Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN ICRA HAIs PPIRS TAHUN 2019

RS SAHABAT

RUMAH SAKIT SAHABAT


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


HAIs masih merupakan masalah serius di pelayanan kesehatan, terutama
di Rumah sakit di Indonesia, karena mempunyai dampak terhadap pelayanan di
rumah sakit, terutama dapat menyebabkan angka kesakitan, kematian dan
kecacatan meningkat. Selain itu juga mempunyai dampak terhadap citra rumah
sakit dan mutu layanan menurun. Oleh karena itu sasuai UU RI No. 36 dan 44
rumah sakit mempunyai satu komite yaitu komite PPIRS untuk menurunkan HAIs
yang salah satu program PPI tersebut adalah program ICRA (Infection Control
Risk Assesment).
ICRA adalah proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi,
pendokumentasian bahwa dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas
dan program yang berfokus pada :
- Pengurangan resiko infeksi
- Tahapan perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas.
- Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial.

Resiko ICRA terbagi atas :


1. Resiko external :
- Bencana alam : tornado, banjir, gempa, dll
- Kecelakaan massal : pesawat, bus, dll
- Kejadian KLB dikomunitas yang berhubungan dengan penyakit menular :
a. Influenza, meningitis
b. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan,
air, seperti hep A dan Salmonella

2. Resiko internal :
a. Pasien
 Karakteristik pasien
- Perempuan, anak-anak
- Perawatan akut pada pasien dewasa
- Populasi kebutuhan khusus
- Perawatan jangka panjang
- Rehabilitasi

 Usia pasien :
- Anak-anak, dewasa dan lansia
a. Status imunologi
b. Penyakit yang berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
c. Manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola
piker dan kemudian

b. Resiko terkait peralatan


Pembersihan, desinfekatan dan sterilisasi untuk proses peralatan
 Instrumen bedah
 Protesa
 Pemrosesan alat sekali pakai
 Pembungkusan kembali alat
 Peralatan yang dipakai

c. Resiko terhadap petugas kesehatan


 Kebiasaan kesehatan perorangan
 Budaya keyakinan tentang penyakit menular
 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD,
penanganan peralatan pasien, teknik isolasi.
 Skrening yang tidak adekuat terhadap penyakit menular

d. Resiko yang terkait pelaksanaan prosedur


 Prosedur invasive yang dilakukan
 Peralatan yang dipakai
 Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
 Persiapan pasien yang memadai
 Kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang direkomendasikan

e. Lingkungan
 Pembangunan
 Kelengkapan peralatan
 Pembersihan

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAIs pada pasien,
petugas dan pengunjung di rumah sakit.

2. Tujuan khusus
a. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampai resiko terhadap :
 Paparan kuman pathigen melalui petugas, pasien dan pengunjung.
 Penularan melalui tindakan / prosedur invasive yang dilakukan baik
melalui peralatan, teknik pemasangan, ataupun perawatan terhadap
resiko infeksi (HAIs)
b. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat
ditindaklanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas
BAB II
ICRA (INFECTION CONTROL RISK ASSESMEN)

Resiko adalah terjadinya kerugian yang dapat ditimbulkan dari proses kegiatan
saat sekarang atau kejadian di masa datang.
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai
dan menyusun prioritas resiko, dengan tujuan untuk menghilangan atau
meminimalkan dampaknya.
Risk Asesment adalah suatu proses penilaian untuk menguji sebuah proses
secara rinci dan berurutan, baik kejadian yang actual maupun yang potensial
beresiko ataupun kegagalan.
Dan suatu yang rentan melalui proses yang logis, dengan memprioritaskan area
yang akan diperbaiki berdasarkan dampak yang akan ditimbulkan baik actual
maupun potensial dari suatu proses perawatan, pengobatan ataupun service yang
diberikan.
“Proses untuk membantu organisasi menilai tentang luasnya resiko yang
dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak resiko”.
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk
pasien dan publik dapat terlibat bila memungkinkan.

Metode dasar manajemen resiko :


 Observasi
 Laporan kejadian
 Dokumen review
 Pengukuran masalah :
- Tingkat kesalahan >> kemungkinan bahaya dan tingkat bahaya
- Resiko sampingan
Risk Assesment tool :
 Risk matrix grading
 Root cause analysis
 Failure mode and effect analysis (FMEA)

RISK MATRIX
Sering digunakan untuk memetakan resiko probalitas dan dampak

Risk matrix efektif


 Mudah digunakan dan dimengerti
 Mempunyai deskripsi detail da definitive
 Menerangkan bagaimana resiko dapat dimitigasi pada tingkat yang bisa ditolerir
1. Rangking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisa manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk
mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko)
4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak

Keputusan untuk menerima resiko dan pengelolaannya berdasarkan


pertimbangan :
- Kriteria klinisi, operasional, teknik, kemanusian
- Kebijakan tujuan
- Sasaran dan kepentingan stakeholder
- Keuangan, hukum, sosial
EVALUASI RESIKO
1. Rengking masalah
2. Prioritas masalah
3. Analisas manfaat biaya yang dikeluarkan (setelah dirangking, biaya untuk
mengurangi resiko dibandingkan dengan biaya kalau terjadi resiko)
4. Pastikan resiko yang ditimbulkan bisa diterima atau tidak.

Keputusan untuk menerima resiko dan pengelolaannya berdasarkan pertimbangan :


- Kriteria klinis, operasional, teknik, kemanusian
- Kebijakan tujuan
- Sasaran dan kepentingan stakeholder
- Keuangan, hukum, sosial
BAB III
ASSESMENT RESIKO

A. Risk Register
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenal resiko,
kemudian dibuat daftar resiko. Daftar resiko dilengkapi dengan deskripsi resiko
termasuk menjelaskan kejadian-kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan
dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada : sumber resiko, area resiko, peristiwa dan
penyebabnya dan potensi akibatnya. Metode identifikasi resiko dilakukan dengan
proaktif melalui self assesment, incident reporting system dan clinical audit
dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.

Tabel
Area Potensial Risiko
N Proses / Satuan Kerja
Pelayanan Modus Kegagalan Pat Petuga
o Prosedur Terkait
Pasien Pengunjung
1 Area rawat 1.1 Kegagalan proses  IRJ Mengakibatkan
jalan (one Penerimaan skrining / triase batuk  Instalasi pat, petugas dan
day care) pat : proses radiologi pengunjung
skrining / mendapat infeksi
triase batuk / silang TB, MDR
etika batuk TB dan airbone
dan/atau droplet
disease liannya
1.2 Kegagalan penerapan Seluruh pegawai RS Mengakibatkan
Kebersihan kebersihan tangan pat, petugas dan
tangan pengunjung
mendapat infeksi
silang mll kontak
dan fecal oral
Mengakibatkan
pat, petugas,
pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
1.3 1.3.1 Kegagalan Mengakibatkan
Penanganan penanganan sampah petugas mendapat
sampah infeksi infeksi silang
infeksius
2 Area rawat 2.1 2.1.1 Kegagalan Irna rawat inap Mengakibatkan
inap dan Kebersihan penerapan kebersihan pat, petugas,
terapi tangan tangan pengunjung
intensif mendapat infeksi
silang mll kontak
dan fecal oral,
Mengakibatkan
pat, petugas,
pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
2.2 Baries 2.2.1 Petugas terpapar Mengakibatkan
pengaman / cairan tubuh lewat petugas mendapat
alat pelindung mukosa infeksi silang mll
diri silang kontak
bloodborne
2.3 Isolasi 2.3.1 Kegagalan Mengakibatkan
airbone mempertahankan Ruang pat, petugas,
Isolasi selalu tertutup. pengunjung
mendapat infeksi
TB, MDR TB dan
airbone

2.4 Penyunti 2.4.1 Kegagalan praktek Mengakibatkan


kan / terapi penyuntikan yang aman petugas mendapat
cairan dan kejadian tertusuk infeksi silang
jarum. bloodborne

Pat cedera
terpapar obat-
obatan kadaluarsa
2.5 2.5.1 Petugas terluka Mengakibatkan
Penanganan benda tajam (bukan petugas mendapat
benda tajam jarum suntik) infeksi silang
terkontaminasi) bloodborne
2.5.2 Petugas cedera
tertusuk jarum suntik
bersih
2.5.3 Petugas tertusuk Mengakibatkan
jarum suntik petugas mendapat
terkontaminasi infeksi silang
bloodborne
2.6 Prosedur Psien terjangkit
diagnostik infeksi saluran
dan terapi kemih dalam
saluran kemih waktu > 48 jam
invasif pemakaian kateter
urin
2.7 Perawatan Neonatus
luka dan terjangkit infeksi
prosedur tali pusat dalam
invasive lain waktu > 48 jam
2.8 Pasien, petugas
Pengendali an dan pengunjung
kebersihan terjangkit penyakit
lingkungan / infeksi vectoborne
vector di RS
2.9 Penyiapan Mengakibatkan
makanan pasien terjangkit
peny infeksi /
keracunan sal
cerna dalam
waktu > 48 jam
mengkonsumsi
makanan / air
minum rumah
sakit
2.10 Mengakibatkan
Penangan an pasien, petugas
limbah dan pengunjung
infeksius mendapat infeksi
darah, cairan silang
tubuh dan
potongan
jaringan tubuh
2.11 Kesiap- Mengakibatkan
siagaan peningkatan angka
kesakitan dan
kematian

Petugas terjangkit
rabies dalam
waktu > 48 jam
setelah merawat
penderita
2.12 Pasien mendapat
Pengguna an infeksi MRSA
antimikroba / Pasien mendapat
mikro
organisme Pasien mendapat
multi resisten infeksi MDR-TB
obat
Pasien mendapat
infeksi
pseudomonas
auregenosa
3 Area 3.1 Prosedur Instalasi bedah Pasien mendapat
pelayanan diagnostic dan sentral laboratorium infeksi daerah
operatif terapi operasi
diagnistik pembedahan Pasien terjangkit
invasive infeksi aliran
Darah primer
dalam waktu > 48
jam
3.2 Kegagalan penerapan Mengakibatkan
Kebersihan kebersihan tangan pasien, petugas
tangan dan pengunjung
mendapat infeksi
silang melalui
kontak atau fecal
oral, kolonisasi
MRSA
3.3 Kontrol Kegagalan pembatasan Mengakibatkan
engineering jumlah personil kamar pasien
operasi immunosupresif
mendapat infeksi
silang
3.4 Proses Kegagalan proses Mengakibatkan
dekontaminas dekontaminasi / pasien mendapat
i / sterilisasi sterilisasi peralatan infeksi melalui
peralatan kontaminasi
lingkungan
3.5 Prosedur Kegagalan Mengakibatkan
mempertahankan pasien mendapat
sterilisasi pada prosedur infeksi silang mll
aseptic kontak /
bloodborne
3.6 Barier / Petugas cedera
pengaman / tertusuk jarum
alat pelindung suntik
diri
3.7 Penangan Kegagalan penanganan Petugas terpapar
an sampah sampah infeksius cairan tubuh lewat
infeksius, mukosa
darah, cairan mengakibatkan
tubuh dan petugas petugas
potongan mendapat infeksi
cairan tubuh silang mll kontak /
bloodborne
4 Area 4.1 Kegagalan proses Instalasi pelayanan Mengakibatkan
pelayanan Penerimaan skrining / triase batuk / gawat darurat pasien, petugas
gawat pasien : etika batuk dan pengunjung
darurat proses mendapat infeksi
skrining / silang
triase batuk /
etika batuk
4.2 Kegagalan penerapan Mengakibatkan
Kebersihan kebersihan tangan pasien, petugas
tangan dan pengunjung
mendpat infeksi
silang TB, MDR-
TB dan airbone
dan droplet
disease. Pasien,
petugas dan
pengunjung
mendapat infeksi
silang mll kontak
dan fecal oral.
4.3 Prosedur Kegagalan Mengakibatkan
aseptic mempertahankan pasien mendapat
sterilisasi pada prosedur infeksi silang mll
aseptic kontak /
bloodborne
4.4 Kegagalan praktek Pasien mendapat
Penyuntikan / menyuntik aman infeksi silang mll
terapi cairan kontak /
intravaskuler bloodborne

Pasien cidera
terpapar obat-
obatan kadaluarsa

Mendapatkan
infeksi bloodborne
4.5 Prosedur Pasien terjangkit
diagnostic infeksi luka infus
terapi sal dalam waktu > 48
kemih jam pemasangan
infus
4.6 Pasien terjangkit
Penanganan infeksi saluran
benda tajam kemih dalam
waktu > 48 jam
pemakaian kateter
urin

Petugas terluka
benda tajam
(bukan jarum
suntik)
terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne

Petugas cidera
tertusuk jarum
suntik bersih
4.7 Barier Petugas tertusuk
pengaman / jarum suntik
alat pelindung terkontaminasi
diri mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
4.8 Teknik Kegagalan Petugas terpapar
isolasi dan mempertahankan ruang cairan tubuh lewat
dekontaminas Isolasi selalu tertutup mukosa
i pasien mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang mll
kontak /
bloodborne
4.9 Penangan Kegagalan penanganan Pasien, petugas
an limbah sampah infeksius dan pengunjung
infeksius : mendapat infeksi
darah, cairan silang TB, MDR-
tubuh dan TB dan airbone
potongan jar disease
tubuh
4.10 Kesiap Kegagalan kesiapan Mengakibatkan
siagaan menghadapi emerging pasien, petugas
dan outbreak dan pengunjung
terpapar hazard
material

Mengakibatkan
pasien, petugas
dan pengunjung
mendapat infeksi

Mengakibatkan
peningkatan angka
kesakitan dan
kematian

Petugas terjangkit
rabies
5 Area 5.1 Kegagalan penerapan - Instalasi farmasi Pasien, petugas
penunjang / Kebersihan kebersihan tangan - CSSD dan pengunjung
pemeliharaa tangan - IPSRS mendapat infeksi
n sarana - Jenazah silang mll kontak
- IPAL dan atau fecal oral

Mengakibatkan
pasien, petugas
dan pengunjung
mengalami
kolonisasi MRSA
5.2 Proses Kegagalan proses Pasien mendapat
dekontaminas dekontaminasi / infeksi silang mll
i / sterilisasi sterilisasi peralatan kontak /
peralatan bloodborne

Pasien cidera
terpapar obat-
obatan kadaluarsa
5.3 Kegagalan Mengakibatkan
Penyuntikan / mempertahankan pasien mendapat
terapi cairan tekanan udara positif infeksi bloodborne
intravaskuler dan teknik aseptic saat
peracikan obat
intravaskuler
5.4 Barier Petugas terpapar
pengaman / cairan tubuh lewat
alat pelindung mukosa
diri mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang mll
kontak /
bloodborne
5.5 Petugas terluka
Penanganan benda tajam
benda tajam (bukan jarum
suntik)
terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne

Petugas cidera
tertusuk jarum
bersih

Petugas tertusuk
jarum suntik
terkontaminasi
mengakibatkan
petugas mendapat
infeksi silang
bloodborne
5.6 Proses Kegagalan pengontrolan Mengakibatkan
pembangunan infeksi proses pasien, petugas
/ renovasi pembangunan dan pengunjung
mendapat infeksi
silang mll air dan
udara
terkontaminasi
5.7 Penyiapan Kegagalan higienisasi Mengakibatkan
makanan makanan pasien terjangkit
peny infeksi /
keracunan sal
cerna dalam
waktu > 48 jam
mengkonsumsi
makanan / air
minum rumah
sakit
5.8 Pasien, petugas
Pengendali an dan pengunjung
lingkungan / terjangkit peny
vector infeksi vectoborne
5.9 Kegagalan penanganan Mengakibatkan
Penanganan sampah infeksius pasien, petugas
sampah dan pengunjung /
infeksius masyarakat
mendapat infeksi
silang
5.10 Kesiap Kegagalan kesiapan Mengakibatkan
siagaan menghadapi emerging peningkatan angka
dan outbreak kesakitan dan
kematian
6 Area 6.1 Sumber Kegagalan penyediaan - Direktur dan Mengakibatkan
manajemen, daya sumber daya bagi administrasi Tim pasien, petugas
admnistrasi program PPI PPIRS dan pengunjung
dan - Instalasi SIMRS mendapatkan
perkantoran infeksi silang /
HAIs
6.2 Komitmen Kurangnya koordinasi Menyebabkan
dalam pelaksanaan peningkatan angka
program PPI kesakitan dan
angka kematian
akibat HAIs
6.3 Program Kegagalan penurunan Menyebabkan
PPI resiko infeksi terkait penurunan
pelayanan kes reputasi RS
7 Area public / 7.1 Kegagalan penerapan Mengakibatkan
lingkungan Kebersihan kebersihan tangan pasien, petugas
RS tangan dan pengunjung
mendapat infeksi
silang mll kontak
dan/atau fecal oral
7.2 Penyiapan Kegagalan higienisasi Mengakibatkan
makanan makanan pasien terjangkit
peny infeksi /
keracunan sal
cerna dalam
waktu > 48 jam
mengkonsumsi
makanan / air
minum RS
7.3 Kegagalan penanganan Mengakibatkan
Penanganan sampah infeksius pasien, petugas
sampah dan pengunjung
infeksius dan masyarakat
mendapat infeksi
RS / HAIs
BAB IV
RISK PRIORITAS NUMBER (BELUM ADA SKORING SEMUA)

Skor
Kriteria
No Potensi Risiko Rsk Frek Sist (RXFXS Rank
Risiko
)
1 Kegagalan higienisasi 1 1 3 3 3
makanan mengakibatkan
pat terjangkit penyakit
infeksi / keracunan saluran
cerna dalam > 48 jam
mengkonsumsi makanan /
air minum rumah sakit
2 Kegagalan kesiapan
emerging dan outbreak
mengakibatkan
peningkatan angka
kesakitan dan kematian
3 Kegagalan
mempertahankan
sterilisasi pada prosedur
aseptik mengakibatkan pat
mendapat infeksi silang
melalui kontak /
bloodborne
4 Kegagalan
mempertahankan tekanan
udara negatif ruangan
isolasi airbone
mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
mendapat infeksi silang
TB, MDR-TB dan
airborne disease
5 Kegagalan
mempertahankan tekanan
udara positif dan tehnik
aseptik saat peracikan obat
intra vaskuler
mengakibatkan pasien
mendapat infeksi
bloodborne
6 Kegagalan
mempertahankan tekanan
udara positif ruangan
isolasi protektif
mengakibatkan pat
imunosuppresif mendapat
infeksi silang
7 Kegagalan pembatasan
jumlah personil kamar
operasi mengakibatkan
pasien mendapat infeksi
melalui kontaminasi
lingkungan
8 Kegagalan penanganan
sampah infeksius
mengakibatkan pasien,
petugas, pengunjung dan
masyarakat mendapat
infeksi RS/HAIs
9 Kegagalan penerapan
kebersihan tangan
mengakibatkan pat,
petugas, pengunjung
mendapat infeksi silang
mll kontak dan fecal oral
10 Kegagalan penerapan
kebersihan tangan
mengakibatkan pat,
petugas, pengunjung
mengalami kolonisasi
MRSA
11 Kegagalan pengontrolan
infeksi proses
pembangunan
mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
mendapat infeksi silang
melalui air dan udara
terkontaminasi
12 Kegagalan penurunan
risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
menyebabkan penurunan
rumah reputasi rumah
sakit
13 Kegagalan penyediaan
sumber daya bagi program
PPI mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
mendapatkan infeksi
silang / HAIs
14 Kegagalan praktek
penyuntikan yang aman
mengakibatkan pasien
mendapat infeksi silang
bloodborne
15 Kegagalan proses
dekontaminasi pasien
mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
terpapar hazard material
16 Kegagalan proses
dekontaminasi /sterilisasi
peralatan mengakibatkan
pat mendapat infeksi
silang mll kontak /
bloodbornee.
17 Kegagalan proses skrining
/ triase batuk
mengakibatkan pasien,
petugas dan pengunjung
mendapat infeksi silang
TB, MDR-TB dan airbone
dan dropet disease
lainnya.
18 Kegagalan tekanan udara
ngatif dan teknik aseptik
limiary air flow peracikan
sitostatika mengakibatkan
pat, petugas, pengunjung
cedera terpapar bahan n
sitotoksik.
19 Kegagalan teknik aseptik
hemodialisis
mengakibatkan pasien
terpapar bloodborne .
20 Kurangnya koordinasi
dalam pelaksanaan
program PPI menyebabkan
peningkatan angka
kesakitan dan angka
kematian akibat HAIs
21 Neonatus terjangkit infeksi
tali pusat dalam waktu 48
jam admisi
22 Neonatus terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia akibat
plebotomi akibat
plebotomi pungsi arteri
23 Neonatus terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia dalam waktu >
48 jam pemasangan
infus / injection port
24 Pasien cedera terpapar
obat-obatan kadaluarsa
25 Pasien infeksi luka
dekubitus dalam waktu >
48 jam prosedur berdrest /
imobilisasi
26 Pasien mendapat infeksi
daerah operasi
27 Pasien mendapat infeksi
MDR TB
28 Pasien mendapat infeksi
MRSA
29 Pasien mendapat infeksi
pseudomonas aeroginosa
30 Pasien terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia dalam waktu ?
48 jam pemakaian kateter
venda sentral
31 Pasien terjangkit infeksi
aliran darah primer /
bakterimia dalam waktu ?
48 jam post tindakan
kateterisasi intravaskuler
invasif .
32 Pasien terjangkit infeksi
luka infus dalam waktu
>48 jam pemasangan infus
/ injection port
33 Pasien terjangkit infeksi
saluran kemih dalam
waktu > 48 jam pemakaian
kateter urine.
34 Pasien terjangkit
pneumonia terkait
ventilator dalam waktu >
48 jam pemasangan
ventilator
35 Pasien terjangkit
pneuminia tirah baring
dalam waktu 48 jam
prosedur
bedrest/imobilisasi
36 Pasien, petugas dan
pengunjung terjangkit
penyakit infeksi
vectorborne di RS
37 Petugas cedera tertusuk
jarum suntik bersih
38 Petugas terjangkit rabies
dalam waktu > 48 jam
setelah merawat penderita
39 Petugas terluka benda
tajam (bukan jarum suntik)
terkontaminasi
mengakibatkan petugas
mendapat infeksi silang
bloodborne
40 Petugas terpapar cairan
tubuh lewat mukosa
mengakibatkan petugas
mendapat infeksi silang
melalui kontak /
bloodborne
41 Petugas tertusuk jarum
suntik terkontaminasi
mengakibatkan petugas
mendapat infeksi silang
bloodborne
Resiko dikatakan memiliki tingkat yang dapat diterima bila :
1. Level resiko rendah sehingga tidak perlu penanganan khusus
2. Tidak tersedia penanganan untuk resiko
3. Biaya penanganan termasuk biaya asuransi lebih tinggi dari manfaat yang
diperoleh bila resiko tersebut diterima.
4. Peluang dari adanya resiko tersebut lebih besar dari ancamannya.

Langkah evaluasi memastikan bahwa tidak semua resiko yang terindentifikasi


memerlukan rencana pengendalian lebih lanjut. Hasil dari analisis resiko akan
disampaikan kepada penanggung jawab tertinggi pengelola resiko di satuan kerja
untuk dilakukan validasi. Hasil validasi akan digunakan untuk menetapkan rencana
langkah-langkah sistem pengendalian untuk menurunkan kemungkinan terjadinya
resiko maupun untuk menurunkan dampak terjadinya resiko.
PRIORITAS ICRA HAIs
DI RSUD PADANG PANJANG TAHUN 2016 (BELUM D EDIT)

Jenis Kelompok Tujuan Tujuan


No Skor Prioritas Strategi Evaluasi Analisa
Resiko Umum Khusus
1 HAIs ( Plebitis ) 24 4 Menurunkan Insiden 1. Edukasi staf Laporan 1. Data triwulan
insiden phlebitis 2. Monitoring triwulan insiden
phlebitis di menurun dan audit phlebitis
RSUD pelaksanaan berkurang,
Padang pemasangan masih di atas
target yang
Panjang iv cateter
ditetapkan
3. Monitoring
2. Pergantian
dan audit alkes untuk
pelaksanaan pemasangan
HH infus baru di
4. Kaji fas alkes area tertentu
yang tersedia saja.
5. Monitoring 3. Edukasi HH
terapi cairan 75%
yang kehadiran
diberikan 4. SPO sudah
apakah jenis selesai
pekat atau direvisi
tidak
2 Infeksi Saluran 12 3 Menurunkan Insiden ISK 1. Edukasi staf 1. Data
Kemih insiden ISK menurun 2. Monitoring triwulan
di RSUD dan audit insidenm
Padang pelaksanaan ISK
Panjang pemasangan berkurang
kateter urin masih di atas
menetap. target yang
3. Kaji fas alkes ditetapkan
yang tersedia 2. Edukasi HH
4. Monitoring 75%
dan audit kehadiran .
pelaksanaan 3. SPO sudah
HH selesai
direvisi
4. Perawatan
dan
penggantian
kateter
dilaksanakan
sesuai SPO
3 Pnoemonia akibat 12 2 Menurunkan Insiden 1. Edukasi staf 1. Data
tirah baring lama insiden pneuminia 2. Monitoring triwulan
pneumonia di menurun dan audit insiden
RSUD perawatan pneumoni
Padang pasien tirah berkurang,
Panjang baring lama masih di
3. Kaji fas alkes atas target
yang tersedia yang
4. Monitoring ditetapkan.
dan audit 2. Monitoring
pelaksanaan dan audit
HH penerapan
bundles HAP
3. Edukasi HH
75%
kehadiran.
4. SPO sudah
selesai
direvisi
4 Penerapan 12 5 Meningkatka Insiden HIs 1. Edukasi staf 1. Tingkat
kebersihan tangan n angka menurun 2. Monitoring kepatuhan
kepatuhan dan audit cuci tangan
cuci tangan di kepatuhan petugas
RSUD cuci tangan meningkat.
Padang 3. Kaji fas alkes 2. Edukasi HH
Panjang yang tersedia 75%
kehadiran
3. Fasilitas cuci
tangan
tersedia
lengkap.
5 Petugas tertusuk 12 1 Meningkatka Insiden 1. Edukasi staf 1. Edukasi
jarum suntik n cara tertusuk 2. Monitoring penyuntikan
bekas penyuntikan jarum dan audit aman 75%
yang aman berkurang kepatuhan kehadiran
penyuntikan 2. Tingkat
yang aman kepatuhan
3. Kaji fas alkes penyuntikan
yang tersedia aman
4. Monitoring meningkat.
kepatuhan 3. SPO sudah
HH direvisi
6 Pengontrolan 12 6 Proses ICRA 1. Tingkatkan 1. Pelaksanaan
infeksi proses pembangunan pembanguna pelaksanaan ICRA RS
pembangunan, RS dapat n dapat dan terlaksana
yang dikontrol terlaksana pengawasan 2. SPO sudah
mengakibatkan dengan baik dengan lancar 2. Kaji fasilitas direvisi
pasien, petugas oleh yang
dan pengunjung manajemen berhubungan
mendapat infeksi dan PPI dengan
silang melalui air dengan pelaksanaan
dan udara menerapkan ICRA
terkontaminasi ICRA 3. Monitoring
dan evaluasi
dalam
pelaksanaan
ICRA

Anda mungkin juga menyukai