Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS PADA


KELOMPOK KHUSUS DI KOMUNITAS: KELOMPOK PASANGAN
USIA SUBUR

Dosen Pembimbing:
Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh:
SGD 1 Kelas A2 2016
1. Galang Hashfiansyah 131611133051
2. Nophyaningtias Tri Widya Ningsih 131611133056
3. Dessy Syahfitri Pohan 131611133060
4. Blandina Easter Grace Wairata 131611133062
5. Dewi Indah Kumalasari 131611133087
6. Neisya Pratiwindya Sudarsiwi 131611133092
7. Fatur Rizal Pratama 131611133093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada Kelompok
Khusus Di Komunitas: Kelompok Pasangan Usia Subur” ini tepat waktu.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjannya.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, makapenulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga, yang memberikan bimbingan dan saran.
2. Teman-teman kelas A2 Program Studi S1 Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, yang memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada
penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan sangat kami
butuhkan demi penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat
bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Surabaya, 30 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 2
1.4 Manfaat .................................................................................... 3
1.4.1 Mahasiswa ........................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4
2.1 Definisi Pasangan Usia Subur ................................................... 4
2.2 Kelompok Pasangan Usia Subur .............................................. 4
2.3 Rumus Perhitungan Pasangan Usia Subur ............................... 5
2.4 Masalah dan Kebutuhan yang dialami Pasangan Usia Subur ... 5
2.5 Intervensi Nasional yang diberikan pada Pasangan Usia Subur . 8
2.6 Peran Perawat ............................................................................ 9
BAB 3 KASUS .................................................................................... 10
3.1 Kasus ......................................................................................... 10
3.2 Asuhan Keperawatan ................................................................. 11
3.2.1 Pengkajian .......................................................................... 11
3.2.2 Analisis Data ...................................................................... 13
3.2.3 Diagnosis Keperawatan ..................................................... 14
3.2.5 Intervensi Keperawatan ..................................................... 14
3.2.6 Implementasi ..................................................................... 16
3.2.7 Evaluasi ............................................................................. 18
BAB 4 PENUTUP ............................................................................... 20
4.1 Kesimpulan ............................................................................. 20
4.2 Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 22

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia subur merupakan salah satu tahapan terpenting dalam kehidupan
manusia. Usia subur erat kaitannya dengan pasangan suami istri dan masa
kehamilan. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang
terikat dalam perkawinan yang sah yang umur istrinya antara 15-49 tahun
(Pinem, 2009). Menurut SK Menkes nomor : 1202/Menkes/SK/VIII/2003,
Pasangan Usia subur adalah wanita berusia 15-49 tahun dengan status kawin
(Profil Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, 2008). Pasangan Usia Subur adalah
pasangan suami-istri yang istrinya berumur 15-49 tahun dan masih haid, atau
pasangan suami-istri yang istrinya berusia kurang dari 15 tahun dan sudah
haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang
bulan) (BKBBN, 2011).
Masalah yang dapat terjadi pada pasangan usia subur adalah infertile yaitu
ketidakmampuan untuk melakukan pembuahan setelah satu tahun melakukan
hubungan seksual. Atau pasangan yang berusia lebih dari 35 tahun. Yang tidak
mampu melakukan konsepsi setelah melakukan hubungan seksual selama 6
bulan.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010 menyebutkan bahwa
pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sebanyak 25 persen dan
menunjukkan bahwa 64 persen penyebab berada pada istri dan sebesar 36
persen diakibatkan adanya kelainan pada suami (Addy, 2012). Badan Pusat
Statistik (BPS) 2011 menyebutkan dari total 237 juta penduduk Indonesia,
terdapat kurang lebih 39,8 juta wanita usia subur, namun 10–15 persen
diantaranya infertil.
Ariyadi (2006), menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kejadian infertilitas, yaitu internal dan eksternal. Faktor
internal antara lain kelainan hormonal, kista ovarium dan tumor. Faktor
eksternal antara lain usia, kebiasaan merokok, alkohol juga mempengaruhi
kesuburan.
Infertilitas dapat memberikan dampak kepada pasangan usia subur, yaitu
masalah medis, selain itu juga mempengaruhi psikologis dan perekomian
pasangan. Pasangan yang mengalami infertilitas akan menjalani proses

1
panjang, di mana proses tersebut dapat menjadi beban fisik dan psikologis
bagi pasangan infertilitas (Koes, 2014).
Dengan mengetahui penyebab dan dampak yang ditimbulkan infertilitas
yang terjadi pada usia subur yang telah dipaparkan diatas, maka perlu untuk
dilakukan tindakan promosi kesehatan. Promosi kesehatan sendiri merupakan
upaya pemberdayaan masyarakat yang mampu memecahkan dan
meningkatkan kesehatan. Tujuan dari pemberian promosi kesehatan yang
diberikan pada usia subur adalah mereka diharapkan dapat menjaga kesehatan
sehingga terjadi fertilitas serta dapat meminimalisir dampak yang mungkin
terjadi saat infertilitas.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penyusunan makalah ini, adapun rumusan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep Pasangan Usia Subur (PUS)
2. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada Pasangan Usia
Subur?
3. Bagaiamana peran perawat komunitas pada agregat Pasangan Usia Subur?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran Keperawatan Komunitas 2,
mahasiswa diharapkan mampu menguasai Asuhan Keperawatan
Kesehatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Di Komunitas:
Kelompok Pasangan Usia Subur
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu untuk :
1. Menjelaskan kopnsep Pasangan Usia Subur (PUS)
2. Menjelaskan asuhan keperawatan yang dilakukan pada Pasangan
Usia Subur (PUS)
3. Menjelaskan peran perawat komunitas pada agregat Pasangan Usia
Subur
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
1. Mahasiswa mampu untuk memahami konsep dasar Asuhan
Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada Kelompok Khusus Di
Komunitas: Kelompok Pasangan Usia Subur.

2
2. Mahasiswa diharapkan nantinya dapat mengaplikasikan teori yang
di peroleh dalam praktik klinik pada klien.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pasangan Usia Subur


Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang sah
terikat oleh suatu pernikahan dimana usia istri antara 15 - 49 dan pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pasangan usia subur
(PUS) merupakan salah satu komposisi pen duduk yang secara fisik dan
seksual sudah matang untuk melangsungkan kehamilan (Manuaba, 2010).
Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana
pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal
terlebih organ reproduksinya. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat
menjaga dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka
kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval
kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan
kualitas generasi yang akan datang.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang isterinya di bawah usia 20 tahun
adalah suatu keadaan pasangan suami istri yang isterinya masih di bawah usia
20 tahun yang dapat menyebabkan resiko tinggi bagi seorang ibu yang
melahirkan dan anak yang dilahirkan.
2.2 Kelompok Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang usia istrinya
antara 15 – 49 tahun yang kemudian dibagi menjadi 3 (tiga ) kelompok yakni:
1. Dibawah usia 20 tahun
2. Antara 20 - 35 tahun
3. Usia diatas 35 tahun.
Berdasarkan pertimbangan fisik dan mental usia terbaik melahirkan
adalah antara 20 - 35 tahun, sehingga sangat dianjurkan bagi setiap wanita
dapat menikah diatas 20 tahun.
Upaya peningkatan cakupan dilakukan melalui:
1) Peningkatan akses informasi
2) Peningkatan akses pelayanan PIK-Remaja
3) Peningkatan kualitas dan pengelolaan, jaringan serta keterpaduan program
PIK-Remaja. Sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksi dan pemenuhan

4
hak-hak reproduksi bagi remaja secara terpadu dengan memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender.
2.3 Rumus Perhitungan Pasangan Usia Subur
Persentase cakupan PUS yang usia isterinya di bawah 20 tahun.
∑ PUS yang usia isterinya < 20 tahun
—————————————————– x 100% = …..%
∑ PUS yang usia isterinya 15-49 tahun

Keterangan :
1. Pembilang : Jumlah PUS yang usia isterinya < 20 tahun.
2. Penyebut : Jumlah PUS yang usia isterinya 15 – 49 tahun.
3. Satuan Indikator: Persentase (%)
2.4 Masalah Dan Kebutuhan Yang Dialami Pasangan Usia Subur
Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam
memperoleh keturunan, dikarenakan keadaan kedua pasangan tersebut normal.
Hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas
(kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian
masalah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam
penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka
kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu,
petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti
oleh masyarakat luas. (Indeks artikel compas.com, 2009)
1. Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata control berarti mencegah atau melawan
sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antra sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan .jadi
kontasepsi adalah menghindari atau mencerah terjadi kehamilan sebagai
akibat pertemuan antar sel yang matang dengan sel sperma .(Fitria 2008)
A. Syarat –syarat kontrasepsi.
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya .
b. Lama kerja dapat di atur menurut keinginan .
c. Efek samping yang merugikan tidak ada atau minimal.
d. Harganya dapat dijangkau masyarat .
e. Cara penggunaan sederhana .
f. Tidak mengganggu hubungan suami istri.
g. Tidak memerlukan control yang ketat selama pemakaian.(Sumber
(Hatanto,2007)

5
B. Tujuan dari pengguan alat kontrasepsi adalah :
a. Menunda kehamilan
Di tunjukkan untuk PUS yang berusia <20tahun
b. Menjarangkan kehamilan /mengatur kehamilan
Masa saat istri berusia antara 20-30 tahun adalah yang paling baik
untuk melahirkan , dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara
kelahiran adalah 2-4 tahun mengakhiri kehamilan
c. Saat istri berusia >30tahun, terutama >35 tahun ,sebagai
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai2 orang anak
(Hartanto,2007:30)
2. Infertilitas
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk
mencapai kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung
(Keperawatan Medikal Bedah).
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah
menikah selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono,
2000).
A. Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu:
1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil
walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2. Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas sekunder jika
perempuan pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak berhasil
hamil lagi walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
3. Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh
manusia. Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang
berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran
kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi
standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering
menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik.
Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism
(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun

6
tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit
ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi
wanita.
4. Kanker
Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang menempati
urutan kedua pada wanita yang berada dalam usia subur di dunia setelah
kanker payudara. Di Indonesia, kanker ini menempati urutan pertama
dari seluruh kejadian kanker pada wanita dan lebih dari separuh
penderitanya datang ke fasilitas pengobatan sudah pada stadium lanjut.
Pada pria, jenis kanker yang sering dialami diantaranya adalah: kanker
paru-paru, kanker usus, kanker testis, dan juga kanker penis.
5. Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan terutama melalui
hubungan seksual dan merupakan salah satu dari sepuluh penyebab
pertama penyakit pada dewasa muda laki-laki dan penyebab kedua
terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang. Kasus PMS
di Indonesia sendiri sejak tahun 2013 terus meningkat dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya karena adanya penambahan kasus baru
akibat penularan melalui pengguna narkoba dengan jarum suntik.
Beberapa faktor penghambat dari perilaku PUS tentang PMS disebabkan
masih kurangnya informasi-informasi dan pengetahuan yang berhubungan
dengan PMS itu sendiri, dan sikap dari PUS tentang PMS tersebut. Cara
penularan penyakit ini tidak hanya melalui hubungan seksual tetapi dapat
juga ditularkanlangsung. Beberapa faktor penghambat dari perilaku PUS
tentang PMS disebabkan masih kurangnya informasi-informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan PMS itu sendiri, dan sikap dari
PUS tentang PMS tersebut.
2.5 Intervensi Nasional Yang Diberikan Pada Pasangan Usia Subur
Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan
angka kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan
pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana
keduanya memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan
dalam mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi
pada pasangan tersebut.

7
Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat
kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya.
1. Program KB (Keluarga Berencana)
Keluarga Berencana merupakan suatu usaha untuk merencanakan
jumlah anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi.
2. Program ANC (Antenatal Care)
Antenatal Care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya (Depkes RI, 2010).
3. Program Perancanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi (4PK)
Merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan
dilingkungan sekitar ibu hamil dalam rangka meningkatkan peran aktif
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya saat persalinan bagi
ibu sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat.
4. Program Kunjungan Nifas
Program kunjungan nifas merupakan program pelayanan kesehatan
untuk ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan. Tujuan program ini adalah untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas
5. Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan merupakan program perlindungan
sosial melalui pemberian uang non tunai kepada Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) yang memiliki ibu hamil/nifas/menyusui, dan/atau
memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk
pendidikan SD, dan/atau memiliki anak usia SD dan/atau SMP dan/atau
anak usia 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan
dasar. Peserta PKH akan menerima bantuan apabila memenuhi
kewajibannya, antara lain: menyekolahkan anaknya dengan tingkat
kehadiran tertentu, memeriksakan kesehatan dan/atau memperhatikan
kecukupan gizi dan pola hidup sehat anak dan ibu hamil.
2.6 Peran Perawat
1. Educator
a. Memberi penyuluhan pada pasangan usia subur mengenai pemilihan
KB
b. Memberi HE mengenai pentingnya mengatur jarak kehamilan
2. Concelor

8
Menyarankan pasangan usia subur untuk menyelesaikan masalah dengan
mengkonsultasikan pada petugas kesehatan.
3. Care Giver
Perawat memberikan Asuhan keperawatan kepada pasangan usia subur
terhadap masalahnya.
4. Collaborator
Perawat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian
pelayanan kesehatan pada pasangan usia subur.

BAB 3
KASUS

3.1 Kasus
Di desa Soronemen terdapat 50 KK dengan jumlah warga sebanyak 300
jiwa dengan pasangan usia subur terdiri dari 40 KK yang berusia rata-rata 25-
40 tahun. Sisanya 10 KK bukan termasuk pasangan usia subur dengan rincian 5
KK berusia 41-50 tahun dan 5 KK berusia 51-60 tahun. Warga desa bekerja
sebagai kuli bangunan dengan rata-rata penghasilan setiap bulan adalah sekitar
450 ribu. Komunikasi antarwarga berjalan dengan baik karena jarak rumah satu
dengan yang lain sangat berdekatan dan tidak ada pembatas antar rumah satu
dengan yang lainnya.
Hubungan setiap pasangan usia subur pun berjalan dengan lancar,
sehingga jarang terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Di desa Soronemen
tidak terdapat pelayanan polisi, tetapi terdapat 8 pos ronda yang terletak di
setiap RT. Di desa Soronemen tidak ada tempat rekreasi terdekat, sehingga
warga memilih melakukan rekreasi ke pasar. Warga desa Soronemen mayoritas
beragama islam. Dari data yang diperoleh, pasangan usia subur di desa
Soronemen mayoritas berpendidikan SD, SMP dan warga dengan usia lanjut
tidak pernah mengikuti pendidikan formal.
Fasilitas kesehatan yang ada di desa Soronemen adalah 1 bidan praktik
swasta, 1 praktik dokter umum, dan 1 puskesmas yang letaknya lumayan jauh
dari rumah warga. Warga yang menggunakan sepeda untuk melakukan
aktivitas menjadi malas untuk pergi ke puskesmas bila sedang sakit, sehingga

9
memilih mengkonsumsi jamu atau obat-obatan yang dijual di pasar. Warga
juga lebih memilih pergi ke dukun untuk melakukan persalinan. Dalam 2 bulan
terakhir ini, terdapat 8 orang yang menderita kista dan 12 orang tertular PMS
seperti gonore, sifilis, dan kutil kelamin. Selain itu kematian di desa
Soronemen dalam 2 bulan terakhir terdapat 5 orang yang sudah meninggal
dunia akibat perdarahan saat persalinan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, 40 KK pasangan usia subur di
desa Soronemen terdapat 15 KK menggunakan alat kontrasepsi dan 25 KK
tidak menggunakan alat kontrasepsi. 25 KK yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi tersebut memiliki kepercayaan bahwa KB dilarang oleh agama, dan
mereka takut akan mengalami perubahan fisik dan kesehatan. Namun beberapa
ibu hamil dari pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi
tersebut menderita anemia dan sebagian besar tidak memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan, serta mereka memiliki kebiasaan bila ibu
hamil untuk berpantang mengkonsumsi makanan tertentu sehingga gizi pada
ibu hamil tidak tercukupi. Di desa Sejahtera ini belum ada pemberian jaminan
kesehatan kepada warga yang tidak mampu dan tidak ada program kesehatan
yang dilakukan seperti program kunjungan nifas oleh tenaga kesehatan
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
A. Data Inti
a. Sejarah
Desa Soronemen memiliki 50 KK yang terdiri dari 300 jiwa. Dari 50
KK tersebut, terdapat 40 KK pasangan usia subur.
b. Demografi
Desa Soronemen terdapat 50 KK, terdiri dari:
a) Umur : 25-40 tahun= 40 KK
: 41-50 tahun= 5 KK
: 51-60 tahun= 5KK
b) Pekerjaan : warga desa bekerja sebagai kuli bangunan
c) Agama : mayoritas islam
d) Suku : mayoritas Jawa
e) Data Statistik
Berdasarkan informasi dari kepala desa setempat, pasangan usia
subur terdiri dari:
1) 15 KK menggunakan alat kontrasepsi
2) 25 KK tidak menggunakan alat kontrasepsi

10
B. Data Subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Jarak rumah satu dengan yang lain sangat berdekatan dan tidak ada
pembatas antar rumah satu dengan yang lainnya.
2) Kebiasaan : warga desa malas untuk pergi ke puskesmas dan
memilih mengkonsumsi jamu atau obat-obatan yang dijual di pasar.
Warga juga lebih memilih pergi ke dukun untuk melakukan
persalinan. Pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi memiliki kebiasaan bila ibu hamil untuk berpantang
mengkonsumsi makanan tertentu.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial
1 bidan praktik swasta, 1 praktik dokter umum, dan 1 puskesmas
c. Ekonomi
Rata-rata penghasilan setiap bulan adalah sekitar 450 ribu.
d. Politik dan pemerintahan
Di desa Soronemen belum ada pemberian jaminan kesehatan kepada
warga yang tidak mampu dan tidak ada program kesehatan yang
dilakukan seperti program kunjungan nifas oleh tenaga kesehatan.
e. Komunikasi
Komunikasi antarwarga berjalan dengan baik dan hubungan setiap
pasangan usia subur berjalan dengan lancar.
f. Pendidikan
Dari data yang diperoleh pasangan usia subur di desa Soronemen
mayoritas berpendidikan SD, SMP dan warga dengan usia lanjut tidak
pernah mengikuti pendidikan formal.
g. Keamanan dan transportasi
Hubungan setiap pasangan usia subur berjalan dengan lancar, sehingga
jarang terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Di desa Soronemen tidak
terdapat pelayanan polisi, tetapi terdapat 8 pos ronda yang terletak di
setiap RT. Mayoritas warga menggunakan sepeda untuk melakukan
aktivitas.
h. Rekreasi
Di desa Soronemen tidak ada tempat rekreasi terdekat, sehingga warga
memilih melakukan rekreasi ke pasar.

3.2.2 Analisa Data


Masalah Diagnosa
Analisa Data
Kesehatan Keperawatan

11
DS: - Pasangan usia Konflik
- Warga yang tidak menggunakan
subur yang pengambilan
alat kontrasepsi memiliki
tidak keputusan
kepercayaan bahwa KB
menggunakan
dilarang oleh agama.
alat kontrasepsi
- Warga memiliki kebiasaan bila
merasa takut
ibu hamil untuk berpantang
akan
mengkonsumsi makanan
mengalami
tertentu.
perubahan fisik
DO: dan kesehatan
- Warga memilih pergi ke dukun
untuk melakukan persalinan
- Di desa Soronemen belum ada
pemberian jaminan kesehatan
kepada warga yang tidak
mampu dan tidak ada program
kesehatan oleh tenaga
kesehatan.
DS: - Ibu hamil Ketidakseimbangan
- Warga memiliki kebiasaan bila
menderita nutrisi: kurang dari
ibu hamil untuk berpantang
anemia dan kebutuhan tubuh.
mengkonsumsi makanan
sebagian besar
tertentu.
tidak
memeriksakan
DO:
kehamilannya
- Di desa Soronemen tidak ada
ke tenaga
program kesehatan yang
kesehatan
dilakukan seperti program
- Gizi pada ibu
kunjungan nifas oleh tenaga
hamil tidak
kesehatan.
tercukupi
- Terdapat 5 orang yang sudah
meninggal dunia akibat
perdarahan saat persalinan.

12
3.2.3 Diagnosa Keperawatan
a. Domain 10. Prinsip Hidup. Kelas 3. Keselarasan
Nilai/Keyakinan/Tindakan.
Konflik pengambilan keputusan (00083) pada agregat pasangan usia
subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.
b. Domain 2 Nutrisi. Kelas 1 Makan
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) pada
agregat ibu hamil dari pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi.

3.2.4 Intervensi Keperawatan


a. Konflik pengambilan keputusan (00083) pada agregat pasangan usia subur
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

NOC NIC
Primer Kepercayaan mengenai kesehatan Konseling (5240)
(1700) - Sediakan informasi factual yang
- Mendapatkan sumber-sumber tepat dan sesuai
untuk melakukan tindakan - Identifikasi adanya perbedaan
- Merasakan pentingnya antara pandangan pasien
mengambil tindakan (contohnya terhadap situasi dengan
KB) pandangan dari tim tenaga
Pembuatan keputusan (0906) kesehatan
- Mengidentifikasi informasi yang Pendidikan kesehatan (5510)
relevan - Identifikasi faktor internak atau
- Mengidentifikasi kemungkinan eksternal yang dapat
konsekuensi dari masing-masing meningkatkan atau mengurangi
pilihan motiasi untuk berprilaku sehat
- Pertimbangkan riwayat individu
dalam konteks personal dan
riwayat sosial budaya individu,
keluarga, dan masyarakat
- Tentukan pengetahuan kesehatan
dan gaya hidup perilaku saat ini
pada individu, keluarga, atau
kelompok sasaran
Sekunder Konseling (5240)
- Gunakan alat pengkajian
(misalnya, kertas dan pensil,
audio-tape, videotape) untuk
membantu meningkatkan
kesadaran diri pasien dan

13
pengetahuan konselor terhadap
situasi dengan cara yang tepat.
Tersier Kepercayaan mengenai kesehatan Pendidikan kesehatan (5510)
(1700) - Ajarkan strategi yang dapat
- Merasakan manfaat [dari digunakan untuk menolak
tindakan] perilaku yang tidak sehat atau
- Merasakan peningkatan gaya berisiko daripada memberikan
hidup saran untuk menghindari atau
mengubah prilaku

b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) pada


agregat ibu hamil dari pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi.

NOC NIC
Primer Status nutrisi (1004) Manajemen nutrisi (1100)
- Identifikasi asupan gizi - Anjurkan pasien terkait dengan
- Identifikasi asupan makanan kebutuhan makanan tertentu
Kepercayaan mengenai kesehatan berdasarkan perkembangan atau
(1700) usia (misalnya., peningkatan
- Mendapatkan sumber-sumber kalsium, protein, cairan, dan
untuk melakukan tindakan kalori untuk wanita menyusui;
- Merasakan pentingnya peningkatan asupan serat untuk
mengambil tindakan mencegah konstipasi pada orang
dewasa yang lebih tua)
Sekunder Monitor nutrisi (1160)
- Monitor kalori dan asupan
makanan
- Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
Tersier Kepercayaan mengenai kesehatan Manajemen nutrisi (1100)
(1700) - Tentukan status gizi dan
- Merasakan manfaat [dari kemampuan (pasien) untuk
tindakan] memenuhi kebutuhan gizi
- Merasakan peningkatan - Tentukan jumlah kalori dan jenis
gaya hidup nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi
3.2.5 Implementasi
Diagnosa Hari, Intervensi Implementasi
Keperawatan Tanggal,
Waktu
Domain 10. Rabu, 20 Konseling (5240) Konseling (5240)
Prinsip Hidup. Mei 2015, - Sediakan informasi - Menyediakan informasi factual
Kelas 3. 08.00- factual yang tepat yang tepat dan sesuai

14
Keselarasan selesai dan sesuai - Mengidentifikasi adanya
Nilai/ - Identifikasi adanya perbedaan antara pandangan
Keyakinan/ perbedaan antara pasien terhadap situasi dengan
Tindakan. pandangan pasien pandangan dari tim tenaga
Konflik terhadap situasi kesehatan
pengambilan dengan pandangan - Menggunakan alat pengkajian
keputusan dari tim tenaga (misalnya, kertas dan pensil,
(00083) pada kesehatan audio-tape, videotape) untuk
agregat - Gunakan alat membantu meningkatkan
pasangan usia pengkajian kesadaran diri pasien dan
subur yang tidak (misalnya, kertas pengetahuan konselor terhadap
menggunakan dan pensil, audio- situasi dengan cara yang tepat.
alat kontrasepsi. tape, videotape) Pendidikan kesehatan (5510)
untuk membantu - Mengidentifikasi faktor
meningkatkan internal atau eksternal yang
kesadaran diri dapat meningkatkan atau
pasien dan mengurangi motiasi untuk
pengetahuan berprilaku sehat
konselor terhadap - Mempertimbangkan riwayat
situasi dengan cara individu dalam konteks
yang tepat. personal dan riwayat sosial
Rabu, 20 Pendidikan budaya individu, keluarga, dan
Mei 2015, kesehatan (5510) masyarakat
11.00- - Identifikasi faktor - Menentukan pengetahuan
selesai internal atau kesehatan dan gaya hidup
eksternal yang perilaku saat ini pada individu,
dapat keluarga, atau kelompok
meningkatkan atau sasaran
mengurangi - Mengajarkan strategi yang
motiasi untuk dapat digunakan untuk
berprilaku sehat menolak perilaku yang tidak
- Pertimbangkan sehat atau berisiko daripada
riwayat individu memberikan saran untuk
dalam konteks menghindari atau mengubah
personal dan prilaku
riwayat sosial
budaya individu,
keluarga, dan
masyarakat
- Tentukan
pengetahuan
kesehatan dan gaya
hidup perilaku saat
ini pada individu,
keluarga, atau
kelompok sasaran
- Ajarkan strategi
yang dapat

15
digunakan untuk
menolak perilaku
yang tidak sehat
atau berisiko
daripada
memberikan saran
untuk menghindari
atau mengubah
prilaku
Domain 2 Kamis, 21 Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi (1100)
Mei 2015, (1100) - Menganjurkan pasien terkait
Nutrisi. Kelas 1
08.00- - Anjurkan pasien dengan kebutuhan makanan
Makan selesai terkait dengan tertentu berdasarkan
kebutuhan perkembangan atau usia
Ketidakseimban
makanan tertentu (misalnya., peningkatan
gan nutrisi: berdasarkan kalsium, protein, cairan, dan
perkembangan atau kalori untuk wanita menyusui;
kurang dari
usia (misalnya., peningkatan asupan serat untuk
kebutuhan tubuh peningkatan mencegah konstipasi pada
kalsium, protein, orang dewasa yang lebih tua)
(00002) pada
cairan, dan kalori - Tentukan status gizi dan
agregat ibu untuk wanita kemampuan (pasien) untuk
menyusui; memenuhi kebutuhan gizi
hamil dari
peningkatan - Menentukan jumlah kalori dan
pasangan usia asupan serat untuk jenis nutrisi yang dibutuhkan
mencegah untuk memenuhi persyaratan
subur yang tidak
konstipasi pada gizi
menggunakan orang dewasa yang Monitor nutrisi (1160)
lebih tua) - Memantau kalori dan asupan
alat kontrasepsi.
- Tentukan status makanan
gizi dan - Memantau kecenderungan
kemampuan terjadinya penurunan dan
Kamis, 21 (pasien) untuk kenaikan berat badan pada
Mei 2015, memenuhi pasien
09.00- kebutuhan gizi
selesai - Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
Monitor nutrisi
(1160)
- Monitor kalori dan
asupan makanan
- Monitor
kecenderungan
terjadinya

16
penurunan dan
kenaikan berat
badan
/
3.2.6 Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara pada masyarkat atas tindakan asuhan
keperawatan di desa Soronemen didapatkan hasil, sebagai berikut:
a. Dianosa keperawatan: Konflik pengambilan keputusan pada agregat
pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kotrasepsi

S Dari hasil wawancara beberapa warga yang belum menggunakan


alat kontrasepsi telah menggunakan alat kontrasepsi, warga
memahami akan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi,
beberapa masyarakat mengatakan gaya hidup yang meningkat,
dan merasakan manfaat dari penggunaan alat kontrasepsi.
O Prosentase penggunaan alat kontrasepsi di desa Soronemen
meningkat, angka kelahiran pada desa Sejahtera menurun dan
terkendali
A Masalah teratasi
P Lanjutkan intervensi

b. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada


agregat ibu hamil dari pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi

S Dari hasil wawancara para ibu hamil di desa Soronemen mengatakan


bahwa telah mengonsumsi makanan bergizi tanpa berpantangan, para
ibu hamil mengatakan bahwa merasa lebih sehat dan merasakan
manfaat dengan memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan
setempat
O Prosentase ibu hamil dengan anemia di desa Soronemen menurun,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Desa Soronemen menurun.
A Masalah teratasi

P Lanjutkan Intervensi

17
BAB 4
PENUTUP

1 Kesimpulan
Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang sah
terikat oleh suatu pernikahan dimana usia istri antara 15 - 49 dan pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Adanya pasangan usia
subur ini dapat menimbulkan masalah yaitu meningkatnya angka kelahiran.

18
Selain itu ada juga kasus-kasus yang sering ditemukan pada usia-usia subur
diantaranya infertilitas, kista, kanker serviks dan PMS (penyakit menular
seksual). Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi khusus kepada pasangan
usia subur dalam menanggulangi masalah yang ada.
Program KB merupakan salah satu program yang dibuat pemerintah
untuk menekan jumlah angka kelahiran masyarakat. Program lainnya adalah
program ANC (Antenatal Care), Perancanaan Persalinan Pencegahan
Komplikasi ,Kunjungan Nifas dan Keluarga Harapan. Semua program
tersebut diadakan untuk mengurangi serta mencegah terjadinya masalah pada
pasangan usia subur. Dalam hal ini, perawat komunitas mampu
memaksimalkan perannya sebagai educator, concelor, care giver dan
collaborator dalam melakukan pelayanan kesehatan pada pasangan usia subur
sehingga capaian untuk menekan angka kelahiran dan membantu mengatur
kesehatan serta kesuburan pasangan tersebut dapat direalisasikan.
2 Saran
Sebagai mahasiswa Fakultas Keperawatan maka harus mampu untuk
memahami konsep teori Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada
Kelompok Khusus Di Komunitas: Kelompok Pasangan Usia Subur sehingga
nantinya dapat menerapkan teori yang diperoleh di praktik klinik dan
memberikan asuhan keperawatan yang holistik pada klien.
Sebagai Pasangan Usia Subur maka harus memahami konsep teori yang
diperlukan selama dalam usia subur. Dengan demikian, maka dapat mencegah
kompilkasi yang dapat dialami selama usia subur atau merencanakan program
selama usia usia subur.

19
DAFTAR PUSTAKA

Afriatin,Nufita.2012. “Hubungan Deteksi Dini Pap Smear Dengan Kejadian


Kanker Serviks Pada Pasangan Usia Subur Usia 20-35 Tahun Di Poli
Onkologi Rsud Dr.Soegiri Lamongan”. Lamongan:Jurnal
Surya.Vol.3,No.XIII.
Sa’adah, Najakhatus., Windhu Purnomo. 2016. “Karakteristik dan Perilaku
Pasangan Infertile di Klinik Fertilitas dan Bayi Tabung Tiara Cita Rumah
Sakit Putri Surabaya”. Surabaya: Jurnal Biometrika dan Kependudukan.
Volume 5, Nomor 1: 61-69. Diakses pada 30 September 2018. https://e-
journal.unair.ac.id/JBK/article/download/5796/3707

20

Anda mungkin juga menyukai