Disusun Oleh:
KELOMPOK 1 :
SEMARANG
2019
SKILL LAB LBM 1
I. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat memahami penyakit ISK sehingga dapat menganalisis
kesesuaian rancangan terapi obat.
2. Agar mahasiswa dapat mempertimbangkan pemilihan obat berdasarkan 4T1W dan
dengan metode SOAP.
3. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah terkait obat dan memberikan
alternatif solusinya.
II. LANDASAN TEORI
A. DEFINISI PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode.
ISK sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi
mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK.
Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya inokulasi
bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi.
(saputra, kurnia. 2015)
B. ETIOLOGI INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Mikroorganisme bisa mencapai saluran kemih dengan penyebaran secara
hematogen atau limfatik, tetapi terdapat banyak bukti klinis dan eksperimental
yang menunjukkan bahwa naiknya mikroorganisme dari uretra adalah jalur yang
paling umum mengarah pada ISK, khususnya organisme yang berasal dari enterik
(misal., E. coli dan Enterobacteriaceae lain). Hal ini memberikan sebuah
penjelasan logis terhadap frekuensi ISK yang lebih besar pada wanita
dibandingkan pada pria, dan peningkatan resiko infeksi setelah kateterisasi atau
instrumentasi kandung kemih. Konsep virulensi atau patogenisitas bakteri dalam
saluran kemih diduga bahwa tidak semua spesies bakteri bersama-sama mampu
dalam menginduksi infeksi. Semakin baik mekanisme pertahanan alami tubuh
semakin kecil virulensi dari strain bakteri manapun untuk menginduksi infeksi.
( Saputra,kurnia.2015)
C. FAKTOR RESIKO INFEKSI SALURAN KEMIH
1. Jenis kelamin dan aktifitas seksual
Secara anatomi,uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm
danterletak di dekat anus.Hal ini menjadikannya lebih rentan untuk
terkenakolonisasi bakteri basil gram negatif.Karenanya, perempuan lebih
rentanterkena ISK.Pada wanita yang aktif seksual,risiko infeksi juga
meningkat.Ketika terjadi koitus, sejumlah besar bakteridapat terdorong masuk
ke vesika urinaria dan berhubungan dengan onsetsistitis.Semakin tinggi
frekuensi berhubungan, makin tinggi risiko sistitis.Oleh karena itu, dikenal
istilahhoneymoon cystitis. Penggunaan spermisida atau kontrasepsi lain
seperti diafragma dankondom yang diberi spermisida juga dapat
meningkatkan risiko infeksisaluran kemih karena mengganggu keberadaan
flora normal introital danberhubungan dengan peningkatan kolonisasi
E.colidivagina.
2. Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula.
Bakteriuriameningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi 20% pada usia
80tahun. Pada usia tua, seseorang akam mengalami penurunan sistem
imun,hal ini akan memudahkan timbulnya ISK.
3. Obstruksi
Penyebab obstruksi dapat beraneka ragam diantaranya yaitu
tumor,striktur, batu, dan hipertrofi prostat. Hambatan pada aliran urin
dapatmenyebabkan hidronefrosis, pengosongan vesika urinaria yang
tidaksempurna, sehingga meningkatkan risiko ISK.
4. Disfungsi neurogenic vesicalurinaria
Gangguan padainervasi vesika urinaria dapat berhubungan dengan
infeksisaluran kemih.Infeksi dapat diawali akibat penggunaan kateter
ataukeberadaan urin di dalam vesika urinaria yang terlalu lama.
5. Factor genetic
Faktor genetik turut berperan dalam risiko terkena ISK.Jumlah dan
tipereseptor pada sel uroepitel tempat menempelnya bakteri ditentukan
secaragenetik.
(Saputra,kurnia.2015)
D. GEJALA PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
a). Pielonefritis Akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi(39,5
40,5°C), disertai mengigil dan sekit pinggang. Presentasi klinisPNA inisering
didahului gejala ISK bawah (sistitis).
b). ISK bawah (sistisis) nyerisuprapubic, nokturia, polakiuria, dysuria dan
stanguria.
c). Sindroma Uretra Akut (SUA). Presentasi klinis SUA sulit dibedakandengan
sistitis. SUA sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun.
Presentasi klinis SUA sangat miskin (hanya disuri dan seringkencing) disertai
cfu/ml urin <105: sering disebut sistitis bakterialis.
Sindrom uretra akut (SUA) dibagi 3 kelompok pasien, yaitu:
a. Kelompok pertama pasien dengan piuria, biakan uria dapat diisolasi E.coli
dengan cfu/ml urin 103-105. Sumber infeksi berasal dari kelenjar periuretral atau
uretra sendiri. Kelompok pasien ini memberikan respon baik terhadap antibiotik
standar sepertiampsilin.
b. Kelompok kedua pasien leukosituri 10-50/lapangan pandang tinggi dan kultur
urin steril.Kultur khusus ditemukan chlamydia trachomali satau bakteri
anaerobik.
c. Kelompok ketiga pasien tanpa piuri dan biakan urin steril
E. TERAPI
1. Farmakologi
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotic yang adekuat, dan kalau perlu terapi asimtomatik untuk alkalinisas
iurin
a. Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan
antibiotik tunggal seperti ampisilin 3 gram, trimetoprim 200 mg.
b. Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisi (lekositoria) diperlukan
terapi konvensional selama 5-10 hari.
c. Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanp alekositoria. Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
d. Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti
koreksi faktor resiko.
e. Tanpa faktor predisposisi. Asupan cairan banyak. Cuci setelah
melakukansenggama diikuti terapi antimikroba takaran tunggal (misal
trimetroprim 200 mg). Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan.
2. Non Farmakologi
a. Minum air putih dengan jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga
meningkat (merangsang diuresis).
b. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing
agar bakteri tidak mudah berkembang baik.
c. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misalnya buah-buahan,
daging tanpa lemak dan kacang-kacangan.
d. Mengkonsumsi jus anggur atau cran berry untuk mencegah infeksi saluran
kemih berulang.
e. Tidak menahan bilaingin berkemih. (Sukandar.2009)
d. DRP
e. Plan
4T + 1W
1. Amoksisillin
- Tepat indikasi :Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut.
- Tepat obat : Menghambat sintesis dinding sel
- Tepat pasien : Hipersensitivitas terhadap penisilin, infeksi mononukleus
- Tepat dosis : 250mg – 500mg setiap 8 jam
- Waspada efek samping : mual, muntah, diare, ruam, reaksi alergi
2. Paracetamol
- Tepat indikasi : Nyeri ringan hingga sedang, demam
- Tepat obat : Mengatur suhu tubuh di hypothalamus untuk menurunkan suhu tubuh
(antipiretik)
- Tepat pasien : Hipersensitivitas, gangguan hati dan ginjal
- Tepat dosis : 500mg – 1000mg diberikan selama 4-6 jam
- Waspada efek samping : Alergi, ruam kulit, kelainan darah, hipotensi, kerusakan
hati
KIE
Monitoring
(Medscape, 2019)
VI. KESIMPULAN
Dari kasus Ny. JJJ yang mengalami ISK dilakukan penggantian terapi cefrtriaxon
menjadi amoxicillin yang digunakan terapi ISK karena ceftriaxone memberikan efek
samping jaundice dengan meningkatkan nilai SGOT. Terapi nyeri yang diberikan pada
pasien yaitu Paracetamol 500mg bila perlu, dipilih paracetamol karena memiliki
kategori pregnancy B yang aman bagi ibu hamil. Terapi tambahan yang diberikan yaitu
imunos 2x1 sebagai suplemen makanan untuk meningkatkan system imun.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, et al. 2016. Pharmacotherapy Principles & Practice Fourth Edition.
Khaled, A, dkk. 2014. Protective Effects Of Ursodeoxycholic Acid On Ceftriaxone
Induced Hepatic Injury In Rats. Cairo University, Department of
Pharmacology and Toxicology, Faculty of Pharmacy, Kasr El-Eini
Street, Cairo, Egypt.
Saputra kurnia. 2015. Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia
Pria .Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI).