Disusun oleh:
Pembimbing :
dr. Dhanny Primantara Johari Santoso., Sp.OG., M.Kes
PENDAHULUAN
darah lebih dari 500mL atau lebih setelah selesainya kala tiga persalinan
bahwa hasil perkiraan kehilangan darah umumnya hanya sekitar separuh volume
kehilangan darah yang sebenarnya. Karena itu perkiraan kehilangan darah yang
berlebihan.1
morbiditas ibu di seluruh dunia.2 Salah satu target Millenium Development Goals
(MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya
pada tahun 2015. Sayangnya, pada tahun 2012, AKI mengalami kenaikan menjadi
359 per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% dibandingkan dengan
Penyebab PPS yang paling banyak yaitu sekitar 75-90% dari pendarahan
ini disebabkan oleh atonia uteri.1 Penanganan yang terlambat dan di bawah
standar dapat meningkatkan angka kematian wanita karena perdarahan pasca salin
adalah yang paling penting untuk menyelamatkan kehidupan para wanita ini.1
terjadi, hal terserut dapat terjadi tanpa faktor risiko. Langkah pertama dalam
mengakibatkan pasien tidak dapat hamil lagi selanjutnya. Maka dari itu, Saat
setelah kelahiran bayi dan jam-jam pertama pasca persalinan adalah sangat
dengan resiko lain pada ibu seperti infeksi, maka kasus perdarahan dengan cepat
dapat mengancam jiwa. Oleh karena itu post natal care sangat diperlukan selain
1.1 Definisi
500mL setelah selesainya kala ke tiga persalinan pervaginam atau lebih dari
lebih dari atau sama dengan 1.000 mL atau kehilangan darah disertai dengan
tanda atau gejala hipovolemia dalam waktu 24 jam setelah proses kelahiran, yang
1.2 Epidemiologi
ibu di dunia dan 75% - 90% dari perdarahan tersebut disebabkan oleh atonia
uterus. Di negara berkembang estimasi angka kematian ibu adalah 140.000 per-
tahun atau satu kematian ibu setiap empat menit. Perdarahan pasca salin terjadi
pada 5% dari semua persalinan, mayoritas kematian terjadi dalam waktu empat
jam setelah persalinan yang menunjukkan bahwa itu adalah konsekuensi dari
Penyebab dari PPS adalah 4T yang merupakan singkatan dari Tone, Tears,
Tissue dan Thrombin. Tone merupakan masalah pada 70% kasus PPS, yaitu
diakibatkan oleh atonia dari uterus. Sedangkan, 20% kasus PPS disebabkan oleh
trauma. Tears dapat disebabkan oleh laserasi serviks, vagina dan perineum,
perluasan laserasi pada SC, ruptur atau inversi uteri dan trauma non traktus
genitalia, seperti ruptur subkapsular hepar. Sementara itu, 10% kasus lainnya
dapat disebabkan oleh faktor tissue yaitu seperti retensi produk konsepsi, plasenta
(kotiledon) selaput atau bekuan, dan plasenta abnormal. Faktor penyebab dari
previa/solusio plasenta)
polihidramnion, makrosomia)
augmentasi)
emergensi)
1.4 Klasifikasi1,2
1.5 Etiologi2
3. Sisa plasenta atau bekuan darah yang menghalangi kontraksi uterus yang
adekuat (tissue)
1.7.1 Tone
a. Atonia Uterus
Definisi
Atonia uteri dapat pula diartikan sebagai kelelahan pada otot uterus
untuk konstriksi pembuluh darah besar yang terbuka akibat pelepasan plasenta.
Epidemiologi1
Pada banyak perempuan atonia uterus paling tidak dapat diantisipasi dengan baik
atonia masih terbatas. Rouse dkk., meneliti 23.900 perepmpuan yang menjalani
pelahiran caesar untuk pertama kalinya dan melaporkan bahwa separuh diantara
Faktor Resiko1
setelah pelahiran. Jadi perempuan dengan janin besar, gemeli atau hidramnion
rentan mengalami atonia uterus. Perempuan yang persalinannya ditandai dengan
aktivitas uterus yang sangat berlebihan atau hampir tidak efektif (lemah) juga
beresiko mengalami perdarahan masif akibat atonia pasca salin. Persalinan yang
dibantu dengan augmentasi oksitosin juga beresiko untuk atonia dan perdarahan.
Paritas yang tinggi juga merupakan faktor resiko atonia uterus. Fuchs dkk.,
perdarahan pasca salin sebesar 2,7% adalah empat kali lebih tinggi dibandingkan
perdarahan pasca salin dalah 0,3% pada perempuan dengan paritas rendah, tetapi
dapat mencetuskan atonia. Pemijatan tanpa henti uterus yang telah berkontraksi
Patofisiologi6
sinus plasenta. Pada keadaan normal, jumlah perdarahan dibatasi oleh kontraksi
plasenta dikelilingi oleh serabut otot polos tersebut dan akan terkompresi bila
serabut otot berkontraksi sehingga suplai darah ke sinus menurun.
yang mengarah pada terjadinya atonia uteri. Beberapa faktor predisposisi yang
1. Paritas tinggi
3. Uterine fibroid
6. Diskrasia darah
2. Kelainan persalinan
3. Tindakan anestetik
4. Kelainan plasenta
5. Infeksi uterus
6. Pembedahan Caesar
Tatalaksana1
Rongga uterus harus bersih atau kosong dari jaringan untuk kontraksi
```
Lini pertama:
1. Oksitosin
2. Turunan Ergot
Jika oksitosin tidak efektif untuk memulihkan atonia uterus. Obat ini dapat
preeklamsia.
3. Misoprostol
oral 600μg dengan plasebo yang diberikan saat pelahiran. Perdarahan pasca salin
turun secara signifikan dari 12 menjadi 6% dan perdarahan hebat menurun dari
bahwa 400μg misoprostol yang diberikan per rektal tidak lebih efektif
itu, dalam ulasan sistematis mereka Villar dkk., (2002) melaporkan bahwa sediaan
oksitosin dan ergot yang diberikan saat persalinan kala tiga lebih efektif
Lini kedua:
disebabkan oleh robekan jalan lahir yang tidak disadari, termasuk dalam beberapa
kasus ruptur uterus. Jadi jika perdarahan berlanjut harus segera dilakukan
mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran
Teknik ini terdiri atas pemijatan sisi poterior uterus dengan tangan yang
diletakkan pada abdomen dan pemijatan dinding anterior uterus melalui vagina
labu darah
Periksa serviks dan vagina lagi dengan seksama untuk mencari lokasi yang
Jika kondisi ibu masih tidak stabil atau jika ada perdarahan persisten, maka
pasca salin yang berkaitan dengan atonia uterus dan berharap dapat
Alternatif lain uterus atau pelvis dapat dipak secara langsung dengan kassa
Selain itu, sekarang ini juga dikenal balon intra uterin yaitu Bakri
dua atau tiga anggota tim. Orang pertama melakukan USG abdomen
dari 150 wanita dikelola untuk perdarahan postpartum. Untuk semua penyebab,
Indikasi :
Pada atonia yang tidak terkendali dan tidak berespon terhadap tindakan-tindakan
perdarahan obstetrik. Karena hal tersebut, ligasi arteri uterina unilateral atau
Lynch dkk (1997). Prosedur ini melibatkan penjahitan dengan benang kromik no.
Namun teknik prosedur ini mungkkin sulit, dan menurut American College of
yang terbuka, lalu klem dikunci dan benang ditarik mengelilingi pembuluh
darah.
Setelah ligasi, cek pulsasi arteri iliaka eksterna kembal. Jika ada sebelum
Mekanisme kerja yang paling penting ligasi arteri iliaka interna adalah
pengurangan tekanan nadi pada arteria di distal ligasi sebesar 85%. Hal ini
4. Histerektomi
6% hingga 12% dan cedera ureter berkisar antara 0,4% hingga 41%. Kematian
1.7.2 Trauma
a. Inversio Uterus
Definisi4
cavum uteri.
Faktor Resiko4
Epidemiologi1
Insiden inversi uterus bervariasi dan dalam tiga laporan yang berjumlah
sekitar 116.500 pelahiran, insidensi berkisar 1 dalam 3000. Hal yang mungkin
ironis, sebagian besar kasus inversio uterus justru terjadi pada pelahiran “resiko
rendah”
Fundus uteri terbalik menonjol dalam cavum uteri, namun belum keluar dari
rongga rahim.
Uterus dan vagina semua terbalik dan sebagian sudah keluar dari vagina. Ada
pula yang membagi menjadi inversio uteri inkomplet (1), (2) dan komplit (3).
Manifestasi Klinis4
Fundus uterus yang teraba bentuknya tidak teratur atau tidak teraba
Ketidakstabilan hemodinamik
Tatalaksana1
vagina
hipovolemia
Jika masih melekat, plasenta tidak dilepas hingga infus diberikan dan
Jika ini gagal untuk memberikan relaksasi yang cukup, maka agen oral
dengan mendorong uterus bagian bawah ke arah atas sambil menarik uterus
dari bawah keatas. Penggunaan klem dibagian round ligamen dapat membantu
Persalinan selalu dikaitkan dengan trauma pada jalan lahir, yang meliputi
uterus, serviks, vagina, dan perineum. Cedera yang terjadi selama persalinan
I. Laserasi Vulvovaginal1
Robekan kecil dari dinding vagina anterior dekat uretra relatif umum. Hal
tersebut seringkali dangkal dengan sedikit atau tanpa perdarahan, dan penjahitan
biasanya tidak perlukan. Laserasi perineum superfisial dan vagina minor kadang-
lanjutan robekan serviks uteri. Robekan vagina umumnya terjadi sebagai akibat
regangan jalan lahir yang berlebihan dan tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Secara
klinis akan terdapat darah dari jalan lahir setelah melahirkan dan diagnosis
tingkat cedera pada sepertiga bagian luar vagina. Beberapa meluas melibatkan
sfingter anal atau kedalaman bervariasi dari dinding vagina. Dalam lebih dari
derajat ketiga atau keempat adalah 5,7 persen pada nulipara dan 0,6 persen pada
kuat laserasi saluran genital. Laserasi jalan lahir sering terjadi pada persalinan
spontan tetapi yang merupakan hasil dari cedera yang terjadi selama persalinan
per vaginam operatif dengan forsep atau ekstraktor vakum. Sebagian besar
melibatkan jaringan dasar yang lebih dalam dan dengan demikian biasanya
perbaikan jahitan yang tepat. Laserasi vulvovaginal yang luas juga maka harus
analgesia atau anestesi yang efektif, penggantian darah yang hilang dan meminta
Tingkat II : Robekan mencapai otot perineum tetapi tidak mencapai sfingter ani
Tatalaksana5 :
perdarahan
Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling distal dari
operator
dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rektum, sbb:
ujung robekan
hingga ke sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem dan jahit
subkutikuler
Cedera muskulus levator ani terjadi akibat distensi berlebihan jalan lahir.
Serat otot yang terpisah dan penurunan tonus otot dapat cukup berat sehinga
mengganggu fungsi diafragma pelvis. Pada kasus-kasus ini dapat timbul relaksasi
inkontinensia urin.
III. Laserasi Serviks1
pada lebih dari setengah dari semua persalinan pervaginam. Sebagian besar
kurang dari 0,5 cm dan jarang perlu diperbaiki. Laserasi yang lebih dalam jarang
Konsorsium, insiden laserasi serviks adalah 1,1 persen pada nulipara dan 0,5
persen pada multipara. Tetapi insiden keseluruhan yang dilaporkan oleh Melamed
dkk (2009), dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 81.000 wanita Israel,
hanya 0,16 persen. Parikh dkk (2007) melaporkan kejadian laserasi 0,2 persen
perdarahan atau meluas ke sepertiga atas vagina. Cidera ini kadang-kadang terjadi
setelah rotasi forceps yang sulit atau persalinan yang dilakukan melalui serviks
yang tidak berdilatasi lengkap dengan forceps yang dipasang di atas serviks. Pada
beberapa wanita, robekan serviks mencapai segmen uterus bawah dan melibatkan
perdarahan eksternal atau sebagai hematoma. Dalam penelitian besar Israel yang
dilaporkan oleh Melamed dan rekan (2009), hampir 11 persen wanita dengan
memanjang, maka luka dijahit dari ujung yang paling atas, terus ke bawah. Pada
robekan serviks bentuk melingkar, periksa jika sebagian besar serviks telah lepas
maka bagian tersebut dipotong. Jika hanya sebagian kecil yang terlepas maka
Faktor Resiko4
Jahitan serviks
Manifestasi Klinis4
Perdarahan hebat selama dan setelah kala tiga persalinan, robekan serviks
yang dalam harus selalu dicurigai pada wanita dengan perdarahan hebat
selama dan setelah persalinan kala tiga, terutama jika rahim berkontraksi
dengan kuat.
Tatalaksana1
berdarah. Robekan yang minimal dapat sembuh dengan cepat. Robekan serviks
pada serviks atau bahkan ketika meluas ke bagian vagina, hasil yang memuaskan
perdarahan biasanya berasal dari sudut atas luka, jahitan pertama menggunakan
jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke
Merupakan robekan yang paling berat dan biasa terjadi saat persalinan.
dapat di korpus uteri atau segmen bawah uterus. Robekan dapat terjadi pula di
luka parut yang lemah bekas seksio sesarea. Robekan dapat pula terjadi tanpa
didahului luka parut, jika memang segmen bawah uterus tipis sekali dan renggang
primer adalah ruptur yang terjadi pada rahim yang sebelumnya utuh. Ruptur
suatu tindakan. Selain itu ruptur uterus juga diklasifikasikan menjadi komplit dan
inkomplit. Ruptur yang komplit ketika semua lapisan dinding rahim terpisahkan,
masih utuh. Ruptur yang tidak lengkap juga sering disebut dehiscence uterus.
Etiologi1
Porreco dkk (2009) yang dikutip sebelumnya, tujuh dari 21 wanita tanpa
persalinan sesar yang mengalami ruptur uteri sebelumnya telah menjalani operasi
rahim.
(2012) yaitu 1 dari 4800. Frekuensi ruptur primer kira-kira 1 dari 10.000 hingga
15.000 kelahiran. Faktor lain adalah stimulasi uterus dengan oksitosin yang
Epidemiologi1
50 tahun terakhir. Khususnya, sebelum tahun 1960, ketika angka kelahiran sesar
jauh lebih rendah daripada saat ini dan ketika wanita banyak dengan paritas
meningkat, ruptur uteri melalui bekas luka histerotomi sesar menjadi lebih tinggi.
Kedua jenis ruptur tersebut sekarang mungkin memiliki insiden yang setara.
Memang, dalam penelitian tahun 2006 terhadap 41 kasus ruptur uteri dari
Manifestasi Klinis1
nyeri
tertekan
Bila keadaan ini berlarut-larut, terjadilah ruptur uteri. Oleh sebab itu, gejala gejala
Baik dengan perforasi atau dekapitasi bila anak meninggal, maupun SC bila anak
hidup.
Selain itu, berikan juga morfin 20mg untuk mengurangi kekuatan his. Bila sudah
dalam kontraksi kuat, pasien tiba-tiba merasa sangat nyeri pada perut
bagian bawah
his berhenti/hilang
terkadang disamping anak teraba tumor, yaitu rahim yang telah mengecil
gejala-gejala syok
kencing berdarah
Tatalaksana1
laparotomi. Jenis operasi yang dilakukan ialah penjahitan luka pada dinding
perdarahan pasca salin. Dalam laporan oleh McMahon (1996) dan Miller (1997)
dengan ruptur uterus komplit, histerektomi dilakukan pada 11, dan pada 26 wanita
dengan dehiscence uterus tidak lebih mungkin untuk mengalami ruptur uterus
Prognosis1
Untuk anak buruk, karena biasanya anak akan meninggal. Prognosis bagi
ibu juga kurang baik. Penyebab kematian ibu ialah perdarahan atau infeksi, seperti
1.7.3 Tissue
a. Retensio Plasenta5
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar
gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
- Etiologi :
fisiologis.
uterus.
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan
tindakan histerektomi.
b. Plasenta/Rest Placenta1,5
Perdarahan postpartum yang dini maupun yang lanjut dapat terjadi karena
tidak keluar dengan komplitnya plasenta setelah janin lahir sehingga inspeksi
Pada sebagian besar kasus plasenta terlepas secara spontan dari tempat
terlepasnya plasenta, arteri-arteri dan vena-vena uteri yang mengangkut dari dan
menekan pembuluh dan menutup lumennya. Potongan plasenta atau bekuan darah
besar yang melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi miometrium yang
Pada pasien dengan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta atau
kuretase, Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer
Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus oksitosin
terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat
dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum
manual atau dilatasi dan kuretase. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal
(ampisillin 2 g IV DAN metronidazole 500 mg).
1.7.4 Thrombin7
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada
perlekatan plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam
hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat
seperti ITP atau sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis.
Abnormalitas platelet dapat saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar
didapat biasanya yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang
ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen meningkat pada saat hamil, sehingga kadar
fibrinogen pada kisaran normal seperti pada wanita yang tidak hamil harus
perdarahan post partum masif yang mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan
transfusi PRC. 7
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi
Pada kasus ini terdapat peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen
Manifestasi klinis4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lab:
- Hitung trombosit
- Fibrinogen
Penatalaksanaan
- Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah
- Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu dibawah ini:
berat badan) jika APTT dan PT melebihi 1,5 kali kontrol pada perdarahan
lanjut atau pada keadaan perdarahan berat walaupun hasil dari pembekuan
belum ada.
Sel darah merah (packed red cells) untuk penggantian sel darah merah.
Heparin
Pemberian infus heparin akan menghambat DIC baik oleh abruptio placenta
Epsilon-Aminocaproic Acid
polimer fibrin (bekuan darah). Kegagalan untuk membersihkan polimer fibrin dari
sirkulasi mikro dapat menyebabkan iskemi organ dan infark, seperti nekrosis
corteks ginjal. Pemberian terapi ini tidak direkomendasikan pada hampir semua
tipe koagulopati obstetris.
1.8 Pencegahan8
kala tiga sebagai metode untuk mengurangi kejadian perdarahan postpartum. Tiga
1) Pemberian oksitosin
injeksi intramuskuler (10 unit), tetap menjadi obat yang paling efektif dengan efek
2017.
2019.
: https://emedicine.medscape.com/article/275038-overview#a7