Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

11. Latar Belakang

AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh National


Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP no 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup. Jika Indonesia mempunyai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang harus dibuat jika seseorang ingin mendirikan suatu proyek
yang diperkirakan akan memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan,
Belanda pun mempunyai milieu effect apportage disingkat m.e.r. Sebenarnya Indonesia
dan Belanda bukanlah penemu sistem ini, tetapi ditiru dari Amerika Serikat yang diberi
nama Environmental Impact Assesment (EIA). AMDAL adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan.

Pada dasarnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah


keseluruhan proses yang meliputi penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam
PP nomor 27 tahun 1999 yang terdiri dari:

a. Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan.
b. Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) adalah telaahan secara cermat
dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha atau
kegiatan.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat
dari rencana usaha dan atau kegiatan.
d. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari
rencana usaha atau kegiatan.
12. Tujuan umum

Agar mahasiswa lebih memahami tentang kegunaan dan bagian – bagian yang ada
didalam dokumen amdal PT. Berau Coal Site Lati, serta mengetahui bagaimana proses
dari amdal tersebut.

13. Perumusan Masalah


1. Bagaimana cara PT. Berau Coal Site Lati mengolah limbah yang dihasilkan?
2. Langkah apa saja yang dilakukan oleh PT. Berau Coal Site Lati setelah proses
penambangan selesai?
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Profil Perusahaan


PT. Berau Coal Site Lati merupakan perusahaan pertambangan batubara yang
berdiri pada tanggal 5 April 1983. Berlokasi di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan
Timur dengan total luas konsesi 118.400 Ha bersama dengan dua site lain PT. Berau Coal
Energy Tbk yaitu Site Sambarata, dan Site Binungan. Lokasi penambangan PT Berau
Coal site Lati dapat ditempuh dengan menggunakan jalur Jakarta-Balikpapan (pesawat
udara, soekarnohatta-sepinggan) dilanjutkan dengan Balikpapan-Berau (pesawat udara,
sepinggan-kalimarau) dilanjutkan perjalanan darat menggunakan mobil sekitar tigapuluh
menit menuju kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau.
Sistem penambangan PT. Berau Coal site Lati dilaksanakan dengan cara
penambangan terbuka (open cut mine) dengan metode gali – isi kembali (back filling
method) yang disesuaikan dengan kondisi cadangan batubara, kualitas serta struktur
geologi yang ada. Penerapan cara penambangan terbuka ini disesuaikan juga dengan
perhitungan cadangan batubara yang berlapis-lapis.
Dalam rangka pengelolaan terhadap aspek lingkungan khususnya dalam wilayah
kegiatan pengusahaan pertambangan batubara, PT Berau Coal telah melakukan studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang terdiri dari dokumen Analisis
Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). AMDAL PT. Berau Coal Site Lati telah disahkan oleh
Bupati Berau No. 421 tahun 2009 tanggal 29 Juli 2009 yang merupakan revisi Amdal
sebelumnya.
PT Berau Coal sebagai salah satu perusahaan pertambangan batubara terbesar di
Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam pengelolaan lingkungan hidup serta
keselamatan dan kesehatan kerja. Bentuk komitmen ini adalah dengan diterapkannya
Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (LK3) yang disebut
BeGeMS (Berau Coal Green Mining System) untuk menjamin kegiatan operasional yang
berwawasan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja. BeGeMS telah mendapatkan
sertifikasi sistem manajemen berbasis ISO 14001:2004 dan OHSAS 18001:2007 oleh
Bureau Veritas pada tanggal 1 April 2008 dan re-sertifikasi pada 2 Maret 2011.
Dalam operasionalnya PT. Berau Coal Site Lati dapat membuktikan bahwa kegiatan
yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar. hal
tersebut dibuktikannya dengan terbangunnya citra perusahaan tambang ramah lingkungan
dengan memperoleh Peringkat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup Periode Tahun
Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012

Peringkat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup Periode Tahun


Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012
Binungan HIJAU HIJAU HIJAU
Lati BIRU HIJAU HIJAU
Sambarata BIRU BIRU HIJAU
Penghargaan Lingkungan Hidup dari Kementerian ESDM
Site 2009/2010 2010/2011 2011/2012
Binungan UTAMA UTAMA UTAMA
Lati UTAMA UTAMA UTAMA
Sambarata UTAMA UTAMA UTAMA

Kegiatan operasi penambangan PT. Berau Coal Site Lati berdasarkan dokumen
AMDAL Bupati Berau No. 421 tahun 2009 tanggal 29 Juli 2009 yang merupakan revisi
Amdal sebelumnya. Dokumen perizinan lingkungan lainnya meliputi izin pembuangan
air limbah, izin TPS limbah B3.

Kewajiban penanggung
jawab usaha sesuai PP
No. 27/2012 Penaatan Temuan
1. Memiliki dokumen Taat Memiliki Dokumen AMDAL.
lingkungan/Izin Lingkungan. Persetujuan AMDAL PT. Berau Coal
Site Lati melalui Keputusan Bupati
Berau Nomor 421 Tahun 2009.

2. Melaksanakan ketentuan Taat Sudah melaksanakan ketentuan


dalam dokumen yang ada dalam dokumen AMDAL.
lingkungan/izin lingkungan:
deskripsi kegiatan (luas area
dan kapasitas produksi)
Pengelolaan lingkungan
terutama terutama aspek
pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran
udara, dan Pengelolaan LB3

3. Melaporkan pelaksanaan Taat Sudah melaporkan secara rutin


dokumen lingkungan/izin pelaksanaan AMDAL kepada Badan
lingkungan (terutama aspek Lingkungan Hidup Kabupaten
pengendalian pencemaran air, Berau, Badan Lingkungan Hidup
pengendalian pencemaran Provinsi Kalimantan Timur, dan
udara, dan Pengelolaan LB3) Kmenterian Lingkungan Hidup.

2.1. Limbah yang dihasilkan Pertambangan

Adapun limbah yang dihasilkan dalam altivitas pertambangan batubara di PT Berau site
Lati adalah

a. Minyask pelumas bekas


b. Aki bekas
c. Filter bekas yang terkontaminasi dengan B3
d. Minyak kotor
e. Grease bekas
f. Mangan
g. TSS
h. Besi
2.3. Kebijakan yang dilakukan oleh PT Berau site Lati
1. Pengendalian Pencemaran Air
Pengelolaan air limbah tambang di PT. Berau Coal site Lati pada dasarnya menggunakan
tiga prinsip yaitu
a. insitu treatment,
b. Active treatment dengan Conventional Liming Box Bubuk kapur langsung dituangkan
ke dalam aliran dan Lime injection Pembuatan liquid lime dengan konsentrasi (jenuh)
tertentu. Upaya ini lebih efektif dan efisien untuk mengolah air asam tambang.
c. passive treatment

Selain kebijakan pengendalian pencemaran air, PT. Berau Coal site Lati juga
memiliki Kebijakan manajemen yang berkaitan dengan konservasi air dengan motto
“Berupaya melakukan efisiensi penggunaan energi, sumber daya air serta sumber
daya lain untuk kegiatan operasional”.Program konservasi air dikoordinir oleh
Environment Lati Environment Superintendent dan Lati Mine Superintendent yang
bertanggung jawab kepada Environment Manager.

Konservasi air pada proses bisnis penambangan batubara di PT Berau Coal


bertujuan untuk menjaga keberlangsungan keberadaan daya tampung dan manfaat
sumber daya air bagi proses penambangan dan lingkungan sekitar. Upaya tersebut
dilakukan melalui kegiatan pelestarian sumber air, daur ulang untuk pemanfaatan
kembali, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan mengacu
pada peraturan dan persyaratan yang berlaku.Program konservasi air dalam proses
penambangan batubara meliputi :

a) Pemanfaatan air tambang untuk menyiraman jalan, spraying pada kegiatan


dumping hopper batubara dari unit pengangkut di crushing plant.
b) Penggunaan close circuit system untuk pembersihan unit operasional di
washing pad. Penghematan air untuk penggunaan di gedung kantor.

Hasil kinerja pengelolalaan air limbah termasuk konservasi air diatas PT.
Berau Coal Site Lati dapat menurunkan beban pencemaran air limbah yang
dibuang ke sungai sebagaimana disajikan dalam tabel dibawah.
No. KEGIATAN TAHUN SATUAN

PENURUNAN 2009 2010 2011 2012

BEBAN

PENCEMARAN AIR

1 TSS 12,68 6,62 4,27 7,36 mg/L/Juta ton

2 Mn 0,003 0,025 0,013 0,065 mg/L/Juta ton

3 Fe 0,003 0,095 0,002 0,060 mg/L/Juta ton

Status Penaatan Pengendalian Pencemaran Air:

Pengelolaan
No. Limbah Cair Penaatan Temuan
Izin pembuangan air limbah seluruhnya (14 titik
1. Ketaatan terhadap Izin Taat penaatan)

dikeluarkan oleh Bupati Berau dengan rincian titik


penaatan

WMP-Gabungan Lati No.620 Tahun 2012, WMP 3 LT


No.621

Tahun 2012, WMP 5 LT No.622 Tahun 2012, WMP 7 LT

No.623 Tahun 2012, WMP 9 LT No.624 Tahun 2012,


WMP

10 LT No.625 Tahun 2012, WMP 15 LT No.626 Tahun


2012,

WMP 11 LT No.577 Tahun 2010, WMP 12 LT No.576

Tahun 2010, WMP 13 LT No.575 Tahun 2010, WMP 14


LT

No.526 Tahun 2011, WMP 16 LT No.527 Tahun 2011,


WMP 17

LT No.528 Tahun 2011, WMP 18 LT No.529 Tahun 2011.


Perusahaan mempunyai empat belas (14) titik
penaatan dan pemantauan seluruhnya sudah
2. Ketaatan terhadap titik 100% dilakukan pemantauan

Parameter yang dipantau sudah sesuai dengan


Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur
Ketaatan terhadap Nomor 2 Tahun 2011 dan Keputusan Menteri
3. parameter baku mutu 100% Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 tahun 2003

Ketaatan terhadap Sepanjang masa evaluasi, seluruh data sudah


4. pelaporan 100% dilaporkan

kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten


Berau, Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur, dan


Kementerian

Lingkungan Hidup.

Periode Juli 2012 sampai dengan April 2013


5. a. Ketaatan terhadap 100% memenuhi baku mutu

pemenuhan Baku
Mutu

b. Pemenuhan Baku Dilakukan pengambilan sampel air limbah oleh tim


Mutu Taat dari

berdasarkan laboratorium Pusarpedal KLH di titik penaatan


Pemantauan WMP Gabungan

Tim PROPER CPP, WMP 10 LT, WMP 12 LT.

Hasil uji laboratorium menyatakan parameter pH,


Fe, Mn,dan

TSS memenuhi baku mutu air limbah bagi usaha


dan atau
kegiatan pertambangan batu bara.
Ketaatan terhadap
6. Ketentuan Taat Sudah memenuhi ketentuan teknis.
Teknis

2. Pengendalian Pencemaran Udara

Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi pencemaran


dari aktivtas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan penambangan.
Dilakukan penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi polusi debu. Hasil
pengukuran udara ambient setiap 6 bulan sekali masih memenuhi baku mutu kualitas
udara yang ditetapkan. Sedangkan untuk kegiatan penunjang operasional seperti
pembangkit listrik telah dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku.

Status Penaatan:
N
o Pengendalian Pencemaran Udara Penaata
. n Temuan
1 Sumber Emisi : 13 unit genset, 1 unit
. Ketaatan terhadap titik penaatan 100% incinerator
Pemantauan Seluruh sumber emisi sudah dipantau

2 Semua parameter dari hasil pemantauan


. Ketaatan terhadap pelaporan 100% sumber emisi
sudah dilaporkan.
3 Ketaatan terhadap parameter Parameter yang dipantau dari semua sumber
. Baku 100% emisi
Mutu Emisi sudah sesuai peraturan.
4 Ketaatan terhadap pemenuhan Hasil pemantauan emisi seluruh sumber
. Baku 100% emisi
Mutu Emisi memenuhi baku mutu emisi.
5 Ketaatan terhadap ketentuan Semua cerobong sudah dilengkapi dengan
. Teknis sarana dan
Taat
yang dipersyaratkan prasarana sampling

Manajemen perusahaan juga memiliki kebijakan berkaitan dengan


pengurangan pencemaran udara: “Berupaya mengurangi timbulan limbah cair, emisi
udara, limbah padat serta limbah B3 mulai dari sumber hingga titik keluar”.Program
Pengurangan Pencemaran Udara dikoordinir oleh Lati Environment Superintendent
yang bertanggung jawab kepada Environment Manager. Komitmen perusahaan dalam
pengurangan pencemaran udara melalui program pengurangan pencemaran udara di
area perasional tambang meliputi:
a. Melakukan uji emisi kendaraan bergerak dan unit tidak bergerak secara
berkala.
b. Inventarisasi emisi sumber bergerak dan tidak bergerak.
c. Pengukuran biomassa di area reklamasi (area bekas tambang).
d. Perubahan system sinkronisasi dari semi automatic menjadi automatic
(deepsea) sehingga tidak ada beban kosong pada genset dan mengurangi emisi
yang dihasilkan.
e. Melakukan predictive maintenance (perawatan) sumber emisi tidak bergerak
(genset) dan sumber emisi bergerak (unit/kendaraan).
f. Melakukan spraying di hopper pada saat dumping batubara dan melakukan
revegetasi pada areal reklamasi (area bekas tambang)
3. Pengelolaan Limbah B3

PT. Berau Site Lati merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara
(open pit) di Indonesia yang beroperasi di Kabupaten Berau – Kalimantan Timur.
Kegiatan operasionalnya menghasilkan limbah domestik maupun limbah bahan
berbahaya dan beracun (limbah B3). Limbah B3 dominan yang dihasilkan di antaranya
adalah berasal dari kegiatan workshop yang dimiliki oleh kontraktor kontraktor yang ada
di Berau Coal Site Lati berupa minyak pelumas bekas, aki bekas, grease bekas, filter
terkontaminasi bekas, majun terkontaminasi bekas, material terkontaminasi bekas, hose
terkontaminasi bekas, limbah laboratorium dan limbah medis.Tempat Penyimpanan
sementara terdiri dari:
1. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Berau Lati berukuran 10 m x 4 m, dengan
izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor : 78 Tahun 2009 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-
Berau Lati berlaku lima tahun
2. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Buma Lati berukuran 21,3 m x 7,8 m,
dengan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 95 Tahun 2009 tentang Izin
Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-Buma Lati berlaku lima tahun.
3. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Ricobana Lati berukuran 60 m2 dengan izin
dari Bupati Berau Nomor : 419 Tahun 2011 tentang Izin Penyimpanan Limbah B3 PT
Berau Coal-Ricobana Lati.berlaku lima tahun
4. Bangunan penyimpanan sementara lokasi Roda Teknik Lati berukuran 12 m x 8 m
dengan izin dari Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 31 Tahun 2009 tentang Izin
Penyimpanan Limbah B3 PT Berau Coal-Roda Teknik Lati.berlaku lima tahun. (
Sudah tidak digunakan lagi atau ditutup). Pengolahan Thermal (Incinerator)
Limbah yang dibakar adalah filter terkontaminasi bekas, sarung tangan terkontaminasi.
Bangunan pengolahan thermal (incinerator) lokasi Berau Coal Lati. dengan izin dari
Kementerian Lingkungan Hidup Nomor : 121 Tahun 2009 tentang Izin Pengoperasian
Alat Pengolahan (Insinerator) LB3 PT Berau Coal berlaku lima tahun. Incinerator
untuk sementara tidak di operasikan karena dalam perbaikan. sejak triwulan 4 tahun
2012 sd sekarang.
Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3 yang dihasilkan
dan dikelola dapat dilihat pada tabel berikut:
Limbah
Limbah
Limbah Belum
Jenis Limbah Satuan Dihasilkan Perlakuan
Dikelola Dikelola
Diserahkan ke pihak ke-3
Minyak 702.40 PT
Pelumas
bekas (used 705.40 Putra Daerah Mandiri Jaya
oil) Ton - Disimpan di dalam TPS
3.00 LB3
PT. Berau Coal

Aki Bekas Diserahkan ke pihak ke-3


(used 23.94 PT
accu) PT. Maju Asri Jaya Utama
Berau Ton 24.96 - Disimpan di dalam TPS
LB3
Coal 1.02

Diserahkan ke pihak ke-3


PT
Filter Maju Asri Jaya Utama &
Terkontaminas 51.24 PT
i Ton 54.32 -
Balikpapan Environmental
B3 (used filter)
Service
3.08 Disimpan di dalam TPS
LB3

Diserahkan ke pihak ke-3


6.12 PT
Hose
7.08 Maju Asri Jaya Utama
Terkontaminasi Ton - Disimpan di dalam TPS
0.96 LB3
B3 (used hose)

Diserahkan ke pihak ke-3


26.56 PT
Majun
Maju Asri Jaya Utama
Terkontaminasi 27.92 Disimpan di dalam TPS
B3 Ton - LB3
(contaminated 1.36
rags)

Diserahkan ke pihak ke-3


Material 42.48 PT
Terkontaminasi 45.00 Maju Asri Jaya Utama
Ton - Disimpan di dalam TPS
B3 (used 2.52 LB3
material)
Diserahkan ke pihak ke-3
1.52 PT
Grease Bekas 1.71 Maju Asri Jaya Utama
Ton - Disimpan di dalam TPS
(used grease) 0.19 LB3

Diserahkan ke pihak ke-3


5.20 PTPutra Daerah Mandiri
Minyak Kotor 6.4 - Jaya
Ton Disimpan di dalam TPS
1.20 - LB3

859.46 Diserahkan ke pihak ke-3


872.79
TOTAL Ton - (seperti disebutkan di atas)
Disimpan di dalam TPS
13.33 LB3
Diserahkan ke pihak ke-3
98.47
Persentase % 100 - (seperti disebutkan di atas)
Disimpan di dalam TPS
1.53 LB3
Ket : 98,47% limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, 1,53% limbah B3
masih tersimpan di TPS dikelola sesuai ketentuan. Secara umum 100 % limbah B3 dikelola
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.

Status penaatan PT Berau Coal Site Lati berdasarkan kriteria penilaian PROPER sebagai berikut:

Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Belum


No. Limbah B3 Taat Taat Keterangan
a. Pendataan jenis dan volume limbah
1. yang
-
dihasilkan
b. Pelaporan -
2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 -
3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis -
TPS LB3 - 100 % taat
b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi - -
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah - -
d. Pemenuhan Pemanfaatan - -
4. Penanganan open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan media
terkontaminasi - -
LB3
a. Rencana pengelolaan - -
b. Pelaksanaan pengelolaan - -
Jumlah tanah terkontaminasi yang
c. dikelola - -
Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai
5. dengan - 100% taat
Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Belum
No. Limbah B3 Taat Taat Keterangan
peraturan
Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3
6. dan
-
pengangkutan limbah B3
Pengelolaan limbah B3 dengan cara
7. tertentu
- -
(antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll)
Kesimpulan Penaatan Pengelolaan
Limbah
-
Bahan Berbahaya dan Beracun
Kesimpulan:
Perusahaan telah melakukan Pengelolaan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
4. Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Rekapitulasi Penilaian

Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu aspek
manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi memperoleh nilai total > 80,
sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria kerusakan lahan, Rincian sebagai berikut :
No Tahapan Lokasi Nilai X ≥ 80 55 < x < X ≤ Keterangan
Total 80 55
1. Pembersihan Pit West 1. Aspek
lahan/Pengupasan manajemen:
Tanah Luasan tidak
Pucuk/Penggalian sesuai dengan
rencana
Tanah
Penutup/Penamba 2. Aspek Teknis,
n
Semua
paramet
gan 96 √ - - er yang
dinilai
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
pengendalian
kerusakan
lingkungan.
2. Penimbunan/Rekla Pit T07 1. Aspek
masi manajemen:
Semua
paramete
r yang
dinilai
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
pengendalian
93 √ - - kerusakan
lingkungan.
2. Aspek Teknis,
indikas
Ada i
terjadi erosi:
Terlihat adanya
alur-alur erosi
di
area
penimbunan.

3. Pembersihan Pit Other 1. Aspek


lahan/Pengupasan manajemen:
Tanah Semua
paramete
Pucuk/Penggalian r Yang
dinilai
Tanah 90 √ - - memenuhi
Penutup/Penamba semua
n ketentuan
gan kriteria
Pengendalian
No Tahapan Lokasi Nilai X ≥ 80 55 < x < X≤ Keterangan
Total 80 55
kerusakan
lingkunga
n.
2. Aspek Teknis,
Studi Batuan
asam Berupa
data boring
belum
Berbentu
detail k
kajian

4. Penimbunan/Rekla Pit East 98 √ Tidak Mendapat


Kemajua
masi nilai n
luasan >
rencana
5. Pembersihan Pit East 2 1. Aspek
manajeme
lahan/Pengupasan n:
Tida
Tanah Luasan k
Pucuk/Penggalian sesuai Dengan
rencana
Tanah
Penutup/Penamba 2. Aspek Teknis,
n
Semua
Yan
gan 96 √ - - parameter g
Memenu
dinilai hi
semua
ketentuan
kriteria
Pengendalian
kerusakan
lingkunga
n.
6. Penimbunan/Rekla IPD West 1. Aspek
manajeme
masi n:
Semua
parameter
yang Dinilai
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
Pengendalian
93 √ - - kerusakan
lingkunga
n.
2. Aspek Teknis,
Ada Indikasi
terjadi erosi:
Terliha
t Adanya
alur-alur erosi
di
area
penimbunan.
7. Penimbunan/Rekla IPD T07 1. Aspek
manajeme
masi n:
Semua
Yan
parameter g
93 √ - - Memenu
dinilai hi
semua
ketentuan
kriteria
Pengendalian
No Tahapan Lokasi Nilai X ≥ 80 55 < x < X≤ Keterangan
Total 80 55
Kerusakan
lingkungan.
2. Aspek Teknis,
Ada Indikasi
terjadi erosi:
Terlih
at Adanya
alur-alur erosi
di
area
penimbunan.
8. Penimbunan/Rekla IPD East 83 √ 1. Aspek Teknis,
masi Ada Indikasi
terjadi erosi:
Terlih
at Adanya
alur-alur erosi
di
area
penimbunan.As
p
ek Teknis,
Studi
batuanAsam
berup
a Data
boring Belum
Berbentu
detail k
kajian

9. Penimbunan/Rekla IPD T06 1. Aspek


masi manajemen:
Semua
parameter
yang dinilai
memenuhi
semua
Ketentuan
kriteri
a
Pengendalian
93 √ - - Kerusakan
lingkungan.
2. Aspek Teknis,
Ada indikasi
terjadi erosi:
Terlih
at Adanya
alur-alur erosi
di
area
penimbunan.
10. Penimbunan/Rekla OPD Other 1 1. Aspek
masi manajemen:
Semua
parameter
yang Dinilai
memenuhi
semua
93 √ - - Ketentuan
kriteri
a
Pengendalian
Kerusakan
lingkungan.
2. Aspek Teknis,
No Tahapan Lokasi Nilai X ≥ 80 55 < x < X≤ Keterangan
Total 80 55
Indika
Ada si
terjadi erosi:
Adany
Terlihat a
alur-alur erosi
di
area
penimbunan.
11. Pemeliharaan IPD Q4 1. Aspek
revegetasi/Pasca manajemen:
Tambang Luasan Tidak
Denga
sesuai n
rencana
2. Aspek Teknis,
Semua
96 √ - - paramet
er Yang
dinilai
memenuhi
semua
ketentuan
kriteria
Pengendalian
Kerusakan
lingkungan.
12. Pemeliharaan IPD 500 1. Aspek
revegetasi/Pasca manajemen:
Tambang Luasan Tidak
Denga
sesuai n
rencana
2. Aspek Teknis,
Semua
parameter
96 √ - - Dinila
yang i
memenuhi
semua
ketentua
n
Kriteria
Pengendalian
kerusaka
n
lingkungan.
JUMLAH DATA 12 12 Taat

Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu


aspek manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi memperoleh nilai total
> 80, sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria kerusakan lahan, Rincian sebagai
berikut :
Aspek Manajemen :

 K1 (Perencanaan);

o Telah memiliki Peta Triwulanan Rencana dan Realisasi dengan skala 1 : 2000,
dan ditandatangani oleh KTT

o Untuk target rencana Penimbunan dan realisasinya belum sesuai dengan kondisi
lapangan

 K2 (Kontinuitas) : Seluruh lokasi kegiatannya berlangsung kontinu

Aspek Teknis :

 K3 (Potensi Longsor) semua lokasi yang dinilai sudah memenuhi kriteria penilaian,

 K4 (Pengendalian batuan potensi asam) belum memenuhi untuk Studi batuan asam
berupa data boring belum detail berbentuk kajian

 K5 (Indikasi Erosi) sebagian lokasi yang dinilai belum memenuhi aspek kriteria adanya
indikasi erosi

 K6 (Kebencanaan) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek kebencanaan.

5. Pasca Tambang
Pelaksanaan Pasca Tambang telah mendapat persetujuan Dokumen Rencana
Penutupan Tambang (RPT) dari Dirjen. Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Nomor:
3076/30/DJB/2011 perihal Persetujuan Rencana Pasca Tambang tanggal 5 September 2011.
Beberapa hal pokok dalam persetujan tersebut sebagai berikut:
1. Kegiatan Pasca Tambang PT. Berau Coal dimulai pada tahun 2023 dengan program
kegiatan pasca tambang yang meliputi pengelolaan dan pemantauan lingkungan
2. Menetapkan biaya pasca tambang sebesar US$ 35.500.000,00 (tiga puluh lima juta lima
ratus ribu Dollar Amerika Serikat) yang selanjutnya ditetapkan sebagai Jaminan
Pascatambang.
3. Jaminan Pasca tambang tidak mengurangi kewajiban PT. Berau Coal untuk
melaksanakan kegiatan pasca tambang sesuai dengan dokumen RPT yang telah disetujui.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Provinsi Kalimatan Timur untuk Wilayah Kuasa
Pertambanangan PT.Berau Coal berada dalam kawasan hutan Produksi Tetap seluas
3.509,33 Ha dan Areal penggunaan lain (APL) seluas 114.890,67 Ha.
Jadual Tahapan Pelaksanaan Kegiatan RPT untuk pemanfaatan lahan

No Kegiatan Tahun Pelaksanaan


1. Back Filling, Penataan Areal PIT 2011 – 2023
PIT Gaharu Kapur 2002 – 2012
PIT T2 2010 – 2019
PIT C1 2010 – 2025
PIT C2 2007 – 2021
2. Penimbunan da Penataan Areal Penimbunan 2009 – 2023
IPD gaharu Kapur 2009 – 2012
IPD Kapur 2008 – 2012
Disposal A4 2005 – 2008
Disposal A1 2004 – 2008
IPD
T01 2010 – 2013
IPD C3 Agathis 2005 – 2011
OPD C1 2010 – 2013
OPD B11 2010 – 2014
IPD E 2011 – 2013
3. Reklamasi
a. Reklamasi Tambang Permukaan
Areal Bukaan
Tambang 2001 – 2030
Areal Penimbunan 2001 – 2030
Luas Reklamasi Bukaan Tambang & Areal
Penimbunan
Tahun 2009 dengan Luas
87.34 Ha
Tahun 2010 dengan Luas 204.50 Ha
Tahun 2011 dengan Luas 200.60 Ha
Tahun 2012 dengan Luas 294.62 Ha
Tahun 2013 dengan Luas 151.71 Ha
Tahun 2014 dengan Luas
123 Ha

Totoal Luas 1061.77 Ha


b. Fasilitas Pengolahan 2001 – 2030
c. Fasilitas Penunjang 2001 – 2030
d. Fasilitas Kolam Pengendap 2001 – 2030
4. Pemeliharaan 2001 – 2030
5. Pemantauan 2001 – 2030

Untuk kegiatan yang menuju pelaksanaan Pasca Tambang PT. Berau Coal (PT. BC) adalah
sebagai berikut:

1. Membangun fasilitas Pembibitan (nursery) dilahan seluas 0,75 ha


2. Kapasitas produksi sebesar 26.000 bibit dengan produksi bibit 104.000 bibit/tahun, jenis
bibit yang sudah ditanam 35 jenis, termasuk jenis local, yaitu Sengon laut, Sengon buto,
Trambesi, Johar, Kayu putih, Kaliandra, Sungkai, Ketapang, Kayu Hitam, Meranti,
Gaharu, Jarak, Ulin, Bengkirai dan Nyatoh.

Gambar. Nursery PT Berau Coal Site Sambarata

3. Kapasitas produksi ini dapat menunjang rencana reklamasi lahan bekas tambang seluas
151.71 ha/tahun, sedangkan target revegetasi PT. BC sebesar 33.04 ha/tahun.
4. Berdasarkan data evaluasi keberhasilan reklamasi oleh kementerian ESDM pada tahun
2012 telah direklamasi dan revegetasi sebesar 215,80 Ha dengan rincian 48,30 Ha
dengan tanaman perintis jenis Sengon buto, sengon laut, johar, sungkai, trembesi, kayu
putih, ketapang. Tanaman lokal (Native spesies) seperti bengkirai, ulin, gaharu, kapur,
nyatoh, eboni dan Shorea sp.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai