kabur atau ganda, sulit tidur. Nyeri kepala pada
pasien hipertensi tentu menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan hal
semuanya muncul pada Ny. S. Hal ini disebabkan oleh karena masing-
masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri sebab nyeri
menderita hipertensi.
pasien tentu menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan hal ini dapat
sedemikian rupa.
nadi 80 kali per menit, suhu 36,8 c, frekuensi pernafasan 22 kali per
yang abnormal pada tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara
terus menerus lebih dari suatu periode. Menurut WHO batasan tekanan
(Udjianti, 2010).
kaki kiri. Menurut Rilantono (2004) kenaikan tekanan darah yang cepat
dapat berkurang meningkatkan retensi air dan garam dan terjadi oliguria
april 2013 didapatkan hasil yaitu adanya gambaran acetabulum kiri sups
mg 3x1 tablet indikasi payah jantung penderita usia lanjut dengan atau
tanpa payah ginjal, payah jantung akut, payah jantung pada anak
(ISO, 2010).
2. Perumusan Masalah
(Potter, 2005).
mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif antara lain pasien
22
hilang timbul durasi sekitar 1-2 menit, nyeri datang bila beraktifitas,
yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang
Faktor yang berhubungan dengan masalah nyeri akut pada Ny. S yaitu
adanya susp ischemic atau focal edema didaerah frontal bilateral dengan
mengacu dengan batasan karakteristik dari pasien itu sendiri yaitu, proses
3. Intervensi
langkah in, perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi
intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan atrofy cerebral. Pada kasus Ny.
A. Potter (2006) nyeri tidak dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu
fisiologis, rasa nyaman, dan harus dipenuhi. Dengan kriteria hasil pasien
skala nyeri berkurang 1 (0-10), tanda tanda vital dalam rentang normal
yaitu suhu 36°c, tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi pernafasan 16-
dapat menjadi suatu stressor bagi pasien (Schell & Puntillo, 2006). Stres
menentukan area atau lokasi keluhan nyeri, apakah nyeri menyebar dan
seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien, T (Time) berapa lama nyeri
berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada siang hari atau pada
mendukung rasa nyeri (Zees, 2012). Berikan posisi yang nyaman supine
head 30° teori mengukapkan pasien dengan tekanan darah tinggi akan
prinsip gravitasi, dada akan terasa lebih longgar sebab tidak tertekan oleh
4. Implementasi
tanda vital, berikan posisi yang nyaman supine head 30°, ajarkan teknik
analgesik.
reaksi fisik dan perilaku dan apabila tidak dihentikan pada tahap yang
tepat dan cukup dini akan menyebabkan sindrom nyeri (Potter, 2005).
5. Evaluasi
analgesik tepat waktu dan tepat guna, dan penggunaan relaksasi apakah
suatu hal yang bersifat subjektif, hal ini menandakan masalah nyeri
nyeri akut secara sempurna atau skala nyeri 1 (0-10) karena hal ini belum
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan penulis karena pasien masih
perilaku atau respon progresif, tahap demi tahap yang harus diselesaikan
pasien untuk mencapai tujuan perawatan yang diberikan dan ketika hasil
keperawatan.
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini, antara lain :
menit, nyeri terasa cekot cekot. Dari data obyektifnya pasien tampak
kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu 36,8°c.
sula dan gyri baik, tulang-tulang calvaria dan soft tissue ekstra
mmHg, frekuensi pernafasan 16-24 kali per menit, nadi 60-100 kali.
analgetik.
29
tanda vital. Analisa terhadap kondisi nyeri Ny. S, yaitu nyeri yang
terkontrol.
2. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kesembuhan pasien.
serta mampu menjalin kerja sama dengan tim kesehatan lain maupun
d. Bagi masyarakat