Anda di halaman 1dari 25

Disusun Oleh:

Ketua : Anita Rosalina Sapitri


Angota: Kendar Supriatna
Suhendi
Andri Fauzi

SMA Negeri 1 Kadupandak


2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
bersama-sama untuk menyelesaikan makalah ini. Dimana makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu
puisi. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada guru pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Daftar Isi
i. Kata Pengantar
ii. Daftar Isi

BAB I Pendahuluan
I. Latar Belakang
II. Tujuan Pembuatan
III. Manfaat Pembuatan

BAB II Pembahasan
I. Pengertian
II. Pengertian Puisi Atau Definisi Menurut Para Ahli
III. Teknik-Teknik Membaca Puisi
IV. Unsur-Unsur Puisi
IV.I. Struktur Fisik Puisi
IV.II. Struktur Batin Puisi
V. Jenis-Jenis Puisi
V.I. Puisi Lama
V.I.I. Aturan-Aturan Puisi Lama
V.I.II. Ciri Puisi Lama
V.I.III. Jenis-Jenis Puisi Lama

V.II. Puisi Baru


V.II.I. Ciri-Ciri Puisi Baru
V.II.II. Jenis-Jenis Puisi Baru
V.II.III. Macam-Macam Puisi Baru

V.III. Puisi Kontemporer


V.III.I. Tokoh-Tokoh Puisi Kontemporer
V.III.II. Macam-Macam Puisi Kontemporer
V.III.III. Penyusunan Puisi Kontemporer
VI. Teknik Pembuatan Puisi
VII. Contoh Puisi
VII.I. Contoh Puisi Lama
VII.II. Contoh Puisi Baru
VII.III. Contoh Puisi Kontemporer
VIII. Pengarang Puisi Terkenal Atau Penyair Ternama
IX. Sejarah Puisi

Bab III Penutup


I. Kesimpulan

II. Daftar Pustaka


BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan


semata - mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra
sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah
karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang
melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi
adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi
dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).

Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau


bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori Sastra adalah: Puisi, Novel
cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun, sandiwara/drama,
lukisan/kaligrafi.

Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini


guna membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia puisi. Selain
tentang pengertian, sejarah dan unsur-unsur puisi, makalah ini juga
memuat catatan tentang ragam dan teknik membaca puisi serta dilengkapi
juga dengan panduan untuk membuat puisi agar menarik untuk dibaca.
TUJUAN PEMBUATAN

1. Mengembangkan kreatifitas siswa


2. Untuk berlatih berbicara dan berdialog dalam berdiskusi
3. Menguji kemampuan berfikir dan menguji kemampuan untuk
menciptakan karya sastra yang baru
MANFAAT PEMBUATAN

Sebagai karya sastra, puisi mempunyai berbagai manfaat.


Kebermanfaatan puisi telah berlangsung sejak lahirnya puisi pertama,
manfaat tersebut telah dirasakan manusia jauh sebelumnya. Karena itu
puisi dapat sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat puisi yaitu sebagai berikut :
1) Puisi dapat menjadi arahan dalam membentuk kepribadian
2) Dapat mengembangkan kognitif peserta didik
3) Dapat melatih diri berimajinasi
4) Dapat menggambarkan kehidupan manusia dan lingkungan
tertentu.
5) Dapat membangkitkan semangat heroik/kepahlawan
6) Menceritakan suara alam dan lingkungan manusia.
7) Dapat membandingkan dan mengapresiasikan karya sastra.
8) Berdasarkan pandangan penyair
9) Puisi memberikan motivasi bagi pembaca puisi bahwa dirinya telah
melahirkan suatu ungkapan dengan bahasa yang indah, bebas dan
misteri.
10) Melalui puisi penyair dapat menyampaikan protes sosial bagi
lingkungan masyarakat tertentu.
BAB II Pembahasan
I. Pengertian

Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma,


ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Puisi secara umum terdiri dari 6 unsur, yaitu: tema, imajinasi,
amanat, nada, suasana, dan perasaan. Secara etimologis, kata puisi
dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berarti penciptaan.
Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat
dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti
membuat atau mencipta.

II. Pengertian Puisi Atau Definisi Menurut Para Ahli


Pengertian Puisi Menurut SUMARDI
Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat,
dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias
(imajinatif).

Menurut Herman J. Waluyo puisi adalah karya sastra tertulis yang


paling awal ditulis oleh manusia.

Menurut James Reeves puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan
penuh daya pikat.

Menurut Thomas Carlyle puisi merupakan ungkapan pikiran yang


bersifat musical.

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata


yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat
berhubungannya, dan sebagainya.

Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat


musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang
merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga
yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik,
yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan


perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.
Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta
penyusunan larit dan bait.

Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan


ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana
kata-katanya condong pada makna konotatif.

Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa


puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit
mungkin.

William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi


adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya,
memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali
dalam kedamaian.

Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa


puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang
dari pikiran-pikiran yang paling senang.

Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah


ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia
dalam bahasa emosional dan berirama.

Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa


puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta
berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan
yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana
yang matang serta bermanfaat.

III. Teknik Pembacaan Puisi


Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan
makna dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada
beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi,
antara lain:

 Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)


Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam
menafsirkan dan membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya
awal yang harus dilakukan oleh pembaca puisi, untuk mengungkap makna
yang tersimpan dan tersirat dari untaian kata yang tersurat.
 Vocal
Artikulasi
Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
 Diksi
Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan
rasa.
 Tempo
Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur
dan menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada
jeda, di mana kita harus menyambung atau mencuri nafas.
 Dinamika
Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton,
terutama pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu
dinamika yang prima dengan mengatur rima dan irama, naik
turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang penting
menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
 Modulasi
Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
 Intonasi
Tekanan dan laju kalimat.
 Jeda
Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
 Pernafasan.
Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah
pernafasan perut.
 Penampilan
Salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah
kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan
tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa dan meyakinkan (tidak
demam panggung).
 Gerak
Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari
puisi yang dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
 Komunikasi
Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan,
bahkan menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
 Ekspresi
Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di
atas dengan ekspresi yang pas dan wajar.
 Konsentrasi
Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.

IV. Unsur-Unsur Puisi


Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
IV.I. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
 Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman
yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya,
hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
 Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit
kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya
harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi
erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
 Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat
mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau
sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-
akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami
penyair.
 Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan
dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan
kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor,
tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
 Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya
bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara
lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
 Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal,
tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:

1. Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan


efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2. Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3. Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah,
panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol
dalam pembacaan puisi.

IV.II. Struktur Batin Puisi


Struktur batin puisi terdiri dari
 Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus
bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
 Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan
yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair,
misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis
dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema
dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung
pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
 Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan
tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan
pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah
begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dll.
 Amanat/tujuan/maksud (itention); yaitu pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca

V. Jenis-Jenis Puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
V.I. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

V.I.I. Aturan- aturan itu antara lain :


 Jumlah kata dalam 1 baris
 Jumlah baris dalam 1 bait
 Persajakan (rima)
 Banyak suku kata tiap baris
 Irama

V.I.II. Ciri puisi lama:


 Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
 Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
 Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait,
jumlah suku kata maupun rima.

V.I.III. Jenis-jenis puisi lama


 Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan
gaib.
 Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4
baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai
sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun
menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat,
teka-teki, jenaka.
 Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
 Seloka adalah pantun berkait.
 Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-
a-a-a, berisi nasihat.
 Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4
baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
 Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun
10 baris.

V.II. Puisi Baru


Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam
segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

V.II.I. Ciri-ciri Puisi Baru:


 Bentuknya rapi, simetris;
 Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
 Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada
pola yang lain;
 Sebagian besar puisi empat seuntai;
 Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
 Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

V.II.II. Jenis-jenis Puisi Baru


Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
 Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3
(tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema
rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-
b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai
refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi
Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang
Pemberontak”.
 Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa,
Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di
Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi
berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan,
berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan,
dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
 Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun,
membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap
pribadi tertentu atau peristiwa umum.

 Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram


berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur
pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.

 Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.


Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan
perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra

 Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak


atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah
karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian.
 Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa
Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu
fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang
pura-pura, rasuah, zalim etc).

V.II.III. Macam-macam puisi baru


Macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
 Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi
dua seuntai).

 Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga
seuntai).

 Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai).

 Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi
lima seuntai).
 Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi
enam seuntai).

 Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).

 Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan


baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).

 Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang
terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris
dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari
kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti
suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia,
soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad
Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang
dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk
soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia
atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi
maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya
(empat belas baris).

V.III. Puisi Kontemporer


Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan
perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat
diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi
kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi
kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan
santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain.
Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama,
dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.

V.III.I. Tokoh-tokoh puisi kontemporer


Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai
berikut:
 Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk,
dan O Amuk Kapak
 Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
 Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita

V.III.II. Macam-macam puisi kontemporer


Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu:
 Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra.
Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama
memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri
mantra adalah:
1. Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami
melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat
tertentu
2. Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia
misteri
3. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan
kemanjuran itu terletak pada perintah.

 Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan.


Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum
berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah
Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak,
dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi
nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu
dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi
mbeling adalah:
1. Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua
unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi
untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang
disembunyikan (tersirat).
1. Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem
perekonomian dan pemerintahan.
2. Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap
sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail
menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.

 Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan


bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar
tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa
sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau
gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.

V.III.III.Penyusunan puisi kontemporer


Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata
juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:

 Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada


tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan
repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
 Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau
suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
 Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi
untuk menuju baris berikutnya.
 Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan
sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh
perenungan (kontemplatif

VI. Teknik Pembuatan Puisi


Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang
dipublikasikan di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap
mengendap di tangan penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana
rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat
puisi, mulai dari kehidupan sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu
saja tentang cinta yang banyak sekali ditemukan, khususnya puisi yang
dituliskan oleh kaum remaja.
Tentu, puisi-puisi ini dilahirkan dari berbagai macam proses
kelahiran. Sebenarnya, jika dicermati, menurut pengalaman, puisi itu
merupakan ungkapan kata bermakna yang dihasilkan dari berbagai
macam proses kelahiran masing-masing.
Proses kelahiran ini ada beberapa tahap, antara lain :
1. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA DIRI
Puisi pada tahap ini, biasanya lahir berdasarkan observasi pada
sekitar diri sendiri, terutama pada faktor fisik. Misalnya pada saat berkaca.
2. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA DIRI
Pada tahap ini akan lahir puisi yang mampu mengungkapkan rasa
atau perasaan diri sendiri atas obyek yang bersinggungan atau
berinteraksi. Perasaan yang terungkap bisa berupa sedih, senang, benci,
cinta, patah hati, dan lain-lain, misalnya tatkala melihat meja, akan bisa
lahir sebuah puisi
3. TAHAP MENGUNGKAPKAN FAKTA OBYEK LAIN
Pada tahap ini puisi dilahirkan berdasarkan fakta-fakta di luar diri
dan dituliskan begitu saja apa adanya, tanpa tambahan kata bersayap
atau metafora, misalnya tatkala melihat meja, kemudian muncul gagasan
untuk menulis puisi.
4. TAHAP MENGUNGKAPKAN RASA OBYEK LAIN
Pada tahap ini penulis puisi mencoba berusaha mengungkapkan
perasaan suatu obyek, baik perasaan orang lain maupun benda-benda di
sekitarnya yang seolah-olah menjelma menjadi manusia. Misalnya tatkala
melihat orang muda bersandar di bawah pohon rindang, dapat sebuah
terlahir puisi.
5. TAHAP MENGUNGKAPKAN KEHADIRAN YANG BELUM HADIR
Pada tahap ini puisi sudah merupakan hasil kristalisasi yang sangat
mendalam atas segala fakta, rasa dan analisa menuju jangkauan yang
bersifat lintas ruang dan waktu, menuju kejadian di masa depan.
Mengungkapkan Kehadiran yang belum hadir artinya melalui media puisi,
puisi dipandang mampu untuk menyampaikan gagasan dalam
menghadirkan yang belum hadir, yaitu sesuatu hal yang
pengungkapannya hanya bisa melalui puisi, tidak dengan yang lain.
Misalnya cita-cita anak manusia, budaya dan gaya hidup masyarakat di
masa depan, dan lain-lain. Salah satu contoh yang menarik adalah
lahirnya puisi paling tegas dari para pemuda Indonesia, tanggal 28
Oktober 1928 di Jakarta, atas prakarsa Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia (PPPI), dalam Sumpah Pemuda.
Saat Sumpah pemuda yang berbentuk puisi ini diikrarkan, bangsa
Indonesia masih tersekat-sekat dalam kebanggaan masing-masing suku,
ras dan bahasa serta masih dijajah oleh kolonial Belanda. Melalui Puisi
Sumpah Pemuda, lambat laun terjadi pencerahan pada seluruh komponen
bangsa akan pentingnya persatuan, sehingga jiwa persatuan itu sanggup
dihadirkan di dalam setiap individu bangsa Indonesia, meskipun
kemerdekaan dan persatuan belum terwujud. Dan menunggu sampai
dengan di raihnya kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

VII. Contoh Puisi


VII.I. Contoh Puisi Lama
a) Mantra
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g) Talibun
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

VII.II. Contoh Puisi Baru


a) BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “ Balada
Matinya Aeorang Pemberontak”
b) HYMNE
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
f) SATIRE
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Contoh jenis puisi dari bentuknya :
a) DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

VII.III. Contoh Puisi Kontemporer


1. Puisi Mantra
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
2. Puisi mbeling
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-
lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
3. Puisi konkret
Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)

VIII. Pengarang Puisi Terkenal Atau Penyair Ternama


 Chairil Anwar
 Taufik Ismail
 Kahlil Gibran
IX. Sejarah Puisi
Puisi adalah seni kuno, dengan asal-usulnya dengan baik
sebelum mereka sejarah yang tercatat (sekitar 3000 SM). Sisa-sisa
tertua berasal dari Timur Dekat, pada tahun 2600 SM. Bangsa
Assyro-Babilonia, Sumeria, dan budaya Mesir semua kontribusi ke
toko menarik dan fragmentaris kerja. Sisa-sisa yang disimpan di
cuneiform, sebuah tulisan kuno berbentuk baji pada tablet tanah
liat, atau di atas kertas papirus stenciled dengan hieroglif, karakter
yang digunakan dalam menulis gambar. Awal puisi ini termasuk
memuji para dewa dan pahlawan, nyanyian (lagu yang mengulangi
catatan yang sama atau kata-kata), kebijaksanaan literatur (daftar
nasihat dan kebenaran dari orang tua atau otoritas lainnya), pesona
sihir, dan ratapan untuk berkabung atau menginspirasi belas
kasihan.
Bab III Penutup
I. Kesimpulan
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun
jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Puisi secara umum terdiri dari 6 unsur, yaitu: tema, imajinasi,
amanat, nada, suasana, dan perasaan. Secara etimologis, kata puisi
dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berarti penciptaan.
Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat
dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti
membuat atau mencipta.

 Teknik Pembacaan Puisi


Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Vocal
Diksi
Tempo
Dinamika
Modulasi
Intonasi
Jeda
Pernafasan.
Penampilan
Gerak
Komunikasi
Ekspresi
Konsentrasi
Struktur Fisik Puisi
Perwajahan puisi (tipografi),
Diksi,
Imaji,
Kata konkret,
Gaya bahasa,
Rima/Irama

 Struktur Batin Puisi


Tema/makna (sense);
Rasa (feeling),
Nada (tone),
Amanat/tujuan/maksud (itention);

 Jenis-Jenis Puisi
Puisi Lama
Puisi Baru
Puisi Kontemporer

II. Daftar Pustaka


1) http://www.kataberita.com/puisi/puisi.htm
2) http://basztra.blogspot.com/2012/06/definisi-puisi-
menurut-para-ahli.html
3) http://www.tandakutip.com/pengertian-puisi/
4) Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
5) http://zhi3pisces.wordpress.com
6) http://www.terindikasi.com/2012/05/cara-membuat-
makalah-yang-baik-dan.html#ixzz2IciNrNHD
7) http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan
%20puisi.htm

Anda mungkin juga menyukai