Anda di halaman 1dari 45

Kalender Islam Global

Studi Kasus: 1 Syawwal 1440-H

Tono Saksono

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid, PP Muhammadiyah


Ketua, the Islamic Science Research Network (ISRN) – UHAMKA, Jakarta
Pendahuluan
َ‫اس َو ْال َحج‬
َ َّ‫يت للن‬
َُ ‫ي َم ََواق‬ َْ ُ‫عنَ األهلَّةَ ق‬
ََ ‫ل ه‬ ََ ‫يَ ْسأَلُون‬
َ ‫َك‬
Mereka bertanya kepadamu tentang fase-fase Bulan. Katakanlah: Itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan ibadah haji . . . . (Al-
Baqarah: 189).
Animation

• Gerak Bulan mengorbit


Bumi, menghasilkan fase
Bulan berubah
(membesar atau
mengecil);
• Gerak Bumi berotasi
menyebabkan fase Bulan
terlihat atau tak terlihat.
• Tertutup oleh bola
Bumi, atau
• Intensitasnya kalah oleh
sinar Matahari.
• Pada tahun 2016, diselenggarakan Kongres Kalender Islam di Turki
dengan tema: Global International Hijri Calendar Unity Congress;
• Untuk mempersatukan ummat Islam yang masih terpecah terutama
dalam penetapan awal Ramadan, awal Syawwal dan awal Dzulhijjah;
• Pemerintah Indonesia tampaknya masih ragu-ragu mengadopsi KIG;
• Para ahli hisab Muhammadiyah, melalui beberapa kali pertemuan,
telah sepakat menerima Kalender Islam Global;
• Namun, proses birokrasi, tampaknya masih belum terselesaikan
Prinsip Kalender Islam Global
• Kalender Islam Global (KIG) tetap memperhatikan kenampakan hilal;
• Tapi, bukan kenampakan hilal lokal (misal: Indonesia) atau wilayah
lain;
• Prinsip: jika dimanapun di belahan Bumi telah terjadi Imkan-Rukyat
Global dengan kriteria:
• Tinggi hilal minimum 5o;
• Elongasi Bulan-Matahari minimum 8o;
• Maka bulan baru qomariah telah masuk.
• Di Mexico City (Mexico), pada maghrib 3 Juni 2019, kriteria ini telah
terpenuhi. Data astronomisnya sbb:
Di Mexico City (Mexico), pada maghrib 3 Juni 2019, data astronomisnya sbb
(sumber data: AccurateTimes dan Stellarium):
Fenomena Astronomis Data Astronomis
Ijtimak (konjungsi) 4:01:54
Matahari tenggelam 19:11:45
Bulan tenggelam 19:41:29
Tinggi hilal saat maghrib 6.3o
Elongasi Bulan-Matahari 8.4o
Penyinaran hilal 0.4%

Maka, telah cukup syarat masuknya 1 Syawwal pada maghrib 3 Juni 2019
menurut Kalender Islam Global (KIG).
Prinsip Imkan-Rukyat Lokal
(e.g., MABIMS)
• MABIMS menghendaki kenampakan hilal lokal dengan kriteria (IR 2-3-
8):
• Tinggi hilal minimum 2o;
• Elongasi Bulan-Matahari minimum 3o; Lihat animasi
• Umur Bulan sejak konjungsi 8 jam.
• Pada maghrib, 3 Juni 2019, kriteria ini tidak terpenuhi di seluruh
Indonesia. Maka ummat Islam Indonesia diminta untuk
menggenapkan puasa menjadi 30 hari (istikmal) karena hilal tidak
kelihatan;
• Tidak disadari, ini sebetulnya menyebabkan kekacauan manejemen
waktu ibadah ummat Islam Indonesia;
• Kaidah akademik juga dilanggar, bahkan diacak-acak.
Jakarta
• Pada maghrib 3/6/2018,
hilal telah wujud dengan
ketebalan 0.1% (Stellarium);
• Ketinggian hilal 0.1o
(Accurate Times);
• Dengan basis hitungan
Yogyakarta pun, menurut
Accurate Times, hilal telah
wujud dengan ketebalan
0.1%.
Yogyakarta
• Pada maghrib 3/6/2018, hilal
telah wujud dengan ketebalan
0.1% (Stellarium);
• Ketinggian hilal 0.1o (Accurate
Times);
Hilal itu membesar setiap detik
(kelihatan maupun tidak)
• Meskipun hilal tidak tampak, setelah ijtimak, hilal itu membesar
setiap detik sementara Bulan terus mengelilingi Bumi (gerak nyata
Bulan);
• Pergerakan inilah yang menyebabkan posisi geometris hilal semakin
membesar dari detik ke detik;
• Pada pukul 7:11, tanggal 4 Juni 2019, sebetulnya hilal telah terbit
kembali di ufuk timur Jakarta dengan ketebalan penyinaran sekitar
0.6%
• Data Stellarium berikut membuktikan itu
Fenomena Astroniomis Data
di Jakarta Astronomis
Ketebalan hilal 0.6%
Umur Bulan 0.7 hari
Tinggi hilal 169o

Pada jam 7:11, 4 Juni 2019 di Jakarta


(GMT+7), di detik yang sama adalah
saat maghrib di Mexico City (GMT-6)
pukul 19:11, tapi, masih 3 Juni 2019;

Saat maghrib di Mexico City (GMT-6)


pukul 19:11, data astronominya sbb:
Fenomena Astroniomis Data
di Mexico City Astronomis
Ketebalan hilal 0.4%
Umur Bulan 0.5 hari
Tinggi hilal 6.3o

Anehnya, hilal yang lebih tebal di


Jakarta dan umurnya lebih tua,
tidak boleh diakui sebagai hilal;
Tapi, hilal yang lebih kecil dan
lebih muda di Mexico City wajib
diakui sebagai hilal.
Ilustrasi pertumbuhan hilal 3-4 Juni 2019
di langit Jakarta
Maghrib, ufuk barat Jakarta
3/6/2019 jam 17:44
Tebal hilal: 0.1% Bumi
Tinggi hilal: 0.1o
Bumi
Bumi
Bumi
Bumi
Bumi
Bumi

Tengah malam
4/6/2019
Bumi

Jam 2:31:17 di Jakarta bertepatan


jam 19:31:17 maghrib di Gambia
dengan tinggi hilal 3.7o dan
ketebalan 0.25%

Tebal hilal di Jakarta: 0.31%


Bumi
Bumi
Bumi Matahari terbit
4/6/2018
Jam 5:57:13
Di detik yang sama, hilal ini tampak
di Mexico City saat maghrib 3/6/2018
jam 19:11:45, Tinggi hilal: 6.3o Ufuk timur Jakarta
4/6/2019 jam 7:11:45

Mexico City Tinggi hilal ini


Hilal: 0.4% sekitar 169o
Bumi Jakarta
dari ufuk barat

Hilal: 0.6%
Perkecil skalanya seperti
kedua mata kita
Bumi
Bumi
Bumi
Bumi
4/6/209 jam 12:36
Meridian passing
Tebal hilal: 0.9%
Sumber: TimeAndDate & Stellarium

Bumi
Bumi
Bumi
Bumi
Bumi
Bumi
Maghrib, ufuk barat Jakarta
4/6/2019 jam 17:11
Tebal hilal: 1.2%
Tinggi hilal: 12.6o
Bumi
Apakah hilal jebrol
keluar dari langit?
Bumi

4.5 menit kemudian


hilal juga tenggelam.
Jadi, bukan hilal lagi?
Bagaimana kita berpuasa?
Nalar akademis dan logika awam yang dilanggar
• Mengapa hilal yang tebalnya 0.6% (umur 0.7 hari) di Jakarta tidak
boleh diakui sebagai hilal, sedangkan yang di Mexico City yang hanya
0.4% (umur hanya 0.5 hari) wajib diakui sebagai hilal?
• Hilal yang hanya 0.6% inilah yang terus membesar sampai maghrib
tanggal 4 Juni 2019 di Jakarta, tebalnya menjadi 1.2% yang baru
diakui sebagai hilal oleh Kemenag;
• Jadi, apakah hilal yang tebalnya 1.2% pada maghrib 4 Juni 2019 itu
dianggap jebrol keluar dari langit? Ini sangat tidak masuk akal;
• Kalau hilal selama siang hari 4 Juni 2019 itu tidak boleh dianggap hilal,
terus apa namanya?
• Tidak bisa hanya mengatakan: itu bukan hilal!
• Manusia moderen harus bisa menjelaskan secara saintifik perbedaan
antara jangkrik dan semut;
• Bukan hanya mengatakan ini bukan jangkrik;
• Jadi, tidak cukup hanya mengatakan itu bukan hilal. Harus mampu
memberikan nama;
• Padahal Astronomi menjelaskan sejak terjadinya konjungsi sampai
hari ke-7 fase Bulan dinamakan waxing crescent (sabit yang
membesar);
• Bagaimana mungkin terminologi syar’i akan punya klasifikasi yang
lebih detil lagi dari sains?
• Saat Danjon melakukan penelitian dan dipublikasikan pada sekitar
awal 1930-an, dia hanya mempersyaratkan elongasi minimum 7o agar
hilal dapat terlihat;
• Kurang jelas, siapa sebetulnya sarjana Muslim yang menambah syarat
ketinggian hilal;
• Kriteria ketinggian hilal inilah sumber ambiguitas;
• Padahal hilal yang tak tampak mungkin saja malah jauh lebih besar;
• Akibat yang paling serius: umat Islam Indonesia melaksanakan
ibadah, selama satu bulan penuh, lebih lambat sekitar 12 jam
daripada Muslim di Mexico;
• Padahal seharusnya selalu 12 jam lebih awal!
Kesimpulan
• Ummat Islam harus segera mengadopsi Kalender Islam Global;
• Agar manajemen waktu ummat tidak kacau-balau sepeti sekarang;
• Kriteria KIG (5o, 8o) telah lama digunakan oleh European Council of
Fatwa and Research (ECFR) pimpinan Prof. Yusuf Qaradawi;
• The Islamic Society of North America (ISNA) telah mengadopsi KIG
tahun ini atau tahun lalu;
• Kriteria KIG (5o, 8o) bisa diperbaiki lagi seiring perjalanan waktu bila
ditemukan hasil penelitian yang lebih baik;
• Kriteria IR-Lokal adalah sebuah scientific blunder yang menyebabkan
kekacauan sistem manajemen waktu ummat Islam.
Assalamu’alaykum
warahmatullahi
wabarakatuh

Anda mungkin juga menyukai