ALZAIMER
Oleh
Kelompok 2 / B17
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
ALZAIMER
Disusunoleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Alzheimer adalah sebuah penyakit pada otak yang mengakibatkan
kondisi seseorang akan mengalami penurunan fungsi memori, cara berfikir,
cara bersosialisasi, cara berkomunikasi, hingga mempengaruhi cara penderita
penyakit tersebut menjalani kehidupan sehari-harinya. Dokter spesialis syaraf
RS Borromeus, Yustiani Dikot, mengatakan dimensia merupakan kumpulan
gejala yang menimbulkan gangguan kognitif yaitu memori, atensi, memori,
bahasa/ komunikasi hingga perilaku atau kepribadian. Penyakit Alzheimer
(AD) ditandai dengan demensia yang biasanya dimulai dengan penurunan
daya ingat, penurunan kemampuan mengenali sesuatu yang perlahan menjadi
semakin parah akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya progresif atau
perlahan-lahan hingga akhirnya penderita menjadi tidak mampu mengingat
dan mengenali sesuatu. Tanda lainya yaitu kebingungan, penilaian yang
buruk, gangguan berbicara, agitasi, penarikan diri, dan halusinasi (Aguila, et
al., 2015).
Dalam World Alzheimer Report, ADI menerbitkan perkiraan
prevalensi AD global berdasarkan tinjauan sistematis terhadap 154 studi yang
dilakukan di seluruh dunia sejak tahun 1980, dengan perkiraan prevalensi
yang diterapkan pada proyeksi populasi Perserikatan Bangsa Bangsa sampai
tahun 2050. Diperkirakan bahwa 36 juta orang hidup dengan Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 2 162 demensia pada tahun 2010, mengalami
peningkatan hamper dua kali lipat setiap 20 tahun menjadi 66 juta pada tahun
2030 dan menjadi 115 juta pada tahun 2050 ( ADI, 2009; WHO, 2012).
Data Kemenkes menyebutkan, penyakit alzheimer paling banyak
diderita oleh lansia berumur 65 tahun keatas. Namun, penyakit ini pun rentan
menyerang individu 2 berusia 40-an tahun. Estimasi jumlah penderita penyakit
alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu
diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030,
dan menjadi empat juta orang pada tahun 2015. Direktur Eksekutif Alzheimer
Indonesia, DY Suharya, mengatakan bahwa memang masih banyak orang
yang tidak paham soal alzheimer. Ketidakpahaman ini timbul karena
kurangnya informasi soal penyakit tersebut.
Maka dari itu dibuatnya makalah ini diharapakan kami sebagai
mahasiswa keperawatan yang kelak menjadi salah satu tenaga kerja yang
menangani kesehatan jiwa khususnya alzaimer yang berusaha menurunkan
angka kejadian yang makin tahun terus meningkat, tentunya diharapkan dapat
menguasai dasar- dasar materi tentang alzaimer agar gejala dan
penatalaksaannya dapat terkondisikan dengan baik.
1.2. RumusanMasalah
a. Apa yang dimaksud dengan Alzaimer?
b. Apa yang menjadi penyebab Alzaimer?
c. Apa saja tanda dan gejala penyakit Alzaimer?
d. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Alzaimer?
e. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien Alzaimer?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Alzaimer.
b. Mengetahui apa yang menjadi penyebab Alzaimer.
c. Mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit Alzaimer.
d. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Alzaimer.
e. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada pasien Alzaimer
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Alzaimer
Dimensia merupakan suatu sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan
otak, dimensia ini besifat kronik atau progresif serta terdapat gangguan
fungsi luhur. Sedangkan Alzheimer ini merupakan salah satu tipe dari
dimensia. Alzheimer ini termasuk gangguan pada daya ingat, daya pikir,
daya orientasi, berhitung, berbahasa, dan kemamppuan menilai, dan
biasanya disertai dengan gangguan fungsi kognitif, adakalanya gangguan ini
diawali dengan kemrosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial dan
motivasi (Sadock V A, 2007).
Menurut Dewanto dkk (2009) dalam buku diagnosis & tata laksana
penyakit saraf, manifestasi klinis alzheimer terdiri dari gangguan kognitif dan
gangguan psikiatrik. Gangguan kognitif meliputi gangguan memori jangka
pendek dan memori kerja. gangguan kognitif akan diikuti dengan kesulitan
berbahasa, disorientasi visuospasial dan waktu, serta inatensi. Seiring
perjalanan penyakit akan muncul ganggua psikiatrik seperti depresi,
kecemasan, halusinasi, waham, dan perilaku agitasi.Gambaran klinis
alzheimer berdasarkan stadiumnya:
A. Penatalaksanaan Medikamentosa
1. Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan
inhibitor untuk pengobatan simptomatik penyakit alzheimer, dimana
penderita alzheimer didapatkan penurunan kadar asetilkolin. Untuk
mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti
kolinesterase yang bekerja secara sentral seperti fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine). Pemberian obat ini dikatakan dapat
memperbaiki memori danapraksia selama pemberian berlangsung.
Beberapa peneliti menatakan bahwa obat-obatan anti kolinergik akan
memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan
penderita alzheimer.
2. Thiamin
Penelitian telah membuktikan bahwa pada penderita alzheimer
didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym
yaitu 2 ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini
disebabkan kerusakan neuronal pada nukleus basalis. Pemberian
thiamin hydrochlorida dengan dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral,
menunjukkan perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi
dibandingkan placebo selama periode yang sama.
3. Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik, telah dibuktikan dapat
memperbaiki fungsi kognisi dan proses belajar pada percobaan
binatang. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita alzheimer tidak
menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4. Klonidin
Gangguan fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat
disebabkan kerusakan noradrenergik kortikal. Pemberian klonidin
(catapres) yang merupakan noradrenergik alfa 2 reseptor agonis
dengan dosis maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu, didapatkan
hasil yang kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5. Haloperiodol
Pada penderita alzheimer, sering kali terjadi gangguan psikosis
(delusi, halusinasi) dan tingkah laku. Pemberian oral Haloperiod 1-5
mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala tersebut. Bila
penderita alzheimer menderita depresi sebaiknya diberikan tricyclic
anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6. Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu subtrate endogen yang disintesa didalam
miktokomdria dengan bantuan enzym ALC transferase. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ALC dapat meningkatkan aktivitas asetil
kolinesterase, kolin asetiltransferase. Pada pemberian dosis 1-2
gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan, disimpulkan bahwa
dapat memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi
kognitif.
B. Penatalaksanaan Non-Medikamentosa
1. Mendukung fungsi kognitif
Perawat harus memberikan lingkunagan yang mudah dikenali
yang dapat mempermudah pasien dalam mengenali lingkungannnya
sehingga memudahkan pasien dalam menjalankan aktivitasnya.
2. Peningkatan keamanan fisik
Meminimalisisr terjadinya jatuh ataupun kecelakaan, jadi sumber
bahaya harus dihilangkan. Lingkungan yang bebas bahaya
memungkinkan pasien mandiri secara maksimal dan memiliki rasa
otonomi.
3. Mengurangi ansietas dan agitasi
Meskipun kehilangan kognitifnya, ada saat dimana pasien sadar
akan hilangnya kemampuannya. Pasien menjadi sangat
membutuhkandukungan emosional yang dapat memperkuat citra diri
yang posesif.
4. Meningkatkan komunikasi
Menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dimengerti untuk
menyampaikan pesan kepada pasien. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dipakai untuk mengingatkan pasien dan sangat membantu
pasien.
5. Meningkatkan kemandirian dalam proses perawatan diri
Membantu pasien dalam memelihara fungsi kemandirian pasien.
Dianjurkan menyederhanakan aktifitas sehari –hari dengan menyusun
langkah – langkah singkat dan mudah dicapai sehingga pasiendapat
merasakan kepuasan diri
6. Menyediakan kebutuhan sosialisasi dan keintiman
Karena sosialisasi dengan teman lama dapat menyenangkan maka
pasien didorong untuk melakukan kunjungan, saling berkirim surat,
dan bertelepon. Kunjungan sebaiknya singkat dan tidak menimbulkan
stress. Sebaiknya hanya mengunjungi satu sampai dua orang saja
dalam sekali kunjungan.
7. Meningktakan nutrisi yang adekuat
Saat makan, keadaan harus tetap dijaga agar keadaan tidak
menjadi konfrontasional. Pasien lebih menyukai makanan yang sudah
dikenal yang tampak menggunakan selera makan dan terasa lezat.
Untuk menghindari bermain dengan makanan, makanan sebaiknya
dihidangkan satu – satu makanan sebaiknya disediakan dalam keadaan
hangat.
8. Mendukung dan mendidik pemberi perawatan dalam keluarga
Mendukung dan mendidik pemberi perawatan dalam keluarga.
Perawat harus peka terhadap masalah emosional yang dhadapi
keluarga.
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Tuan K, usia 69 tahun RS dengan keluhan penurunan fungsi kognitif dan rasa
cemas yang berlebihan. Dari hasil diagnosa didapatkan Alzheimer tahap 3 dan
Dimensia. Tuan K dapat obat donepezil 1x10 mg, 1x sehari ekstrak gingko bloba.
Pengkajian
1. Anamnesa
Nama : Tn. K
Alamat : Surabaya
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 69 tahun.
2. Keluhan utama : penurunan fungsi kognitif dan rasa cemas berlebih
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga dengan gejala yang sama dengan pasien
b. Riwayat penggunaan obat-obatan dan terpapar di lingkungan polusi
c. Riwayat trauma kepaka
d. Riwayat penyakit karena virus
e. Riwayat kejadian lamanya tanda dan gejala
4. Pemeriksaan fisik
a. Perubahan kognitif kemampuan dalam :
- Perhatian dan konsentrasi
- Pengambilan keputusan dan persepsi
- Belajar dan mengingat
- Komunikasi dan bahasa
- Kecepatan menerima informasi
b. Perubahan kepribadian dan perilaku
- Tingkah laku agresif
- Perubahan koping cepat marah, takut
- Depresi
c. Perubahan dalam merawat diri
- Menurunnya kemampuan dalam merawat diri
- Kurang perhatian dalam menjaga penampilan
- Ketidakmampuan mengontrol bowel dan bladder
- Menurunnya nafsu makan
d. Kemampuan pergerakan
- Menurunnya aktivitas dan pergerakan
- Perubahan cara jalan.
Analis Data.
Gangguan proses
pikir
2. DS : Alzheimer Resiko cedera
- Keluarga mengatakan
klien pelupa Disorientasi
DO :
- Klien bingung Resiko cedera
- Tingkah laku aneh dan
kacau
3. DS : Alzheimer Ketidakefektifan
- Klien mengatakan koping keluarga
mengungkapkan
perhatian keluhannya Pelupa
kepada keluarga
DO : Membantu dan
- Keluarga tidak bisa memberikan
memberikan bantuan dukungan pada
atau dukungan klien
Kurang
pengetahuan
Ketidakefektifan
koping keluarga
4. DS : Alzheimer Hambatan
- Keluarga mengatakan komunikasi verbal
klien tidak mampu Kerusakan
berkomunikasi intelektual
DO :
- Klien tidak dapat Tidak dapat
berbicara mengingat kata-
- Ketika berbicara pelo kata sederhana
Hambatan
komunikasi verbal
5. DS : Alzheimer Defisit perawatan
- Pasien mengatakan tidak diri
mandi, sikat gigi Pelupa
- Pasien mengatakan tidak
bisa makan sendiri Tidak dapat
DO : merawat diri
- Ketidakmampuan untuk sendiri
membersihkan tubuh
atau anggota lainnya Defisit perawatan
diri
1. Kehilangan memori
2. Menurunnya kosentrasi
3. Kebinguangan
4. Disorientasi
5. Menurunnya kemampuan memecahkan masalah
6. Gelisah
Intervensi Rasional
Kaji orientasi :
1. Kaji orientasi pasien
1. Mengidentifikasi
2. Panggil pasien dengan
kemampuan orientasi pasien
namanya
2. Mengingat namanya sendiri
3. Perkenalkan semua pemberi
3. Pasien mungkin tidak ingat
perawatan dengan
kembali
menggunakan nama setiap 4. Mengingatkan dan
waktu, ulangi secara teratur mengorientasikan waktu
4. Orientasikan pasien pada kepada pasien
hari, jam dan lokasi dengan 5. Mudah mengingat dan lebih
sering kooperatif
5. Pemberi perawatan 6. Melatih orientasi pasien
sebaiknya orang yang sama 7. Mengorientasikan waktu
6. Lakukan pekerjaan yang
mudah secara rutin
7. Buatkan kalender dengan
ukuran besar dan jam besar
agar dapat dilihat
Kriteria hasil :
1. Cidera dapat dicegah
2. Tidak terjadi cidera
3. Bebas cidera
4. Menunjukkan tidak ada tanda cidera fisik
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
1. Kebutuhan ADL terpenuhi
2. Keadaan pasien bersih dan rapi
3. Asupan nutrisi adekuat
4. Kebutuhan eliminasi terpenuhi
Intervensi Rasional
Dewanto, G., W. J. Suwono., B. Riyanto, dan Y Turana. 2009. diagnosis & tata
laksana penyakit saraf. Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2013. Kenali 10 Gejala Umum Demensia Alzheimer dari Sekarang.
Jakarta: Kemenkes RI