3 Kerajaan Besar
3 Kerajaan Besar
2. Faktor eksternal
a). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Kondisi di Turki Usmani justru
mengalami stagnasi, termasuk teknologi militernya, sehingga tidak mampu lagi mengimbangi
kemajuan bangsa lain.
b). Munculnya kekuatan Eropa. Pada abad ke-18, kerajaan Turki Usmani tidak mampu
membendung tumbuhnya kekuatan militer bangsa Eropa, apalagi penetrasi ekonomi mereka.13
a. Faktor Internal
a. Masalah Politik Kerajaan
b. Krisis Kepemimpinan
c. Perang Saudara
d. Gerakan Hindu
b. Faktor Eksternal
a. Ekspansi Negara Lain
b. Serangan dari Persia
c. Serangan dari Afghanistan
d. Intervensi Politik-Ekonomi Inggris
C. Kerajaan Syafawi
1. Sejarah perkembangannya
Dinasti Syafawi dirintis oleh seorang tokoh sufi yang bernama Ishaq Shafi al-Din
(w.1334 M). Ia mewarisi ayahnya Firuz Syah yang juga pemimpin sufi di wilayah Persia. Ia
tinggal di Ardabil, Azerbaijan, dan memimpin sebuah tarekat yang disebut Syafawiyah. Ia
berhasil membawa gerakan sufi menjadi gerakan sosial yang berpengaruh tidak hanya di Persia,
tetapi juga di Syuriah dan Anatolia.31 Perjuangannya diteruskan oleh puteranya bernama Sadr
al-Din, yang memimpin tarekat tersebut dari tahun 1334-1391 M. Berikutnya, tarekat Syafawi
dipegang oleh Ibrahim, kemudian diteruskan oleh anaknya bernama Junaid (1447-1460),
keadaan telah berubah. Sepeninggalnya, gerakan sufi ini menjadi sebuah kekuatan politik yang
berpengaruh dan menjelma menjadi dinasti baru yang berkuasa dari tahun 1501-1722.32 Nama
Syafawi dijadikan sebagai nama dinasti ini.
Pemerintahan Kerajaan Syafawi adalah pemerintahan Syi’ah.33 Penguasa pertamanya
yakni Ismail bin Haidar (907-930 H/ 1502-1523 M) dan menjadikan Tibriz sebagai ibukotanya.
Daerah kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Iran, Bashrah, Khurasan, Afghanistan, dan
negeri-negeri Furot.34 Sekitar sepuluh tahun pada awal pemerintahannya, ia manfaatkan dengan
memantapkan mazhab Syiah sebagai aliran Negara. Di samping itu, ia memperluas kerajaannya
meliputi Persia. Pada tahun 1503 M tentara Ismail berhasil melakukan penaklukan terhadap
propinsi Kaspia di Mazandaran, Gurgan, Yazdshirvan, dan Samarqand. Pada tahun 1510 M ia
melakukan peperangan dengan raja Turkistan. Dalam peperangan itu, ia memperoleh
kemenangan.
Sepeninggal Ismail, raja-raja yang menggantikannya tidak begitu berarti dalam
mengembangkan kerajaan Syafawi, seperti Syah Tahmasib (1524-1576 M) dan Mahmud (1577-
1587 M).
Raja yang dianggap paling berjasa dalam memulihkan kebesaran Kerajaan Syafawi,
sekaligus membawanya kepuncak kemajuan adalah Syah Abbas yang berkuasa pada tahun 1587-
1629 M.35
Usaha-usaha yang dilakukan oleh Syah Abbas antara lain :
a. Melengkapi pasukan Qizilbash dengan pasukan baru dari kalangan budak berasal dari
tawanan perang yang berkebangsaan Georgia, Armenia, dan Sircassia.36
b. Mengadakan hubungan dengan dua penasehat militer Inggris, Sir Antony dan Sir Robert
Sherley untuk memperkuat tentara dalam rangka mengusir Portugis di Hurmuz.
c. Memindahkan ibukota kerajaan ke Isfahan.37