Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN III

SUPPOSITORIA

I. TUJUAN
Mengenal cara pembuatan suppositoria Na salisilat dengan basis
suppositoria berlemak dan basis larut dalam air.

II. DASAR TEORI


Suppositoria menurut FI edisi III adalah sediaan padat yang
digunakan melalui dubur, umumnya terbentuk torpedo, dapat melarut,
melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar harus dapat larut
dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar digunakan
lemak coklat. Polietilenglikol berbobot molekul tinggi. Lemak atau bahan
lain yang cocok. Kecuali dinyatakan lain, digunakan lemak coklat.
Menurut FI edisi IV, suppositoria adalah sedian padat dalam
berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut dalam suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat,
sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bentuk
dan ukuran suppositoria haruslah sedemikian rupa sehingga dapat dengan
mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa
menimbulkan kejanggalan saat dimasukkan dan harus dapat bertahan
untuk suatu waktu tertentu. Berdasarkan tempat pemberiannya,
supositoria dapat dibedakan atas:
 Suppositoria rektal, sering disebut suppositoria saja, berbentuk
peluru digunakan lewat rektal atau anus, Menurut FI edisi III
bobotnya antara 2-3 g, yaitu untuk dewasa 3 g dan anak 2 g,
sedangkan menurut FI Edisi IV kurang lebih 2 g. Suppositoria
berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang
besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka suppositoria
akan tertarik masuk dengan sendirinya. Suppositoria rectal
dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakan untuk
menghilangkan konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal, radang
serta wasiratau kondisi anorektal lainnya. Suppositoria rektal sering
kali mengandung sejumlah zat termasuk anastetik lokal,
vasokontriktor, adstrigen, analgesik, pelunak yang menyejukkan dan
pelindung
 Suppositoria vaginal (ovula), umumnya berbentuk bulat atau bulat
telur dan berbobot lebih kurang 5 g. Dibuat dari zat pembawa yang
larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti
polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Supositoria kempa atau
supositoria sisipan adalah suppositoria vagina yang dibuat dengan
cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau
dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut FI.ed.IV,
supositoria vagina dengan bahan dasar yang dapat larut atau
bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot
5 g. Supositoria dengan bahan gelatin tergliserinasi (70 bagian
gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air) harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35˚C.
Suppositoria vaginal dimaksudkan untuk efek lokal, digunakan
terutama sebagai antiseptic pada hygiene wanita dan sebagai zat
khusu untuk memerangi penyebab penyakit (bakteri patogen).
 Suppositoria uretra (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra,
bentuk batang panjang antara 7 – 14 cm. (Syamsuni, 2007).
Suppositoria uretra biasanya digunakan sebagai antibakteri dan
sebagai sediaan anastetik lokal untuk pengujian uretra (Ansel, 2008).

Metode Pembuatan Suppositoria


a. Dengan tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk suppositoria
yang mengguanakan bahan dasar oleum cacao skala kecil, dan jika
bahan obat tidak tahan terhadap pemanasan.
Cetakan harus dibasahi terlebih dahulu dengan paraffin cair bagi
yang memakai bahan dasar gliserin/gelatin. Tetapi untuk oleum
cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut Metode ini
kurang cocok untuk iklim panas (Lachman, 2008).
b. Dengan mencetak hasil leburan
pada proses pendinginan dan mudah dilepas dari cetakan (Lachman,
2008).
c. Dengan kompresi
Pada metode ini proses penuangan, pendinginan, dn pelepasan
suppositoria dilakukan dengan mesin secara otomatis kapasitas bisa
sampai 3500-6000 suppositoria perjam (Lachman, 2008).

Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suppositoria:


a. Keuntungan suppositoria (Lachman, 2008).
- Dapat menghindari terjadinya iritasi lambung
- Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan
asam lambung
- Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga
obat memiliki efek lebih cepat daripada penggunaan obat
peroral
- Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
b. Kerugian suppositoria (Lachman, 2008)
 Meleleh pada udara yang panas, jika menggunakan basis oleum
cacao.
 Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama

Bahan Dasar Suppositoria:


Bahan dasar atau basis yang digunakan untuk membuat
suppositoria harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh.
Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (oleum cacao),
polietilen glikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shoreae) atau gelatin.
Bahan dasar supositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai
berikut:
 Padat pada suhu kamar sehingga dapat dibentuk dengan tangan
atau dapat dicetak, tetapi akan melunak pada suhu rektum dan
dapat bercampur dengan cairan tubuh.
 Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi.
 Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.
 Stabil dalam penyimapanan, tidak menunjukkan perubahan warna
dan bau serta pemisahan obat.
 Kadar air mencukupi.
 Untuk basis lemak maka bilangan asam, bilangan iodium dan
bilangan penyabunan harus diketahui jelas. (Syamsuni, 2007)
1. Lemak coklat
Lemak ini merupaka senyawa trigliserida, berwarna
kekuningan dan baunya khas. Jika dipanaskan sekitar 30˚C, lemak
coklat mulai mencair dan biasanya meleleh pada suhu 34-35˚C. bila
dibawah suhu 30˚C, zat ini merupakan massa semipadat yang
mengandung lebih banyak Kristal polimorfisme daripada trigliserida
padat. Bila dipanaskan pada suhu tinggi, lemak coklat emncair
sempurna seperti minyak tetapi akan kehilangan semua inti
kristalnya yang berguna untuk memadat. Lemak coklat akan
mengkristal dalam bentuk kristal metastabil bila didinginkan
dibawah 15˚C. Oleh karena itu pemanasan lemak coklat sebaiknya
dilakukan sampai meleleh dan bisa dituang sehingga tetap memiliki
inti kristal bentuk stabil.
2. PEG (Polietilen glikol)
PEG merupakan polimerisasi etilen glikol dengan bobot
molekul 300-6000 (dalam perdagangan tersedia karboaks) 400, 1000,
1500, 4000, 6000. Karoaks yang bobot molekulnya dibawah 1000
berupa cairan, sedangkan yang bobot molekulnya diatas 1000 berupa
padatan lunak seperti malam. Bila dibandingkan lemak coklat
suppositoria berbahan dasar PEG memiliki keuntungan mudah larut
dalam cairan rectum, tidak ada modifikasi titik lebutr yang berarti,
dan tidak mudah meleleh pada suhu kamar. Pembuatan suppositoria
dengan bahan dasar PEG sama seperti pembuatan suppositoria
dengan lemak coklat.
3. Gelatin
Dalam pharmakopea Belanda V terdapat jenis suppositoria
dnegan bahan dasar gelatin. Cara pembuatan suppositoria yaitu:
a. Panaskan dua bagian gelatin dalam 4 bagian air dan 5 bagian
gliserin sampai diperoleh massa homogeny.
b. Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian dan biarkan
massa sampai cukup dingin.
c. Obat yang ditambahkan tersebut dilarutkan atau digerus
dengan sedikit air atau gliserin yang disisakan, kemudian
dicampurkan pada massa yang sudah dingin bila obatnya
sedikit, banyaknya obat dikurangkan dari berat air dan bila
obatnya banyak, dikurangkan dari massa dasarnya.
d. Tuangkan massa yang telah cukup dingin kedalam cetakan
hingga diperoleh suppositoria dengan bobot 4 gram
(Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, 2006).

III. FORMULA
Formula I Formula II
R/ Na Salisilat 0,1 R/ Na Salisilat 0,1
Oleum Cacao 2,9 Oleum Cacao 2,81
m.f suppo No. VI Cera Flava 0,09
m.f suppo No. VI

Formula III Formula IV


R/ Na Salisilat 0,1 R/ Na Salisilat 0,1
PEG 6000 2,61 PEG 6000 2,32
PEG 400 0,29 PEG 400 0,58
m.f suppo No. VI m.f suppo No.VI
IV. URAIAN BAHAN
1. Na Salisilat
Nama resmi : Natrii Salicylas
Nama lain : Natrium salisilat, natrium-1-hidroksibenzoat
Struktur kimia :
Pemerian : Hablur kecil atau serbuk sisik tidak berwarna atau
serbuk putih; tidak berbau atau berbau khas lemah;
rasa manis, asin,
tidak enak.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air & 2 bagian etanol (95%).
Khasiat : Antipiretikum, analgetikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas :
Fungsi dalam formula : Zat aktif
2. Oleum Cacao
Nama resmi : Oleum Cacao
Nama lain : Lemak Coklat
Struktur kimia :
Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik,
rasa khas lemak, agak rapuh.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut
dalam kloroform P, eter P & minyak tanah P.
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas :
Fungsi dalam formula : Basis suppositoria
3. Cera Flava
Nama resmi : Cera Flava
Nama lain : Malam kuning
Struktur kimia :
Pemerian : Zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti
madu, agak rapuh jika dingin, menjadi elastik jika
hangat & bekas tahanan buram dan berbutir-butir.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%) P; larut dalam kloroform P; eter P hangat,
minyak lemak dan minyak atsiri.
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas :
Fungsi dalam formula : Basis suppositoria
4. PEG 6000
Nama resmi : Poluaethylengglycolum-6000
Nama lain : Polietilenglikol-6000, makrogol-6000 poliglikol-
6000.
Struktur kimia :
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning
gading, praktis tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, etanol, kloroform P.
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas :
Fungsi dalam formula : Basis suppositoria
5. PEG 400
Nama resmi : Polyaethylenglicolum-400
Nama lain : Polietilenglikol-400, makrogol-400, poliglikol-400.
Struktur kimia :
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis
tidak berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam air, etanol (95%) P, aseton P, glikol lain
dan hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam
eter P dan hidrokarbon alifatik.
Khasiat : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Inkompatibilitas :
Fungsi dalam formula : Basis suppositoria

V. ALAT DAN BAHAN


Alat : Bahan :
 Alat-alat pembuat suppositoria  Na salisilat
 Pisau cutter  Oleum cacao
 Stopwatch  Cera flava
 PEG 6000
 PEG 400

VI. PERHITUNGAN BAHAN


Formula I
 Na salisilat = 0,1 𝑥 6 = 0,6 + (10% 𝑥 0,6) = 0,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Ol. Cacao = 2,9 𝑥 6 = 17,4 + (10% 𝑥 17,4) = 19,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
Formula II
 Na salisilat = 0,1 𝑥 6 = 0,6 + (10% 𝑥 0,6) = 0,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Ol. Cacao = 2,81 𝑥 6 = 16,86 + (10% 𝑥 16,86) = 18,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Cera flava = 0,09 𝑥 6 = 0,54 + (10% 𝑥 0,54) = 0,594 𝑔𝑟𝑎𝑚
Formula III
 Na salisilat = 0,1 𝑥 6 = 0,6 + (10% 𝑥 0,6) = 0,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
 PEG 6000 = 2,61 𝑥 6 = 15,66 + (10% 𝑥 15,66) = 17,22 𝑔𝑟𝑎𝑚
 PEG 400 = 0,29 𝑥 6 = 1,74 + (10% 𝑥 1,74) = 1,91 𝑔𝑟𝑎𝑚
Formula IV
 Na salisilat = 0,1 𝑥 6 = 0,6 + (10% 𝑥 0,6) = 0,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
 PEG 6000 = 2,32 𝑥 6 = 13,92 + (10% 𝑥 13,92) = 15,31 𝑔𝑟𝑎𝑚
 PEG 400 = 0,58 𝑥 6 = 3,48 + (10% 𝑥 3,48) = 3,82 𝑔𝑟𝑎𝑚
VII. CARA KERJA
Formula I
Lelehkan 1Τ3ol.cacao dalam CP diatas penangas air dan dijaga jangan sampai
jernih, lalu diangkat dari penangas dan tambahkan sisa ol.cacao serta aduk hingga
homogen.

Massa ol.cacao dipindahkan ke dalam mortir hangat dan tambahkan Na salisilat,


diaduk hingga homogen.

Pindahkan campuran ke dalam CP dan hangatkan hingga dapat dituang kedalam


cetakan (dijaga agar tidak sampai jernih).

Tuangkan massa ke dalam cetakan yang telah diolesi dengan paraffin cair,
kemudian dinginkan beberapa saat pada suhu kamar, kemudian bekukan di dalam
lemari es sampai beku.

Lepas suppositoria dari cetakan dan gunakan untuk percobaan selanjutnya.

Formula II

Lelehkan cera flava dalam CP diatas penangas air. Tambahkan 1Τ3 ol.cacao
sedikit demi sedikit terus diaduk hingga homogen dan dijaga jangan sampai
jernih lalu diangkat dari penangas.

Tambahkan sisa ol.cacao dan aduk hingga homogen.

Lanjutkan cara kerja seperti pada formula I (cara kerja 2)


Formula III dan IV

Lelehkan kedua macam PEG, aduk hingga dalam CP diatas penangas air.

Campurkan didalam mortir hangat Na salisilat dan campuran PEG tersebut,


digilas hingga benar-benar homogen.

Tuangkan massa ke dalam cetakan suppositoria. Dinginkan sampai beku.

Keluarkan suppositoria dari cetakan.


Evaluasi Suppositoria

• Suppositoria ditimbang sebanyak 6 buah, diambil


secara acak.
• Tentukan bobot rata-ratanya. Persyaratan tidak
Keseragama boleh lebih dari 2 suppositoria yang masing-masing
n Bobot bobotnya mentimpang dari bobot rata-ratanya lebih
dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan tidak
satu suppositoria pun yang bobotnya menyimpang
dari bobot rat-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan di kolom B (10%).

• Tes ini ditekankan pada distribusi zat berkhasiat


didalam basis suppositoria.
• Supositoria dibelah secara longitudinal kemudian
dilihat secara visual pada bagian internal dan
eksternal harus nampak seragam.
Penampilan
• Penampakan permukaan sertaa warna dapat
digunakan untuk mengevaluasi ketidakadaan : (1)
celah; (2) lubang; (3) eksudasi; (4) pengembangan
lemak; (5) migrasi senyawa aktif (tidak ada bercak-
bercak.

Penentuan • Suatu ukuran wakti yang diperlukan suppositoria


Kisaran untuk meleh sempurna bila dimasukkan ke CP di
Leleh atas penangas air dengan temperatur tetap (37˚C).
VIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
 Uji keseragaman bobot
Formula I
a. Bobot I = 1,6 gram
b. Bobot II = 1,6 gram
c. Bobot III = 1,9gram
d. Bobot III = 1,9gram
1,6+1,6+1,9+1,9
Bobot rata-rata = = 1,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
4

Penyimpangan:
5
 A. 5% 𝑥 1,75 = 𝑥 1,75 = 0,0875𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 1,75 + 0,0875 = 0,098 𝑔𝑟𝑎𝑚


- 1,75 − 0,0875 = 0.0831 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
 B. 10% 𝑥 1,75 = 𝑥 1,75 = 0,175 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 1,75 + 0,175 = 0,1925 𝑔𝑟𝑎𝑚


- 1,75 − 0,175 𝑔 = 0,1575 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rentang A = 0,0831  0,098 gram
Terdapat 1 suppo yang menyimpang
Rentang B = 0,1575  0,1925 gram
Tidak ada suppo yang menyimpang
Formula II
a. Bobot I = 1,9 gram
b. Bobot II = 1,6 gram
c. Bobot III = 2 gram
d. Bobot III = 1,7 gram
1,9+1,6+2+1,7
Bobot rata-rata = = 1,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
4

Penyimpangan:
5
 A. 5% 𝑥 1,8 = 𝑥 1,8 = 0,09 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 1,8 + 0,09 = 1,89𝑔𝑟𝑎𝑚


- 1,8 + 0,09 = 1,71𝑔𝑟𝑎𝑚
10
 B. 10% 𝑥 1,8 = 𝑥 1,8 = 0,180 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 1,8 + 0,18 = 1,98𝑔𝑟𝑎𝑚


- 1,8 − 0,18 = 1,62 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rentang A = 1,71  1,89 gram
Terdapat 2 suppo yang menyimpang
Rentang B = 1,62  1,98 gram
Tidak ada suppo yang menyimpang
Formula III
a. Bobot I = 2,8 gram
b. Bobot II = 2,8 gram
2,8+2,8
Bobot rata-rata = = 2,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
32

Penyimpangan:
5
 A. 5% 𝑥 2,8 = 𝑥 2,8 = 0,14 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 2,8 + 0,14 = 2,94 𝑔𝑟𝑎𝑚


- 2,8 + 0,14 = 2,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
 B. 10% 𝑥 2,8 = 𝑥 2,8 = 0,280 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 2,8 + 0,28 = 3,08𝑔𝑟𝑎𝑚


- 2,8 + 0,28 = 2,52 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rentang A = 2,66  2,94 gram
Tidak ada suppo yang menyimpang
Rentang B = 2,94  3,08 gram
Tidak ada suppo yang menyimpang
Formula IV
c. Bobot I = 2,8 gram
d. Bobot II = 2,8 gram
2,8+2,8
Bobot rata-rata = = 2,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
32

Penyimpangan:
5
 A. 5% 𝑥 2,8 = 𝑥 2,8 = 0,14 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 2,8 + 0,14 = 2,94 𝑔𝑟𝑎𝑚


- 2,8 + 0,14 = 2,66 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
 B. 10% 𝑥 2,8 = 𝑥 2,8 = 0,280 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

- 2,8 + 0,28 = 3,08𝑔𝑟𝑎𝑚


- 2,8 + 0,28 = 2,52 𝑔𝑟𝑎𝑚
Rentang A = 2,66  2,94 gram
Tidak ada suppo yang menyimpang
Rentang B = 2,94  3,08 gram
Tidak ada suppo yang menyimpang

 Penampilan
I II III IV
Celah X X X X
Lubang X X X X
Eksudasi X X - -
Pengembangan lemak X X - -
Migrasi senyawa aktif X X X X
Keterangan :
√ = ada
X = tidak ada
- = tidak dilakukan
 Penentuan kisaran leleh
Uji waktu leleh dilakukan pada suhu ruang (25˚C)
Formula I = 1 menit
Formula II = 41 detik
Formula III = 1 menit 23 detik
Formula IV = 1 menit 25 detik
2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini kami merancang suatu formula untuk
sediaan padat dalam hal ini pembuatan suppositoria dan melakukan
evaluasi sediaan tersebut. Rancangan suppositoria kami menggunakan
zat aktif Na salisilat yang berkhasiat sebagai analgesik-antipiretik
NSAID. Bahan dasar yang digunakan dalam suppositoria juga sangat
berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik.
Pada percobaan kali ini kami membuat sediaan suppositoria
dengan 4 macam formula dengan zat aktif yang sama yaitu Na
salisilat, namun dengan basis suppositoria yang berbeda-beda. Pada
rancangan suppositoria formula I dan II menggunakan basis berlemak
dan pada formula III dan IV menggunakan basis air. Pada suppositoria
formula I hanya menggunakan basis oleum cacao, pada formula II
menggunakan basis oleum cacao dan cera flava, dan pada formula III
dan IV sama-sama menggunakan basis PEG 6000 dan PEG 400
namun dengan perbandingan jumlah yang berbeda. Dimana pada
penimbangannya dilebihkan 10% untuk menghindari adanya
penyusutan bahan saat peleburan.
Pada pembuatannya, basis suppositoria harus dilebur terlebih
dahulu di dalam CP diatas penangas air dan menggunakan mortir
hangat untuk mencampurkan basis dan zat aktifnya. Campuran
kemudian dimasukkan kedalam cetakan suppositoria menggunakan
batang pengaduk sebagai tempat alir campuran agar dapat masuk
kedalam lubang cetakan, cairan dimasukkan dengan hati-hati dan
harus dalam keadaan panas/hangat karena terutama untuk suppositoria
basis air, karena basis air sangat cepat membeku bahkan dalam suhu
ruang karena itu setelah dilebur dan dicampur dengan zat aktif,
campuran harus segera dimasukkan kedalam cetakan.
Untuk suppostoria dengan basis lemak, cetakan harus terlebih
dahulu dilapisi dengan paraffin cair agar suppositoria tidak lengket
pada cetakan dan memudahkan pelepasan suppositoria dari cetakan.
Sedangkan untuk suppositoria dengan basis air cetakan tidak perlu
dilapisis dengan paraffin cair karena basis tersebut mudah dilepaskan
dari cetakan. Setelah campuran dimasukkan kedalam cetakan, tunggu
hingga campuran sedikit mendingin baru kemudian masukkan cetakan
yang berisi campuran tadi kedalam lemari pendingin. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terbentuknya celah atau retakan pada
suppositoria. Diamkan suppositoria dengan basis lemak didalam
lemari pendingin selama ±3 jam kemudian lepaskan suppositoria dari
cetakan, sedangkan untuk suppositoria dengan basis air didiamkan
didalam lemari pendingin selama ±1 jam baru kemudian lepaskan
suppositoria dari cetakan. Suppositoria basis lemak lebih sukar untuk
membeku daripada suppositoriadengan basis air karena itu dibutuhkan
waktu lebih lama untuk membuat suppositoria basis lemak mengeras.
Namun, sebaiknya jangan lebih dari 3 jam karena jika melebihi waktu
tersebut, suppositoria akan sulit untuk dkeluarkan dari cetakan.
Suppositoria yang telah dikeluarkan dari cetakan sebaiknya
segera dibungkus dengan aluminium foil untuk mengindari
melekatnya suppositoria satu sama lain kemudia masukkan kedalam
pot suppositoria untuk disimpan dan masukkan kembali kedalam
lemari pendingin dengan suhu dingin (5-15˚C) agar suppossitoria
tidak meleleh.
Evaluasi pada sediaan suppositoria dilakukan untuk
mengetahui apakah suppositoria yang dibuat sudah memnuhi syarat
yang ditetapkan atau tidak, dan mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi sediaan suppositoria dan melihat apakah suppositoria
layak dipasarkan. Untuk evaluasi sediaan suppositoria, kami
melakukan 3 pengujian yaitu uji keseragaman bobot, uji penampilan
dan uji kisaran waktu leleh. Untuk uji keseragaman bobot, menurut
persyaratan persen penyimpangan tidak boleh lebih dari dua
suppositoria yang persen penyimpangannya >5% (kolom A) dan tidak
satupun suppositoria yang persen penyimpangannya >10% (kolom B).
Untuk uji keseragaman bobot, pada formula I terdapat 1
suppositoria yang menyimpang dari kolom A dan tidak terdapat satu
suppositoria pun yang menyimpang dari kolom B. Pada formula II,
terdapat 2 suppositoria yang menyimpang dari kolom A dan tidak
terdapat suppositoria yang menyimpang dari kolom B. Pada formula
III, tidak ada suppositoria yang menyimpang baik dari kolom A
maupun B. Dan pada formula IV, tidak ada suppositoria yang
menyimpang baik dari kolom A maupun B. Sehingga dapat dikatakan
bahwa semua sediaan suppositoria memenuhi syarat uji keseragaman
bobot.
Pada pemeriksaan penampilan suppositoria, yang perlu
diperhatikan adalah adanya celah, lubang, eksudasi, pengembangan
lemak, dan migrasi senyawa aktif (adanya bercak). Namun untuk
basis air, eksudasi dan pengembangan lemak tidak dilakukan karena
eksudasi dan pengembangan lemak hanya berlaku pada basis lemak.
Pada basis lemak formula I tidak terdapat lubang pada tengah
suppositoria. Sedangkan untuk celah, lubang, eksudasi,
pengembangan lemak dan bercak tidak terdapat pada formula I. Pada
formula II juga tidak terdapat lubang sama seperti formula I, begitu
pula dengan uji yang lain. Pada basis air formula III dan IV tidak
terdapat celah, lubang maupun bercak. Sehingga dapat dikatakan,
bahwa suppositoria yang menggunakan basis air lebih baik dalam hal
penampilan.
Pada uji penentuan kisaran leleh, uji dilakukan dengan
meletakkan suppositoria diatas kertas perkamen dengan suhu ruang
(25˚C). Pada formula I, didapatkan waktu leleh 1 detik. Untuk
formula II didapatkan waktu leleh ± 41 detik. Untuk formula III
didapatkan waktu leleh ±1 menit 23 detik. Dan untuk formula IV
didapatkan waktu leleh ±1 menit 25 detik. Sehingga dapat dikatakan,
bahwa untuk waktu leleh, suppositoria dengan basis lemak lebih cepat
meleleh pada suhu ruang dibandingkan dengan suppositoria dengan
basis air.
Dosis yang digunakan secara rektal tidak selalu sama dengan
dosis yang digunakan secara oral, dan ini tergantung pada sifat kimia-
fisika obat, koefisien partisi, kelarutan dari obatnya serta sifat fisika
dari sediaan supositoria itu sendiri (Liebe, 1996).
Absorpsi obat dari suppositoria banyak dipengaruhi faktor
antara lain fisiologi anorektal, basis supositoria, pH pada tempat
absorpsi, pKa obat, derajat ionisasi, dan kelarutan obat dalam lemak
(Ansel et al., 1995).
Ha-hal lain yang dapat menimbulkan masalah dalam suppositoria:
a. Air dalam suppositoria
Penggunaan air sebagai pelarut untuk mencampurkan zat-
zat dalam basis suppositoria harus dihindari, karena:
- Air mempercepat oksidasi lemak
- Jika air menguap zat-zat yang terlarut akan membentuk
Kristal-kristal
- Reaksi antara bahan-bahan yang terdapat dalam suppositoria
lebih sering terjadi dengan adanya air
- Pemasukan air atau zat-zat lain yang dapat dikontaminasi
oleh pertumbuhan bakteri dan fungi.
b. Ketidakcampuran
Basis-basis PEG ternyata tidak dapat bercampur dengan
garam-garam perak, asam tanat, aminopilin, kinin, lehtamfod,
aspirin, benzokain, iodoklorhidrat, sikin, dan sulfonamide.
c. Higroskopisitas
Higroskopisitas yang dapat terjadi contohnya pada
suppositoria gelatin yang mengandung gluerin kehilangan lembab
oleh penguapan dalam iklim kering dan mengabsorpsi lembab
dalam kelembaban yang tinggi.
d. Viskositas
Viskositas massa suppositoria yang mencair adalah
penting dalam pembuatan suppositoria dan perlakuannya dalam
rectum setelah mencair.
e. Kerapuhan
Pecahnya suppositoria yang dibuat dengan basis-basis
seperti ini seringkali disebabkan oleh pendinginan yang cepat dari
basis yang mencair.
f. Kerapatan
Jika terjadi penyusutan volume dalam cetakan selama
pendinginan, penambahan pengganti harus dibuat untuk
mendapatkan berat suppositoria yang tepat.
g. Penyusustan volume
Penyusutan dapat dihilangkan dengan mengguanakan
massa sedikit diatas temperatur bekunya kedalam suatu cetakan
yang dihangatkan sampai temperature yang sama.
h. Pelumas atau zat penglepas dari cetakan
Suppositoria yang sukar dilepaskan dari cetakan
memerlukan berbagai pelumas cetakan atau zat-zat pengelupas
dari cetakan harus digunakan untuk menanggulangi kesulitan ini.
i. Faktor pengganti
Jumlah basis yang diganti oleh bahan-bahan aktif dalam
formulasi suppositoria dihitung dengan persamaan;
100 (𝐸 − 𝐺) + 1
𝐹=
(𝐺)(𝑋)
j. Bobot dan volume
Jumlah bahan aktif dari masing-masing suppositoria
tergantung pada:
- Konsentrasinya dalam massa tersebut
- Volume ruang cetakan
- Bobot jenis basis
- Variasi volume antara cetakan
- Variasi bobot antara suppositoria
k. Ketengikan dan antioksidan
Ketengikan disebabkan oleh autooksidasi dan penguraian
berturut-tururt lemak tidak jenuh menjadi aldehid jenuh dan tidak
jenuh, berbagai keton dan asam yang mempunyai bau kuat dan
tidak menyenangkan (Lachman, 2008).
Untuk penyimpanan, karena suppositoria tidak tahan pengaruh
panas, maka perlu menjaga dalam tempat yang dingin. Suppositoria yang
basisnya oleum cacao harus disimpan dibawah 30oF, dan akan lebih baik
bila disimpan dalam lemari es. Suppositoria gelatin gliserin baik sekali
bila disimpan dibawah 30oF. Suppositoria dengan basis polietilen glikol
mungkin dapat disimpan dalam suhu ruangan biasa tanpa pendinginan.
Suppositoria yang disimpan dalam lingkungan yang kelembapan nisbinya
tinggi, mungkin akan menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon,
sebaliknya bila dismpan dalam tempat yang kering sekali mungkin akan
kehilangan kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh. (Ansel, 2005).

IX. KESIMPULAN
1. Suppositoria dapat dibuat dengan menggunakan basis berlemak
maupun basis air sesuai sifat fisika kimia zat aktif.
2. Evaluasi sediaan suppositoria yang dapat dilakukan ada 3, yaitu uji
kesergaman bobot, pemeriksaan penampilan, dan uji waktu leleh.
3. Untuk uji keseragaman bobot, semua suppsitoria sudah memnuhi
persyaratan.
4. Untuk pemeriksaan penampilan, suppositoria yang menggunakan
basis air jauh lebih baik daripada suppositoria yang menggunakan
basis lemak.
5. Untuk uji waktu leleh, suppositoria yang menggunakan basis lemak
lebih cepat meleleh dibanding suppositoria yang menggunakan basis
air.
X. DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesi : Jakarta.
DepKes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesi : Jakarta.
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :
Penerbit UI Press.
Lachman, Leon et al. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Liebe, D.C., 1996, Packaging in Pharmaceutical Dosage Forms, in:
Banker, G.S. and Rhodes, C.T., 1996, Modern Pharmaceutics, 3rd
ed. and expanded, Marcel Dekker Inc., New York, p. 716-717.
Syamsuni, H.A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Syamsuni, H.A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai