PENDAHULUAN
Pentingnya peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi fokus utama yang wajib
layanan kesehatan menjadi hal yang utama yang diperhatikan dalam memberikan layanan.
Sebagai wujud peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat, BPJS Kesehatan terus
peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan telah membuka pendaftaran
online melalui website bpjskesehatan.go.id. Selain prosesnya lebih singkat dan praktis,
masyarakat juga dapat mencetak kartu BPJS Kesehatan-nya sendiri (e-ID), yang mana sama
sahnya dan sama validnya dengan Kartu BPJS Kesehatan pada umumnya.
Salah satu terobosan terbaru yang diluncurkan BPJS Kesehatan adalah layanan finger
print yang berguna mempermudah proses pendaftaran pelayanan di rumah sakit. Untuk
melakukan pendaftaran di rumah sakit, kini peserta BPJS Kesehatan dapat menggunakan e-
KTP yang divalidasi dengan finger print. Keberadaan finger print tidak lepas dari kerjasama
yang telah dibangun dengan Kementerian Dalam Negeri. Selain untuk menghindari
penyalahgunaan kartu, tujuan layanan finger print juga diharapkan dapat membantu program
Banyaknya jumlah masyarakat yang mendaftar sebagai peserta BPJS tidak menutup
kemungkinan banyaknya peserta yang menggunkan kartu atau e-ID yang bukan hak atau
kepunyaan pribadi. Hal ini tentunya melanggar KUHP pasal 55, 56, 263 ayat (1), 378 dan 381
dengan ancaman pidana 6 tahun penjara. Salah satu tujuan diberlakukan finger print untuk
sistem finger print pada pasien BPJS dan efektifitas penggunaan sistem finger print di rumah
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Kebijakan
2.1.1. Pengertian
Kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku, dicirikan oleh perilaku yang
konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau yang melaksanakan kebijakan tersebut.
Kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara
bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten untuk mencapai tujuan tertentu (Suharto,
2008).
Kebijakan sebagai langkah tindakan secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau
sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
publik. Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan
yang ada.
3. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika
tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara
4. Implementasi Kebijakan
Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau
penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini,
evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak
hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-
kebijakan
individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Implementasi
kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling penting dalam proses kebijakan.
2.2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
2.2.1. Pengertian
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang
kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Jaminan Kesehatan adalan jaminan berupa
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).
a. Undang-Undang
b. Peraturan Pemerintah
1. PP No. 90 Tahun 2013 tentang pencabutan PP 28/2003 tentang subsidi dan iuran
pensiun.
2. PP No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
3. PP No. 86 Tahun 2013 tentang tata cara pengenaan sanksi administratif kepada pemberi
kerja selain penyelenggara negara dan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja dan
4. PP No. 87 Tahun 2013 tentang tatacara pengelolaan aset jaminan soaial kesehatan.
5. Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang perubahan atas perpres no. 12 Tahun 2013 tentang
jaminan kesehatan.
6. Perpres No. 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan program jaminan sosial.
7. Perpres No. 108 Tahun 2013 tentang bentuk dan isi laporan pengelolaan program
jaminan sosial.
8. Perpres No. 107 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan
Dalam pasal 5 ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 disebutkan fungsi BPJS adalah :
1. Memberi kemudahan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas
Salah satu yang mendorong adanya kebijakan finger print adalah adanya
penyalahgunaan kartu JKN-KIS yang tidak tepat. Oleh karena itu pelanggaran berupa
penyalahgunaan kartu JKN-KIS melanggar KUHP pasal 55, 56, 263 ayat (1), 378 dan
2.3.1. Pengertian
Finger printi adalah sebuah hardware sensor untuk membaca sidik jari yang unik dari
seseorang yang berguna untuk memverifikasi identitas seseorang. Sensor ini dapat digunakan
sebagai password untuk membuka telepon, membuka konten atau layanan tertentu atau
mengkonfirmasi transaksi keuangan. Beberapa hardware sensor sidik jari terdiri dari strip tipis.
Jenis lain dari sensor ada yang lebih besar dan mampu membaca seluruh sidik jari sekaligus.
Untuk melakukan pendaftaran di rumah sakit, kini peserta BPJS Kesehatan dapat
3. Sistem ini akan mencegah kesempatan praktik curang atas pemalsuan kartu BPJS
Kesehatan
2.3.3. Kelebihan Penggunaan Finger Print
Pasien peserta BPJS finger print ini nantinya tak perlu lagi membawa kartu peserta saat
ingin berobat. Pasien cukup menempelkan sidik jari pada alat tersebut dan secara otomatis
data pasien akan tertera di dalam komputer. Sebagai keterangan informasi, bahwa layanan
finger print akan terkoneksi secara otomatis dengan data identitas peserta BPJS. Untuk itu,
BPJS bekerja sama dengan Kemendagri untuk mengoneksikan e-KTP dan aplikasi finger
print.
2. Mengurangi antrian panjang yang sering terjadi di loket rumah sakit, khususnya bagi yang
ingin berobat.
Diharapkan masyarakat segera membuat e-ktp untuk melakukan proses registrasi dan
pendaftaran finger print. Sistem itu diharapkan dapat meningkatkan kecepatan dalam
menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), selain di kantor cabang, BPJS Kesehatan
juga telah membuka pendaftaran online melalui website bpjs-kesehatan.go.id. Selain prosesnya
lebih singkat dan praktis, masyarakat juga dapat mencetak kartu BPJS Kesehatan-nya sendiri
(e-ID), yang mana sama sahnya dan sama validnya dengan Kartu BPJS Kesehatan pada
umumnya.
Selain dalam hal pendaftaran, BPJS Kesehatan juga berkomitmen meningkatkan
kemudahan dan kecepatan peserta BPJS Kesehatan dalam memperoleh pelayanan di fasilitas
kesehatan. Hal itu dibuktikan dengan diluncurkannya Surat Eligibilitas Peserta (SEP) Mandiri
pada Juni lalu. Kini pasien peserta BPJS Kesehatan dapat mencetak SEP sendiri, sehingga tak
perlu berlama-lama mengantri di loket BPJS Kesehatan Center sebelum mendapat penanganan
TINJAUAN KASUS
BPJS merupakan salah satu lembaga non pemerintahan yang membantu masyarakat
Indonesia dalam kesehatan. Dalam penerapan BPJS terdapat berbagai masalah yang terjadi.
Salah satunya peyalahgunaan kartu BPJS. Berdasarkan hasil audit Mutu BPJS didapatkan
banyaknya pemakaian kartu BPJS yang tidak tepat sasaran dan banyaknya rumah sakit
menagihkan klaim pada pasien yang sebenarnya tidak ada atau phantom billing yaitu Rumah
Sakit membuat suatu tagihan ke BPJS kesehatan dari suatu tagihan yang tidak ada
pelayanannya.
Berdasarkan kasus diatas, maka pihak BPJS membuat suatu kebijakan untuk
meminimalkan terjadinya pelaku kecurangan dalam penggunaan BPJS yaitu dengan kebijakan
“infinity one”. Infinity one ini kebijakan yang dilakukan oleh BPJS dengan menggunakan alat
Pelaksanaan Kebijakan Infinity Satu ini dimulai dengan pihak BPJS memberikan surat
edaran ke rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS. Untuk memberlakukan infinity one ini
kepada setiap pengguna BPJS baik rawat jalan, maupun rawat inap termasuk pelayanan di IGD,
Pelaksanaan kebijakan ini awalnya mendapat respon negatif dari pengguna BPJS.
Pengguna BPJS menganggap kebijakan ini suatu kebijakan yang mempersulit pelayanan BPJS,
karena pengguna yang terdaftar harus datang langsung untuk melakukan pendataan finger print
Pada awal kebijakan, banyak pengguna BPJS yang tidak mau dianjurkan untuk
melakukan pendaftaran finger print sehingga awal kebijakan ini tidak berjalan dengan baik.
Finger print ini sulit diterapkan pada pasien kritis dan pasien yang ingin mendapat pelayanan
di gawat darurat karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk melakukan finger print
sedangkan pada pasien rawat jalan pendaftaran finger print dapat dilakukan karena kondisi
Disamping permasalahan yang timbul terkait pengguna kartu BPJS, ada beberapa
rumah sakit yang merasa dirugikan karena tidak dapat lagi membuat phantom billing karena
data yang terekam melalui finger print adalah data pasien yang mendapat pelayanan seperti
kasus jumlah pasien yang mendapat pelayanan di unit hemodialisa tidak sebanding dengan
Solusi pada permasalahan yang pertama adalah terkait masalah tidak maunya pasien
melakukan finger print dikarenakan pemahaman masyarakat yang menganggap proses yang
dilakukan ribet, maka kebijakan beberapa rumah sakit adalah dengan melakukan beberapa
pengenalan kepada pasien, pengunjung rumah sakit dengan memberikan edukasi dari perawat
poli ke pasien, atau dengan pembuatan banner-banner berisikan tentang ajakan untuk finger
Selain itu, solusi untuk masalah yang kedua yaitu terkait infinity finger yang tidak bisa
dilakukan oleh pasien gawat atau pasien kritis. Pemecahan dari berbagai rumah sakit yaitu
dengan membuat finger print mobile yang tersambung dengan laptop dengan meja yang dapat
dibawa keseluruh ruangan di rumah sakit. Dengan adanya finger print mobile tersebut, maka
setiap pasien rumah sakit dapat dilakukan finger print baik di IGD, ICU dan tempat lainnya.
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku
proses yang nantinya dapat terlaksananya kebijakan jaminan kesehatan marupakan E.S. Quade
(1984)
1. Penyusunan Agenda
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai
Berdasarkan kasus diatas isu publik yang kami angkat adalah tentang Kebijakan print finger
bagi peserta BPJS yang berorobat dengan melihat adanya kejadian-kejadian yang
2. Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan tentang penerapan finger print bagi
peserta BPJS dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan
Dalam upaya menjadikan kebijakan untuk menjadi wacana utama yang harus ditetapkan,
maka harus dibuat perencanaan yang terformulasi dengan berbagai pendapat yang
mendukung pemecahan masalah tersebut dan alternatif pilihan utama yang dapat menjadi
Dengan mendapatkan formulasi penyelesaian masalah yang dihadapi maka perlu dicari
hukum yang akan ditetapkan yang dapat diambil dari undang-undang kesehatan RI,
ketetapan pemerintah pusat yang dapat menjadi dasar untuk memgotoriterisasi kebijakan
yang telah ditetapkan dan menjadi dasar untuk memperkuat kebijakan yang dibuat. Hal ini
PP No. 90 Tahun 2013 tentang pencabutan PP 28/2003 tentang subsidi dan iuran
pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pension,
PP No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan Penyelenggara Jaminan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak
kebijakan. Dalam hal ini, yang dapat dilakukan adalah membuat dan menetapkan hasil
akhir pencapaian yang harus dicapai berdasarkan perencanaan yang dibuat dan membuat
rangkaian pengaturan yang mengatur jalannya peraturan kebijakan perda yang telah dibuat
melalui penetapan nilai-nilai poin yang diharapkan, sehingga dampak akhir perda dapat
4.1 Kesimpulan
Infinity one adalah kebijakan internal yang dibuat oleh BPJS untuk mengurangi
kecurangan dalam pelayanan BPJS, termasuk double user, phantom billing, penggunaan kartu
BPJS yang tidak sesuai dengan identitas sebenarnya dan untuk mengkontrol mutu dari
pelayanan BPJS agar pelayanan yang diberikan tepat sasasan dan tepat guna bagi masyarakat
terutama masyarakat yang diperoleh dari BPJS PBI yang dibayari oleh pemerintah.
4.2 Saran
Rumah sakit hendaknya dapat terus memfasilitasi dan memberikan informasi kepada
pengguna tentang pentingnya kebijakan infinity one ini sebagai salah satu fasilitas untuk
Hendaknya pihak BPJS selalu melakukan monitoring evaluasi terkait dengan kebijakan
Infinity One ini sehinnga dapat benar-benar tepat guna dan tepat sasaran.
Diharapkan masyarakat dapat lebih peka dan ikut serta terhadap program-program yang
dibuat oleh pemerintah maupun BPJS terkait kesehatan untuk dapat meningkatkan derajat
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik : Teori dan Proses. Jakarta : Buju Kita
Perundang- undangan
Peraturan Pemerintah
subsidi dan iuran pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi PNS dan
penerima pensiun.
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan
Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013 tentang tata cara pengenaan sanksi
administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara dan setiap orang, selain
pemberi kerja, pekerja dan penerima bantuan iuran dalam penyelenggaraan jaminan
sosial.
Peraturan Pemerintah No. 87 Tahun 2013 tentang tatacara pengelolaan aset jaminan
soaial kesehatan.
Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang perubahan atas perpres no. 12 Tahun
Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan program
jaminan sosial.
Peraturan Presiden No. 108 Tahun 2013 tentang bentuk dan isi laporan pengelolaan
Peraturan Presiden No. 107 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan tertentu berkaitan
Puji syukur kelompok panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tugas “Kebijakan Bpjs
Terkait Infinity Finger (Infinity One) Di Rumah Sakit” dalam rangka memenuhi tugas mata
Kebijakan Kesehatan pada semester 3 program magister ilmu keperawatan Universitas
Sumatra Utara.
Tugas yang telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penyelesaian tugas ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, perlua adanya saran
dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata kami berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Penulis,
KELOMPOK 5
Tugas Kelompok Kebijakan
”PENERAPAN KEBIJAKAN BPJS TERKAIT INFINITY FINGER
(INFINITY ONE) DI RUMAH SAKIT”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5