Anda di halaman 1dari 3

ASI EKSKLUSIF

ISU DAN ADVOKASI (IAd)


IKATAN LEMBAGA MAHASISWA GIZI INDONESIA (ILMAGI)
2011

PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF TIDAK MERATA

1) Hasil Data Survei Pemberian ASI Eksklusif di NTB dan Bagian Wilayah Jawa Tengah
Dari data survei yang diperoleh dan sebuah artikel dari Suara NTB menerangkan bahwa
data survei ASI eksklusif yang diperoleh hanya 30% ibu yang memberikan ASI tidak
sampai 6 bulan, sebagian ibu hanya memberikan ASI sampai tiga bulan dan seterusnya
bayi diberi makanan tambahan seperti pisang dan bubur bayi. Di Nusa Tenggara Barat,
gubernur NTB membenarkan bahwa minimnya pemberian ASI pada bayi karena
pengaruh dari iklan susu formula yang ada. Sebenarnya tidak dipersalahkan untuk iklan
susu formula, pemberian susu formula dianjurkan jika pemberian susu formula setelah
bayi lebih dari 6 bulan atau 2 tahun, karena peningkatan kebutuhan zat gizi pada bayi
yang terus meningkat. Tapi ketika bayi belum mencapai 6 bulan, sudah diberi susu
formula dapat membahayakan saluran cerna si bayi dan juga beresiko obesitas
(kegemukan) pada usia 5 tahun. Organ yang ada pada bayi tidak mampu untuk
mengimbangi zat gizi susu formula karena organ tubuh bayi yang belum sempurna.
Di Jawa Tengah target pencapaian ASI eksklusif sekitar 65 % yang berarti bahwa dari
total jumlah ibu menyusui 65% memberikan ASI secara eksklusif. Kenyataannya sangat
sulit sekali mendapatkan data tentang cakupan ASI eksklusif tersebut. Hal ini dibuktikan
oleh data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2007 bahwa cakupan jumlah
bayi yang diberikan ASI secara eksklusif baru mencapai 32,93% (Dinkes, 2008).

2) Surat Keputusan Bersama (SKB) dalam hal penyedian fasilitas pemberian ASI
Tidak mudah untuk memberikan ASI eklusif pada bayi, mungkin salah satunya si ibu
mempunyai pekerjaan diluar sehingga mengabaikan si bayi, tidak bagi ibu yang
kesehariannya menjadi ibu rumah tangga. Jalan keluar untuk ibu yang mempunyai
pekerjaan di luar, pemerasan ASI bisa dilakukan. Untuk perempuan pekerja saat ini sudah
ada Surat Keputusan Bersama 3 (SKB 3) menteri yakni Menkes, Menneg PP dan
Menaker yang mendukung penyediaan fasilitas pemberian ASI atau memberikan waktu
pada ibu untuk memompa ASI di tempat kerja.mungkin alas an lain dari ibu adalah
kurang dukungan dari suami, padahal peran suami sangat penting dalam hal memotivasi
ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

3) Manfaat ASI
Manfaat dari ASI tidak hanya di rasakan bayi tapi juga si ibu. Manfaat dari ASI bagi si
bayi antara lain: memperoleh nutrisi terbaik, daya tahan tubuh lebih baik, , memiliki
tingkat emosi dan spiritual yang tinggi, Pertumbuhan otak optimal dan lebih cerdas.
Sedangkan Manfaat menyusui bagi ibu, yaitu: Menghentikan perdarahan pasca
persalinan, menurunkan resiko kanker, alat kontrasepsi alamiah, cepat kembali ke berat
badan semula, menghemat pengeluaran, dan hubungan antara bayi dan ibu semakin erat.
Sangat disayangkan jika bayi tidak melewati masa-masa menyusui dengan ASI. Kadang
seorang ahli kesehatan bisa saja tidak melakukan ASI eksklusif walaupun dia tahu
manfaat ASI. Jika kita sudah niat dari dalam diri untuk menjalani ASI eksklusif pasti ada
jalan bagaimana caranya kita bisa memberikan ASI ekslusif pada anak-anak kita
nantinya. Jangan sampai tenaga kesehatan malah menganjurkan kepada calon ibu untuk
memberikan bayi dengan susu formula.
Mahasiswa yang mengambil jurusan kesehatan seharusnya memanfaatkan ilmu yang di
pakai untuk dirinya dan untuk masyarat sekitarnya. Bukan menganjurkan hal-hal yang
tidak baik yang merugikan Negara.

4) Rencana Pemerintah dalam RPP untuk Mensukseskan Pelaksanaan ASI Eksklusif


Berita terbaru dari sebuah artikel yang bertuliskan, akan disahkannya rancangan
peraturan pemerintah (RPP) pada Pasal 128 ayat (2) berbunyi ‘Setiap orang yang dengan
sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif dipidana penjara paling
lama satu tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta’. Tujuan pemerintah dari RPP ini
agar para ahli kesehatan memperhatikan pemberian ASI eklusif untuk bayi bukan
menganjurkan pemberian susu formula. Pelaksanaan ketentuan tersebut sebenarnya sudah
tercantum dalam UU Kesehatan No 36/2009, Pasal 128 ayat (1) yang isinya ‘Setiap bayi
berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan
kecuali atas indikasi medis’. Ini bukti bahwa pemerintah sudah melirik pentingnya ASI
bagi bayi dan si ibu juga bagi Negara, karena ASI dapat mencegah peningkatan kematian
bayi dan juga bermanfaat untuk generasi anak bangsa yang akan tumbuh mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih baik untuk membangun Negara tercinta. Walaupun
pemerintah sudah memperhatikan manfat ASI. Pemerintah juga harus membuat program-
program kesehatan termasuk ASI secara unik untuk membuat masyarakat terutama ibu-
ibu agar tertarik mengubah pola hidup yang benar.

5) Salah Satu Upaya Pemberian ASI Eksklusif dengan adanya Pekan ASI Sedunia
Secara global, pemberian ASI kepada bayi sangat di dukung sekali, sehingga ada acara
Penyelenggaraan Pekan ASI sedunia adalah suatu gerakan yang dilaksanakan secara
serentak di seluruh dunia pada setiap pekan pertama di bulan Agustus. Tujuannya adalah
agar setiap negara secara terus- menerus memberikan dukungan atas upaya untuk
membantu ibu agar menyusui bayi mereka. Kesuksesan pemberian ASI eksklusif untuk
bayi adalah dukungan dari semua pihak.

Sumber:
kuesioner ASI eklusif, suara NTB, buku The Miracles of Breastfeeding (Keajaiban
menyusui )oleh Nadine Suryoprajogo tahun2009, Hasrimayana. Hubungan antara sikap
ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmasKedawung II Sragen.
(Skripsi). 2009. http://etd.eprints.ums.ac.id/4934/1/J210070116.pdf,
http://gizi.net/2010/08/pekan-asi-sedunia-dalam-gambar/, dan
http://www.detikhealth.com/read/2010/08/12/094133/1418733/764/denda-rp-100-juta-
bagi-yang-menghalangi-pemberian-asi. Irna Gustia. Detik Health. 12 Agustus 2010

by : (IAD ILMAGI)

Anda mungkin juga menyukai