Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular


yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
masa nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering
disertai proteinuri, edema, kejang, koma, atau gejala-gejala lain.1
Terdapat lima jenis penyakit hipertensi dalam kehamilan: hipertensi
gestational (dahulu disebut hipertensi yang dipicu oleh kehamilan atau
hipertensi sementara), preeklampsia, eklampsia, preeklamsia pada hipertensi
kronis, dan hipertensi kronis.(2)
Semua gangguan hipertensi kronik, apapun sebabnya, merupakan
predisposisi timbulnya preeklampsia atau eklampsia. Pada sebagian wanita,
hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya semakin memburuk setelah
usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai dengan proteinuria, didiagnosa
sebagai preeklampsia pada hipertensi kronik (superimposed preeclampsia).
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah
atau vaskular yang menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia
kehamilan 20 minggu, mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ
dan pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema
nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1
pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan urin
sewaktu.(2)
Kehamilan dengan hipertensi essensial dapat berlangsung sampai
aterm tanpa gejala menjadi preeklampsia yang tidak murni (superimposed
preeclampsia). Hanya sekitar 20% dapat menjadi preeklampsia yang tidak
murni (superimposed preeclampsia).(3)

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah
≥140/90 mmHg dalam dua kali pengukuran atau lebih. Berdasarkan
International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP)
ada 4 kategori HDK, yaitu preeklamsia-eklamsia, hipertensi gestasional,
hipertensi kronik dan superimpose preeklamsia hipertensi kronik. Konsep
dasar dari tatalaksana beberapa HDK tersebut adalah sama, yaitu dengan
mematahkan rantai iskemia uteroplasenter regional sehingga gejala HDK
dapat diturunkan.(3)
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
signifikan, yang umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu
atau segera setelah persalinan. Proteinuria yang signifikan adalah jika
terdapat ≥ 300 mg protein dalam urin 24 jam atau terdapat lebih dari 30
mg/mmol pada spot urine: sampel kreatinin.(1)

B. ETIOLOGI
Sejumlah besar mekanisme telah dianjurkan untuk menjelaskan
penyebabnya. Preeklamsia tidaklah sesederhana “suatu penyakit”,
melainkan merupakan hasil akhir berbagai faktor yang kemungkinan
meliputi sejumlah faktor pada ibu, plasenta, dan janin. Faktor-faktor yang
dianggap penting saat ini dianggap penting mencakup: (2)
1. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada
pembuluh darah uterus.
2. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif anatara
jaringan maternal, paternal (plasenta), dan janin.
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular
atau inflamatorik yang terjadi pada kehamilan normal.

2
4. Faktor-faktor genetik, termaksud gen prediposisi yang
diwariskan , serta pengaruh epigenetik.

C. PATOFISIOLOGI
Setiap teori yang memuaskan mengenai etiologi dan patogenesis
preeklamsia harus dapat menjelaskan hasil pengamatan bahwa penyakit
hipertensi dalam kehamilan lebih mungkin timbul pada perempuan yang : (2)
 Terpajan vili korionik untuk pertama kalinya
 Terpajan vili korionik dalam jumlah berlebihan, seperti pada
kehamilan ganda atau mola hidatidosa.
 Telah memilki penyakit ginjal dan kardiovaskular.
 Secara genetis berisiko untuk mengalami hipertensi selama
kehamilan.
Pada tubuh perempuan hamil dengan pre-eklampsia terjadi beberapa
perubahan patofisiologis pada beberapa organ /system organ yang akan
bermanifestasi pada tampilan klinis. Perubahan-perubahan ini diperkirakan
akibat vasopasme, disfungsi endotel, dan iskemia yang terjadi.(4)
Pada kehamilan normal pembuluh darah tidak peka (refrakter)
terhadap bahan bahan vasopresor akibat dilindungi oleh adanya sistesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Gangguan vaskularisasi
akibat kepekaan resistensi vaskuler menyebabkan lumen arteri bertambah
kecil, selanjutnya akan terjadi insufisiensi uteroplasenter yang
mengakibatkan hipoksia dan iskemi plasenta.(5)
Hipertensi akibat vasospasme pembuluh darah pada
preeklampsia/eklampsia akan mempengaruhi fungsi organ lain. Vasospasme
pembuluh darah dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan intrinsik
jaringan ginjal. Kerusakan sel gromerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan proteinuria. Peningkatan tekanan darah dan koreksi kadar
proteiunuria merupakan pertimbangan penting untuk mengetahui prognosa
pada pasien preeklampsia/eklampsia.(5)

3
Dasar patofisiologi pre-eklampsia-eklampsia adalah vasospasme.
Vasospasme akan mengakibat-kan resistensi aliran darah dan menyebabkan
hipertensi arterial. Angiotensin II juga akan menyebabkan sel endotel
berkontraksi. Semua perubahan ini akan menyebabkan sel endotel menjadi
rusak dan terjadinya kebocoran celah di antara sel-sel endotel. Perubahan ini
juga bersamaan dengan hipoksia vaskular jaringan di sekitarnya yang
diduga dapat menyebabkan perdarahan, nekrosis dan kerusakan end-organ
lainnya.(5)

D. KLASIFIKASI PREEKLAMSIA
Preeklampsia dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahannya,
yaitu:(1,2)
1. Preeklampsia Ringan
Diagnosa preeklampsia ringan ditegakkan dengan kriteria:
a. Hipertensi: sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg.
b. Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik.
2. Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat ditandai oleh satu atau lebih kriteria berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
pada saat dua pemeriksaan setidaknya berjarak 6 jam saat pasien
b. berisitirahat di tempat tidur.
c. Proteinuria > 5 gr dalam spesimen urin 24 jam atau > +3 pada dua
kali pemeriksaan urin sewaktu.
d. Oliguria kurang dari 500 ml dalam 24 jam
e. Gangguan penglihatan dan serebral
f. Edema paru dan sianosis
g. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran atas abdomen
h. Fungsi hati terganggu
i. Trombositopenia
j. Pertumbuhan janin terganggu
Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending
eklampsia dan (b) preeklampsia berat dengan impending eklampsia. disebut

4
impending eklampsia jika preklampsia berat disertai gejala-gejala subyektif
berupa nyeri kepal hebat, gangguan visus, muntah, nyeri epigasrium dan
kenaikan progresif tekanan darah.(1)

E. DIAGNOSIS
Hipertensi didiagnosis jika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg
atau lebih, dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan
tekanan diastolik. Edema sudah tidak lagi digunakan sebagai kriteria
diagnositik karena juga terjadi pada banyak wanita hamil normal. Dahulu
dianjurkan bahwa digunakan parameter peningkatan tekanan darah sistolik
30 mmHg atau diastolik 15 mmHg sebagai kriteria diagnostik, meskipun
nilai absolute masih di bawah 140/90 mmHg. Kriteria ini tidak lagi
dianjurkan karena bukti-bukti memperlihatkan bahwa wanita dalam
kelompok ini kecil kemungkinannya mengalami gangguan pada hasil akhir
kehamilan mereka. Akan tetapi, wanita yang mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg perlu diawasi
secara ketat.(2)
Preklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah
sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg.(1)
preeklamsia dia golongkan preeklampsia berat jika ditemukan sau
atau lebih gejala berikut(1) :
- tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik
≥110 mmHg.
- proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam atau positif 4 pada pemeriksaan
kualitatif
- oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
- kenaikan kadar kreatinin plasma
- gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma, dan pandangna kabur
- nyeri epigastrium dan nyeri pada abdomen kuadran kanan atas
(akibat teregangnya kapsula glisson)
- edema paru

5
- hemolisis mikroangiopati
- trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit
dengan cepat
- gangguan fungsi hepar : peningkatan kadar alanin dan aspartate
aminotransferase
- pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
- sindrom HELLP

F. PENATALAKSANAAN
Penanganan pre-eklampsi berat terbagi dua yaitu perawatan aktif dan
pengelolaan konservatif. Pemilihan penanganan dan tindakan yang
dilakukan tergantung pada usia kehamilan serta keadaan ibu dan
janin.(1,2)
1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisinal.Sedapat mungkin sebelum perawatan
aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST
& USG).
 Indikasi (salah satu atau lebih)
a. Ibu
 Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
 Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia,
 kegagalan terapi konservatif, keadaan klinik dan laboratorium
memburuk
 Diduga terjadi solusio plasenta
 Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan
b. Janin
 Adanya tanda-tanda fetal distress
 Adanya tanda IUGR
 NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal
c. Laboratorium
Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia)

6
Pengobatan Medisinal selama masa perawatan aktif.Pengobatan medisinal
pasien pre eklampsia berat yaitu :1,2,3
- Segera masuk rumah sakit
- Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa
setiap 30 menit, refleks patella setiap jam.
- Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan
infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
- Antasida
- Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam.
- Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan
eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan
risiko terjadinya depresi neonatal.
a. Syarat pemberian MgSO4 :
 Tersedia antidotum (kalsium glukonas 10%).
 Refleks patella (+) kuat.
 Frekuensi pernapasan >16 kali/menit.
b. Dosis awal (initial dose), 4 gram MgSO4 40%/IV
(40% dalam 10 cc) selama 15 menit.
c. Dosis pemeliharaan (maintenance dose) :Diberikan
infus 6 gram dalam larutan RL/ 6 jam atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6
jam.
d. Penghentian pemberian MgSO4 jika :
 Ada tanda-tanda intoksikasi.
 Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam
setelah kejang terakhir.

7
- Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema paru, payah jantung kongestif atau edema
anasarka.Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.
- Antihipertensi diberikan bila:
a. Desakan darah sistolik ≥ 180 mmHg, diastolik ≥ 110
mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran
pengobatan adalah tekanan diastolik< 160/ 105 atau
MAP <125 karena akan menurunkan perfusi plasenta.
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi
pada umumnya.
c. Obat antihipertensi lini pertama adalah Nifedipin,
yang diberikan 10-20 mg per oral yang dapat diulang
setelah 30 menit. Maksimum 120 mg dalam 24 jam.
- Lain-lain:Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah


pengobatan medisinal.
- Indikasi :Bila kehamilan preterm ≤ 37 minggu tanpa
disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan
keadaan janin baik.
- Pengobatan medisinal, Sama dengan perawatan
medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading
dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram padabokong kiri
dan 4 gram pada bokong kanan.
3. Pengobatan obstetri :
- Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi
sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak
dilakukan terminasi.
- MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-
tanda pre eklampsia ringan, selambat-lambatnya
dalam 24 jam.

8
-
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka
dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus
diterminasi.

G. KOMPLIKASI
 Wanita dengan riwayat preeklamsia memiliki risiko penyakit
kardiovaskuler, termasuk 4x peningkatan risiko hipertensi,
dan 2x risiko penyakit jantung iskemik, stroke.
 Risiko kematian pada wanita dengan riwayat preeklamsia
lebih tinggi , termasuk disebabkan oleh penyakit
serebrovaskuler .(1,6)

Anda mungkin juga menyukai