Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat membuat tugas mata kuliah Keperawatan Anak II tentang “RHD
(Rheumatic Heart Disease) Pada Anak”. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata
kuliah.
Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya kritik dan saran membangun
sangat kami harapkan dengan maksut makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
ini bisa memberikan informasi bagi semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Banjarmasin, 22 september 2019.


Hormat kami
Kelompok 2

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rheumatic Heart Disease merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung
yang di dapat, baik pada anak maupun pada dewasa. Demam rematik adalah
peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan
RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita
penyakit demam rematik akut kira-kira dua minggu sebelumnya pernah menderita
radang tenggorokan. RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang
mengenai jaringan konektif seperti pada jantung, tulang, jaringan subcutan
pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi
streptococcus hemolitic-b grup A.
Penting mengetahui asal Penyakit RHD ini yang berawal dari Demam rematik,
dampak yang terjadi jika pada anak dengan RHD tidak dilakukan penanganan
degan benar maka akan mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung
dan bisa berakhir dengan kematian
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan bahwa
prevalensi global penyakit jantung reumatik di Dunia adalah sebesar 100- 10%.
Menurut laporan direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dit PPTM)
Depkes RI tahun 2004, dari 1.604 penderita PJR yang di rawat inap di seluruh
Rumah Sakit di Indonesia terdapat 120 orang yang meninggal akibat PJR dengan
Case Fatality Rate (CFR) 7,48%.. Di Indonesia tepat nya di RSUP Dr. Wahidin
sudirohusodo, Makassar. Periode januari 2005 sampai desember 2009 berdasarkan
catatan Rekam Medik terdapat 105 pasien anak berumur 5-15 tahun mengalami
DR/PJR(Penyakit Jantung Rematik).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud RHD (Rheumatoid Heart Disease) atau PJR (Penyakit
Jantung Rematik) ?.
2. Apa Penyebab RHD atau PJR
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari RHD/PJR
C. TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan memahami definisi RHD/PJR.
2. Mahasiswa diharapkan memahami penyebab dan perjalanan penyakit
RHD/PJR.

2
3. Mahasiswa diharapkan memahami Asuhan Keperawatan dari RHD/PJR.
D. MANFAAT
Dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui lebih lanjut penyakit RHD

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG
1. Jantung
Jantung adalah merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara
peredaran melalui seluruh tubuh, dan jantung bisa terbagi oleh sebuah septum
(sekat ) menjadi dua belah, yaitu kanan dan kiri dan setiap belahan di bagi lagi
menjadi dua belah, yaitu kanan dan kiri dan setiap belahan dibagi lagi menjadi
dua ruang, yaitu atas dan bawah. Yang diatas disebut atrium dan yang dibawah
disebut ventrikel, sehingga dibagian kiri bisa terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel,
melalui lubang atrioventrikel dan setiap lubang terdapat katup-katup yang
kanan dinamakan katup trikuspidalis dan yang kiri dinamakan katup mitral
(bikuspidalis). Katup atrio-ventrikuler bisa mengalir hanya ke satu jurusan
yaitu atrium ke ventrikel.
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus membran
yang disebut perikardium. Sedangkan membran itu sendiri terdiri atas dua
lapis. Perikardium viseral adalah membran serus yang sangat lekat pada
jantung dan perikardium parietal adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari
basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Aorta
membawa darah keluar dari ventrikel kiri. Lubang dari aorta dan dari arteri
pulmonalis dijaga oleh katup disebut katup aortik, yang menghindarkan darah
mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri. Katup antara ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis disebut katup pulmonalis yang menghindarkan darah
mengalir kembali ke ventrikel kanan.
Penyaluran darah dan syaraf ke jantung, pertama-tama arteri koronia kanan
dan kiri meninggalkan aorta dan kemudian bercabang menjadi arteri yang
lebih kecil. Arteri ini mengitari jantung dan mengantarkan darah ke semua
bagian organ dan darah yang kembali dari jantung terutama dikumpulkan oleh
sinus koronia dan langsung kembali ke dalam atrium kanan.
Yang pertama meninggalkan aorta dan kemudian bercabang menjadi arteri
yang lebih adalah arteri koronia kanan dan kiri. Arteri yang kecil ini mengitari
jantung dan mengantarkan darah ke semua bagian organ ini. Darah yang
kembali dari jantung terutama dikumpulkan oleh sinus koronia dan langsung
kembali ke dalam atrium kanan.

4
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus-atrial, kembali kedua atrium
berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas his dan
kemudian ventrikel berkontraksi. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu
kontraksi atau sistole dan pengendoran atau diastole. Kontraksi dari kedua
atrium terjadi serentak dan disebut sistol atrial, pengendorannya adalah
diastole atrial. Serupa dengan itu, kontraksi dan pengendoran ventrikel disebut
atrium pendek. Sedangkan kontraksi dan pengendoran ventrikel kontraksi
kedua pendek dan lebih kuat dan lebih lama.
Ventrikel yang terkuat adalah ventrikel kiri karena harus mendorong darah
ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah sistematik, walaupun
ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama tetapi tugasnya
hanya mengirimkan ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih
rendah.

Gambar 1. Jantung dan arah darah yang membawa sirkulasi melalui jantung,
arah darah mengalir di dalam pembuluhnya masuk dan keluar jantung
dengan panah.
Sumber : (Pearce, Evelyn 2002)

Jantung adalah organ utama sirkulasi darah. Aliran darah dari ventrikel kiri
melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena
disebut peredaran darah besar (sirkulasi sitematik). Aliran dari ventrikel
kanan, melalui paru-paru, ke atrium kiri adalah peredaran darah kecil
(sirkulasi pulmonal).
2. Katub-Katub Pada Jantung.

5
a. Vulvula trikuspidalis, terdapat antara atrium dextra dengan ventrikel
dextra, teriri dari 3 katub.
b. Vulvula semilunaris, terletak antara ventrikel dextra dengan arteri
pulmonalis dimana darah mengalir menuju paru-paru.
c. Vulvula semilunaris aorta, terletak di ventrikel sinistra & dextra,
darah mengalir keseluruh tubuh.
d. Vulvula bikuspidalis atau katup mitral, terletak antara atrium sinistra
dengan ventrikel sinistra, terdiri dari 2 katub.

Gambar 2. Katup Jantung


Sumber : (google.com/encrypted-tbn0.gstatic.com)
3. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah ke seluruh tubuh.
Saluran darah ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai
pemompanya. Fungsi pembuluh darah adalah mengangkut (transportasi)
darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh dan mengangkut kembali darah
yang sudah dipakai kembali ke jantung, fungsi ini disebut sirkulasi darah.
Darah mengangkut gas-gas, zat makanan, sisa metabolisme, hormon, antibodi
dan keseimbangan elektrolit.
Pembuluh darah utama dimulai dari aorta yang keluar dari ventrikel sinistra
melalui belakang kanan arteri pulmonalis, membelok ke belakang melalui
radiks pulmonalis kemudian turun sepanjang kolumna vetebralis menembus
diagfragma, selanjutnya ke rongga panggul dan berakhir pada anggota gerak
bawah.

6
Jenis pembuluh darah yaitu arteri dan arteriol yang membawa darah ke
luar jantung, selalu membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri
pulmoner yang membawa darah ”kotor” yang memerlukan oksigenasi. Venula
dan vena membawa darah ke arah jantung, kecuali vena pulmoner selalu
membawa darah miskin akan oksigen. Kapiler adalah pembuluh darah yang
sangat kecil dan disitu arteriol berakhir dan venule mulai.

Gambar 3. Pembuluh Darah


(Sumber : Google.com/pembuluh darah)

Dinding arteri terdiri atas tiga lapis :


a. Lapisan terluar atas jaringan ikat yang fibrus.
b. Lapisan tengah yang berotot dan elastis
c. Lapisan dalam yang terbentuk oleh endotelium sel epitel gepeng.
Lapisan tengah aorta dan arteri yang lebih besar berisi jumlah besar
serabut elastis dan sedikit otot, karena perlu dibagi arteri ini untuk dapat
mengembung. Arteri dan arteriol memperoleh peredaran darah dari sebuah
sistem pembuluh yang khusus, yang dikenal sebagai vaso-sorum, vena
berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis,
kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. arteri
dapat berkontraksi dan berdilatasi yang disebabkan pengaruh susunan saraf
otonom. Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil tempat arteri
berakhir. Darah arteri berisi oksigen dan berwarna merah cemerlang sebab
hemoglobin bergabung dengan oksigen. Bila arteri terpotong, maka terlihat

7
darah merah cemerlang menyemprot keluar dengan semburan yang
seirama denyutan jantung. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu
karena banyak dan oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Bila vena
terpotong maka darah mengalir keluar arus yang rata.
4. Aliran Darah Tubuh
a. Aliran darah koroner
Ada tiga pembuluh darah utama yang mendistribusikan darah di dalam
otot jantung yaitu arteri koronaria dekstra, arteri intraventrikel anterior,
dan arteri sirkufleksa sinistra.
1) Arteri koronia dekstra : mengurus distribusi nutrisi dan darah otot
jantung kanan depan dan belakang, serta otot jantung kiri bagian
belakang bawah yang berhadapan dengan diagfragma.
2) Arteri intraventrikuler anterior : memberikan darah untuk jantung
kiri dengan dan septum jantung.
3) Arteri sirkumfleksa sinistra : mengurus distribusi darah untuk otot
jantung kiri bagian lateral dan otot jantung kiri bagian posterior. Bila
terjadi sumbatan aliran darah koroner pada satu cabang akan
menyebabkan iskemia di daerah tertentu yang dapat berkembang
menjadi infark miokard.
b. Aliran darah portal
Aliran darah balik atau darah vena yang berasal dari usus halus, usus
besar, lambung, limpa dan hati. Aliran darah sistem portal ini mempunyai
pintu keluar yaitu vena porta, menuju hati melalui arteri hepatika dan
keluar melalui vena hepatika, lalu masuk ke jantung melalui vena kafa
inferior.
Hati merupakan organ terbesar yang memproses bermacam-macam jenis
reaksi kimia dan menerima zat makanan dari sistem pencernaan. Jika
terjadi kerusakan struktur jaringan hati maka akan menghambat aliran
darah karena jaringan hati mengerut sehingga darah tidak bisa di alirkan.
c. Aliran darah pulmonal
Aliran darah berawal dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis
kemudian bercabang ke paru-paru kiri, paru-paru kanan, dan ke alveoli
(kapiler alveoli) yaitu tempat terjadinya difusi oksigen dan karbon
dioksida. Karbon dioksida lebih banyak berdifusi dengan kapiler menuju

8
rongga alveoli, sedangkan oksigen lebih banyak berdifusi dengan rongga
alveoli menuju kapiler darah. Darah yang banyak mengandung oksigen
mengalir menuju vena pulmonalis kiri dan kanan masuk ke atrium kiri
terus ke ventrikel kiri dan siap dipompakan ke aliran darah sistemik.
d. Aliran darah sistemik

Gambar 4. Sirkulasi Sistemik


Sumber : (Lemone, priscilla dkk, 2012)

Aliran darah sistemik berawal dari ventrikel kiri lalu masuk ke seluruh
tubuh melalui aorta dan bercabang menjadi arteriol kemudian menjadi
kapiler dan masuk ke dalam jaringan/sel kemudian keluar menjadi
kapiler vena (venolus) menjadi vena, vena kava superior tubuh bagian
atas. Vena kava inferior tubuh bagian bawah. Selanjutnya masuk ke
jantung melalui vena kava.
B. DEFINISI (KONSEP TEORI PENYAKIT)
RHD (Rheumatic Heart Disease) atau PJR (Penyakit Jantung Rematik)
adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa

9
penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai
akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik (DR). Demam Rematik merupakan
suatu penyakit sitemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus hemolyticus
grup A pada saluran pernafasan atas (Cecily, 2009).
Demam Rematik Akut Adalah akibat lambat dari infeksi faring yang
disebabkan oleh streptokokus kelompok A sering terjadi pada anak usia 5 dan 15
tahun, area yang menjadi tempat prevalensi faringitis streptokokus, terutama
selama di musim dingin, DRA biasanya berkembang dalam 2 hingga 3 minggu
setelah infeksi streptokokus awal. Pemahaman terkini mengenai proses penyakit
DRA adalah bahwa anak mengembangkan respon antibodi terhadap protein
permukaan bakteri. Antibodi kemudian bereaksi silang dengan antigen pada otot
jantung dan jaringan neuronal serta jaringan synovial, menyebabkan karditis,
artritis, dan korea (gerakan kejut acak dan involunter). DRA mengenai sendi,
sistem saraf pusat, kulit, dan jaringan subkutan serta menyebabkan kerusakan
progresif dan kronik pada jantung dan katup. Sebagian besar serangan DRA
berlangsung selama 6 hingga 12 minggu dan kemudian membaik, tetapi demam
rheumatic dapat terjadi kembali apabila terjadi infeksi streptokokus berikutnya
(Kyle, 2014)
Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah peradangan jantung dan jaringan
parut dipicu oleh reaksi autoimun terhadap infeksi streptokokus beta hemolitikus
grup A. PJR merupakan komplikasi yang paling serius dari Demam Rematik.
Penyakit DR dan gejala sisanya, yaitu PJR, merupakan jenis penyakit jantung yang
didapat paling banyak dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda. DR
akut terjadi pada 0,3 % kasus faringitis oleh streptokokus beta hemolitikus grup A
pada anak. Secara epidemiologi kelompok umur paling sering mengalami faringitis
yang disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A adalah usia sekolah
(6-15 tahun). (Tumbel, Cynthia M dkk, 2015)
Penyakit Jantung Rematik merupakan proses imum sistemik sebagai
reaksi infeksi streptokokus hemolitikus di faring. Mengobati demam rematik, dapat
mencegah terjadinya penyakit jantung rematik. (Bruner & Suddart, 2001).
Penyakit Jantung Rematik adalah penyakit jantung akibat adanya gejala
sisa (sekuele) dari demam rematik (DR) yang ditandai dengan terjadinya cacat
katup jantung. (Hasnul, dkk, 2015)

10
Kelompok menyimpulkan bahwa Penyakit Jantung Rematik atau dalam
Bahasa Medisnya RHD (Rheumatic Heart Disease) adalah kondisi dimana terjadi
peradangan karna proses autoimun terjadi akibat infeksi oleh streptokokus
hemolitycus grup A dimana bakteri tersebut memiliki struktur sel yang sama
dengan tubuh, upaya tubuh melindungi diri terbentuklah antigen, namun antigen
turut menyerang sel yang teridentifikasi mirip struktur sel streptokokus
menyebabkan peradangan yang mengenai jaringan tubuh, persendian,
jantung(paling sering katup mitral), ringan berat nya gejala yang muncul
tergantung lokasi dan lesi.
C. GAMBARAN ABNORMALITAS ORGAN YANG TERKENA

Gambar 4. Katup yang terkena dari penyakit rematik


Sumber : (http;/doi.org/10.1161/circulationaha, 2014)
D. ETIOLOGI
Menurut Donna L, Wong (2002), Demam Rematik (DR) atau DR akut, adalah
penyakit inflamasi yang mengenai jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan
subkutan. Istilah ini didapat dari keterlibatan sendi dan adanya demam pada tahap
akut. Akibat paling signifikan dari Demam Rematik adalah Penyakit Jantung
Rematik, kusus nya kerusakan dan pembentukan jaringan parut pada katup mitral.
Bukti kuat mendukung hubungan antara infeksi pernafasan atas dengan
streptokokus grup A dan perkembangan lanjut DR (biasanya dalam 2 minggu
sampai 6 minggu) pada hampir semua kasus DR, infeksi sebelumnya oleh
streptokokus grup A dapat diketahui melalui hasil laboratorium tentang
peningkatan titer antibodi. Pencegahan atau pengobatan infeksi streptokokus grup
A mencegah Demam Rematik.

11
Faktor faktor lain juga berpengaruh pada timbulnya demam rematik dan
penyakit jantung reumatik yang terdapat pada individunya sendiri serta
lingkungan.
1. Umur
Rata-rata demam rematik/penyakit jantung rematik. Penyakit ini paling
sering mengenai anak umur antara 5-18 tahun. Dengan puncak sekitar
umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan sekitar umur 3-5 tahun dan sangat
jarang sebelum anak berusia 3 tahun atau setelah 20 tahun.
2. Keadaan Gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta penyakit lain belum pasti dapat ditentukan sebagai
faktor predisposisi untuk timbulnya demam rematik, namun keadaan gizi
sangat berperan untuk tubuh.
3. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus grup A dengan glikoprotein
dalam katup, mungkin ini yang mendukung terjadinya miokarditis dan
valvulitis pada rematik fever.
4. Faktor lingkungan
Keadaan sosial ekonomi buruk, iklim dan geografi, perubahan cuaca juga
sering mengakibatkan insifens infeksi saluran nafas bagian atas.

Klasifikasi :
Perjalanan klinis penyakit demam rematik/penyakit jantung rematik dapat dibagi
dalam 4 stadium Menurut (Ngastiyah, 1995 : dalam buku NANDA, 2015).
1. Stadium 1
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman beta streptokokus
hemolitikus grup A.: keluhan Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan,
muntah, diare, peradangan pada tonsil disertai eksudat.
2. Stadium 2
Stadium 2 ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptokokus dengan permulaan gejala demam rematik : biasanya periode
ini berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea dapat timbul 6 minggu atau
bahkan berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium 3

12
Yang dimaksud dengan stadium 3 ini ialah fase akut demam rematik. Saat
ini timbul berbagai manifestasi klinis demam rematik/penyakit jantung
rematik. Manifestasi tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan manifestasi spesifik demam rematik/penyakit jantung rematik
Gejala Peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu anoreksia, lekas
tersinggung, berat badan menurun, kelihatan pucat, epitaksis, arthralgia,
rasa sakit disekitar sendi, sakit perut.
4. Stadium 4
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam rematik
tanpa kelainan jantung/ penderita penyakit jantung rematik tanpa gejala
sisa katup tidak menunjukan gejala apa-apa
Pada penderita penyakit jantung rematik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis beratnya kelainan. Pada
fase ini baik penderita demam rematik maupun penyakit jantung rematik
sewaktu waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

E. MANIFESTASI KLINIS
Seperti yang sudah di sebutkan di pengertian, penyakit jantung rematik
merupakan komplikasi dari demam rematik. Maka sebelum pasien mengalami
gejala penyakit jantung rematik, terlebih dahulu pasien akan mengalami gejala
demam rematik.
Manifestasi demam reumatik biasanya muncul setelah infeksi
streptokokus awal hingga sekitar 2 sampai 3 minggu. Demam dan nyeri sendi
migratorik sering kali merupakan manifestasi awal. Lutut, pergeangan kaki,
panggul, dan suku adalah tempat pembengkakkan umum dan inflamasi. Eritema
marginatum adalah ruam kulit non-pruritik sementara ditandai dengan lesi merah
dengan batas tegas dan pusat pucat yang biasa dijumpai pada batang tubuh dan
ekstremitas proksimal. Gejala neurologis demam rematik dapat berkisar dari
iritabilitas dan ketidakmampuan berkonsentrasi hingga kikuk dan spasme otot
involunter.
Diagnosis serangan awal demam rematik :
1. Kriteria mayor
a. Poliartrhritis = pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang
berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki,

13
pergelangan tangan, siku (poliartritis migran). Kondisi ini
berlangsung selama 1-5 minggu dan mereda tanpa deformitas
residual.
b. Karditis = peradangan pada jantung (miokarditis atau endocarditis)
yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta
dengan manifestasi terjadi penuruna curah jantung (seperti hipotensi,
pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung meningkat), bunyi
jantung melemah dan terdengar suarah bising katup. Pada auskultasi
akibat stenosis dari katup terutama mitral (bising sistolik), karditis
paling sering menyerang anak dan remaja. Beberapa tanda karditis,
antara lain kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan kiri (pada
anak yang lebih menonjol sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta
aorta
c. Eritema marginatum = tanda kemerahan pada batang tubuh dan
telapak tangan yang tidak gatal.
d. Nodul subkutan = nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah
kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri, nodul ini muncul
pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki ; tidak nyeri dan dapat bebas digerakan. Biasanya
timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2
minggu.
e. Korea syndendham = gerakan yang tidak disengaja/gerakan
abnormal, sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
2. Kriteria minor
a. Memang mempunyai riwayat RHD
b. Atralgia atau Nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi,
klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
c. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
d. Leukositosis
e. Peningkatan laju endap darah (LED)
f. C- reaktif Protein (CRP) positif
g. P-R interval memanjang
h. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
i. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

14
3. Dasar Diagnosis Kriteria WHO 2002-2003 dalam mendiagnosis Demam
Rematik dan RHD.
Kategori diagnosis Kriteria
 Demam Rematik serangan - Dua mayor
pertama - Atau satu mayor dan dua minor
- Ditambah bukti infeksi SBHGA
sebelumnya
 Demam Rematik serangan - Dua minor
Ulang dengan RHD - Ditambah dengan bukti infeksi
SBHGA sebelumnya
 Korea rematik - Tidak diperlukan kriteria mayor
 Karditis rematik insidious atau bukti infeksi SBHGA
 RHD - Tidak diperlukan kriteria lainya
untuk mendiagnosis sebagai RHD

Manifestasi karditis mencakup nyeri dada, takikardia, bunyi gesekan


pericardium, atau tanda gagal jantung. Pada auskultasi, S3, S4, atau murmur
jantung dapat terdengar. Kardiomegali dan efusi pericardium dapat berkembang.
Gejala jantung muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena.
Katup mitral adalah yang sering terkena, bisa menimbulkan gejala gagal jantung
kiri sesak napas dengan krekels pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran
dan lokasi lesi.
Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya
sudah mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah-pindah, bercak
kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak
terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang
juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan
tentu saja demam.
F. PATOFISIOLOGI
1. Narasi
Hubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut
tidak diketahu. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi,
seperti yang ditunjukan oleh hasil kultur streptokokus yang negatif pada
bagian jantung yang terkena.

15
Demam Rematik adalah akut adalah penyakit radang yang timbuh setelah
infeksi Streptokokus beta-hemolitik grup A, penyakit ini menyebabkan lesi
patologis di jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan subkutan. Gejala
demam rematik bermanifestasi kira-kira 1 sampai 5 minggu setelah terkena
infeksi. (Betz & Sowden, 2009). Bakteri streptokokus beta hemolitikus yang
menginfeksi tenggorokan memiliki struktur antigenik yang mirip dengan
struktur protein reseptor di jantung akibatnya antibodi yang seharusnya
menyerang ke bakteri saja, salah mengenali target dan menyerang ke organ
tubuh yang mirip streptokokus (salah satunya bagian jantung).

Gambar 6. (A) Struktur sel bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A.


(B). Struktur sel tubuh yang mirip dengan sel bakteri streptokokus.
Sumber : (http://slideplayer.comamp/11069336)

Karditis, inflamasi pada jantung, berkembang pada sekitar 90% orang


yang menderita demam rematik. Proses inflamatorik biasanya melibatkan
ketiga lapisan jantung-perikardium, miokardium, dan endocardium. Badan
aschoff, area nekrosis jaringan yang terlokalisasi yang dikelilingi oleh sel
imun, berkembang pada jaringan jantung. Inflamasi pericardium dan
miokardium cenderung ringan dan sembuh sendiri. Walaupun begitu,
inflamasi endocardium menyebabkan pembengkakan dan eritema struktur
katup dan lesi vegetative kecil pada lembaran katup. Ketika proses inflamtorik
membaik. Terjadi jaringan parut fibrosa, menyebabkan deformitas.
Penyakit jantung rematik (rheumatic heart disease, RHD) adalah
deformitas katup yang berkembang lambat yang dapat terjadi setelah serangan
demam rematik akut atau berulang. Lembaran katup menjadi kaku dan rusak
; komisura (lubang) menyatu, dan kordae tendinae mengalami fibrosis dan

16
memendek. Ini menyebabkan stenosis atau regurgitasi katup. Pada stenosis,
katup sempit yang menyatu menyumbat aliran darah ke depan. Regurgitasi
terjadi saat katup gagal menutup dengan benar (katup inkompeten), yang
membuat darah mengalir kembali ke belakang. Katup di bagian kiri jantung
biasanya rusak ; katup mitral adalah katup yang paling sering rusak.
2. Skema

(NANDA, 2015) Hal 104.


G. MASALAH YANG KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
Menurut (NANDA, 2015)
1. Penurunan Curah Jantung b.d adanya gangguan pada penutupan katup mitral
(stenosiskatup)
2. Nyeri Akut b.d distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflames,
destruksi sendi

17
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan
asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpati
4. Gangguan pertukaran gas .d perubahan membran alveolar-kapiler.
5. Ketidakefektifan perpusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
keperifer
6. Hipertermia b.d proses penyakit, peradangan pada sendi.
7. Intoleran aktivitas b.d kelemahan otot
8. Resiko cedera b.d disfungsi integrative (gerakan involunter)
9. kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit (peradangan)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboraturiom
a. Kultur (Tenggorok) : menunjukan infeksi streptokokus beta hemolitikus
grup A. Mucus di daerah faring di ambil menggunakan casa kemudian
diperiksa oleh petugas terkait.
b. Pemeriksaan Antibodi Antistreptokokus : mencapai puncak ketika gejala
kelinis demam rematik muncul. Tes antibodi antistreptokokus yang biasa
digunakan adalah antistreptolisin O/ASTO dan antideoxyribonuklease
B/anti DNase B. Pemeriksaan ASTO dilakukan terlebih dahulu, jika tidak
terjadi peningkatan akan dilakukan pemeriksaan anti DNase B. Titer
ASTO biasanya mulai meningkat pada minggu 1, dan mencapai puncak
minggu ke 3-6 setelah infeksi. Titer ASO naik > 333 unit pada anak-anak,
dan > 250 unit pada dewasa. Sedangkan anti-DNase B mulai meningkat
minggu 1-2 dan mencapai 10. puncak minggu ke 6-8. Nilai normal titer
anti-DNase B= 1: 60 unit pada anak prasekolah dan 1 : 480 unit anak usia
sekolah.
c. Hitung sel darah putih (SDP) = Lebih dari 10.000/mm3
d. Hitung sel darah merah (SDM) = kurang dari 4 juta/mm3
e. Laju endapan eritrosit (ESR) = lebih dari 20 mm/jam
f. Protein C-Reaktif Protein (CRP) : Positif.
CRP adalah tes darah digunakan mengukur keseluruhan kadar
peradangan dalam tubuh. Kadar CRP yang tinggi disebabkan oleh infeksi
dan berbagai penyakit jangka panjang lain. Akan tetapi tes CRP tidak
dapat menunjukan lokasi terjadinya peradangan atau penyebabnya.

18
2. Elektrokardiogram (EKG): pemanjangan interval PR
3. Ekokardiogram : menentukan apakah terdapat pembesaran pada jantung dan
terdapat lesi.
Menilai beratnya penyumbatan atau kebocoran katup tersebut. Bila
penyumbatan atau kebocoran ringan, tidak diperlukan tindakan khusus, selain
pemberian obat untuk menunjang fungsi jantung. Namun jika penyumbatan
atau kebocoran memberat, diperlukan pergantian katup jantung dengan
operasi. Ekokardiografi droppler dapat dipergunakan untuk mengetahui
morfologi lesi katup mitral, derajat atau beratnya. Hasil Ekokardiografi yang
telah dilakukan pada pasien ini kurang lebih 1 bulan SMRS menunjukan
adanya mitral regugtasi dengan fungsi sistolik dari ventrikel kiri yang telah
menurun, selain itu gambaran ekokardiografi juga tampak dilantasi ventrikel
kiri dan atrium kiri.
4. Sinar- X dada = dapat menunjukan pembesaran jantung.
I. KOMPLIKASI
1. Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan
biasanya terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung
rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap
streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.
2. Tromboemboli (sumbatan di pembuluh darah) bisa terjadi sebagai komplikasi
mitral (gangguan katup).
3. Aritmia atrium (gangguan irama jantung) biasanya terjadi karena pembesaran
atrium kiri karena gangguan pada katup mitral.
4. Gejala Kardiak pada Penyakit Jantung Rematik
a) Pankarditis (radang pada jantung) pasien dapat mengeluh sesak nafas,
dada terasa tidak nyaman, nyeri dada, edema, batuk.
b) Manifestasi kardiak lain adalah gagal jantung kongestif dan pericarditis.
1) Kelainan pada bunyi jantung
2) Gagal jantung
3) Radang pada selaput jantung
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien penyakit jantung rematik berfokus pada memberantas
infeksi streptokokus dan penatalaksanaan manifestasi penyakit tersebut. Karditis
dan gagal jantung terjadi ditangani dengan upaya untuk mengurangi proses

19
inflamatorik dan menangani gagal jantung. Aktivitas dibatasi, tetapi tirah baring
biasanya tidak dianjurkan.(Lemon, dkk, 2012)
1. Cardiac Management
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya
komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli.
Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Misal kena katub jantung berupa kebocoran pada akhir nya akan di
evaluasi apakan di operasi atau tidak sehingga harus di monitor dari awal
supaya tidak menyebabkan kebocoran jantung.
a) Pasien Karditis : di bed rest
b) Tanpa karditis : istirahat ditentukan 2 minggu, mobilisassi bertahap 2
minggu
c) Karditis tanpa kardiomegali : istirahat ditentukan 4 minggu,
mobilisasi bertahap 6 minggu.
d) Karditis dengan gagal jantung : istirahat ditentukan selama ada gagal
jantung. Mobilisasi bertahap 3 bulan.
2. Pelaksanaan medikasi.
a) Secepat diagnosis demam rematik ditegakkan, antibiotic diberikan
untuk memusnahkan infeksi streptokokus. Penisilin adalah antibiotic
pilihan untuk menangani streptokokus grup A. antibiotic
diprogamkan minimal 10 hari. Eritromisin dan klindamisin digunakan
bila pasien alergi penisilin. Terapi antibiotic profilaksis dilanjutkan
selama 5 sampai 10 tahun untuk mencegah kekambuhan.
Kekambuhan stelah 5 tahun atau usia 25 tahun jarang terjadi. Penisilin
G, 1,2 juta unit disuntikan intramuscular setiap 3 sampai 4 minggu,
adalah profilaksis pilihan. Penisilin oral, amoksilin, sulfadiazine, atau
eritromisin juga dapat digunakan.
b) Nyeri sendi dan demam ditangani dengan salsilat (mis,. Aspirin),
ibuprofen, atau obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) lain;
kortikosteroid dapat digunakan untuk nyeri berat akibat inflamasi atau
karditis.
K. PENCEGAHAN PJR
Program pemerintah iatu CERDIK,

20
CE = Cegah terjadinya demam rematik dengan menjaga kebersihan lingkungan
anak dan disekitar rumah.
R = Rajin membiasakan anak untuk menjaga kebersihan diri, menerapkan pola
hidup bersih dan sehat (misalnya dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
D = Dapatkan terapi yang maksimal demam rematik dengan antibiotic diawasi
dokter agar tidak berlanjut menjadi Penyakit Jantung Rematik.
I = iringi pemberian makanan yang bergizi dan tambahan multivitamin pada anak
K = Kenali sejak dini tanda dan gejala.
L. PERBEDAAN DEMAM REMATIK DAN PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Menurut Kelompok 2.
DEMAM REMATIK PENYAKIT JANTUNG
REMATIK
DEFINISI Infeksi saluran pernafasan atas biasa di Suatu proses peradangan
tandai dengan faringitis. mengenai jaringan-jaringan
penyokong tubuh, terutama
Suatu penyakit inflamasi sistemik non- persendian, jantung dan
supuratif dengan proses delayed autoimun pembuluh darah oleh organisme
streptokokus beta hemolitikus
grup A.
TANDA Tanda gejala demam rematik muncul Gejala jantung muncul
DAN setelah infeksi awal hingga 2-3 minggu, tergantung pada bagian jantung
GEJALA dan mungkin 6 minggu. yang terkena. Dan beratnya
Ada 4 stadium perjalanan klinis penyakit. gejala tergantung pada ukuran
Stadium 3 ialah fase akut demam rematik dan lokasi lesi.
gejala peradangan umum.
Untuk menentukan DR serangan pertama Umum nya keluhan : Sering
= (2 mayor + bukti infeksi SBGHA) atau pusing, mudah lelah, nafas
(1 mayor 2 minor + bukti infeksi SBGHA) pendek, dada terasa nyeri

*lihat kembali penegakan diagnosis


Demam rematik/PJR menurut WHO
dari kriteria mayor & minor.

21
Jadi DR = Demam Karena Peradangan. RHD/PJR = Penyakit Peradangan karna
autoimun

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RHD PAD ANAK
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Demam, dan Nyeri sendi yang berpindah-pindah, sesak nafas (disebabkan
jantungnya sudah mengalami gangguan)
2. Temuan Fisik :
a. Inspeksi kulit : ruam klasik, eritema marginatum.
b. Auskultasi paru : krekels dan mengi
c. Auskultasi Jantung : terdengar suara bising katup, perubahan suara
jantung atau murmur (jika abnormal pada katup mitral).
d. Palpasi : permukaan pergelangan lengan tangan, siku dan lutut untuk
merasakan nodul subkutan yang tegas dan tidak nyeri.
e. Korea Sydenham :
Gerakan-gerakan yang tidak disengaja tidak terkoordinasi dan tidak
bertujuan dan emosi labil. Manifestasi ini lebih nyata bila penderita
bangun dan dalam keadaan stress. Koordinasi otot-otot halus sukar, pada
saat puncak gejala nya tulisan tidak dapat dibaca sama sekali. Ini juga
sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat
3. Riwayat Kesehatan : Pernah mengalami infeksi karena streptokokus atau nyeri
tenggorok yang didokumentasikan dalam 2 hingga 3 minggu terahir, atau
riwayat Demam Rematik Akut / Penyakit jantung rematik di masa lalu.
4. Kesehatan.
- Pola Hygine : kebiasaan mencuci tangan, kebersihan diri, dan lain-lain
- Tingkat tumbuh kembang : pada anak RHD ada kemungkinan mengalami
gangguan karena anak malnutrisi sehingga berat badan menurun.
- ADL : Kelemahan, kelelahan.
Tanda dan gejala : takikardia, penurunan tekanan darah, dyspnea saat
beraktivitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Lemone, dkk, (2012). Fokus asuhan keperawatan pasien RHD adalah
memberikan asuhan suportif dan mencegah komplikasi. Penyuluhan untuk
mencegah kekambuhan demam reumatik sangat penting. Nyeri dan Intoleran

23
aktivitas adalah diagnosis keperawatan prioritas untuk pasien demam rematik dan
RHD.
1. Nyeri Akut :
Nyeri sendi dan dada akibat inflamasi akut biasa terjadi pada demam
rematik. Nyeri dan inflamasi dapat mengganggu istirahat dan penyembuhan.
2. Intoleransi Aktivitas:
Pasien Karditis akut atau RHD dapat mengalami gagal jantung jika jantung
tidak dapat menyediakan cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Manifestasi keletihan, kelemahan, dan dyspnea pada saat aktivitas dapat
muncul.
3. Asuhan Berbasis komunitas. (Penyuluhan).
Sebagian besar demam rematik dan karditis tidak membutuhkan
hospitalisasi. Penyuluhan untuk asuhan di rumah berfokus pada asuhan akut
dan mencegah kekambuhan serta kerusakan jaringan lebih lanjut.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
(a). Berikan obat-obatan anti-inflamasi sesuai program. Segera laporkan
manfestasi toksisitas aspirin, termasuk tinnitus, muntah, dan perdarahan
pencernaan. Berikan aspirin dan NASAID lain bersama makanan, sisi
atai antasida untuk meminimalkan iritasi lambung.
Rasional : Nyeri sendi dan demam dapat ditangani dengan agen anti-
inflamasi seperti aspirin dan NASAID. Ketika digunakan untuk efek anti-
inflamasi, dosis aspirin mungkin tinggi dan diberikan 24 jam (misa;
setiap 4 jam). Steroid dapat diprogramkan untuk karditis berat
(b). Berikan Kompres hangat lembap untuk peredaan nyeri local pada sendi
yang mengalami inflamasi akut.
Rasional : Panas lembap meredakan nyeri yang terkait dengan inflamasi
sendi dengan mengurangi inflamasi.
(c). Auskultasi bunyi jantung sesuai indikasi. Beritahu dokter jika bunyi
gesekan pericardium atau murmur baru terdengar.
Rasional : Bunyi gesekan dihasilkan saat permukaan pericardium yang
mengalami inflamasi saling bergesekan, ini juga menstimulasi reseptor
nyeri dan dapat meningkatkan ketidaknyamanan.
2. Intoleran Aktivitas

24
(a). Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas dan perkuat penyuluhan sesuai
kebutuhan.
Rasional : aktivitas terbatas selama fase akut karditis untuk mengurangi
beban kerja jantung. Dan memahami rasional memperbaiki kerja sama
untuk mematuhi pembatasan.
(b). Anjurkan aktivitas sosial dan pengalih (divensional) seperti berkunjung
ke teman dan keluarga, membaca, bermain kartu atau permainan papan.
Menonton televise, dan mendengarkan music atau buku audio.
Rasional : aktivitas divensional memberikan fokus untuk pasien yang
aktivitas fisiknya harus dibatasi.
(c). Anjurkan peningkatan bertahap dalam aktivitas, dengan memonitor tanda
intoleransi atau gagal jantung. Konsultasi ke spesialis rehabilitasi jantung
untuk membantu merancang sebuah jadwal aktivitas bertahap.
Rasional : Perkembangan aktivitas bertahap dianjurkan seiring perbaikan
kondisi pasien. Toleransi aktivitas dimonitor dan aktivitas dimodifikasi
sesuai kebutuhan.
3. Asuhan Berbasis komunitas (Penyuluhan)
(a). Jelaskan pentingnya menghabiskan semua terapi antibiotic dan
meneruskan profilaksis antibiotic sesuai program untuk pasien RHD
kronik termasuk pentingnya profilaksis antibiotic untuk prosedur
invasive (misal.,perawatan gigi, endoskopi, atau pembedahan) guna
mencegah endokartditis bakteria. Pamflet mengenai pencegahan
endocarditis adalah pengingat yang membantu dan didapatkan dari
American Heart Association
(b). Perawatan gigi preventif dan kebersihan mulut yang baik untuk
mempertahankan kesehatan mulut dan mencegah infeksi gusi, yang dapat
menyebabkan kekambuhan penyakit tersebut.
(c). Pengenalan dini terhadap sakit tenggorok akibat streptokokus dan
penangannan yang tepat baik untuk pasien maupun anggota keluarga.
(d). Manifestasi awal gagal jantung yang perlu dilaporkan ke dokter.
(e). Medikasi yang telah diprogramkan, termasuk dosis, rute, efek yang
diharapkan dan yang mungkin muncul, serta manifestasi yang perlu
dilaporkan ke dokter.

25
(f). Pembatasan natrium dalam makanan jika diprogramkan atau dianjurkan.
Diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein dapat dianjurkan untuk
mempermudah penyembuhan dan melawan keletihan.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1. Nyeri dapat berkurang atau hilang
2. Diagnosa 2. Tidak terjadi intoleransi aktivitas
3. Dalam jangka panjang diharapkan tidak terjadi kekambuhan.

BAB IV
Contoh Kasus
A. ANECDOTAL RECORD
Dalam bab ini diuraikan studi kasus yaitu asuhan keperawatan pada An. J.O dengan
diagnosa medis penyakit jantung reumatik. Anak J.O berumur 11 tahun. Pasien
masuk rumah sakit pada tanggal 16 Juni 2018. Pengkajian pasien dilakukan oleh
mahasiswa pada tanggal 25 Juni 2018 pukul 11.00 WITA, dengan data yang
didapatkan saat pengkajian pasien mengeluh nyeri dada, dada terasa seperti
berdebar-debar, dan cepat lelah. Riwayat penyakit dahulu keluarga pasien
mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti yang dialami An. J.O, keluhan
saat ini pasien mengatakan merasa nyeri dada, dengan skala nyeri 6 (nyeri sedang),
pasien tampak meringis kesakitan, saat pengkajian TTV : TD =110/60 mmHg,
N=106 x/menit, RR=34 x/menit, T= 36,5ᴼ C, pasien tampak lemas, kesadaran
composmentis, pengkajian GCS = E4, V5, M6 (GCS : 15), semua aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga dan petugas medis. Pasien mendapatkan terapi infus D5 ½
NS 7 tpm, Dobutamin 1,5 cc/jam, Ranitidin2x ½ tab, Captropil 2 x 12,5 mg.
Hasil pemeriksaan laboraturium pada tanggal 20 juni 2018 adalah HB 10.1
g/dL, Jumlah Eritrosit : 4.04 10^6/uL, Hematokrit 31.8 L %, MCV 78.7 fL, MCH
: 25.0 L pg, RDW-CV 16.8 H %, Neutrofil 69,2 H %, Limfosit 19.8 L %, Monosit
6.4 H %, jumlah Eosinofil 0.50 10^3/ul, jumlah Neutrofil 8.04 10^3/ul, jumlah
Monosit 0.74 10^3/ul, PCT 0.40 H %.
B. ANALISA DATA
Hasil pengumpulan data, yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25 Juni 2018,
jam 11.20 WITA, di Ruang Rawar RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang ada
pun diagnosa yang dialami pasien yaitu :

26
DATA Diagnosa Keperawatan
DS : Pasien mengatakan dada terasa Penurunan curah jantung berhubungan
berdebar-debar, dengan perubahan kontraksi otot
jantung.
DO : Pasien tampak lemah, wajah
pasien terlihat pucat, auskultasi bunyi
jantung terdengar mur-mur, Hasil
TTV : TD : 100/60 mmHg, N : 140
x/m, RR : 30x/m.

DS : Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut berhubungan dengan agen


daerah dada, nyeri seperti tertikam, cedera bilogis.
nyeri menjalar dari dada sampai
punggung, nyeri dirasakan pada saat
melakukan pergerakan.
DO : Saat dikaji skala nyeri 6 (nyeri
sedang), wajah pasien tampak
meringis kesakitan. Hasil TTV : Nadi
140x/menit.
DS : Pasien mengatakan cepat lelah Intoleransi aktivitas berhubungan
saat beraktivitas, dengan kelemahan fisik.
DO : Pasien tampak lemah, semua
aktivitas dibantu keluarga dan tenaga
kesehatan.
C. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data yang dibagi dengan
menetapkan masalah, penyebab, data-data penunjang. Masalah keperawatan yang
ditemukan pada pasien penyakit jantung demam reumatik yaitu
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot
jantung yang ditandai dengan pasien mengatakan dada terasa berdebar-debar,
pasien tampak lemah, TD: 100/60 mmHg, nadi cepat 140x/menit, RR :
30x/menit, auskultasi jantung mur-mur.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri pada daerah dada, nyeri seperti tertikam, nyeri

27
menjalar dari dada sampai punggung, skala 6 (nyeri sedang) nyeri dirasakan
pada saat melakukan pergerakan, wajah pasien tampak meringis kesakitan.
Hasil TTV : Nadi 140x/menit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai
dengan pasien mengatakan cepat lelah apabila melakukan aktivitas yang
berlebihan, semua aktivitas dibantu keluarga dan tenaga kesehatan.
D. INTERVENSI
1. Dx 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot
jantung ditandai dengan pasien mengatakan dada terasa berdebar-debar,
pasien tampak lemah, TD: 100/60 mmHg, nadi cepat 140x/menit, RR :
30x/menit, auskultasi jantung mur-mur.
Tujuan Intervensi Rasional
Pasien akan 1. lakukan penilaian 1. Untuk mendeteksi aritmia
mempertahankan komperhensif secara lebih baik.
curah jantung yang terhadap sirkulasi 2. untuk mengetahui adanya
baik selama dalam perifer (misalnya, cek kelainan ireguler dari
perawatan nadi perifer, edema, denyut jantung
pengisisan kapiler, 3. rasionalnya tanda-tanda
Setelah dilakukan dan suhu ekstrimitas) vital dapat
tindakan keperawatan 2. catat adanya mengindikasikan
selama 3 x 24 jam disritmia, tanda dan penurunan curah jantung
klien menunjukan gejala penurunan 4. untuk untuk
curah jantung adekuat curah jantung menghentikan atau
dengan kriteria : 3. observasi tanda-tanda mengurangi aritmia
- nadi perifer kuat, vital 5. aktivitas yang berlebihan
- tidak ada bunyi 4. kolaborasi dalam akan meningkatkan
jantung pemberian terapi anti kebutuhan oksigen
abnormal, aritmia sesuai miokardia.
- tidak ada kebutuhan
kelelahan. 5. instruksikan keluarga
tentang pembatasan
aktivitas pasien

28
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada daerah dada, nyeri seperti tertikam, nyeri menjalar dari
dada sampai punggung, skala 6 (nyeri sedang) nyeri dirasakan pada saat
melakukan pergerakan, wajah pasien tampak meringis kesakitan. Hasil TTV :
Nadi 140x/menit.
Tujuan Intervensi Rasional
Pasien akan terbebas 1. kaji secara 1. membantu meyakinkan
dari nyeri selama komperhensif tentang bahwa penahanan dapat
dalam perawatan nyeri, meliputi lokasi, memenuhi kebutuhan
karakteristik dan pasien dalam
Setelah dilakukan awitan, durasi, mengurangi nyeri.
tindakan manajemen frekuensi, kualitas, 2. agar pasien mengetahui
perawatan selama 15 - intensitas/beratnya penyebab nyeri dan dapat
30 menit pasien dapat nyeri, dan faktor mengatasinya
mengontrol nyeri presipitasi 3. untuk mengurangi nyeri
dengan kriteria : 2. berikan informasi 4. untuk mengurangi nyeri.
- mengenal faktor tentang nyeri, seperti 5. Untuk mengurangi nyeri
penyebab nyeri, penyebab, berapa
- tindakan lama terjadi, dan
pencegahan, tindakan pencegahan
- tindakan 3. ajarkan penggunaan
pertolongan non- teknik non-
analgetik, farmakologi
- menggunakan (misalnya, relaksasi,
analgetik dengan napas dalam)
tepat. 4. evaluasi keefektifan
dari tindakan
mengontrol nyeri
untuk mengevaluasi
hasil tindakan.
5. kolaborasi pemberian
analgetic

29
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
pasien mengatakan cepat lelah apabila melakukan aktivitas yang berlebihan,
semua aktivitas dibantu keluarga dan tenaga kesehatan.
Tujuan Intervensi Rasional
pasien akan 1. tentukan 1. dapat membantu
meningkatkan toleransi keterbatasan klien memperkuat keyakinan
terhadap aktifitas selama terhadap aktivitas pasien
dalam perawatan untuk mencegah 2. partisipasi dalam
terjadinya trauma, perencanaan dapat
Setelah dilakukan dorong pasien untuk mendorong kepuasan dan
tindakan keperawatan mengungkapkan kepatuhan pasien.
selama 1x24 jam klien perasaan tentang
dapat menunjukkan keterbatasannya
toleransi terhadap partisipasi pasien
aktivitas dengan kriteria dalam
hasil : perencanaannya
- pasien dapat 2. motivasi untuk
menentukan melakukan periode
aktivitas yang istirahat dan aktifitas
sesuai dengan untuk menurunkan
peningkatan nadi, kebutuhan oksigen
tekanan darah, dan tubuh dan mencegah
frekuensi napas; keletihan
mempertahankan 3. atur posisi
irama dalam batas semifowler, evaluasi
normal, program
- mempertahanakan peningkatan tingkat
warna dan aktivitas
kehangatan kulit
dengan aktivitas,
- melaporkan
peningkatan
aktivitas harian.

30
E. EVALUASI
Evaluasi dari contoh kasus tersebut berdasarkan hasil dari peneliti yang
bersangkutan tindakan dilakukan selama empat hari untuk diagnosa pertama
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung
hasil evaluasi yang didapatkan pada hari pertama pasien mengeluh dada teras
berdebar-debar, pada hari kedua masih sama yaitu dada masih berdebar-debar,
pada hari ketiga pasien tidak mengeluh dada berdebar-debar dan hari keempat juga
sama tidak ada perubahan yaitu pasien tidak mengeluh dada terasa berdebar-debar.
Untuk diagnosa kedua nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
evaluasi yang diperoleh pada hari pertama yaitu pasien mengeluh nyeri pada dada,
skala nyeri 6 (nyeri sedang, pada hari kedua pasien masih mengeluh nyeri dada
dengan skala nyeri masih sama yaitu 6 (nyeri sedang), pada hari ketiga evaluasi
yang didapat pasien mengeluh nyeri dada bertambah dengan skala nyeri 7 (nyeri
berat), hari keempat nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang),
sedangkan pada hari keempat untuk diagnosa intoleransi aktivitas evaluasi yang
didapat pada hari pertama yaitu pasien mengeluh cepat lelah saat melakukan
aktivitas, pada evaluasi hari kedua, ketiga dan keempat evaluasi yang didapatkan
masih sama yaitu pasien masih mengeluh cepat lelah saat melakukan aktivitas.
Untuk ketiga diagnosa tersebut belum teratasi karena pasien masih
mengalami keluhan yang sama yaitu dada masih berdebar debar, nyeri pada dada
dan mudah lelah saat melakukan aktivitas.

31
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Jantung Rematik atau dalam istilah medis nya Rhematic Heard
Disease (RHD) adalah kondisi RHD (Rheumatic Heart Disease) atau PJR
(Penyakit Jantung Rematik) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada
katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral
(stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa dari Demam Rematik
(DR). Demam Rematik merupakan suatu penyakit sitemik yang disebabkan oleh
infeksi streptokokus hemolyticus grup A pada saluran pernafasan atas (Cecily,
2009).
Demam Rematik Akut Adalah akibat lambat dari infeksi faring yang
disebabkan oleh streptokokus kelompok A sering terjadi pada anak usia 5 dan 15
tahun, area yang menjadi tempat prevalensi faringitis streptokokus, terutama
selama di musim dingin, DRA biasanya berkembang dalam 2 hingga 3 minggu
setelah infeksi streptokokus awal. Pemahaman terkini mengenai proses penyakit
DRA adalah bahwa anak mengembangkan respon antibodi terhadap protein
permukaan bakteri. Antibodi kemudian bereaksi silang dengan antigen pada otot
jantung dan jaringan neuronal serta jaringan synovial, menyebabkan karditis,
artritis, dan korea (gerakan kejut acak dan involunter). DRA mengenai sendi,
sistem saraf pusat, kulit, dan jaringan subkutan serta menyebabkan kerusakan
progresif dan kronik pada jantung dan katup. Sebagian besar serangan DRA
berlangsung selama 6 hingga 12 minggu dan kemudian membaik, tetapi demam
rheumatic dapat terjadi kembali apabila terjadi infeksi streptokokus berikutnya
(Kyle, 2014).
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Jika kita lihat dari bahasan di atas penyakit RHD sangat mungkin terjadi
karena adanya kejadian awal yaitu Demam Rematik. Pencegahan yang terbaik
adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik
(terserang infeksi kuman streptokoku beta hemolitikus). Maka kita para
mahasiwa di harapkan terus belajar dari berbagai literatur dan lebih giat lagi
mencari literature terbaru. Agak kita calon perawat memahami betul
Perjalanan Penyakit ini, sehingga kita mampu memberikan penyuluhan,

32
bahkan tepat melakukan asuhan keperawatan dengan benar dan kompeten
untuk masyarakat.

EVALUASI KEGIATAN PRESENTASI


Pertanyaan: dari berbagai kelompok (Kelompok 1 dan kelompok 4).
Kelompok 4, Erba Reymelsa Tumon : PJR apakah hanya terjadi untuk anak, rentan berapa
aja, apakah ada penyembuhannya, jika bisa sembuh berapa lama bisa bertahan ?
Jawab : Biasanya PJR terjadi pada anak 5-18 tahun, tidak sembuh total karna penyakit ini
autoimun, kebanyakan usia anak meninggal di umur 8 tahun.
Kelompok 1, Juliani Hutabarat : bagaimana perawatan secara mandiri pada penyakit rhd ?
seberapa lama pengobatan antibiotic, menurut anda apakah ada efek dari pemberian
antibiotik terhadap organ tubuh, dan apakah ada efek juga untuk perkembangan anak ?.
Perwatan mandiri keperawatan dengan penyuluhan. Dulu pengobatan antibiotic
diperbolehkan, namun sekarang tidak diperbolehkan karna efek obat tersebut penggunaan
dalam jangka panjang tidak baik (contoh antibiotik gentamisin bisa menyebabkan
peradangan pada telinga). Dan juga antibiotic diberikan terlalu dini pada anak bisa
mengganggu perkembangan anak juga.

33
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, Iskandar, Albar, Daud. (2012). Faktor Risiko Serangan Berulang Demam
Rematik/Penyakit Jantung Rematik. Sari Pediatri, Vol 14, No.3
Tumbel, Cynthia M., & Kaunang, David., Rompis, Johny, (2015). Peran Tingkat
Pendidikan Terakhir Orang Tua Terhadap Penyakit Jantung Rematik Pada Anak.
Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 3, Nomor 1.
Hasnul, Marhamah & Najirman & Yanwirasti, (2015). Karakteristik Pasien Penyakit
Jantung Rematik yang Dirawat Inap di RSUP Dr M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas : 4 (3).
Samladi, Aprilia. 2017.”CRP(C-Reavtive Protein)”,
http://www.Google.com/amp/s/hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/crp-c-
reactive-protein/amp/ : diakses 19 september 2019 (09.00 wita)
Lemone, priscilla dkk, (2012).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5, vol 3.
Jakarta:EGC.
Betz, Lyn Cecily & Sowden A. Linda, (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatrik Ed 5.
Jakarta: ECG.
Kyle, Terry (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Ed 2, vol 3. Jakarta : EGC
NANDA. 2015. Diagnosa keperawatan definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakrta:
EGC
Pearce, Evelyn. C, (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :
PT. Gramedia
Syaifuddin, (2013). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Hardhi Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jakarta : Mediaction Jogja.
Premana, indra. (2018). Dalam rangka megikuti kepaniteraaan klinik madya bagian/ SMF
ilmu penyakit dalam RSUP sanglah Denpasar, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Penyakit Jantung Rematik.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.
id/uploads/file_penelitian_1_dir/0e73a5a1848daa8a0350ca46705ffa17.pdf&ved=2
ahUKEwiVwtCDi-
fkAhXP6nMBHbkIBzoQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw25QIvaBgkAsgk267cK
8Xcy. Diakses tgl 23 september 2019. 21:00 wita.

34
Suhadi, Mangi (2018).Karya Tulis Ilmiah “asuhan keperawatan pada AN.J.O dengan
Penyakit Jantung Rematik di ruangan mawar RSUD PROF. DR. W.Z JOHANNES
KUPANG. Politeknik Kesehatan Kemenkes.

35

Anda mungkin juga menyukai