BAB I
PENDAHULUAN
Persetujuan pokok kerja sama dalam lapangan ekonomi dan teknik antara
Republik Indonesia dan Uni Republik Sovyet sosialis tanggal 15 September
1956. Hal ini direalisasikan dengan penandatanganan kontrak pembangunan
proyek vital oleh Menteri Perdatam:
Proyek Alumunium Medan
Proyek Besi Baja Kalimantan
Proyek Besi Baja Trikora
Pembentukan Tim Proyek Besi Baja, dikepalai Drs. Soetjipto dibantu Ir. A.
Sayoeti, Ir. Tan Boen Liam, dan RJK Wiriasoeganda. Penelitian sumber bijih
besi di Bayah/Ujung Kulon Banten dan di Lampung dibantu Ahli Belanda, Ir.
Binghorst.
1959 Penelitian/survei lokasi pendirian Pabrik Besi Baja dilakukan di dua propinsi
dan dibantu oleh Tim Ahli Rusia. Dua propinsi tersebut adalah:
Jawa Timur: Gresik, Probolinggo, Pasuruan, Banyuwangi
Jawa Barat: Cilegon
Prinsip yang dipakai dalam survei lokasi pendirian pabrik besi baja adalah:
1960 Kontrak Pembangunan Pabrik Baja Cilegon nomor 080 tanggal 7 Juni 1960
antara Republik Indonesia degan All Union Export-Import Corporation
(Tjazpromex Pert) of Moskow.
1962 Peletakan batu pertama atau peresmian pembangunan Proyek Besi Baja
Trikora Cilegon di area 616 Ha pada tanggal 20 Mei 1962, dan berdasarkan
Ketetapan MPRS No. 2/1960 proyek diharuskan selesai sebelum tahun 1968.
1965 Terhentinya kegiatan pembangunan Proyek Besi Baja Trikora karena krisis
politik (pemberontakan G30S/PKI).
1967 Berubahnya Proyek Besi Baja Trikora menjadi bentuk Perseroan Terbatas
(PT) berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 17 tanggal 28
Desember 1967.
1970 PT. Krakatau Steel resmi berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT.
Krakatau Steel, dengan maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan
penyelesaian pembangunan Proyek Baja Trikora serta mengembangkan
industri baja dalam arti luas.
1971 Pendirian PT. Krakatau Steel disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie
nomor 34 tanggal 23 Okober 1971 di Jakarta, dan diperbaiki dengan naskah
No. 25 tanggal 29 Desember 1971.
1977 Peresmian Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profil, dan Pelabuhan Khusus
Cigading PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto tanggal 27 Juli 1977.
1979 Peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa (50%), Pabrik Billet Baja (Electric
Arc Furnace/Dapur Thomas), Wire Rod, PLTU 400 MW, dan Pusat
Penjernihan Air (kapasitas 2000 liter/detik) PTKS serta KHI Pipe oleh
Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979.
1983 Peresmian Pabrik Slab Baja (EAF), Hot Strip Mill, dan Pabrik Besi Spons unit
2 PT. Krakatau Steel oleh Presiden Soeharto tanggal 24 Februari 1983.
1985 Ekspor perdana produk baja PT Krakatau Steel ke beberapa negara, seperti
Jepang, Amerika, Inggris, India, Cina, Timur Tengah, Korea, dan negara-
negara ASEAN.
1989 PT. Krakatau Steel dan 9 BUMN strategis lain (PT Boma Bisma Indra, PT
Dahana, PT INKA, PT INTI, PT IPTN, PT LEN, PT Barata Indonesia, PT
Pindad, dan PT PAL) dikelompokkan dalam BPIS (Badan Pengelola Industri
Strategis) berdasarkan Keppres RI nomor 44 tanggal 28 agustus 1989.
1990 Peletakan batu pertama perluasan dan modernisasi PT Krakatau Steel oleh
Menteri Muda Perindustrian RI/Dirut PT Krakatau Steel, Ir. Tunky
Ariwibowo tanggal 10 November 1990, dengan sasaran:
Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta ton per
tahun
Peningkatan kualitas dan peragaman jenis baja
Efisiensi produksi
1991 Penggabungan usaha (merger) PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT
CRMIU) dan PT Krakatau Baja Permata (PT KBP) menjadi unit operasi PT
Krakatau Steel, tanggal 1 Oktober 1991. CRM didirikan 19 Februari 1983, dan
diresmikan 1987.
1992 Pemisahan Pabrik Baja Tulangan, Pabrik Besi Profil, dan Pabrik Kawat Baja
menjadi PT Krakatau Wajatama, tanggal 24 Juli 1992.
1994 PT Krakatau Steel mendapat Sertifikat ISO 9002, tanggal 17 November 1994.
1997 PT Krakatau Steel mendapat Sertifikat ISO 14001 pada bulan April 1997.
2002 Pemeintah melalui Forum RUPS Luar Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah
membubarkan PT BPIS. Pengalihan asset BUMNIS ke Pemerintah (Kantor
Menneg BUMN sebagai pemegang kuasa Menteri Keuangan).
Visi
Misi
Menyediakan produk baja bermutu, dan jasa terkait, bagi kemakmuran bangsa.
Jalan yang cukup luas sehingga memudahkan pekerja bergerak dan menjamin
keselamatan kerja karyawan.
Keterangan:
produk akhir yang dikenal dengan nama baja lembaran panas. Produk ini
banyak digunakan untuk aplikasi konstruksi umum, dan lain-lain. Baja
lembaran panas dapat diolah lebih lanjut melalui proses pengerolan ulang
dan proses kimiawi di pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill)
menjadi produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini
umumnya digunakan untuk aplikasi bagain dalam dan luar kendaraan
bermotor, kaleng peralatan rumah tangga, dan sebagainya.
di dalam Electric Art Furnace (EAF) menjadi lebih efisien dan proses
pembuatan baja menjadi lebih akurat. Sehingga hal tersebut menjamin
konsistensi kualitas produk baja yang dihasilkan. Besi spons yang
berbentuk butiran merupakan bahan baku utama pembuatan baja, yang
nantinya akan dikirim ke dapur listrik di SSP maupun BSP.
Slab Steel Plant atau Pabrik Baja Slab merupakan pabrik yang
membuat baja dalam bentuk lembaran. PT. Krakatau Steel memiliki dua
pabrik baja slab, yang pertama yaitu SSP-1 yang menerapkan teknologi
MAN GHH dari Jerman dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta
ton per tahun, sedangkan yang kedua adalah SSP-2 yang dilengkapi
dengan teknologi Voest Alpine dari Austria dan memiliki kapasitas
produksi sebesar 800 ribu ton per tahun.
Bahan baku utama pabrik baja slab adalah besi sponge dan scrap
ditambah dengan batu kapur, serta dicampur dengan unsur-unsur lain
seperti C, Fe, Si. Pabrik ini memproduksi baja slab dengan ukuran: tebal
200 mm, lebar 950-2080 mm, dan panjang maksimum 12.000 mm dengan
berat maksimum 30 ton. Fasilitas barik yang dimiliki oleh kedua pabrik
tersebut adalah sebagai berikut:
Pabrik Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM) merupakan pabrik
yang menghasilkan baja lembaran berupa coil, plat, dan sheet dengan
proses pemanasan sampai suhu ± 1250oC, yang merupakan pemprosesan
lanjutan dari baja lembaran yang dihasilkan oleh pabrik baja slab. Pabrik
Baja Lembaran Panas mulai beroperasi pada tahun 1983 dengan
menerapkan teknologi SMS dari Jerman. Pabrik ini memiliki kapasitas
produksi sebesar 2 juta ton per tahun dan dikontrol secara otomatis oleh
sistem komputer.
Tebal : 1.80 – 25 mm
Reheating Furnace
Untuk persiapan proses pengerolan, baja slab dimasukkan ke
dalam Reheating Furnace dimana baja akan dipanaskan hingga
mencapai temperatur pengerolan (1200-1250oC). Parameter-
parameter penting dalam proses ini seperti temperatur pemanasan,
waktu pemanasan dan metode penaikan temperatur dikontrol
secara otomatis oleh komputer.
Finishing Mill
Proses kontinyu pada Finishing Mill berfungsi untuk mereduksi
transfer bar menjadi baja lembaran (strip) dengan ketebalan akhir
sesuai permintaan konsumen. Dalam prosesnya, pengawasan yang
ketat dilakukan terhadap parameter-parameter seperti ketebalan
baja lembaran, deviasi ketebalan, lebar baja lembaran dan
temperatur pengerolan akhir. Komputer proses dalam hal ini
berperan untuk melakukan pengontrolan secara otomatis.
Laminar Cooling
Proses di dalam Water Laminar Cooling secara semi otomatis
dikontrol oleh sistem komputer dengan tujuan mendapatkan baja
lembaran dengan kualitas yang baik.
Down Coiler
Baja lembaran dibentuk menjadi gulungan (coil) dengan
menggunakan 2 (dua) buah mesin down coiler.
Shearing Line
Baja lembaran panas yang berbentuk gulungan dapat diproses lebih
lanjut menjadi kondisi slit, trimmed atau recoiled.
Hot Skin Pass Mill
Tekanan kecil diberikan sepanjang baja lembaran untuk
memperbaiki kondisi fisik baja yang dihasilkan.
Temper Mill
Temper rolling merupakan istilah yang digunakan pada proses
akhir pembuatan baja lembaran dingin yang bertujuan antara lain
untuk memberikan kekasaran yang tepat pada permukaan,
memperbaiki kerataan dari baja lembaran, untuk menutupi
kerusakan pada derajat tertentu, dan untuk memberikan tegangan
yang cukup dalam upaya menekan yield point untuk mengeliminasi
strecher strains selama proses pembentukan di pelanggan.
Finishing Line
Baja lembaran dingin gulungan dapat diproses lebih lanjut menjadi
bentuk sheared, trimmed, atau recoiled.
Reheating Furnace
Untuk persiapan pengerolan, baja billet atau bloom dimasukkan ke
dalam Reheating Furnace tipe walking beam dimana baja
dipanaskan hingga mencapai temperatur pengerolan (1.200-
1.250oC). Parameter-parameter penting dalam proses ini seperti
BAB II
PROSES PRODUKSI
N
W E
WORK
MARSELING Wood SHOP AMB
YARD WHS SLT Skid DE CAL IV
HUMI-
DITY
WHS ROOM ECL #1
SHR N5
N6 ELECT.
YARD YARD BOILER
SHOP
WHS ECL #2 N3
YARD
N7
REC YARD N4
WHS BAF
YARD AIR
COMP.
PARKING
AREA PRP
WHS TPM ROLL SHOP
Mobile
ADB Shop
Security
Gate
HOT STRIP MILL
Unit utama produksi CRM terdiri dari 11 line. Setiap line produksi CRM
mempunyai fungsi dan spesifikasi yang berbeda-beda. Jalur proses yang dilewati
amat tergantung dengan jenis produk baja canai dingin yang akan dihasilkan.
Adapun fasilitas utama di unit CRM dapat dilihat dari gambar berikut :
SIZE (mm)
LINE ENTRY EXIT Max. DIAMETER (mm) MAX. SPEED (mpm) Annual
No. Coil Cap. Remarks
Manufact Thickness Width Thickness Width Weight OD ID Entry Proses Exit (tons)
1. CPL
CPL 1.80-6.0 600-1300 1.8-6.00 600-1300 23.4 2000 EN=760
440 220 330 907,345 TO TCM=907,345
CLECIM EX=610
2. TCM
TCM 1.80-6.0 600-1300 0.18-3.00 600-1300 23.4 2000 508 1980 904,625 TO ECL#1= 312,525
CLECIM TO ECL#2=
TO CAL = 202,635
TO BAF = 389,265
3. ECL#1
ECL #1 0.18-0.80 600-1300 0.18-0.80 600-1300 23.4 2000 508 800 307,735 TO BAF = 117,735
CLECIM TO WHS= 190,000
4. ECL#1
ECL #2 0.18-0.80 600-1300 0.18-0.80 600-1300 23.4 2000 610 160 XXXXX TO BAF =
CLECIM TO WHS=
5. CALCAL 0.18-0.60 600-1067 0.18-0.60 600-1067 20.0 2000 610 580 450 580 199,740
STEIN HURTEY
6. CALBAF 0.18-3.00 550-1300 0.18-3.00 550-1300 23.4 2000 610 507,000 TMBP = 62,000
L0I CQ = 255,615
DQ = 75,670
DDQ = 113,715
7. CALTPM 0.18-3.00 550-1300 0.18-3.00 550-1300 23.4 2000 610 1980 699,725 TO PRP = 231,580
CLECIM TO REC = 192,055
TO SHR = 130,875
TO SLT = 160,925
8. CALPRP 0.18-0.60 550-1300 0.18-0.60 550-1300 2000
EN=23.4 610 1200 220,000 TIN FEED = 130,000
CLECIM EX=10 SOFT = 90,000
9. CALREC 0.18-3.00 550-1300 0.18-3.00 550-1300 23.4 2000 610 500 187,250 FH = 83,250
CLECIM SOFT = 104,000
10 CALSHR 0.18-3.00 550-1300 0.18-3.00
SHEET 550-1300 23.4
: 762x4880(max) 2000 610 120 130,875
CLECIM
11. CAL
SLT 0.18-2.50 550-1300 0.18-2.50 550-1300 23.4 2000 610 160,925
CLECIM
Proses canai dingin secara spesifik ditandai dengan adanya proses reduksi
terhadap tebal material melalui beberapa pasang roll tanpa ada proses pemanasan
(dingin). Proses ini menghasilkan permukaan strip yang halus dan lebih keras.
Proses selanjutnya dapat diikuti dengan proses pemanasan ataupun proses
pemanasan sehingga sifat mekanis produk yang dihasilkan berbeda-beda.
CPL
HRC
TCM
BAF TPM
PRP
REC CRC
ECL2
Keterangan :
ECL1
P&O SHR
As Rolled
Full Hard CRS
Soft CR SLIT
CAL SLT
Continuous Picking Line (CPL) adalah salah satu unit di Cold Rolling Mill
(CRM) yang berfungsi untuk membersihkan atau menghilangkan scale dengan
cara mekanis dan kimiawi. Proses pembersihan secara mekanis pada unit ini
dilakukan oleh scale breaker, sedangkan pembersihan secara kimiawi dengan
menggunakan HCl.
Bahan baku yang masih berupa koil hasil produksi dari Hot Strip Mill
(HSM) yang biasa disebut dengan Hot Rolled Coil (HRC), masih mengadnung
scale akibat dari oksida yang terjadi pada temperatur tinggi. Sebelum bahan ini
diproses lebih lanjut di unit-unit lain di CRM terlebih dahulu diproses di CPL
untuk menghilangkan scale tersebut. Sesuai dengan namanya proses CPL ini
berlangsung secara kontinyu.
Proses secara mekanis, proses ini berlangsung di scale breaker. Koil yang
masuk di scale breaker dilipat (ditekuk- tekuk) sehingga scale yang
menempel pada permukaan strip tersebut rontok.
Proses secara kimiawi, proses ini berlangsung pada 4 buah tangki yang
berisi larutan HCl. Masing-masing tangki mempunyai konsentrasi HCl dan
temperatur tertentu.
Hasil reaksi antara HCl dan scale akan menghasilkan waste pickle liquor
(FeCl2). FeCl2 ini selanjutnya diproses atau didaur ulang di ARP (Acid
Regenerated Plant). Selanjutnya di ARP akan menghasilkan HCl (Fresh Acid)
yang digunakan kembali untuk proses pickling.
Reaksi yang terjadi di ARP adalah sebagai berikut :
4 FeCl2 + 4 H2O + O2 2 Fe2O3 + 8 HCl
c. Flattener Processor
Untuk meluruskan Flat head strip memudahkan threading
f. Flash trimmer
Daerah lasan yang menonjol tidak diinginkan karena dapat
mengganggu proses produksi di TCM, dengan menggunakan flash
trimmer bagian yang menonjol tersebut dikikis. Pengikisan dilakukan oleh
flash trimmer secara bertingkat melalui insertit yang dipegang oleh
clamping die.
g. Scale breaker
Berfungsi untuk memecah scale yang menempel pada permukaan
strip secara mekanis untuk membantu memudahkan pembersihan scale
melalui proses pickling. Scale breaker bekerja dengan menggunakan 3
perangkat levelling roll yang diatur bersilangan 1 perangkat dengan posisi
di atas strip dan 2 perangkat dengan posisi di bawah strip, melalui roll
tersebut tension diberikan pada strip dengan elongation maksimal 2 % (
Untuk PT KS 0,7%) hingga bentuk strip yang tadinya bergelombang
menjadi flat dan membuat scale menjadi terpecah-pecah.
i. Pickling tank
j. Rinse Tank
Berfungsi untuk membersihkan HCl yang masih menempel pada
permukaan strip hasil proses pickling dengan menggunakan air. Proses
rinsing dilakukan dengan menyemprotkan air pada strip lewat nozzle
dengan temperatur 80oC. Limbah rinsing kemudian dialirkan keluar secara
overflow melalui empat sekat dalam rinse tank.
k. Dryer
Selesai di rinsing, strip di keringkan lewat dryer dengan temperatur
150 oC. Udara yang berasal dari lingkungan dilewatkan pada tube-tube
yang dialiri steam yang berasal dari utilitas untuk menghasilkan udara
panas.
l. Notcher
Befungsi untuk membuat takik pada sambungan dua strip yang
berbeda lebarnya. Takik pada sambungan strip tersebut perlu diberikan
untuk memberikan kemudahan pisau side trimmer untuk beradaptasi
dengan perubahan lebar strip.
m. Side Trimmer
Berfungsi untuk memotong sisi strip sesuai dengan pesanan.
Kemampuan potong tiap sisi adalah 25 mm.
n. Electrostatic oiler
Berfungsi untuk memberikan oli pada permukaan strip agar tidak
karat karena oksidasi. Proses oiling dilakukan dengan cara electrostatik,
partikel oli yang keluar dari blade diberi muatan positif sedang pada strip
diberi muatan negatif, karena pengaruh gaya tarik muatan positif dengan
negatif maka partikel oil menempel pada strip.
Keunggulan sistem electrostatik :
1. Hasil oiling sempurna karena partikel oli dapat masuk sampai pori-pori
strip
2. Coating rata dan mudah diatur
3. Konsumsi oli rendah
Hasil pembakaran adalah uap panas asam dan debu besi. Keduanya
dipisahkan dalam cyclone. Karena pengaruh gravitasi, debu turun ke
reaktor dan akhirnya dibuang. Dalam ventury tube ditempatkan Heat
Exchanger diantara uap panas dari reaktor dan WPL dari tangki, sehingga
akan menaikkan temperature WPL dan menurunkan temperatur uap panas
tersebut menjadi 160-180oC. WPL akan terpisah, sebagian ke reaktor
untuk direaksikan dan sebagian ke reaktor untuk direaksikan dan sebagian
ke venturi untuk dinaikkan suhunya. Uap asam panas yang terpisah naik ke
absorber.
Q =I.t
Jika strip adalah katode (-) gas hidrogen akan dihasilkan sebagai
pengganti gas oksigen. Strip yang melilit konduktor roll sebagai
katoda/anoda. Pembersihan/ pelepasan kotoran dilakukan dengan
membalik polaritas kutub-kutub tersebut.
control module yang menerima sinyal input dari tacho generator yang
terpasang pada line speed. Jadi motor DC ini dikendalikan pada
kecepatan strip, sehingga pengkabutan oli menjadi sempurna. Blade
juga berfungsi sebagai elektroda (-), sehingga kabut oli juga
mengandung muatan (-). Kabut oli ini akan tertarik oleh strip yang
bermuatan (+).
permukaan strip. Lintasan ECL 2 ini terdiri dari entry section, process
section, dan exit section.
Secara umum bagian – bagian utama proses di ECL 2 sama dengan
bagian-bagian utama proses di ECL 1. Perbedaanya adalah material yang
diproses di ECL 2 lebih tebal > 0.40 mm dan arus yang digunakan untuk
proses pembersihan tipe Low Current Density (LCD).
Recoiler
Uncoiler
Dryer Welder
Rinsing
tower ini akan bergerak naik lagi apabila exit section berjalan dengan
normal kembali.
Annealing furnace terdiri dari 3 bagian utama yaitu ruang pemanas
yang berfungsi untuk memanaskan strip hingga temperature 700oC.
Bagian kedua dalah soaking chamber yang berfungsi menjaga dan
menahan temperatur strip sekitar 620-700oC pada proses holding.
Bagian ketiga adalah bagian ruang pendinginan denga jet cooling tube
yang dipasang pada masing-masing permukaan strip. Pendinginan
pada bagian ini memakai media udara. Semua proses dalam annealing
furnace dilakukan dengan memakai gas HNX untuk mencegah
terjadinya oksidasi pada permukaan strip karena pengaruh udara
bebas. Konsentrasi dari HNX selam proses ini 5% , dengan X 2%.
Pada kedua ujung furnace dipasang dancer roll untuk memberikan
tension pada strip. Proses diatas digambarkan pada diagram temperatur
waktu seperti dibawah ini yang berbeda tiap produknya sesuai dengan
spesifikasinya.
INNER COVER
COIL STACK
BASE
Data Data
T O T HE HUM IDIT Y
CONT RO L L ED AREA
COIL FROM TCM/ECL
a. Coil diletakkan atau ditumpuk diatas base ditambah dengan pemisah coil
(converter plate) yang digunakan untuk memisahkan coil yang satu
dengan yang lain, yang kemudian ditutup dengan inner cover, kemudian
tumpukan dipanaskan dengan burner yang berada di sekeliling bagian
bawah furnace.
b. Annealing base juga dilengkapi dengan blower atau fan yang berfungsi
untuk mensirkulasi/ mendistribusikan panas mulai dari bawah hingga
menyebar sampai bagian atas. Hal ini untuk menghindari terjadinya
perbedaan panas pada masing – masing baik yang bawah maupun yang
atas. Perbedaan panas ini dijaga agar masih dalam batas-batas toleransi.
Fan ini juga berfungsi untuk mensuplai gas HNX / protective gas ke
dalam ruangan annealing. Protective gas mempunyai sifat konduktif yang
menyerap panas dari furnace dan mensirkulasikannya.
c. Panas dari furnace ini disirkulasikan melewati rongga-rongga convector
plate ke ujung-ujung coil dengan kecepatan tinggi sehingga sampai ke
bagian tengah coil. Setelah selesai proses pemanasan dan soaking furnace
diangkat atau dipindahkan dari base dan proses pendinginan dimulai.
d. Pada awalnya pendinginan dilakukan dengan udara biasa (ambient air )
selama 1 jam, kemudian cooling hood diletakkan di atas base menutupi
inner cover. Panas diserap dari inner cover dan udara pengganti akan
melewati rongga antara inner cover dan cooling hood. Cooling hood ini
dilengkapi dengan axial fan yang terletak pada bagian atas.
e. Ketika temperatur coil bagian bawah mencapai 500-550oC, rapid cooling
system akan bekerja untuk memindahkan panas ke udara pendingin untuk
mendinginkan protective gas yang ada dalam inner cover.
tension sebesar 3,3 ton. Strip kemudian diumpan dari Bride Roll ke Stand
1, kemudian ke stand 2 dan digulung oleh tension reel yang mampu
memberikan tension sebesar 5 ton. Setelah proses berakhir coil di ambil
oleh exit coil car dibawa ke delivery conveyor.
Pada TPM terdapat 2 stand, stand 1 berfungsi untuk mengatur
kualitas mekanis dan stand 2 berfungsi untuk mengatur kualitas strip
bagian permukaan. Apabila dalam operasi menjalankan 1 stand maka
stand ini menjalankan kedua fungsi tersebut.
Electrostatic
Oiler
Side
Welder Trimmer
Uncoiler Thickness
Gauge Recoiler
Edges
Reject
Recoiler
Line ini memproses coil dengan ketebalan 0,18 – 0,6 mm, coil diletakkan
pada line ini setelah proses temper. Pada line ini semua coil diperiksa dan
membuang kelebihan ukuran. Segala macam cacat yang terdapat pada coil dan
tidak ditolerir juga dibuang. Sedangkan coil yang lolos pemeriksaan dibawa ke
packaging line untuk dibungkus dan dikirim ke customer. Pada line ini coil bisa
dilapisi dengan oli dan bisa juga tidak, sesuai dengan permintaan customer.
2.1. Spesifikasi :
Line ini memproses coil dari TPM untuk pemeriksaan akhir sebelum coil
dikirim ke konsumen. Coil diperiksa yaitu ukuran, cacat permukaan dan dilapisi
oil jika diinginkan oleh pemesan. Pada line ini dapat juga melakukan pemotongan
sisi strip jika pemesanan menginginkan ukuran tertentu. Setelah itu coil menuju
ke Packaging Line untuk selanjutnya dikirim ke customer.
3.1. Spesifikasi:
- Material : Cold Rolled Strip
- Yield Strength : 28 kg/ mm2
3.2. Line Speed:
- Process Section : 500 ppm
- Threading Section : 30 mpm
3.3. Strip:
- Entry
a. Tebal : 0,18 – 3,0 mm
b. Lebar : 350 – 1300 mm
- Exit
a. tebal : 0,18 – 3,0 mm
b. lebar (trimmed) : 500 – 1250 mm
c. lebar (untrimmed) : 1300 mm (max)
3.4 Coil:
- Entry
a. inner diameter : 420 – 508 mm
b. outer diameter : 700 – 2000 mm
c. Berat : 23,4 ton (max)
d. Berat/mm lebar : 18 kg
3.5 Reject Packs :
- Panjang Pemotongan : 2000 mm (max)
- Berat : 2000 kg (max)
Flying
Shear
Side
Trimmer Thickness 2nd Choice 1st Choice
Uncoiler Gauge Oiler Piller Piller
Lev eller
Edges
Fungsi dari line ini adalah memotong – motong coil menjadi lembaran
atau sheet dengan ukuran panjang yang berbeda-beda (sesuai permintaan). Pada
line ini bisa juga dilakukan pemotongan pada sisi coil yaitu sebelum coil dipotong
menjadi lembaran atau bisa juga dibiarkan dengan lembaran yang sama
tergantung permintaan konsumen, lembaran yang cacatnya tidak bisa ditolerir
dibuang untuk dijadikan besi scrap.
4.1. Spesifikasi :
- Material : Cold Rolled Strip
- Yield Strength : 28 kg/mm2
4.2. Line Speed :
- Shearing section : 122 mpm
- Pilling Section : 145 mpm
- Threading Speed : 30 mpm
4.3. Strip :
- Entry
a. tebal : 0,18 – 3,0 mm
b. lebar : 550 – 1300 mm
- Exit
a. tebal : 0,18 – 3,0 mm
b. lebar (trimmed) : 500 – 1250 mm
c. lebar (untrimmed) : 1300 mm (max)
4.4. Coil :
- Entry
a. inner diameter : 420 – 508 mm
b. outer diameter : 700 – 2000 mm
c. Berat : 23,4 ton (max)
d. Berat/mm lebar : 18 kg
4.5. Packs :
a. Prime Packs :
- Panjang Pemotongan : 762 – 4880 mm
- Tinggi Tumpukan : 700 mm (max)
- Berat : 10 ton (max)
b. Reject Packs :
- Panjang Pemotongan : 762 – 4880 mm
- Tinggi Tumpukan : 400 mm (max)
- Berat : 5 ton (max)
Spesifikasi:
Frekuensi : 50 Hz
Upset : 2 Cylinder
Clamping : 4 Cylinder
(arus) dan karena ada tahanan (strip) timbul panas, dan panas yang
timbul tersebut selanjutnya digunakan untuk pengelasan.
Worn : 1270 mm
Karakteristik Utama:
: 1250 MT/side
Daya Motor:
- Alkali Cleaner
Concentration : 30 to 40 gram/liter
Temperature : 75 to 85oC
3.1 Welder
- Type : Mini Lap
- Lap Adjusment : 2 – 6 mm
- Shear Blade Length : 1470 mm
- Welder wheel Material : RWMA CL II
Ampcoloy 97
- Mechanical Spesifik:
- Welding Carriege Speed : 14.5 mpm max
- Welding Wheel Size : 12.5 mm (tebal)
- PH : 12.7 – 13.2
- Main Tank :
- Volume : 75 m3
- Operation Volume : 50 m3
- Unitary Flow Rate : 550 m3/h
- Scrubber Circuit :
- Brush Roll :
- Jumlah : 2 buah
- Lebar : 1500 mm
- Rinsing Circuit
- Temperature : 70 – 80oC
- Jumlah : 4 Set
- Tebal Knife : 28 – 30 mm
3.6 Dryer
- Temperature : 130oC
- Jumlah : 2 Set
3.7 Oiler
- Oiler Ampere : 20 MA
Thickness : ≥ 0.40 mm
Coil Diameter
Alkali Cleaner
[Concentration] : 30 to 40 gr/l
[Temperature] : 75 to 85oC
DEG 4600 kg
REC 7000 kg
4.1 Flattener
4.2 Welder
- Conductivity : 80 mS min
- Conductivity : 80 mS min
- Grid
Jumlah : 2 ea
Panjang : 1350 mm
- Conductivity water : 25 – 50 µS
4.6 Dryer
- Temperature : 110oC
Threading = 60 mpm
Cleaning Powder
: 75 – 85oC
Rinsing System :
Furnace Heating
Furnace Holding
Furnace Cooling
a. Welder
Spesifikasi teknik
270 – 305 mm
(diameter)
Scrubber
Brush Roll
Rinsing
Wringer
Jumlah : 4 set
Diameter roll : 200 mm
Diameter grinded roll : 180 – 195 mm
Lebar roll : 1500 mm
d. Dryer
Temp. : 130oC
Aliran unitary :20.000 Nm3/hr
e. Looper
f. Furnace
6.1.1 Spesifikasi
(C max = 0.12 %)
- Coil
- Daya Motor :
- Work Roll :
min : 510 mm
BAB III
UTILITAS
jenis resirkulasi air pendingin yang telah digunakan, dapat digunakan kembali
untuk keperluan yang sama.
Berikut tahapan proses pendinginan pada WTP :
a. Screening
Setelah proses recooling dilakukan tahap screening yang bertujuan untuk
menyaring kotoran yang bersifat besar yang terbawa ataupun jatuh dari
atas cooling tower.
b. Filtrasi
Air dari basin dipompakan ke sand filter untuk memisahkan padatan
dalam air untuk pengolahan air pendingin. Sand filter ini menggunakan
antracit gravel (pasir kuarsa) sebagai media penyaringannya sehingga
padatan tidak ikut terbawa. Di dalam sand filter terdapat strainer yang
dipasang di bagian bawah dengan tujuan untuk menghalangi pasir agar
tidak terbawa oleh air.
c. Injection chemical
Untuk menghilangkan masalah-masalah pada cooling water seperti korosi,
kerak, mikroorganisme maupun oli yang terbawa pada saat proses
pendinginan, sehingga diperlukan injeksi bahan kimia untuk
menghilangkan masalah-masalah tersebut.
d. Cooling
Air dari basin disuplai dengan 6 buah pompa sentrifugal dan dikirim ke
semua plant yang membutuhkan pendinginan. Proses cooling ini
menggunakan alat penukar panas (heat exchanger) sehingga tidak
berkontak secara langsung saat menyerap panas antara material yang
dipanaskan dengan cooling water.
e. Recooling
Proses recooling bertujuan untuk mendinginkan kembali cooling water
yang panas dengan menggunakan cooling tower dan digunakan media
udara untuk memindahkan panasnya sehingga dapat digunakan kembali
untuk proses pendinginan.
f. Make up water
Pada proses recooling di cooling tower, air yang di spray ada sebagian
yang menguap, sehingga terbawa ke atmosfer dalam jumlah yang tidak
sedikit. Oleh karena itu diperlukan make up water untuk menggantikan air
yang hilang saat proses recooling ataupun karena masalah kebocoran.
Adapun masalah yang sering timbul dalam sistem air pendingin adalah :
1) Terjadi korosi
2) Pembentukan kerak dan deposit
3) Terjadinya fouling akibat aktivitas mikroba
3.3 Demineralisasi
Demineralisasi adalah suatu metode pengolahan air dengan menggunakan
resin penukar ion, dimana garam-garam terlarut (ion-ion) yang ada didalam air
baku ditukar dengan ion H+ dan OH- dari resin, sehingga air olahan yang
didapat bisa memenuhi standard kualitas yang sesuai dengan air umpan ketel
yang diinginkan. Dalam proses demineralisasi ini, air yang ada di filtering
anthracite di alirkan ke cation exchanger, dalam tangki kation terjadi proses
pertukaran ion-ion positif seperti Ca2+, Mg2+, Na+, dengan ion H+, selanjutnya
dialirkan ke unit anion exchanger yang di dalamnya terjadi proses pertukaran
ion-ion negatif dalam air seperti Cl-, SO42-, SiO22- dengan ion OH-. Dan air
yang keluar dari anion exchanger kemudian di tampung di tangki Demin
Water Storage. Tipe resin yang digunakan pada resin kation yaitu lewatit
monoplus S108, sedangkan tipe resin yang digunakan pada resin anion yaitu
lewatit monoplus M500.
Apabila resin sudah tidak mampu menyerap kandungan yang terdapat pada
air KTI, maka harus diregenerasi untuk mengaktifkan kembali ion Ca2+, Mg2+,
Na+, pada resin kation dengan ion H+ dan CaCO3, SO4, Cl- pada resin anion
dengan ion OH-. Biasanya hal ini ditandai dengan nilai conductivity > 20
µS/cm dan silica > 10 ppm. Regenerasi cation exchanger dengan
d. Spesifikasi Fe Catalyst.
Tabel III.2 Sifat-sifat fisis
Catalyst type C 12 – 1
Catalyst form Tablet
Catalyst size 3/8 × 3/16
Bulk Density 1.04 ± 0.08 kg/l
Surface area 80 – 10 m2/gm
Pore Volume 0.4 – 0.45 cc/gm
Oksidasi 13 – 16 kg
Size Chrush Strength
Reduksi 8 – 9 kg
BAB IV
PENGOLAHAN LIMBAH
e. Oil Cracking Tank adalah tangki atau bak pencapur limbah AE (asam) +
WIE (basa) yang dapat menampung limbah dengan volume penampungan
36 m3.
f. Flokulan Tank adalahtangki atau bak yang dapat menampung limbah
dengan volume penampungan 35 m3. Pada tangki limbah yang telah di
campur diberi tambahan bahan chemical seperti anionic floculant.
g. Sedifloat Tank adalah tangki yang berbentuk clarifier dengan diameter 80
m dan volume penampungan limbah 150 m3 yang digunakan untuk
memisahkan antara lumpur berat, lumpur ringan dan air.
h. Floated Tank adalah tangki penampung lumpur ringan yang telah
dipisahkan dengan air di tangki sedifloat. Tangki floated ini berbentuk
persegi dengan volume penampungan 10 m3.
i. Settled Sludge Tank adalah tangki penampung lumpur berat yang telah
dipisahkan dengan air di tangki sedifloat. Tangki ini berbentuk persegi
dengan volume penampungan 10 m3 sama seperti tangki floated.
j. Sludge Storage adalah tangki penampung lumpur berat maupun ringan
yang berbentuk persegi panjang dengan volume penampungan 500 m3.
k. Filter Press adalah salah satu jenis alat filtrasi yang cara kerjanya
menggunakan prinsip tekanan yang tersusun dari plate dan frame.
l. Bucket adalah sebuah tempat pembuangan lumpur atau cake dari hasil
proses filtrasi.
m. Clear Water adalah tangki penampung air yang sudah jernih dari hasil
proses pada tangki sedifloat dengan volume penampungan 65 m3.
n. Neutralisasi atau Final Tangki adalah tangki penetralisasi air dengan
volume penampungan 20 m3 dengan menggukana bahan kimia kapur
untuk menaikkan pH dan menggunakan asam sulfat untuk menurunkan
pada proses netralisasi.
o. Lamella adalah tangki yang berbentuk persegi dengan dilengkapi seperti
sirip-sirip yang berfungsi seperti penyaringan untuk memisahkan air
dengan lumpur
4.3 Penjelasan Sistem atau Cara Kerja Reject Treatment Plant (RTP)
Secara umum metode atau sistem pengolahan air limbah yang ada di RTP
CRM, dilakukan dengan tiga metode yaitu :
a. Pengolahan Secara fisika
Pengolahan secara fisika kebanyakan merupakan proses pendahuluan untuk
menyisihkan bahan tersuspensi dalam ukuran besar dan yang mudah
mengendap/mengapung dari dalam air buangan. Pengolahan secara fisika
diantaranya sebagai berikut :
1. Penyaringan (Screening), yang dilakukan diawal proses pengolahan
sebelum masuk ke pengolahan limbah RTP, yang tujuannya untuk
menyisihkan bahan-bahan padatan berukuran besar dari air limbah.
2. Pengendapan (Settling Sedimentasi), dilakukan setelah proses
penyaringan untuk mengendapkan padatan-padatan yang berukuran
besar. Proses ini dilakukan sebelum limbah dipompa ke RTP.
3. Pengapungan (Floating), dilakukan di tangki sedifloat pada proses
pemisahan lumpur ringan dengan menggunakan prinsip gravitasi yaitu
berdasarkan berat jenis benda.
4. Filtrasi (Filter Press), digunakan sebagai penyaringan dalam pengolahan
lumpur untuk memisahkan antara lumpur dengan air dengan
menggunakan alat filter press menggunakan prinsip tekanan.
b. Pengolahan Secara Kimiawi meliputi :
1. Pengaturan pH, dengan menggunakan bahan kimia kapur untuk
menaikkan pH dan menggunakan asam sulfat untuk menurunkan pH
pada proses netralisasi.
2. Koagulasi, dengan menggunakan bahan koagulan AE oksidasi pada
proses pengolahan limbah asam dan polak sebagai pengganti AE oksidasi
pada proses pengolahan limbah basa (WIE) agar terbentuk flok-flok.
3. Flokulasi, dengan menggunakan bahan kimia flokulan polimer yaitu
anionik untuk memisahkan antara flok dengan air. Sehingga air terlihat
lebih jernih.
Regeneration Plant) dan limbah basa yang langsung dialirkan ke RTP. Proses
pengolahan di RTP berlangsung menjadi 3 tahapan, yaitu:
1. Proses Single
Apabila Acid Effluent Storage terisi penuh, atau bahkan overflow. Acid
regenerated yang terjadi di ARP beserta asam yang berasal dari
Continous Pickling Line (CPL) akan dinetralisasi dengan larutan
kapur. Setelah itu, campuran tersebut akan diaerasi dengan bantuan O2,
dan dilanjutkan ke proses flokulasi dan koagulasi. Dengan
penambahan O2, limbah akan dialirkan menuju bak ekualisasi, hingga
terbentuk padatan ringan dan padatan berat. Padatan ringan dan
padatan berat akan dibawa ke filter press hingga terpisah dalam bentuk
berupa air dan sludge.
2. Proses Double
Kondisi proses pengolahan limbah di RTP di mana effluent pada
tangki asam dan tangki basa yang masuk dalam jumlah yang sama,
sehingga storage asam maupun basa terisi penuh dan seimbang.
3. Proses dengan Penambahan Polak.
Apabila presettler terisi penuh.
Limbah basa yang berasal dari seluruh unit CRM (kecuali ARP dan
CPL) akan dipisahkan secara manual, dengan hasil pemisahan berupa
basa, oli, minyak dan grease. Setelah itu, campuran tersebut akan
diaerasi dengan bantuan O2, dan dilanjutkan ke proses flokulasi dan
koagulasi. Pada proses flokulasi dan koagulasi, limbah tersebut diberi
koagulan yang disebut polak. Dengan penambahan O2, limbah akan
dialirkan menuju bak ekualisasi, hingga terbentuk padatan ringan dan
padatan berat. Padatan ringan dan padatan berat akan dibawa ke filter
press hingga terpisah dalam bentuk berupa air dan sludge.
Dari proses pengolahan di RTP tersebut, dihasilkan 3 jenis limbah yang
telah mengalami pengolahan dan penurunan kontaminan-kontaminan, berupa oil
yang dimanfaatkan kembali oleh divisi HSE, lumpur (sludge) yang telah di filter
press langsung dibuang dengan bucket truck ke dumping area guna dimanfaatkan
kembali oleh pabrik semen sebagai substitusi pasir besi atas jasa PT. Sankyu dan
juga air yang langsung dibuang ke kanal setelah dilakukan pH monitor dan
pengurangan parameter-parameter lainnya.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Pabrik Baja Lembaran Dingin menjadi bagian dari unit produksi PT.
Krakatau Steel sejak 1991.
2. Pabrik Baja Lembaran Dingin merupakan pabrik yang menghasilkan baja
untuk aplikasi otomotif, peralatan rumah tangga, kaleng, galvanized
sheets, dan sebagainya.
3. Berdasarkan alur produksinya, CRM menghasilkan 4 macam produk
yaitu:
Pickle and Oil : CPL merupakan proses akhir produksi
As Rolled : CTCM merupakan proses akhir produksi
Full Hard : Tidak melewati proses anneal (CAL/BAF)
Soft : Melewati proses anneal (CAL/BAF)
4. Unit-unit produksi yang terdapat di Pabrik Baja Lembaran Dingin yaitu:
Continuous Pickling Line, Continuous Tandem Cold Mill, Electrolytic
Cleaning Line 1, Electrolytic Cleaning Line 2, Continuous Annealing
Line, Batch Annealing Furnace, Temper Pass Mill, dan Cold Rolled
Finishing.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan penyusun adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjaga agar kondisi produksi tetap optimal harus dilakukan
perawatan secara rutin sehingga kinerja peralatan lebih baik.
2. Adanya inspeksi rutin untuk perawatan alat, serta pengawasan proses
produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,1991, Buku Pedoman Proses Produksi Pabrik Cold Rolling Mill (CRM),
Divisi PBS PT. Krakatau Steel, Cilegon
PT. Krakatau Steel, 2005, Buku Profil Perusahaan PT.Krakatau Steel, Divisi PBS
PT. Krakatau Steel, Cilegon