Anda di halaman 1dari 70

SINTESIS ASETIL EUGENOL

DARI EUGENOL DAN ANHIDRIDA ASAM ASETAT


DENGAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Albertus Eka Yudistira Sarwono
NIM : 078114118

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
SINTESIS ASETIL EUGENOL
DARI EUGENOL DAN ANHIDRIDA ASAM ASETAT
DENGAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Albertus Eka Yudistira Sarwono
NIM : 078114118

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011

ii
Persetujuan Pembimbing

SINTESIS ASETIL EUGENOL


DARI EUGENOL DAN ANHIDRIDA ASAM ASETAT
DENGAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

Skripsi yang diajukan oleh:


Albertus Eka Yudistira Sarwono
NIM : 078114118

telah disetujui oleh:

Pembimbing

(Jeffry Julianus, M.Si.)

Tanggal 25 November 2010

iii
iv
There must be no barriers to freedom of inquiry ... There is
no place for dogma in science. The scientist is free, and
must be free to ask any question, to doubt any assertion, to
seek for any evidence, to correct any errors. ... We know
that the only way to avoid error is to detect it and that the
only way to detect it is to be free to inquire. And we know
that as long as men are free to ask what they must, free to
say what they think, free to think what they will, freedom
can never be lost, and science can never regress."

J. Robert Oppenheimer

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku

v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Albertus Eka Yudistira Sarwono


Nomor Mahasiswa : 078114118
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: SINTESIS ASETIL
EUGENOL DARI EUGENOL DAN ANHIDRIDA ASAM ASETAT DENGAN
KATALIS KALIUM HIDROKSIDA beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Januari 2011

Yang menyatakan,

Albertus Eka Yudistira Sarwono

vi
PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul SINTESIS ASETIL EUGENOL DARI EUGENOL DAN

ANHIDRIDA ASAM ASETAT DENGAN KATALIS KALIUM

HIDROKSIDA. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi, Penulis telah

banyak mendapatkan bantuan, sarana, dukungan, bimbingan, saran, dan kritik dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta

2. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen pembimbing atas bantuan, kesabaran,

perhatian, dan semangat selama penyusunan proposal hingga selesainya

skripsi ini

3. Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M.Si. dan Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si.

selaku dosen penguji atas segala masukkan dan bimbingannya

4. Segenap dosen atas ilmu yang dibagikan selama perkuliahan di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma

vii
5. Helen yang selalu mendukung Penulis menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi ini

6. Florentinus Dika Octa Riswanto selaku partner skripsiku atas segala bantuan,

dukungan, motivasi, dan semangat dari awal penelitian sampai penyusunan

skripsi ini

7. Sahabat-sahabatku: Yoga, Manda, Wicak, Dika, Wawan “Jinguk”, Daniel,

Dani, Heru, Toro, Benny, Lala, Lia, Yunita, Dita, Maya, Olive, Devi, Felix,

Anton atas kebersamaan, bantuan, serta dukungan selama ini

8. Teman-teman FST 2007 yang telah memberikan saran, dukungan, dan

semangat bagi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

9. Mas Parlan, Mas Bimo, Mas Kunto dan segenap laboran lain atas segala

bantuannya selama ini

10. Tim UKF basket Farmasi dan Tim UKF basket FST (esp. Roy dan Teo) atas

waktu-waktu yang berkesan di lapangan

11. Keluarga besar konggregasi Serikat Yesus dan Oblat Maria Immakulata atas

segala pendidikan dan pengalaman yang diberikan

Penulis menyadari penelitian ini masih belum sempurna mengingat

keterbatasan pengetahuan dan kemampuan Penulis. Oleh karena itu, Penulis

sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat berguna bagi kemajuan

ilmu pengetahuan.

Penulis

viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 18 Januari 2011


Penulis

Albertus Eka Yudistira Sarwono

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ vi

PRAKATA ................................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

INTISARI ..................................................................................................... xvii

ABSTRACT ................................................................................................... xviii

BAB I PENGANTAR .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

1. Permasalahan .............................................................................. 2

x
2. Keaslian Penelitian ..................................................................... 3

3. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ........................................................... 5

A. Eugenol ............................................................................................ 5

B. Asetil Eugenol .................................................................................. 6

C. Turunan Asam Karboksilat .............................................................. 6

D. Reaksi Esterifikasi Eugenol .............................................................. 8

E. Analisis Senyawa Hasil Sintesis ...................................................... 8

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ......................................... 8

2. Kromatografi Gas (KG) ........................................................ 9

3. Spektrofotometri Infra Merah .............................................. 10

4. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR) ... 11

5. Spektroskopi Massa ............................................................. 12

F. Landasan Teori ................................................................................. 13

G. Hipotesis …....................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 15

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 15

B. Variabel Penelitian ........................................................................... 15

C. Definisi Operasional ......................................................................... 15

D. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................ 16

1. Bahan .................................................................................... 16

2. Alat ....................................................................................... 16

xi
E. Tata Cara Penelitian ......................................................................... 16

1. Sintesis asetil eugenol dari eugenol dan anhidrida asam asetat

dengan katalis kalium hidroksida ......................................... 16

2. Pemurnian asetil eugenol hasil sintesis ................................ 17

3. Analisis senyawa hasil sintesis ............................................. 17

a. Uji organoleptis ............................................................ 17

b. Kromatografi Lapis Tipis ............................................. 17

c. Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa ........................ 18

d. Spektrofotometri Infra Merah ....................................... 18

e. Spektroskopi Proton Nuclear Magnetic Resonance ..... 18

F. Analisis Hasil ................................................................................... 19

1. Uji pendahuluan ................................................................... 19

2. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis .............................. 19

3. Perhitungan rendemen .......................................................... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 20

A. Sintesis Asetil Eugenol .................................................................... 20

B. Uji Pendahuluan ................................................................................ 25

1. Uji Organoleptis ................................................................... 25

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .......................................... 25

3. Kromatografi Gas .................................................................. 27

C. Elusidasi Struktur .............................................................................. 28

4. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy-MS) ..................... 28

5. Spektrofotometri Infra Merah (Infra Red- IR) ...................... 30

xii
6. Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (1H-NMR) ....... 32

D. Perhitungan Rendemen ..................................................................... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 37

A. Kesimpulan ...................................................................................... 37

B. Saran ................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 38

LAMPIRAN ................................................................................................. 41

BIOGRAFI PENULIS … ............................................................................. 51

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel I. Perbandingan karakteristik organoleptis eugenol, asetil eugenol, dan

senyawa hasil sintesis .................................................................... 25

Tabel II. Nilai Rf kromatogram KLT ........................................................... 26

Tabel III. Perbandingan gugus eugenol, asetil eugenol, dan senyawa hasil

sintesis pada spektra IR ............................................................... 32

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Eugenol ....................................................................................... 5

Gambar 2. Asetil eugenol ............................................................................. 6

Gambar 3. Anhidrida asam asetat ................................................................ 7

Gambar 4. Reaksi esterifikasi ...................................................................... 8

Gambar 5. Reaksi pembentukan asetil eugenol ........................................... 13

Gambar 6. Reaksi pembentukan garam eugenolat ........................................ 21

Gambar 8. Mekanisme reaksi sintesis asetil eugenol .................................... 23

Gambar 7. Hidrolisis asetil eugenol ............................................................. 24

Gambar 9. Kromatogram dari KLT ............................................................. 26

Gambar 10. Kromatogram dari KG senyawa hasil sintesis .......................... 28

Gambar 11. Spektra MS puncak 1 dengan waktu retensi 10,158 menit ...... 29

Gambar 12. Spektra MS puncak 2 dengan waktu retensi 13,239 menit ....... 29

Gambar 13. Usulan pola fragmentasi spektra MS asetil eugenol ................ 30

Gambar 14. Spektra IR senyawa hasil sintesis ............................................ 31

Gambar 15. Penomoran tipe proton asetil eugenol ...................................... 32

Gambar 16. Penomoran tipe proton eugenol................................................. 33

Gambar 17. Spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis ................................... 33

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan rendemen asetil eugenol ...................................... 42

Lampiran 2. Foto penelitian ......................................................................... 43

A. Rangkaian alat sintesis ............................................................. 43

B. Senyawa hasil sintesis .............................................................. 43

Lampiran 3. Kromatogram Kromatografi Gas Senyawa Hasil Sintesis…..... 44

Lampiran 4. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis ................................... 45

A. Puncak 1 ................................................................................... 45

B. Puncak 2 ................................................................................... 46

Lampiran 5. Spektra Infra Merah Senyawa Hasil Sintesis .......................... 47

Lampiran 6. Spektra Infra Merah Senyawa Tunggal .................................... 48

A. Eugenol ...................................................................................... 48

B. Asetil Eugenol ........................................................................... 48

Lampiran 7. Spektra 1H-NMR Senyawa Hasil Sintesis ................................ 49

Lampiran 8. Spektra 1H-NMR Eugenol ........................................................ 50

xvi
SINTESIS ASETIL EUGENOL
DARI EUGENOL DAN ANHIDRIDA ASAM ASETAT
DENGAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA

INTISARI

Eugenol merupakan senyawa yang diketahui berkhasiat sebagai senyawa


antiinflamasi. Meskipun demikian, selektifitas mekanisme antiinflamasi eugenol
terhadap jalur siklooksigenase 2 (COX-2) rendah, sehingga perlu dilakukan
modifikasi terhadap strukturnya. Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan
adalah dengan asetilasi pada eugenol. Substitusi asetil pada OH fenolik eugenol
dapat membentuk senyawa asetil eugenol (4-alil-2-metoksifenil asetat). Adanya
gugus asetil ini diharapkan dapat memberikan selektifitas lebih baik, didasari
asumsi bahwa molekul Non-Steroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAID) selektif
COX-2 cenderung lebih besar daripada molekul yang tidak selektif.
Sintesis asetil eugenol dilakukan dengan mereaksikan eugenol 0,0323
mol dengan kalium hidroksida 0,0321 mol dan dipanaskan pada 70-80° C selama
30 menit. Kemudian ditambahkan anhidrida asam asetat 0,0969 mol dalam suhu
70-80° C dan direaksikan selama 3 jam. Senyawa hasil sintesis diisolasi,
dimurnikan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut kloroform dan dicuci
dengan natrium hidroksida 5%. Hasil sintesis dianalisis dengan uji pendahuluan
organoleptis, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas, serta elusidasi
struktur yang meliputi spektroskopi massa, spektroskopi 1H-Nuclear Magnetic
Resonance, dan spektrofotometri inframerah.
Senyawa hasil sintesis berupa cairan coklat kehitaman. Berdasarkan
elusidasi struktur disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis berupa campuran
molekul target asetil eugenol (rumus molekul C12H14O3, berat molekul 206 g/mol)
dan starting material eugenol. Rendemen kasar asetil eugenol yang diperoleh
sebesar 78,54%.

Kata kunci: eugenol, asetil eugenol, kalium hidroksida, antiinflamasi

xvii
SYNTHESIS OF ACETYL EUGENOL
FROM EUGENOL AND ACETIC ACID ANHYDRIDE
WITH POTASSIUM HYDROXIDE AS CATALYST

ABSTRACT

Eugenol is a compound that has been known as an anti-inflammatory


agent. However, the selectivity of anti-inflammatory mechanisms of eugenol on
cyclooxygenase 2 path (COX-2) is low, so that modification to the structure is
necessary. One modification that can be done is acetylation. Acetyl substitution on
eugenol’s OH phenolic forms acetyl eugenol (4-allyl-2-methoxyphenyl
acetate). Substitution of this acetyl group is expected to give better selectivity,
based on assumption that the molecules of Non-Steroidal Anti-Inflammatory
Drugs (NSAIDs) COX-2 selective tend to be larger than the molecules that are not
selective.
Synthesis of acetyl eugenol performed by reacting 0.0323 mol eugenol
with 0.0321 mol potassium hydroxide and heated at 70-80° C for 30
minutes. Then 0.0969 mol of acetic acid anhydride added in same temperature and
reacted for 3 hours. Synthesized compound then isolated and purified by
chloroform extraction, washed with 5% sodium hydroxide, then analyzed with
preliminary organoleptic test, thin layer chromatography and gas chromatography,
as well as structure elucidation, including mass spectroscopy, spectroscopy 1H-
Nuclear Magnetic Resonance, and infrared spectrophotometry.
The synthesized compound was blackish brown liquid. Based on the
structure elucidation, synthesized compound was a mixture of target molecule
acetyl eugenol (molecular formula C12H14O3, molecular weight 206 g / mol) and
starting material eugenol. Crude rendement of acetyl eugenol obtained was
78,54%.

Keywords: eugenol, acetyl eugenol, potassium hydroxide, antiinflammatory

xviii
BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Angka morbiditas peristiwa inflamasi cukup tinggi di masyarakat. Gejala

ini umumnya ditangani dengan pemberian obat antiinflamasi pada penderita.

Untuk menghindari efek samping obat golongan steroid, biasanya diberikan obat-

obat antiinflamasi golongan Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID).

Namun, kebanyakan obat golongan NSAID bersifat non selektif jalur COX

(siklooksigenase), sehingga dapat berinteraksi dengan COX-1 maupun COX-2.

Penghambatan pada COX-1 akan mengakibatkan efek merugikan terutama pada

saluran gastrointestinal pasien. Oleh karena itu, penelitian untuk penemuan

senyawa antiinflamasi baru yang selektif COX-2 menjadi penting.

Salah satu senyawa yang diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi

adalah eugenol. Di Indonesia, keberadaan eugenol sangat melimpah sehingga

berpotensi untuk dikembangkan menjadi senyawa antiinflamasi yang lebih unggul

(Sastrohamidjojo, 2008). Aktifitas antiinflamasi eugenol terkait dengan

penghambatan pembentukan prostaglandin pada jalur COX-2 (Öztürk and Özbek,

2005). Meskipun demikian, struktur molekul eugenol yang kecil memberikan

kemungkinan adanya interaksi dengan jalur COX-1. Melalui penambahan

gugusan meruah pada molekul diharapkan dapat meningkatkan selektifitas

eugenol pada jalur COX-2 tersebut.

1
2

Pada penelitian ini dilakukan asetilasi pada gugus –OH fenolik eugenol.

Penambahan gugus meruah ini dilakukan dengan mereaksikan eugenol dengan

anhidrida asam asetat berdasarkan reaksi esterifikasi pada gugus –OH fenoliknya.

Dalam reaksi ini, eugenol berperan sebagai nukleofil dan anhidrida asam asetat

berperan sebagai elektrofil. Hasil dari reaksi ini adalah senyawa asetil eugenol

yang memiliki struktur lebih besar daripada eugenol. Senyawa asetil eugenol telah

diketahui memiliki pengaruh terhadap biosintesis prostaglandin (Srivastara and

Maholtra, 1991).

Sintesis dilakukan dengan menggunakan katalis basa kalium hidroksida.

Proses esterifikasi dengan katalis basa dinilai dapat menurunkan kemungkinan

terjadinya reaksi reversibel seperti pada penggunaan katalis asam. Katalis basa ini

dapat menambah nukleofilisitas gugus fenolik eugenol dengan mengubah eugenol

menjadi ion eugenolat. Bertambahnya nukleofilisitas menyebabkan ion eugenolat

dapat bereaksi lebih cepat dengan atom C karbonil anhidrida asam asetat sehingga

rendemen optimum dapat diperoleh.

1. Permasalahan

a. Apakah asetil eugenol dapat disintesis dari eugenol dan anhidrida asam

asetat dengan katalis kalium hidroksida?

b. Berapakan rendemen asetil eugenol hasil sintesis antara eugenol dan

anhidrida asam asetat dengan katalis kalium hidroksida?


3

2. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang sintesis asetil eugenol pernah dilakukan oleh

Manoppo (2010) pada Isolasi Eugenol dari Bunga Cengkeh dan Sintesis Eugenil

Asetat dengan natrium asetat sebagai katalis, oleh Carrasco et al. (2008) pada

Eugenol and Its Synthetic Analogues Inhibit Cell Growth of Human Cancer Cells

(Part I) dengan katalis piridin, dan oleh Bulan (2004) pada Reaksi Asetilasi

Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol dengan katalis asam sulfat. Sintesis asetil

eugenol dari eugenol dan anhidrida asam asetat dengan katalis kalium hidroksida

sejauh pengamatan peneliti belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

ilmu pengetahuan pada jalur-jalur modifikasi senyawa eugenol.

b. Manfaat Metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu metode alternatif untuk sintesis senyawa turunan eugenol dengan

metode esterifikasi gugus hidroksi pada molekul eugenol.


4

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah asetil eugenol dapat disintesis dari eugenol dan

anhidrida asam asetat dengan katalis kalium hidroksida.

2. Mengetahui jumlah rendemen asetil eugenol dari reaksi antara eugenol dan

anhidrida asam asetat dengan katalis kalium hidroksida.


BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Eugenol

Eugenol diperoleh dari minyak cengkeh, berbentuk cairan tidak

berwarna atau kuning pucat, memiliki bau cengkeh kuat, menusuk, rasa pedas,

dan tidak memutar bidang polarisasi. Bila terpapar udara warna eugenol menjadi

gelap dan mengental. Kelarutan eugenol adalah 1 bagian volume terlarut dalam 2

bagian volume etanol 70% (Budavari, 2001).

CH3

H2C O

OH

Gambar 1. Eugenol

Eugenol sebagai komponen utama dari minyak cengkeh telah terbukti

memiliki aktivitas antiinflamasi yang dihubungkan dengan inhibisi pembentukan

prostaglandin pada jalur COX-2 (Öztürk and Özbek, 2005). Eugenol memiliki

gugus OH yang terikat pada cincin benzen, karena itu disebut senyawa fenolik

(Lahlou, Interaminense, Magalhães, Leal-Cardoso, and Duarte, 2004). Gugus ini

merupakan gugus reaktif yang dapat bereaksi sebagai alkohol dalam reaksi

esterifikasi sebagai nukleofil yang akan menyerang elektrofil pada molekul asam

karboksilat (Fessenden and Fessenden, 1986).

5
6

B. Asetil Eugenol

Asetil eugenol merupakan senyawa derivat eugenol, senyawa atsiri

dalam minyak tumbuhan cengkeh (Syzygium aromatikum L.). Asetil eugenol

berwarna kuning sampai kuning kecoklatan, berbau pedas aromatik cengkeh

(Sigma-Aldrich, 2010). Asetil eugenol atau eugenil asetat memiliki nama kimia 4-

alil-2-metoksifenil asetat serta rumus kimia C12H14O3 dengan berat molekul

206,241 gram/mol (R&DChemicals, 2006). Hasil penelitian Srivastava and

Maholtra (1991) terhadap asetil eugenol menunjukkan adanya aktivitas

antiinflamasi pada asetil eugenol. Karena itu, asetil eugenol memiliki potensi

penggunaan sebagai agen antiinflamasi baru.

Pada penelitian sintesis asetil eugenol Bulan (2004) digunakan katalis

asam sulfat dan dihasilkan area 69:31 untuk asetil eugenol:eugenol pada

kromatografi gas. Manoppo (2010) melakukan sintesis dengan metode refluks

menggunakan katalis natrium asetat anhidrida dan menghasilkan rendemen

63,54%. Pada penelitian Carrasco et al. (2008) digunakan katalis piridin.


CH3

H2C O
O

O CH3

Gambar 2. Asetil eugenol

C. Turunan Asam Karboksilat

Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung

gugus karboksil (-COOH). Gugus karboksil ini mengandung sebuh gugus karbonil
7

dan sebuah hidroksil dan antaraksi kedua gugus ini menyebabkan kereaktifan

kimia asam karboksilat (Tarigan, 2009).

Anhidrida asam karboksilat, RCO-O-COR biasanya hanya disebut

anhidrida. Senyawa ini dapat disintesis dari dua molekul asam karboksilat dengan

penghilangan air (Suggs, 2002). Karena kereaktifitasannya tinggi, turunan asam

karboksilat ini sangat berguna dalam sintesis senyawa organik yang lain

(Fessenden and Fessenden, 1986).

Anhidrida asam asetat digunakan dalam proses asetilasi karena lebih

reaktif dibandingkan asam karboksilat. Hal ini disebabkan karena ion karboksilat

pada anhidrida asam asetat merupakan leaving group yang lebih baik

dibandingkan gugus –OH pada asam karboksilatnya. Elektrofilisitas C karbonil

pada anhidrida asam asetat juga lebih besar daripada elektrofilisitas C karbonil

asam asetat, sehingga molekul anhidrida asam asetat menjadi lebih reaktif

(Supardjan, 2004).

O O

H3C O CH3

Gambar 3. Anhidrida asam asetat


8

D. Reaksi Esterifikasi Eugenol

Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung

gugus -CO2-R dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat

terbentuk dengan reaksi langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol,

suatu reaksi yang disebut esterifikasi (Fessenden and Fessenden, 1986).

Reaksi esterifikasi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

R-COOH + R’-OH R-COOR’ + H2 O

(suatu asam karboksilat) (suatu alkohol) (suatu ester)

Gambar 4. Reaksi esterifikasi

Esterifikasi suatu fenol, termasuk eugenol, dapat terjadi dengan suatu

asam karboksilat atau dengan derivat asam karboksilat yang lebih reaktif seperti

anhidrida asam asetat. Esterifikasi dengan asam karboksilat umumnya memiliki

rendemen yang kecil sehingga seringkali digunakan derivat yang lebih reaktif

(Fessenden and Fessenden, 1986).

Kalium hidroksida (KOH) merupakan suatu basa kuat dan sangat reaktif

terhadap senyawa asam (ChemicalLand21, 2010). Katalis basa pada substitusi

nukleofilik asil akan merubah nukleofil OH menjadi O- yang lebih kuat atau

basanya (-OH) dapat bertindak sebagai reagen nukleofilik kuat (Sykes, 1985).

E. Analisis Senyawa Hasil Sintesis

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi

komponen tertentu. Teknik ini sering dilakukan dengan lempeng kaca atau plastik
9

yang dilapisi dengan fase diam. Senyawa yang akan dianalisis ditotolkan pada

dasar lempengan yang dilapisi fase diam dan dielusi dengan fase gerak yang akan

bergerak naik oleh karena gaya kapilaritas (Bresnick, 1996).

Jika fase diam bersifat polar maka senyawa yang bersifat polar akan

melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa non polar akibat interaksi

tarik-menarik dipol-dipol. Senyawa non polar kurang melekat pada fase diam

polar sehingga terelusi lebih cepat (Bresnick, 1996).

Identifikasi adalah suatu proses mendapatkan identitas dari senyawa

yang dianalisis. Identifikasi dari komponen yang dianalisis memiliki prinsip

bahwa setiap komponen memiliki kondisi dan karakteristik pada kromatogram

yang disebut sebagai harga Rf. Karakteristik tersebut dapat berupa variasi dari

harga Rf, ketajaman fluoresensi warna, dan lain-lain. Variasi harga Rf dapat

dibandingkan antara senyawa yang dicari dengan senyawa standarnya dalam

kromatogram yang sama (Gasparic and Churacek, 1978).

KLT dapat digunakan untuk menguji kemurnian secara kualitatif dari

campuran suatu senyawa (Gasparic and Churacek, 1978). Senyawa dikatakan

murni apabila memberikan peak tunggal pada KLT dengan berbagai fase gerak

(Setyowati, 2007).

2. Kromatografi Gas (KG)

Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan dimana komponen-

komponen cuplikan ditahan secara selektif oleh fase diam berupa padatan maupun

cairan serta fase gerak berupa gas. Kromatografi gas ini dapat digunakan untuk
10

analisa kualitatif (penentuan sifat-sifat dari suatu komponen atau campuran suatu

komponen) serta analisa kuantitatif (penentuan jumlah dari suatu komponen atau

komponen-komponen dalam suatu campuran) (Sastrohamidjojo, 2001).

Data kromatografi gas biasanya terdiri dari waktu retensi atau waktu

tambat berbagai komponen campuran. Waktu retensi diukur mulai dari titik

penyuntikan sampai titik maksimum puncak dan sangat khas untuk senyawa

tertentu pada kondisi tertentu (Gritter, Bobbit, and Scharting, 1991).

Detektor pada kromatografi gas adalah suatu sensor elektronik yang

mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi

sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis

kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah di

antara fase diam dan fase gerak (Rohman, 2009).

3. Spektrofotometri Infra Merah (Infra Red)

Spektrum infra merah pada dasarnya merupakan gambaran dari pita

absorbsi yang spesifik dari gugus fungsional yang mengalami vibrasi karena

pemberian energi. Interaksi antara gugus dengan atom yang mengelilinginya dapat

menandai spektrum itu dalam setiap senyawa. Untuk analisa kualitatif, ada atau

tidaknya absorbsi pada frekuensi tertentu merupakan penanda ada tidaknya gugus

fungsinal tertentu. Penggunaan spektrofotometri infra merah pada bidang kimia

organik mengunakan daerah dari 650-4000 cm-1 (15,4-2,5 μm) (Sastrohamidjojo,

2001). Spektrum infra merah senyawa organik merupakan sifat fisis yang khas,
11

maka spektrofotometri infra merah merupakan peralatan pokok dalam identifikasi

kimia organik (Fessenden and Fessenden, 1986).

Banyaknya energi yang diabsorbsi oleh suatu ikatan bergantung pada

perubahan dalam momen ikatan seperti vibrasi atom-atom yang saling berikatan.

Lebih besar perubahan dalam momen ikatan mengakibatkan absorbsi sejumlah

energi menjadi lebih besar pula. Jenis perubahan momen tersebut antara lain

uluran (stretch) dan tekukan (bend) (Fessenden and Fessenden, 1986).

Spektrum inframerah pada dasarnya merupakan gambaran dari pita

absorbsi yang spesifik dari gugus fungsional yang mengalami vibrasi karena

pemberian energi dari luar. Interaksi antara gugus dengan atom yang

mengelilinginya dapat menandai spektrum itu dalam setiap senyawa. Untuk

analisa kualitatif, ada atau tidaknya absorbsi pada frekuensi tertentu merupakan

penanda ada tidaknya gugus fungsional tertentu dalam molekul (Fessenden and

Fessenden, 1986).

4. Spektroskopi Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Resonansi magnetik inti diakibatkan oleh penyerapan radisai

elektromagnetik di daerah frekuensi radio oleh proton dalam suatu medan magnet

(Silverstein and Webster, 1998). Bila sejumlah proton ditempatkan dalam medan

magnet, beberapa proton akan terletak searah sedangkan beberapa yang lain

terletak berlawanan arah terhadap medan magnet yang digunakan. Proton yang

terletak searah dengan medan magnet dianggap lebih stabil. Dibutuhkan energi

untuk “membalik” magnet proton kecil ke arah yang lebih tidak stabil yang
12

berlawanan arah dengan medan magnet. Apabila inti yang berputar ini dikenai

radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang tepat (frekuensi radio), proton yang

berenergi spin lebih rendah dapat menyerap energi dan akan “meloncat” ke

keadaan spin berenergi lebih tinggi (Bresnick, 1996).

Medan magnet yang diderita oleh sebuah proton dipengaruhi oleh

keadan spin dari proton-proton tetangganya. Proton-proton yang saling

mempengaruhi ini berada dalam lingkungan magnet dan molekul yang berlainan.

Penyerapan energi yang berbeda – beda oleh proton akan menghasilkan spektrum

dari berbagai proton (Sastrohamidjojo, 2001).

Nilai geseran kimia suatu proton dipengaruhi adanya ikatan phi yang

memperkuat medan magnetik yang dialami proton, sehingga proton menjadi tidak

terperisai dan geseran kimianya jatuh pada daerah downfield (Fessenden and

Fessenden, 1986).

5. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy)

Kromatografi gas dan spektrofotometri massa merupakan teknik dengan

kompatibilitas tinggi. Pada kedua teknik tersebut, sampel berada pada fase uap

dan kedua berhubungan dengan kesamaan jumlah sampel (biasanya kurang dari 1

ng) (Hites, 1997).

Metode yang paling sering digunakan dalam spektroskopi massa untuk

menghasilkan ion dari sampel yang akan dianalisis yaitu electron impact–mass

spectroscopy (EI-MS). Pada metode EI-MS, molekul-molekul dalam fase gas

akan ditumbuk oleh elektron dengan energi 70 eV yang mengakibatkan hilangnya


13

1 elektron dari molekul dan menghasilkan ion molekul yang merupakan suatu

radikal kation (M.+). Ion molekul dapat mengalami fragmentasi lebih lanjut

menjadi fragmen ion-ion yang lebih kecil (Silverstein and Webster, 1998).

Setelah ion-ion terbentuk, akan terjadi fragmentasi kembali dan penataan

ulang yang sangat cepat. Partikel yang berumur panjang akan dapat terdeteksi

oleh pengumpul ion, sedangkan partikel berumur pendek mungkin tidak mencapai

pengumpul ion (Fessenden and Fessenden, 1986).

F. Landasan Teori

Esterifikasi merupakan reaksi yang terjadi antara alkohol dan asam

karboksilat yang akan membentuk senyawa ester. Eugenol akan beperan sebagai

alkohol yang bersifat nukleofil dan menyerang C karbonil anhidrida asam asetat

sebagai turunan asam karboksilat yang bersifat elektrofil. Reaksi ini akan

menghasilkan suatu senyawa ester yaitu asetil eugenol. Dengan menggunakan

katalis basa, nukleofil lemah eugenol akan diubah menjadi nukleofil yang lebih

kuat sehingga reaksi esterifikasi akan semakin cepat dan memberikan rendemen

yang banyak.

O
OH O O O
KOH
+ O +
O
700-800C
O K O
eugenol O
asetil eugenol kalium asetat

Gambar 5. Reaksi pembentukan asetil eugenol


14

G. Hipotesis

1. Asetil eugenol dapat disintesis dari eugenol dan anhidrida asam asetat dengan

katalis kalium hidroksida.

2. Sintesis asetil eugenol dari eugenol dan anhidrida asam asetat dengan katalis

kalium hidroksida menghasilkan rendemen yang tinggi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental deskriptif. Tidak

dilakukan perlakuan terhadap obyek uji dan variasi pada varibel penelitian, hanya

dilakukan pemaparan terhadap fenomena yang terjadi.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas berupa jumlah mol dari eugenol dan anhidrida asam asetat.

2. Variabel terikat berupa rendemen senyawa hasil sintesis.

C. Definisi Operasional

1. Starting material adalah senyawa yang digunakan sebagai bahan awal yang

akan bereaksi membentuk produk hasil reaksi. Starting material yang

digunakan pada penelitian ini adalah eugenol dan anhidrida asam asetat.

2. Molekul target adalah senyawa yang menjadi target proses sintesis dan

diharapkan terbentuk dari reaksi antar starting material. Molekul target pada

penelitian ini adalah asetil eugenol.

3. Katalis adalah senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia dan berfungsi

menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga laju reaksi meningkat. Katalis

yang digunakan pada penelitian ini adalah kalium hidroksida.

15
16

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Eugenol (p.a., Sigma), anhidrida asam asetat (p.a., Merck), aquadest,

kloroform (teknis, Brataco), etil asetat (p.a., Merck), toluena (p.a., Merck), kalium

hidroksida (p.a., Merck), natrium hidroksida (p.a., Merck), es batu, dan lempeng

silika gel GF254 (Merck).

2. Alat

Erlenmeyer bertutup, statif dan klem, hot plate magnetic stirer

(Heidolph MR 2002), termometer, corong kaca, corong pisah, gelas arloji, gelas

pengaduk, penangas air (Memmert Water Bath, WB 7-45), timbangan elektrik

(Mextler PM 100), seperangkat alat kromatografi lapis tipis, stopwatch,

spektrofotometer IR (IR Shimadzu Prestige-21), spektrometer 1H-NMR (1H-NMR

JEOL-MY60), kromatografi gas-spektrometer massa (Shimadzu QP 2010S),

lampu UV (Desaga, Germany), mikropipet (Socorex), beaker glass, baskom, dan

alat gelas lainnya.

E. Tata Cara Penelitian

1. Sintesis asetil eugenol dari eugenol dan anhidrat asam asetat dengan

katalis kalium hidroksida

Eugenol 5 ml (0,0323 mol) dimasukkan dalam Erlenmeyer. Kalium

hidroksida 10% sebanyak 18 ml ditambahkan dalam Erlenmeyer tersebut.

Campuran diaduk dengan kecepatan 450 rpm dan dipanaskan pada suhu 70-80° C
17

selama 30 menit. Anhidrida asam asetat 9,2 ml (0,0969 mol) ditambahkan dalam

campuran dan diaduk dengan kecepatan 450 rpm dan dipanaskan pada suhu 70-

80° C selama 3 jam. Senyawa hasil sintesis diestraksi dengan kloroform dua kali

masing-masing 20 ml. Fase kloroform diambil. Simpan dalam lemari pendingin

sampai suhu fase kloroform kurang dari 10˚C.

2. Pemurnian asetil eugenol hasil sintesis

Fase kloroform dicuci dengan larutan natrium hidroksida 5% bersuhu

kurang dari 10o C dalam corong pisah, dengan perbandingan volume fase

kloroform : larutan natrium hidroksida 5% 1:2. Fase kloroform diambil dan

didiamkan dalam wadah tertutup sampai mencapai temperatur ruangan. Fase

kloroform kemudian diletakkan pada cawan petri dan dipanaskan pada penangas

air suhu 120o C sampai semua kloroform menguap.

3. Analisis senyawa hasil sintesis

a. Uji Organoleptis

Senyawa hasil sintesis diamati warna, bau, dan bentuknya, serta

diperbandingkan dengan warna, bau, dan bentuk eugenol sebagai starting material

dan asetil eugenol sebagai molekul target.

b. Kromatografi Lapis Tipis

Larutan pembanding (starting material) dan senyawa hasil sintesis

ditotolkan sebanyak 3µL pada lempeng KLT dengan fase diam silika gel GF254

tebal 0,25 mm dan fase gerak toluen:etil asetat (95:5v/v) dengan jarak rambat 10
18

cm. Bercak diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan

dihitung harga Rf-nya.

c. Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa

Senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam kloroform kemudian dilakukan

pemeriksaan dengan alat kromatografi gas-spektroskopi massa dengan kondisi:

alat pengionan Electron Impact (EI) 70 eV, suhu injector 310° C, jenis kolom

Restek RXi-5MS (30m) suhu kolom 100° C, gas pembawa helium, tekanan 22,0

kPa, kecepatan alir fase gerak 80,1 ml/menit.

d. Spektrofotometri Infra Merah

Senyawa hasil sintesis diteteskan pada plat NaCl dengan pipet Pastuer.

Sebuah plat NaCl lain diletakkan untuk menutupi tetesan tersebut, kedua plat

ditekan. Absorbsi background dihilangkan pada instrument, lalu plat diletakkan

pada holder instrumen. Digunakan sumber cahaya Air Cooled Ceramic, detektor

DLATGS, resolusi 0,5, 1, 2, 4, 8, 16 cm-1, rasio S/N 40.000:1. Dilakukan

scanning pada senyawa hasil sintesis sehingga diperoleh spektra Infra Merah.

e. Spektroskopi Proton Nuclear Magnetic Resonance (1H-NMR)

Sejumlah senyawa hasil sintesis dilarutkan dengan CDCl3 pada tabung

NMR dan ditambahkan beberapa tetes tetrametilsilan (TMS). Tabung NMR

dimasukkan dalam instrumen. Digunakan amplitude 1-8, sweep width 600 Hz,

gelombang magnetik 60 MHz. Dilakukan scanning senyawa hasil sintesis

sehingga diperoleh spektra 1H-NMR..


19

F. Analisis Hasil

1. Uji pendahuluan

Dilakukan uji pendahuluan pada senyawa hasil sintesis yang meliputi uji

organoleptis, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi gas.

2. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis

Dilakukan elusidasi struktur senyawa hasil sintesis yang meliputi uji

Spektroskopi Massa, Spektrofotometri Infra Merah, dan Spektoskopi Proton

Nuclear Magnetic Resonance (1H-NMR).

3. Perhitungan rendemen

Perhitungan rendemen didasarkan pada rumus berikut:

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛


Rendemen = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sintesis Asetil Eugenol

Sintesis asetil eugenol dari eugenol dan anhidrida asam asetat didasarkan

pada reaksi substitusi nukleofilik asil. Pada sintesis ini, gugus –OH fenolik pada

eugenol akan berperan sebagai nukleofil dan menyerang elektrofil pada atom C

karbonil molekul anhidrida asam asetat. Adanya penyerangan oleh nukleofil ini

menyebabkan terjadinya substitusi atom H pada gugus -OH fenolik eugenol

dengan gugus asetil dari anhidrida asam asetat dan membentuk asetil eugenol.

Gugus -OH fenolik pada eugenol memiliki kemampuan sebagai nukleofil

dengan adanya pasangan elektron bebas pada atom O. Pasangan elektron bebas ini

memunculkan kecenderungan gugus tersebut untuk bereaksi dengan atom yang

bermuatan positif atau elektrofil. Sifat nukleofil gugus -OH fenolik eugenol ini

dapat diperkuat dengan adanya reaksi dengan basa, yang mampu mengambil

proton dari gugus tersebut. Hilangnya proton menyebabkan gugus tersebut

semakin reaktif menjadi nukleofil lebih kuat. Fungsi basa ini dilakukan oleh basa

kuat kalium hidroksida (KOH), yang diasumsikan dapat bereksi sempurna dengan

–OH fenolik eugenol sebagai asam lemah, membentuk garam kalium eugenolat.

Sifat kebasaan KOH terletak pada radius atom K yang besar, sehingga mudah

melepaskan –OH. Sifat ini menjadikan KOH reaktif pada reaksi asam-basa yang

terjadi.

20
21

OH O K
+ KOH
O
O
eugenol kalium eugenolat

Gambar 6. Reaksi pembentukan garam kalium eugenolat

Anhidrida asam asetat merupakan agen pengasilasi kuat yang memiliki dua

atom C karbonil yang bersifat sebagai elektrofil. Elektrofilisitas ini bersumber dari

model resonansinya yang dapat menyebabkan atom C karbonil bermuatan positif.

Atom C karbonil pada molekul anhidrida asam asetat merupakan gugus yang lebih

reaktif daripada C karbonil asam asetat sebab ion karboksil pada anhidrida asam

asetat merupakan gugus pergi yang lebih baik daripada –OH pada asam

karboksilatnya. Hal ini menyebabkan kecenderungan gugus asetat untuk lepas

pada reaksi dengan nukleofil akan lebih besar.

Perancangan dan pemilihan kedua starting material, yaitu eugenol dan

anhidrida asam asetat masing-masing sebagai nukleofil kuat dan elektrofil kuat

dilakukan agar reaksi berjalan dengan cepat dan rendemen hasil reaksi tinggi.

Perancangan molekul pada reaksi memerlukan urutan pencampuran

starting material yang tepat. Oleh karena itu, pertama-tama dilakukan

pencampuran eugenol dan kalium hidroksida dengan suhu 70-80° C selama 30

menit, serta dengan pengadukan 450 rpm. Dengan menggunakan suhu tinggi

dalam waktu yang cukup lama diharapkan reaksi antara eugenol dan kalium

hidroksida dapat berlangsung sempurna, sebab laju reaksi berbanding lurus

dengan suhu lingkungan reaksi. Adanya suhu tinggi dan pengadukan akan

memperbesar energi tumbukan molekul sehingga tumbukan terjadi lebih intens.


22

Pencampuran tidak dilakukan sekaligus pada eugenol, anhidrida asam

asetat, dan katalis kalium hidroksida untuk mencegah terbentuknya garam kalium

asetat, bukan garam kalium eugenolat yang diinginkan. Reaksi antara anhidrida

asam asetat dan kalium hidroksida lebih kuat dari reaksi antara kalium hidroksida

dan eugenol sebab parsial positif pada C karbonil anhidrida asam asetat lebih kuat

daripada parsial positif proton pada –OH fenolik eugenol. Hal ini mengakibatkan

katalis akan bereaksi dengan anhidrida asam asetat dan memutus ikatan ester pada

molekul ahidrida tersebut, menghasilkan kalium asetat dan asam asetat.

Garam kalium eugenolat selanjutnya direaksikan dengan anhidrida asam

asetat pada reaksi substitusi asil. Jumlah mol anhidrida asam asetat yang

digunakan adalah tiga kali mol eugenol agar dapat terbentuk rendemen optimum

asetil eugenol, sebab eugenol menjadi pereaksi pembatas dalam sintesis.

Proses substitusi dimulai dengan adanya penyerangan nukleofil dari atom

O- pada ion eugenolat ke elektrofil atom C karbonil pada anhidrida asam asetat,

dan dilanjutkan dengan dilepaskannya ion asetat. Reaksi dilakukan dalam suhu

70-80° C selama 180 menit. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut:


23

O O

O
anhidrida asam asetat

O O
OH O K
+ KOH
O H2O O
O
eugenol

O
O
O

O
- CH3COO-
O

+ CH3COO- +K
kalium asetat
O

asetil eugenol
Gambar 7. Mekanisme reaksi sintesis asetil eugenol

Setelah reaksi, dilakukan proses isolasi terhadap senyawa hasil sintesis

dengan ekstraksi menggunakan pelarut kloroform. Ektraksi ini diperlukan untuk

memisahkan senyawa hasil sintesis dari senyawa hasil reaksi samping.

Penggunaan kloroform untuk proses ini dikarenakan senyawa hasil sintesis

bersifat nonpolar.

Setelah dilakukan ektraksi, senyawa hasil sintesis dimurnikan. Proses ini

diperlukan terutama untuk memisahkan senyawa hasil sintesis berupa molekul


24

target asetil eugenol dengan starting material eugenol yang belum bereaksi

namun ikut terektraksi karena kedua molekul tersebut larut dalam kloroform.

Ektraksi ini dilakukan dengan mencuci fase kloroform menggunakan larutan

natrium hidroksida 5% dengan kondisi fase kloroform dan larutan natrium

hidroksida bersuhu kurang dari 10° C (Ntamila and Hassanali, 1976). Pengaturan

suhu dan penggunaan konsentrasi rendah natrium hidroksida ini diperlukan untuk

menjamin tidak terjadinya reaksi hidrolisis molekul asetil eugenol hasil sintesis

kembali menjadi eugenol, yang dalam suasana basa berupa garam eugenolat.

O
NaOH(aq)
O Na
O + CH3COO- +Na
panas O
O asetil eugenol natrium eugenolat natrium asetat

Gambar 8. Hidrolisis asetil eugenol

Fraksi kloroform yang telah dicuci kemudian didiamkan sampai mencapai

suhu kamar, dan kemudian dipanaskan pada waterbath pada suhu 120 oC sehingga

seluruh kloroform menguap, dan diperoleh senyawa hasil sintesis yang telah

dimurnikan. Proses pemanasan ini tidak akan menguapkan asetil eugenol, sebab

titik didihnya 281° C. Pendiaman sampai suhu kamar sebelum pemanasan sangat

penting, sebab fraksi kloroform yang dingin mampu mengembunkan uap air di

lingkungan, sehingga terbentuk tetesan air pada fraksi kloroform, dan

menghidrolisis asetil eugenol saat pemanasan dilakukan.


25

B. Uji Pendahuluan

1. Uji Organoleptis

Uji ini dilakukan dengan membandingkan warna, bau, dan bentuk

senyawa hasil sintesis dengan eugenol sebagai starting material dan asetil eugenol

dari. Data hasil uji organoleptis dapat dilihat di tabel I.

Tabel I. Perbandingan karakteristik organoleptis eugenol, asetil eugenol,


dan senyawa hasil sintesis
Karakteristik Eugenol Asetil Eugenol Senyawa hasil
(Sigma-Aldrich, (Sigma-Aldrich, sintesis
2010) 2010)
Warna Bening Kuning Coklat
kekuningan kehitaman
Bau Aromatik Aromatik Aromatik
cengkeh cengkeh cengkeh
Bentuk Cair Cair Cair

Dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa reaksi

telah terjadi ditandai adanya perbedaan karakter warna senyawa hasil sintesis dari

starting material eugenol. Namun, karakteristik organoleptis senyawa tersebut

tidak sama dengan karakteristik asetil eugenol pada Sigma-Aldrich (2010), maka

belum bisa ditunjukkan bahwa molekul target asetil eugenol terbentuk pada proses

sintesis.

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji ini dilakukan sebagai uji kemurnian awal senyawa hasil sintesis. Uji

ini dilakukan dengan mengelusi totolan senyawa hasil sintesis dan pembanding

starting material eugenol pada plat KLT silica gel GF254 dengan fase gerak

campuran toluen dan etil asetat (95:5 v/v). Elusi dilakukan dengan jarak elusi 10
26

cm, dan kemudian diamati bercak pengembangannya pada sinar UV 254 nm.

Eugenol dan asetil eugenol memiliki kromofor yang akan menimbulkan

pemadaman (quenching) pada floresensi plat sehingga dapat diamati bercaknya.

Kromatogram senyawa hasil sintesis ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Kromatogram dari KLT

Dari hasil elusi dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan Rf antara

senyawa hasil sintesis dengan eugenol sebagai starting material, ditandai adanya

perbedaan jarak titik terjauh kedua bercak. Nilai Rf kedua bercak adalah sebagai

berikut:

Tabel II. Nilai Rf kromatogram KLT

Senyawa Rf
Eugenol 0,375
Senyawa hasil sintesis 0,458
27

Pada plat hasil elusi dan nilai Rf kedua bercak, dapat dilihat bahwa

senyawa hasil sintesis cenderung lebih non polar daripada eugenol sehingga

bercaknya memiliki Rf yang lebih besar daripada bercak eugenol. Hal ini

menunjukkan terbentuknya senyawa baru pada reaksi. Nilai Rf senyawa hasil

sintesis yang lebih besar daripada eugenol menunjukkan kesesuaian dengan

polaritas teoritis asetil eugenol, yang lebih non polar daripada eugenol, sebab

adanya gugus asetil pada asetil eugenol. Namun, kemurnian senyawa hasil sintesis

belum dapat ditentukan sebab perbedaan Rf yang muncul sangat kecil dan masih

terdapat bagian kedua bercak yang berjarak sama dari titik penotolan.

3. Kromatografi Gas (KG)

Uji kromatografi gas dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa

hasil sintesis sekaligus sebagai indikator kemurnian hasil sintesis.

Dari kromatogram pada gambar 10, dapat dilihat bahwa terdapat dua

puncak, yang menandakan adanya dua jenis senyawa yang berbeda interaksinya

dengan fase diam, ditandai perbedaan waktu retensi. Dua puncak tersebut masing-

masing berada pada waktu retensi 10,158 menit (puncak 1) dan 13,239 menit

(puncak 2), dengan area masing-masing 2,06% dan 97,94%. Dengan hasil

demikian, dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis belum murni.

Analisis masing-masing puncak selanjutnya dilakukan dengan

spektroskopi massa.
28

Gambar 10. Kromatogram dari KG senyawa hasil sintesis

C. Elusidasi Struktur

1. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy – MS)

Spektroskopi massa berfungsi untuk menunjukkan massa molekular dan

pola fragmentasi ion dari senyawa yang diuji. Dalam uji ini akan diidentifikasi

dua puncak yang muncul dalam proses kromatografi gas.

Puncak 1 pada waktu retensi 10,158 menit menunjukkan massa ion

molekul dengan nilai m/z 164. Nilai ini tidak sesuai dengan bobot molekul asetil

eugenol yaitu 206 gram/mol (Sigma-Aldrich, 2010). Nilai tersebut sama dengan

bobot molekul eugenol yaitu 164 gram/mol (Chemcas, 2010). Maka puncak 1

disimpulkan bukan asetil eugenol, namun diperkirakan sebagai eugenol.


29

Gambar 11. Spektra MS puncak 1 dengan waktu retensi 10,158 menit

Puncak 2 menunjukkan massa ion molekul dengan nilai m/z 206. Nilai

ini sesuai dengan bobot molekul asetil eugenol yaitu 206 gram/mol. Fragmen ion

paling stabil memiliki nilai m/z 164 yaitu eugenol, yang merupakan pemecahan

dari ikatan ester pada asetil eugenol. Selain itu, terdapat fragmen ion lain yang

bernilai m/z 43 yang merupakan fragmen dari gugus asetil pada asetil eugenol.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan berdasarkan spektroskopi massa bahwa

puncak 2 merupakan asetil eugenol.

Gambar 12. Spektra MS puncak 2 dengan waktu retensi 13,239 menit


30

Berikut adalah usulan pola fragmentasi asetil eugenol:

O asetil eugenol

70 eV tautomer

EI
O
O
O
O
O
O m/z = 206 H

O
O
+
O
O H2C
O OH

m/z = 43 70 eV EI

O
H2C

O H
m/z = 206

O
H2C C
+
O
O
H

m/z = 164

Gambar 13. Usulan pola fragmentasi spektra MS asetil eugenol

2. Spektrofotometri Infra Merah (Infra Red – IR)

Analisis dengan Spektrofotometri Infra Merah (IR) digunakan untuk

mengetahui gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa hasil sintesis. Profil

spektra senyawa hasil sintesis selanjutnya dianalisis berdasarkan serapan-serapan

yang muncul.
31

Gambar 14. Spektra IR senyawa hasil sintesis

Pada profil spektra IR senyawa hasil sintesis, didapatkan pita-pita

representatif yang menunjukkan beberapa gugus fungsi, yaitu pita A pada 3471

cm-1(gugus –OH fenolik), pita B pada 1766 cm-1(gugus C=O ester), pita C pada

1605 cm-1(gugus C=C alil), pita D pada 1512 cm-1(gugus C-C aromatis), dan pita

E pada 1196 cm-1(gugus C-O).

Adanya kelima gugus fungsi ini mengindikasikan ketidakmurnian

senyawa hasil sintesis. Sebab, secara teoritis gugus OH fenolik hanya dimiliki

molekul starting material eugenol dan gugus C=O ester hanya dimiliki molekul

asetil eugenol.

Dari spektra pada gambar 14, dapat dirangkum gugus-gugus yang

teridentifikasi dan mencirikan karakter pada senyawa hasil sintesis.


32

Tabel III. Gugus fungsi senyawa hasil sintesis pada spektra IR


Bilangan Gugus fungsi Senyawa hasil
gelombang sintesis
(gambar 14)
3500 cm-1 -OH fenolik pita A
1750 cm-1 C=O ester pita B
1600 cm-1 C=C alil Pita C
1500 cm-1 C=C aromatik pita D
1200 cm-1 C-O pita E

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis

tersebut belum murni, sebab pita serapan –OH fenolik dan C=O ester yang

masing-masing merupakan ciri serapan eugenol dan asetil eugenol muncul

keduanya. Sehingga dari spektra IR yang diperoleh, diperkirakan senyawa hasil

sintesis merupakan campuran antara eugenol dan asetil eugenol, sehingga gugus-

gugus yang terdapat di kedua senyawa tersebut tetap muncul secara tumpang

tindih pada spektra senyawa hasil sintesis.

3. Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (1H-NMR)

Analisis 1H-NMR dilakukan untuk mengidentifikasi tipe proton dan

jumlah proton pada senyawa hasil sintesis. Tipe proton pada asetil eugenol

(Gambar 15) yang diuraikan dibawah ini, diurutkan berdasarkan posisi puncak

yang ditimbulkan pada spektra 1H-NMR.


3
CH3
6
O H

2
O CH2

H3C CH2 4
1
O H H H5
8 7

Gambar 15. Penomoran tipe proton asetil eugenol


33

Karena campuran tersebut diduga mengandung eugenol, maka tipe

proton ditambahkan dengan proton pada –OH fenolik yang dimiliki oleh eugenol.
6
H 2
H2
O C CH2 4
3 H3C

H
5
HO H
7
9
H
8

Gambar 16. Penomoran tipe proton eugenol

Dari kedua gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara teoritis

dapat teridentifikasi 9 tipe proton berbeda dari asetil eugenol dan eugenol.

Hasil spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis adalah sebagai berikut:

Gambar 17. Spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis

Analisis puncak pada 1H-NMR dilakukan dari puncak dengan geseran

kimia (δ) terkecil sampai terbesar. Puncak singlet G berintegral 3 di δ 2,2 ppm

dihasilkan oleh tiga buah proton tipe 1. Proton terikat pada C yang terhibridisasi
34

sp3, sehingga cenderung lebih memiliki nilai δ relatif kecil dibandingkan proton

yang terikat pada C sp2 dan sp. Resonansi pada karbonil hanya memiliki efek

induksi kecil pada tipe proton ini karena adanya O yang dapat mendonorkan

elektron ke C karbonil parsial positif. Oleh karena itu, proton ini cenderung

terperisai dan menimbulkan puncak paling atas (upfield) dibandingkan semua tipe

proton yang lain akan tetapi nilai δ pada proton tipe 1 tidak lebih kecil daripada 2

sebab adanya efek induksi karbonil tersebut.

Puncak doublet F berintegral 2 di δ 3,5 ppm dihasilkan oleh dua buah

proton tipe 2. Proton ini terikat pada C sp3 yang mengikat gugus etena dan cincin

benzen. Adanya ikatan ini menyebabkan adanya pengaruh induktif gugus etena

dan cincin benzen yang bersifat menarik elektron, sehingga proton tipe 2 memiliki

nilai δ yang relatif lebih besar daripada proton alkana tak terinduksi. Efek

kenaikan δ pada proton tipe 2 lebih besar daripada tipe 1 sehingga puncaknya

terletak lebih ke bawah (downfield) daripada proton tipe 1.

Puncak singlet E berintegral 3 di δ 3,8 ppm dihasilkan oleh tiga buah

proton tipe 3. Proton ini terikat pada C sp3 yang mengikat substituen O rantai

benzena. Ikatan dengan O yang merupakan substituen benzena mengakibatkan

efek anisotropik besar dan nilai δ menjadi lebih besar, sebab proton menjadi

kurang terperisai dengan adanya elektronegatifitas atom O.

Puncak doublet D berintegral 2 di δ 5,1 ppm dihasilkan oleh proton tipe

4 dan 9. Proton tipe 4 ini terikat secara langsung dengan C yang memiliki ikatan

phi sehingga terkena efek anisotropik yang kuat. Tipe proton 9 merupakan proton

yang terikat langsung sebagai –OH fenolik pada cincin benzen. Hal ini
35

menyebabkan efek anisotropik yang dialaminya juga cukup kuat. Puncak D

diduga merupakan campuran dua buah puncak dari tipe proton yang berlainan

(puncak tipe 4 dan puncak tipe 9) di tandai dengan pola splitting puncak yang

lebar dan kurang wajar.

Puncak C multiplet berintegral 1 di δ 5,9 ppm dihasilkan oleh proton tipe

5. Proton tipe 5 merupakan proton yang terikat pada C sp2, namun efek

anisotropik pada tipe ini hanya diemban 1 proton saja, sehingga efeknya lebih

besar daripada proton tipe 4. Maka, nilai δ proton ini jatuh ke bawah secara relatif

terhadap tipe 4.

Puncak B multiplet berintegral 2 dihasilkan di nilai δ 6,9 dihasilkan oleh

proton tipe 6 dan 7. Proton tipe 6 dan 7 adalah proton yang terikat pada cincin

benzen, sehingga mengalami efek anisotropik yang sangat besar dan hampir sama.

Oleh karena itu, puncak yang dimunculkan dua tipe proton dapat terlihat sebagai

puncak tunggal yang berintegral bukan satu.

Puncak A doublet berintegral 1 pada δ 7,2 ppm dihasilkan oleh proton

tipe 8. Proton ini merupakan proton yang terikat pada C sp2 pada cincin benzen,

sehingga efek anisotropiknya sangat besar. Berbeda dengan proton tipe 6 dan 7,

proton tipe 8 terikat pada C yang bertetangga dengan atom C-O ester. Pada

resonansi, O ester akan menyumbangkan muatannya ke C karbonil, sehingga C

pada C-O ester akan terinduksi dengan elektronegatifitas atom O tersebut. Adanya

efek induksi ini menyebabkan proton tipe 8 lebih tak terperisai daripada proton

tipe 6 dan 7. Hal ini menyebabkan puncaknya muncul paling bawah relatif dari

proton tipe lain.


36

Dari spektra 1H-NMR yang diperoleh dan hasil analisisnya, dapat

diperkirakan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan campuran antara eugenol

dan asetil eugenol. Hal ini ditandai dengan munculnya puncak-puncak yang

mencerminkan tipe proton kedua senyawa tersebut di spektra senyawa hasil

sintesis, yaitu puncak G yang menunjukkan tipe proton 1 pada gugus asetil

senyawa asetil eugenol, dan puncak D yang menunjukkan tipe proton 9 pada

gugus –OH fenolik senyawa eugenol. Namun, secara keseluruhan, spektra 1H-

NMR mirip dengan deskripsi 1H-NMR asetil eugenol pada Carrasco et al. (2008)

dan Manoppo (2010). Selain itu, terdapat perbedaan yang jelas antara spektra 1H-

NMR senyawa hasil sintesis dengan spektra 1H-NMR eugenol (lampiran 8) di

nilai δ 2,2 ppm yang merupakan nilai geseran kimia untuk puncak proton tipe 1.

Eugenol yang tidak memiliki proton tipe ini terlihat kosong pada nilai geseran

kimia tersebut.

D. Perhitungan Rendemen

Dari proses sintesis, dihasilkan rendemen kasar asetil eugenol 78,54%.

Nilai rendemen tersebut disebut kasar sebab eugenol sebagai pereaksi pembatas

dalam reaksi sintesis tidak habis bereaksi. Nilai rendemen pada proses sintesis

tidak mencapai 100% diperkirakan akibat ketidak sempurnaan pada reaksi

substitusi nukleofilik terkait waktu dan suhu reaksi optimum.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Asetil eugenol dapat disintesis dari eugenol dan anhidrida asam asetat

dengan katalis kalium hidroksida.

2. Rendemen kasar asetil eugenol hasil sintesis eugenol dan anhidrida asam

asetat dengan katalis kalium hidroksida adalah 78,54 %.

3. Senyawa hasil sintesis merupakan campuran antara molekul target asetil

eugenol dengan area puncak 97,94% dan starting material eugenol dengan

area puncak sebesar 2,06% pada kromatografi gas.

B. Saran

1. Perlu dioptimasi nilai pada variabel waktu dan suhu reaksi proses sintesis

asetil eugenol sehingga dapat ditentukan nilai variabel optimum yang

menghasilkan rendemen lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan uji aktivitas antiinflamasi pada asetil eugenol hasil sintesis.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, 1996, High-Yield Organic Chemistry, diterjemahkan oleh Hadian


Kotong, Penerbit Hipokrates, Jakarta, 101-107.

Budavari, S., 2001, Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and


Biological 13th ed., Merck & Co., Inc., USA, 239.

Bulan, R., 2004, Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol,
Laporan Penelitian, Program Studi Teknik Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Carrasco, H., Espinoza, L., Cardile, V., Gallardo, C., Carrasco, W., Lombardo, L.,
et al., 2008, Eugenol and its synthetic analogues inhibit cell growth of
human cancer cells (Part I), http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0103-
50532008000300024&script=sci_arttext, diakses pada tanggal 13
Januari 2011.

ChemicalLand21, 2010, Potassium Hydroxide (Caustic Soda),


http://www.chemicalland21.com/industrialchem/inorganic/KOH.htm,
diakses tanggal 25 November 2010.

Fessenden, R., and Fessenden, J., 1986, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Edisi ketiga, Jilid I, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 456.

Fessenden, R., and Fessenden, J., 1986, Organic Chemistry, diterjemahkan oleh
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Edisi ketiga, Jilid II, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 82-84, 109-111.

Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2010, Eugenol Infra
Red Spectrum, http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-flav/img/img/1529.gif,
diakses tanggal 31 Januari 2011.

Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2010, Eugenyl Acetate
Infra Red Spectrum, http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-
flav/img/img/1531.gif, diakses tanggal 5 Januari 2011.

Gasparic, J., and Churacek, J., 1978, Laboratory Handbook of Paper and Thin
Layer Chromatography, Ellis Horwood Limited, England, 63.
39

Gritter, J.R., Bobbit, J. M., and Scharting, A. E., 1991, Introduction of


Chromatography, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II,
Penerbit ITB, Bandung, 109-112.

Hites, R.A., 1997, Gas Chromatography Mass Spectrometry, Handbook of


Instrumental Techniques for Analitycal Chemistry, Prentice Hall, New
Jersey, 609-626.

Lahlou, S., Interaminense, L.F., Magalhães, P.J., Leal-Cardoso, J.H., and Duarte,
J.P., 2004, Cardiovascular effects of eugenol, a phenolic compound
present in many plant essential oils, in normotensive rats, J Cardiovasc
Pharmacol., 43(2), 250-257.

Manoppo, Y., 2010, Isolasi Eugenol dari Bunga Cengkeh dan Sintesis Eugenil
Asetat, http://molucasablog.blogspot.com/2010/06/isolasi-eugenol-dari-
bunga-cengkeh-dan.html, diakses pada tanggal 13 Januari 2011.

Ntamila, M., dan Hassanali, A., 1976, Isolation of Oil of Clove Oil and Separation
of Eugenol and Acetyl Eugenol, An instructive experiment for beginning
chemitryunder graduates, 53(4), 263.

Öztürk, A., and Özbek, H., 2005, Caryophyllata Essential Oil: An Animal Model
of Anti-inflammatory Activity, Department of Pharmacology, Van
Turkey, 159-162.

Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,
181.

R&DChemicals, 2006, Sygmyum aromatikum, http://www.rdchemicals.com


/chemicals.php?mode=details&mol_id=7485, diakses tanggal 24 April
2010.

Sastrohamidjojo, H., 2001, Kromatografi, Liberty, Yogyakarta, 163-164.

Satrohamidjojo, H., 2008, The Prospect of Indonesian Essential Oil Industry,


http://chemistry.uii.ac.id/Prof%20Jon/Prospek_Atsiri_di_Indonesia.pdf,
diakses tanggal 26 April 2009.

Setyowati, E.P., Jenie, U.A., dkk, 2007, Isolasi Senyawa Sitotoksik Spon
Kaliapsis, Majalah Farmasi Indonesia, 185.

Sigma-Aldrich, 2010, Eugenol Natural ≥98%,


http://www.sigmaaldrich.com/catalog/ProductDetail.do?lang=en&N4=
W246700|ALDRICH&N5=SEARCH_CONCAT_PNO|BRAND_KEY&
F=SPEC, diakses tanggal 31 Januari 2011.
40

Sigma-Aldrich, 2010, Eugenyl Acetate,


http://www.sigmaaldrich.com/catalog/ProductDetail.do?lang=en&N4=
W246905|ALDRICH&N5=SEARCH_CONCAT_PNO|BRAND_KEY&
F=SPEC, diakses tanggal 5 Januari 2011.

Silverstein, R.M., and Webster, F.X., 1998, Spectrometric Identification of


Organic Compound, John Wiley & Sons Inc., New York, 2.

Srivastava, K.C., and Malhotra N., 1991, Acetyl Eugenol, a Component of Oil of
Cloves (Syzygium aromatikum L.) Inhibits Aggregation and Alters
Arachidonic Acid Metabolism in Human Blood Platelets, NCBI, 42(1),
73-81.

Suggs, J., 2002, Organic Chemistry, Barron’s Education Series, New York, 205.

Supardjan, A.M, 2004, Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1 dengan Katalis Basa,


Pharmacon, 5(2), 48-55.

Sykes, P., 1985, A Guide Book to Mechanism in Organic Chemistry,


diterjemahkan oleh Hartono, A.J., Sugiharjo, C.J., Broto, S.K.L., dan
Sukartini, Edisi 6, Penerbit Gramedia, Jakarta, 268-269.

Tarigan, H.Y.S., 2009, Sintesis 4-Alil-2-Metoksi Fenil Laurat melalui Reaksi


Transesterifikasi antara 4-Alil-2-Metoksi Fenil Asetat dengan Metil
Laurat, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan, 9-13.

University of Birmingham, 2010, Eugenol Proton NMR Spectrum,


http://www.chem.bham.ac.uk/schools/eugenol1h.htm, diakses tanggal 27
Desember 2010.
41

LAMPIRAN
42

Lampiran 1. Perhitungan Rendemen Asetil Eugenol


CH3
CH3
H2C O
H2 C O O O KOH O
O

70 - 80 C
H3C O CH3 O CH3 K O CH3
OH
Eugenol Anhidrida asam asetat Asetil eugenol Kalium asetat

M: 0,0323 mol 0,0969 mol


R: 0,0323 mol 0,0323 mol 0,0323 mol
S: - 0,0646 mol 0,0323 mol

Perhitungan massa teoritis asetil eugenol


Kerapatan eugenol = 1,06 g/ml
Massa eugenol = 5,0 ml x 1,06 g/ml
= 5,3 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙
Mol eugenol =
𝐵𝑀 𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙
5,3 𝑔𝑟𝑎𝑚
=
164 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 0,0323 mol
Mol asetil eugenol = mol eugenol
= 0,0323 mol
Massa teoritis asetil eugenol = mol asetil eugenol x BM asetil eugenol
= 0,0323 mol x 206 g/mol
= 6,654 gram
Perhitungan massa asetil eugenol hasil sintesis
Massa senyawa hasil sintesis = 5,336 gram
Presentase asetil eugenol (KG) = 97,94 %
Massa asetil eugenol hasil sintesis = massa senyawa hasil sintesis x presentase
asetil eugenol (Kromatografi Gas)
= 5,336 gram x 97,94%
= 5,226 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠
Rendemen kasar asetil eugenol = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑖𝑙 𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
5,226 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100%
6,654 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 78,54 %
43

Lampiran 2. Foto Penelitian


A. Rangkaian alat sintesis

B. Senyawa Hasil Sintesis


44

Lampiran 3. Kromatogram Kromatografi Gas Senyawa Hasil Sintesis


45

Lampiran 4. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis


A. Puncak 1
46

B. Puncak 2
47

Lampiran 5. Spektra Infra Merah Senyawa Hasil Sintesis


48

Lampiran 6. Spektra Infra Merah Senyawa Tunggal


A. Eugenol

(Food and Agriculture Organization of The United Nations, 2010a)

B. Asetil Eugenol

(Food and Agriculture Organization of The United Nations, 2010b)


49

Lampiran 7. Spektra 1H-NMR Senyawa Hasil Sintesis


50

Lampiran 8. Spektra 1H-NMR Eugenol

(University of Birmingham, 2010)


51

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Sintesis Asetil Eugenol

dari Eugenol dan Anhdrida Asam Asetat dengan

Katalis Kalium Hidroksida” ini memiliki nama

lengkap Albertus Eka Yudistira Sarwono dengan

nama panggilan “Yudi”. Penulis lahir tanggal 9

Maret 1989 di Murray, Kentucky sebagai putra

pertama dari tiga bersaudara, pasangan Slamet S.

Sarwono dan Yasinta Tamalo.

Penulis menempuh pendidikan di SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun

2004-2007. Penulis mulai menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2007. Selama aktif sebagai

mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar (tahun 2008).

Selain kegiatan akademik, penulis juga mengikuti beberapa kegiatan non-

akademik. Kegiatan tersebut antara lain ikut dalam kepanitiaan Kampanye

Informasi Obat (KIO) (tahun 2007), kepanitiaan Titrasi (tahun 2008),

kepanitiaan Insadha (tahun 2009), kepengurusan BEMF Farmasi (tahun 2008-

2010), kepengurusan IPSF Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (2009-

2010), dan tim basket Fakultas Farmasi.


i

Anda mungkin juga menyukai