Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KALIMANTAN TIMUR
JUDUL :
OLEH :
Pembimbing Lapangan
PT. PERTAMINA (Persero)
RU V Balikpapan
Lis Sugiantoro
Mengetahui,
Engineering BP Refinery
RU V Balikpapan RU V Balikpapan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik dan
kegiatan kerja praktik di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan pada
periode 1 september – 7 oktober 2016. Laporan ini disusun untuk memenuhi
persyaratan mata kuliah Kerja Praktik pada Jurusan Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Malang.
Tujuan pelaksanaan kerja praktik adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan dan membandingkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah
dengan proses-proses yang didapatkan dalam sebuah industri serta masalah dan
memberikan solusi yang terdapat di lapangan secara langsung
Segala bentuk rangkaian kerja praktik ini dapat terlaksana dengan baik,
tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penyusun menyampaikan banyak ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat melaksanakan kegiatan kerja praktik dari awal sampai
akhir di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan;
2. Keluarga besar khususnya orang tua yang telah memberikan izin serta
kepercayaan untuk melaksanakan kerja praktik di PT. Pertamina
(Persero) RU V Balikpapan;
3. Bapak Rahendrafedy, selaku Section Head dari Stationary and
Statutory Inspection Engineering yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk menimba ilmu dalam melaksanakan kerja praktik di
bagian Stationary and Statutory Inspection Engineering
4. Bapak Muhammad Saleh, selaku Group Leader Statutory Inspection
Engineering yang telah memberikan arahan selama penulis melakukan
kerja praktik;
5. Bapak Ir. Sudarman, MT, selaku dosen pembimbing kerja praktik
penulis selama melaksanakan kerja praktik di PT. Pertamina (Persero)
RU V Balikpapan;
i
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Penulis
ii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
2.1 Sejarah Singkat Pertamina RU-V Balikpapan ...... Error! Bookmark not
defined.
iii
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
3.5 Analisa Remaining Life Assessment Dari Laju Korosi Pada Pipa .......... 36
BAB IV METODOLOGI...................................................................................... 65
6.1 Kesimpulan............................................................................................ 81
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
iv
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
DAFTAR GAMBAR
v
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Gambar 4.8. Sudut-sudut permukaan pipa (0o, 90o, 180o dan 270o) ………........71
Gambar 4.9. Ilustrasi Tampilan DMS 2 menunjukan nilai ketebalan ……….....72
Gambar 5.1. Isometri line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B…………………......76
Gambar 5.2 Isometri 3D TML No.24-30 line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B... 77
Gambar 5.3 Peta laju korosi line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B.......................80
DAFTAR TABEL
vi
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
2
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
3
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
4
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
BAB II
ORIENTASI UMUM PERUSAHAAN
5
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Pertamina. Dengan adanya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan
berubah menjadi Pertamina. Pada tanggal 17 September 2003, 100% saham
Pertamina diambil alih oleh negara sehingga status hukumnya menjadi PT
Pertamina (Persero) berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
Selanjutnya untuk menghadapi era globalisasi, PT Pertamina (Persero) melakukan
perubahan kembali dari PT Pertamina (Persero) UP (Unit Pengolahan) menjadi PT
Pertamina (Persero) RU (Refinery Unit) pada tanggal 9 Oktober 2008.
Perkembangan kilang minyak PT. Pertamina (Persero) RU-V Balikpapan
ditunjukkan pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamina (Persero) RU-V
Waktu Peristiwa
6
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
1972 Modifikasi Wax Plant sehingga dicapai kapasitas produksi 175 ton
per hari.
(Sumbyarti, 2015)
7
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
b. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat
pendirianya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang
telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan.
c. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan
produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.
d. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan
usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor a,b dan c.
8
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
9
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
10
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
4. Wax Plant
5. Effluent Water Treatment Plant
Fasilitas Penunjang yang ada di area kilang PT Pertamina (Persero) RU V
Balikpapan, diantaranya adalah :
1. UTL ( Utillities )
Powerplant 1 (PP I)
Powerplant 2 (PP II)
CWI (Cooling Water Intake)
2. Unit-unit penunjang lainnya : Cooling Water Unit (Plant 32), Boiler Feed
Water System (Plant 31), Fuel Gas System (Plant 15), Nitrogen Plant and
Air Instrument (Plant 35), dan Flare System (Plant 19)
11
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
b. Cracking
Proses cracking adalah proses pemecahan molekul-molekul pada senyawa
hidrokarbon yang besar menjadi lebih kecil. Contoh proses cracking adalah
pengolahan minyak tanah menjadi bensin.
c. Reforming
Proses ini menggunakan katalis dan juga pemanasan karena pada proses
reforming struktur molekul rantai hidrokarbon bensin yang lurus akan
berubah menjadi struktur yang bercabang.
d. Alkilasi
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul sehingga
menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini
digunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, dan AlCl3.
e. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi
besar.
f. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan menghilangkan pengotor-
pengotornya. Metode-metode dalam treating adalah sebagai berikut:
- Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan
pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
- Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
- Dewaxing, yaitu proses penghilangan wax dan parafin dengan berat
molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasilkan minyak
pelumas.
- Deasphalting, yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas.
- Desulfing, yaitu proses penghilangan unsur belerang.
12
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Secara garis besar, terdapat dua jenis proses pada kilang PT Pertamina
(Persero) RU V Balikpapan, yaitu:
1. Primary Process
Pada proses ini yang dilakukan adalah pemanasan dan pemisahan
minyak berdasarkan titik didih pada tekanan atmosfer di Crude
Distilation Unit IV. Long Residue yang dihasilkan pada Crude
Distilation Unit diolah High Vacuum Unit II (HVU II) dengan
menggunakan tekanan vakum untuk menghasilkan High Vacuum Gas
Oil (HVGO) dan Short Residue.
13
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
2. Secondary Process
Selanjutnya dilakukan penambahan senyawa hydrogen dari Hydrogen
Plant terhadap HVGO yang keluar dari HVU II pada Hydro Cracker
Unit (HCU). Kemudian akan dilaksanakan pencampuran dengan
komposisi yang sudah distandarkan berdasarkan persen volume untuk
mendapatkan produk yang diinginkan.
Adapun bahan baku yang diperlukan untuk mengolah minyak mentah dan juga hasil
produksi hasil olahan bahan bakar yang ada di PT Pertamina RU V Balikpapan,
diantaranya adalah :
1. Bahan Baku
Bahan Baku yang digunakan untuk mengolah minyak bumi mentah ada
yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Alasan PT
Pertamina RU V Balikpapan mengambil bahan baku dari luar negeri
dikarenakan kebutuhan konsumen akan bahan bakar sangat banyak dan
tidak sesuai dengan jumlah cadangan minyak mentah yang ada di dalam
negeri. Sebanyak 42% bahan baku berasal dari dalam negeri dan sebanyak
14
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
58% bahan baku berasal dari luar negeri. Dari dalam negeri, daerah
daerahnya meliputi Widuri, Minas, Badak, Sangatta, dan Sumatera Light
Crude. Kemudian bahan baku dari luar negeri berasal dari Malaysia (Tapis),
Australia (Jabiru, Chalyst, dan CopperBasin), dan China (Nanhai dan
Xinjiang).
2. Hasil Produksi
Bahan Bakar merupakan hasil produksi yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat. Oleh karena permintaan yang banyak, maka beberapa kilang
pun dirancang khusus memproduksi petrokimia dan bahan dasarnya.
Beberapa hasil produksi yang ada di PT Pertamina RU V Balikpapan,
diantaranya :
a. BBM : Premium, Kerosine, dan Solar
b. BBK (Bahan Bakar Khusus) : Pertamax, Pertamax Plus, dan Avtur
c. NBBM : LPG, wax, naphta, dan LSWR
Dari produk-produk diatas tersebut PT Pertamina RU V Balikpapan
memasok kebutuhan masyarakat Pulau Jawa Bagian Timur dan juga Negara
Indonesia Bagian Timur. Selain itu beberapa daerah yang membutuhkan
juga tetap dipasok kebutuhannya.
15
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Disamping visi dan misi utama dari keseluruhan perusahaan PT. Pertamina
(Persero), juga terdapat visi dan misi untuk menjalankan perusahan pada PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Adapun visi dan misi untuk PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan adalah sebagai berikut:
o Visi: “Menjadi kilang kebanggan nasional yang mampu bersaing dan
menguntungkan”
o Misi :1. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien dan
ramah lingkungan untuk menyediakan kebuthan energi yang
berkelanjutan.
2. Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan
valuable product.
3. Memberikan manfaat kepada stakeholder.
b. Logo Perusahaan
Rencana perubahan logo sudah dipikirkan sejak 1967 saat setelah
terjadinya krisis pada Pertamina. Namun, program tersebut tidak dapat
dilaksanakan karena terjadinya adanya perubahan kebijakan (pergantian
dewan direksi). Pertimbangan mendasar diperlukannya pergantian logo ini
adalah agar dapat menumbuhkan semangat baru bagi seluruh karyawan,
adanya perubahan corporate culture pada seluruh pekerja, menimbulkan
image yang lebih baik di antara global oil dan gas companies, serta
mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan perubahan
yang terjadi, antara lain:
1. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi Perseroan.
2. Perubahan strategi perusahan dalam menghadapi persaingan pasca PSO
serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru.
Pertamina memiliki slogan yaitu “Semangat Terbarukan”, yang
berarti semangat kerja yang benar-benar baru, ide-ide baru, kemampuan
berimajinasi, dan kecepatan berinovasi. Dengan slogan ini diharapkan
prilaku dari jajaran pekerja PT. Pertamina (Persero) akan berubah menjadi
enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang
dan akan dihadapi.
16
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
17
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggan bangsa.
4. Customer Focused (Fokus pada pelanggan)
Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada pelangan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis yang tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan.
18
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
19
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
20
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
21
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
22
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Engineering terdapat dua spesialis, yaitu Spesialis Energi dan Spesialis Proses
Kontrol, serta dibagi menjadi lima seksi, yaitu :
a) Seksi Pengembangan
b) Seksi Proses Kontrol
c) Seksi Proses Environmental dan Safety
d) Seksi Kontak Engineer
2. Project Engineering Section
Fungsi bagian Project Engineering adalah mengatur kontrak kerja,
mengelola dan mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan proses
pengadaan barang dan jasa, mempersiapkan cetak biru modifikasi terhadap
kilang, menentukan pemilihan alat serta mengadakan evaluasi terhadap masalah
keteknikan, dan penanganan pengawasan pelaksanaan seluruh proyek untuk
mencapai hasil proyek yang memenuhi standar kualitas serta biaya/jadwal yang
telah ditetapkan dan dinilai manfaat proyek yang menguntungkan dalam rangka
mencapai target rencana kerja Refinery Unit V yang menjadi tanggung jadwal
serta merupakan visi dan misi fungsi Engineering dan pengembangan. Bagian
Project Engineering terdiri dari 4 seksi, yaitu :
a) Pengadaan
b) Ahli Proyek
c) Pengawas Kontruksi
d) Pengatur administrasi Proyek Engineering
3. Energy Conservation & Loss Control Section
Bagian ini berfungsi untuk merencanakan, mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan mengendalikan penyelesaian masalah dan pemberian saran
ke fungsi terkait perihal pemakaian energi dan penekanan Hydrocarbon loss di
lingkungan pertamina RU V Balikpapan dalam rangka peningkatan nilai
tambah dan financial margin perusahaan.
4. Quality Management Section
Bagian ini berfungsi untuk mengkoordinasikan sistem manajemen mutu
Pertamina, baik dari standar mutu organisasi, mutu produk, dan lingkungan.
Juga mengkoordinasikan penilaian audit program Pertamina Quality Award.
23
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
c. Realibity Function
Fungsi ini bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, mengoordinasi
pekerjaan, pemeliharaan, dan meningkatkan keandalan operasi kilang, yang
terdiri dari :
1. Plant Reliability Section
Bagian ini bertugas mengoordinasikan pekerjaan pemeliharaan kilang
dengan bidang jasa dan pemeliharaan kilang.
2. Equipment Reability Section
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan peralatan yang
beroperasi dalam kilang, seperti perpipaan, tangki, furnace, heat exchanger,
boiler dan reactor, selain itu mempersiapkan Turn Araund ( TA ) Kilang.
d. Procurement Fuction
Fungsi ini membawahi :
1. Inventory Section
2. Purchasing Section
3. Services & Warehousing Section
4. Contract Office Section.
e. Health, Safety, Environment Function
Fungsi ini membawahi :
1. Environmental Section
2. Fire & Insurance Section
3. Safety Section
4. Occupational Health Section.
f. General Affairs Function
Fungsi General Affairs membawahi :
1. Legal section
2. Public Relation Sect
3. Security Section.
g. Human Resource Area/Business Partner Function
Fungsi HR Area/BP RU V membawahi :
1. People Development
2. Industrial Relation
24
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
j. OPI
Organisasi baru yang dibentuk ini bertujuan untuk menyukseskan program
transformasi Pertamina secara keseluruhan yang meliputi 4 mainstream antara
lain Leadership, Technical Aspect, Minsed Camability dan Management
Infrastructure.
25
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
BAB III
DASAR TEORI
26
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
27
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
1. Visual testing
Sering terlewatkan dalam penggunaan metode NDT, inspeksi secara
visual adalah satu yang biasanya paling mewakili pengertian apa yang
dimaksud dengan uji non-destructive. Inspeksi visual memerlukan sumber
cahaya yang memadai pada permukaan objek, serta pengelihatan yang baik
dari tester. Untuk inspeksi visual yang efektif untuk dilakukan maka, perlu
untuk memperhatikan syarat-syarat khusus karena ini memerlukan latihan
(pengetahuan produk dan proses, antisipasi keadaan, kriteria, dan catatan
lainnya) dan uji ini memiliki peralatan tersendiri. Fakta bahwa semua
kecacatan dan kerusakkan ditemukan oleh metode NDT lainnya dapat
dibuktikan setelah melewati inspeksi secara visual. Uji visual dapat
diklasifikasikan dalam berapa kelas seperti direct visual testing, remote
visual testing dan translucent visual testing. Kebanyakan peralatan pada uji
visual yang digunakan seperti pada gambar 3.1, flash light, lensa optik,
cermin dan kaca pembesar (2-10x). Untuk pemeriksaan internal atau bagian
dalam, lensa seperti pada borescope dapat digunakan untuk melakukan
pemeriksaan. Untuk dokumentasi secara permanen maka dapat digunakan
kamera untuk merekam atau mengambil gambar letak dan bentuk kecacatan
yang ada.
Penggunaan uji visual meliputi:
(1) Pemeriksaan kondisi permukaan spesimen.
(2) Pemeriksaan kesejejajaran permukaan.
(3) Pemeriksaan bentuk komponen.
(4) Pemeriksaan bukti kecacatan spesiemen.
(5) Pemeriksaan untuk kecacatan spesimen bagian dalam.
28
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
29
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
30
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
31
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
32
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
(a) Teknik arus searah (direct current), teknik ini memiliki arus listrik yang
searah mengalir pada specimen uji dan medan magnet yang terbentuk
dari aliran arus listrik DC digunakan untuk mendeteksi adanya
kecacatan. Teknik ini diilustrikasikan pada gambar 3.4 (a, b & c).
(b) Teknik flux magnet (Magnetic flux), pada teknik ini terjadi induksi pada
spesimen baik menggunakan magnet permanen atau aliran arus listrik
melewati kumparan (coil) dan spesimen konduktor. Teknik ini dapat
dilihat pada illustrasi gambar 3.4 (d-g).
33
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
34
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
35
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
36
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
37
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
38
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
39
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
40
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
41
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
42
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
43
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
44
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Memerlukan
pencarian titik ke
titik lain, oleh
Satu atau dua karena itu inspeksi
akses dari alat ektensif sangat
Ultrasonic B B/C diperlukan pada
atau objek
spesimen. pemeriksaan objek
yang besar;
memerlukan
keahlian khusus.
Hanya dapat
digunakan pada
Memerlukan material magnetik
Magnetic permukaan seperti baja;
Particles spesimen yang C C/D Hanya bisa
bersih dan halus. mendeteksi
kecacatan pada
permukaan.
A: Biaya termahal
D: Biaya termurah
45
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
46
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Penilaian kondisi dan sisa umur dari komponen plant yang beroperasi pada
temperature yang tinggi dan pada tegangan tinggi, sangat penting untuk
mengoptimasi jadwal inspeksi dan maintenance untuk “RUN, REPAIR,
REPLACE” dan menghindari pemberhentian operasi secara mendadak. Komponen
engineering, ketika melakukan operasi sudah di desain sesuai periode waktu
penggunaan atau dalam istilah lain “life design”. Banyak faktor dimana merugikan
produk dan menjadikan kegagalan dini pada komponen dan dapat menghentikan
pengoperasian, seperti unanticipated stresses, penggunaan overlimit (temperatur
dan beban yang melewati batas kemampuan komponen), pengaruh lingkungan,
degredasi properties material dan lain lain.
3 faktor yang diperlukan untuk menganalisa sisa umur (remain life assessment):
(1) Properties material (yield strength, fracture toughness, thickness dan lain-lain).
(2) Karakteristik flaw yang terjadi (jenis, lokasi, ukuran, bentuk, orientasi) dan
(3) Tegangan yang terjadi (stresses in product).
47
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
3.3 Korosi
Salah satu pengertian umum tentang korosi adalah degradasi material
karena adanya interaksi terhadap lingkungan. Definisi ini meliputi semua jenis
material, material dari alam langsung maupun rekayasa manusia seperti plastik,
keramik, dan logam. Konsekuensi dari korosi ini menyebabkan masalah serius,
korosi dapat menyebabkan shutdown nya industri, terkontaminasinya produk,
reduksi effisensi, dan penambahan biaya maintenance. Untuk mengendalikan
serangan korosi pada material, hal tersebut dapat diketahui dari pengetahuan
mekanisme korosi itu sendiri, seperti penggunaan material anti korosi, dan
penggunaan sistem protektif, juga treatment terhadap material yang benar.
Kebanyakan korosi material terjadi pada lingkungan yang mengandung air
seperti aqueous environments dan juga pada wilayah elektrokimia di alam.
Lingkungan aqueous juga merujuk pada fluida-fluida yang memiliki sifat elektrolit.
Proses korosi melibatkan penghilangan electron logam (oksidasi) seperti pada
persamaan 1, dan konsumsi elektron-elektron dari beberapa reaksi reduksi oleh
oksigen atau air pada persamaan 2 dan 3,
Fe Fe ++ + 2e- (1)
O2 + 2H2O + 4e- 4OH- (2)
2H2o + 2e- H2 + 2OH- (3)
Reaksi oksidasi biasanya disebut sebagai reaksi anodik dan reduksi disebut
reaksi katodik. Kedua reaksi tersebutlah yang menyebabkan terjadinya korosi pada
material. Oksidasi menyebabkan material menjadi loss kemudian reaksi reduksi
yang mengambil elektron dari pembebasan dikarenakan reaksi oksidasi
sebelumnya, dengan tujuan untuk membuat muatan atom menjadi stabil kembali.
Sebaliknya jika muatan negatif (elektron) dengan cepat berkembang diantara
material dan fluida elektrolit yang menyebabkan proses korosi akan berhenti.
Reaksi oksidasi dan reduksi terkadang juga merujuk pada reaksi yang
disebut half-cell reaction atau reaksi setengah dan dapat terjadi pada waktu yang
sama pada material atau juga dapat terpisah secara fisik (physically separated).
Ketika reaksi elektrokimia itu adalah terpisah secara fisik, proses tersebut dapat
48
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Korosi selalu disebabkan oleh kedua hal ini yaitu reaksi oksidasi dan
reduksi. Bangunan, kapal, mesin, equipment pada power plant, pipa minyak dan
gas, jembatan bahkan otomotif semuanya menjadi subjek yang tidak lepas dari
serangan korosi oleh interaksi alam tersebut (gambar 3.12 menunjukkan bagaimana
korosi menyerang beberapa pipa).
49
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Korosi sering membuat pipa menjadi tidak berfungsi dan dampak besarnya
dapat membuat pipa tidak layak pakai. Beberapa estimasi menujukkan data tahunan
tentang total jumlah biaya yang diakibatkan oleh korosi pada sektor industri di
banyak negara adalah sekitar 4,6% gnp (gross national product). Satuan untuk
mengukur rate korosi pada pipa adalah “millimeter per year” (di singkat sebagai
mmpy). Contohnya korosi rate pada kondensor air bernilai 1-2 mmpy, yaitu nilai
standar pada satu dekade lalu, sekarang biasanya dapat ditemukan nilai korosi rate
yang besar dari 5 mmpy dan bahkan terkadang bisa mencapai 20 mmpy.
50
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
51
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
52
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
53
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
batasan batasan grain material, korosi terjadi pada satu tempat yang dapat
menghantarkan pada pengurasan grain material yang bisa mempengaruhi
permukaan. Gambar 3.16 menunjukan reaksi elektrokimia dari korosi
intergranular. Kurva polarisasi mengillustrasikan batas grain material dan
area matrix.
54
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
55
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
56
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
o Korosi yang dapat terjadi pada wilayah yang luas adalah jenis korosi,
uniform corrosion dan galvanic corrosion.
o Korosi yang terjadi di satu tempat dan memberikan efek pengurangan pada
ketebalan material adalah jenis korosi localized seperti pitting.
o Korosi yang menyebabkan loss nya metal material dalam ukuran
mikroskopik tanpa memberikan reduksi ketebalan yang signifikan adalah
intergranular corrosion (IGC).
o Korosi yang berbentuk retak (cracking) adalah korosi berjenis stress
corrosion cracking (SCC) dan corrosion fatigue (CF).
57
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
b) Ketepatan Desain
Desain, merupakan awal dari proteksi korosi, karena struktur harus
dirancang sedemikian rupa sehingga sedapat mungkin korosi yang
terjadi dikendalikan dengan laju yang relatif kecil. Untuk itu
beberapa bentuk korosi harus dihindari atau dikendalikan dengan
metoda yang tepat, misalnya :
Korosi merata, korosi ini dapat dihindari dengan pengecatan
permukaan atau pelapisan dengan logam lain.
Korosi celah, korosi sumuran, korosi aerasi differensial dan
lain-lain. Korosi ini dapat dikendalikan dengan desain yang
sedapat mungkin menghindari sambungan keling dan
menggantinya dengan sambungan las, menghindari desain
dengan sudut-sudut yang runcing, menghindari celah sempit
dnegan menutupnya menggunakan gasket yang solid.
Korosi galvanik, dalam desain sedapat mungkin
menghindari dari pasangan dua logam yang berbeda, jika
tidak memungkinkan, batasi keduanya dengan isolator atau
pilih logam dengan harga yang berdekatan dan hindari
pasangan logam dimana anoda kecil dan katoda yang luas.
58
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
59
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Pelapisan atau coating bisa berupa pelapisan dengan logam lain yang
lebih anodik, misalnya baja lapis seng melalui proses galvanizing
atau pelapisan dengan logam yang lebih katodik misalnya perhiasan
lapis emas melalui electroplating atau pelapisan dengan senyawa
organik berupa pengecatan.
Dalam proses pelapisan logam ini ada banyak berbagai pelapis
diantaranya :
a) Pelapisan dengan Cat
b) Pelapisan dengan Plastik
c) Pelapisan dengan Beton
d) Pelapisan dengan Logam
60
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
3.5 Analisa Remaining Life Assessment Dari Laju Korosi Pada Pipa
61
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
salah satu data ketebalan dari equipment sebelum beroperasi (early life). Perbedaan
analisa ini akan membantu dalam mengidentifikasi hasil mekanisme korosi yang
terjadi, baik secara short-term maupun long term.
Condition Monitoring locations (CMLs) adalah istilah khusus untuk
melakukan pemeriksaan dan menentukan nlai kerusakan yang terjadi atau rate of
demage. Jenis dari CMLs yang terseleksi seperti pemeriksaan melalui NDT dapat
menentukan penempatan lokasi untuk pemeriksaan cracking yang diakibatkan
stress yang terjadi, juga lokasi pemeriksaan cracking yang terjadi diakibatkan high
temperature hydrogen attack.
Dibawah ini adalah persamaan yang digunakan untuk menetukan nilai
korosi yang terjadi pada long-term corrosion rate,
𝑡 𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 −𝑡 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
Corrosion rate (LT) = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑡 𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑛 𝑡 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 (𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) (4)
𝑡 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑖𝑜𝑢𝑠 −𝑡 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
Corrosion rate (ST) = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑡 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑜𝑢𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑡 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 (𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) (5)
Dimana,
Corrosion Rate: Laju korosi yang terjadi per tahun.(mmpy);
tinitial : Adalah data nilai ketebalan paling awal dimana equipment belum
dioperasikan sama sekali (early life). (mm);
62
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
dapat menetukan nilai dan jenis korosi apa sesuai dengan kondisi yang terjadi di
lapangan. Selanjutnya pertimbangan ketika laju korosi sudah di evaluasi dapat
dijadikan acuan untuk menghitung analisa umur atau remaning life dan
pemeriksaan selanjutnya juga dapat menentukan:
𝑡 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 −𝑡 𝑟𝑒𝑞𝑢𝑖𝑟𝑒𝑑
Remaning life (years) = 𝐶𝑜𝑟𝑟𝑜𝑠𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒(𝐶𝐴) (6)
Dimana,
trequired : Adalah data nilai ketebalan yang diperlukan untuk menahan tekanan
63
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
factor. Nilai dari ketebalan yang diperlukan (required thikness - trequired) harus lebih
besar dari minimum alert thickness (API 574) seperti yang ditunjukkan pada tabel
3.3. Untuk persamaan menentukan Nilai dari ketebalan yang diperlukan, pada
pedoman standar biasanya digunakan persamaan Barlow (Barlow formula) untuk
Dimana,
P : Tekanan fluida sesuai desain pada bagian dalam (internal design gauge
pressure). (kg/mm2);
Do : Diameter luar (OD). (mm);
S : Tegangan ijin (allowable stress). (kg/mm2);
E : Faktor kualitas produk.
Y : Koefisien material (sesuai tebal, material dan temperatur).
Tabel 3.3, Nilai minimum alert thickness sesuai nominal pipe size (NPS)
64
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
BAB III
METODELOGI
Bahan
1. Pelumas (couplant);
2. Step-wet (thickness, 8-2mm);
3. Baterai AA alkaline (4 buah);
4. Line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B;
5. Buku dan pen (untuk mengambil data thickness secara manual).
a. b.
c. d.
Gambar 4.1, Alat dan bahan yang diperlukan: (a.) DMS 2 Ultrasonic Thickness
Gauges, (b.) Probe, (c.) Step-wet (thickness, 8-2mm), (d.) Pelumas (couplant).
65
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
66
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Tabel 4.1, Tabel jenis probe, sesuai dengan batasan temperatur permukaan.
4. Jika memilih prosedur untuk AUTO zeroing, alat akan secara otomatis
menyesuaikan dengan probe yang terpasang dan mengkonfigurasikan
pengukuran awal dari nol. Jika memilih prosedur MANUAL zeroing, alat di
konfigurasikan secara manual melalui beberapa langkah berikut:
Dengan probe tidak digunakan (tidak tersentuh langsung dengan
material), tekan tombol
Setelah itu mengukur permukaan material melalui probe (setelah
penggunaan pelumas atau couplant pada permukaan probe juga
67
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
5. Menentukan material velocity sebagai salah satu poin penting pada kalibrasi
alat. Catatan bahwa selama konfigurasi material velocity dalam keadaan
default, default material velocity menunjukkan spesifikasi untuk material
baja biasa/common steel (0,2312 x 106 inchi per detik), harus melakukan
konfigurasi kalibrasi alat untuk material yang lebih spesifik.
68
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
69
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
70
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
90o
180o 0o
270o
Gambar 4.8, Sudut-sudut permukaan pipa yang di inspeksi (0o, 90o, 180o dan
270o).
71
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
72
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
BAB V
DATA DAN PEMBAHASAN
5.1.1 Corrosion monitoring (thickness in mm) periode maret s/d juni 2014
73
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Keterangan tabel:
- TML No : Lokasi titik pemeriksaan (Thickness, Measurement, dan location);
- ELB : Pipa siku (Elbow pipe);
- PIPE : Pipa normal;
- Sudut Pipa :
90o
180o 0o
270o
74
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
75
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
76
BALIKPAPAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
77
Gambar 5.2, Isometri 3D TML No.24-30 line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
1. Pada titik ke 24
(7,7+8,1+7,7+8,1)
tprevious (24) = = 7,9 mm (Elbow pipe)
4
2. Pada titik ke 25
(8,5+8,6+8,5+8,0)
tprevious (25) = = 8,4 mm (Normal pipe)
4
3. Pada titik ke 26
(8,3+7,9+8,2+7,9)
tprevious (26) = = 8, 07 mm (Normal pipe)
4
4. Pada titik ke 27
(7,7+7,8+8,2+7,1)
tprevious (27) = = 7,7 mm (Elbow pipe)
4
5. Pada titik ke 28
(8,1+7,9+8,4+8,0)
tprevious (28) = = 8,1 mm (Normal pipe)
4
6. Pada titik ke 29
(7,1+7,5+7,0+7,6)
tprevious (29) = = 7,3 mm (Elbow pipe)
4
7. Pada titik ke 30
(7,9+8,0+7,3+7,8)
tprevious (30) = = 7,75 mm (Normal pipe)
4
(7,9+8,4+8,07+7,7+8,1+7,3+7,75)
tactual = = 7,88 mm
7
78
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
1. Pada titik ke 24
8,56−7,9
Laju korosi (ST) = =0,16 mmpy (Elbow pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
2. Pada titik ke 25
8,56−8,4
Laju korosi (ST) = =0,04 mmpy (Normal pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
3. Pada titik ke 26
8,56−8,07
Laju korosi (ST) = =0,12 mmpy (Normal pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
4. Pada titik ke 27
8,56−7,77
Laju korosi (ST) = =0,2 mmpy (Elbow pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
5. Pada titik ke 28
8,56−8,1
Laju korosi (ST) = =0,11 mmpy (Normal pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
6. Pada titik ke 29
8,56−7,3
Laju korosi (ST) = =0,31 mmpy (Elbow pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
7. Pada titik ke 30
8,56−7,75
Laju korosi (ST) = =0,2 mmpy (Normal pipe)
(4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
(0,16+0,04+0,12+0,2+0,11+0,31+0,2)
CR = = 0,42 mmpy
7
Sesuai ketentuan tabel minimum alert thickness 1,7 mm dijadikan 3,1 mm.
79
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
7,88𝑚𝑚−3,1𝑚𝑚
Remaning life (years) = = 11,3 Tahun
0,42 mmpy
5.3 Grafik Perbandingan tactual dan tprevious Periode 2010-2014 Pada Line
Pipe Debutanizer 5P-68-4-C3B
8.4
8.3
8.2
8.1
8
24 25 26 27 28 29 30
Titik Lokasi Pemeriksaan (TML) Line Pipe 5P-68-4-C3B
Flow
Gambar 5.3, Peta laju korosi yang terjadi pada line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B
80
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari beberapa hasil analisa tentang prediksi sisa umur (remain life
assessment) pada line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B sebagai pipa distribusi proses
berfluida hidrokarbon (HC) menggunakan patokan nilai laju korosi (corrosion
rate). Dengan hasil pipe wall thickness yang dapat dilihat dari pemeriksaan atau
inspeksi menggunakan salah satu metode NDT yaitu thickness meter, dari awal
pengoperasian pipa pada tahun 2010 sampai periode tahun 2014, dapat diketahui
beberapa poin-poin kesimpulan sebagai berikut,
1. Serangan korosi terbesar yang menimbulkan penipisan dinding pipa (pipe
wall thickness degradation) terbanyak sekitar 0,16-0,31 mmpy terjadi pada
pipa berjenis siku atau elbow pipe. Beberapa pertimbangan dan faktor
tentang kejadian ini salah satunya adalah dari bentuk pipa siku yang
dipasang sebagai salah satu pipa distribusi proses fluida hidrokarbon (HC).
Memiliki bentuk pipa berbelok membuat tekanan fluida yang mengalir
didalam elbow pipe berubah dan meningkat. Peningkatan tekanan fluida
menyebabkan aliran fluida memberikan hantaman kejut atau sudden-impact
terhadap dinding pipa, hal ini menjadikan dinding pada pipa di sudut
tertentu mengalami percepatan degradasi disebabkan oleh korosi bersifat
erosi (turbulensi fluida dalam pipa).
Tabel 6.1, perbandingan laju korosi elbow dan normal pipe
Elbow Pipe Corrosion Rate Normal Pipe Corrosion Rate
6.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya shut-down nya produksi Karena
kebocoran pipa disebabkan korosi yang terjadi lebih cepat pada elbow. Maka
dapat di manipulasi dengan cara redesign instalasi pipa dengan meminimalisir
penggunaan pipa elbow pada line pipe debutanizer 5P-68-4-C3B.
81
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
Daftar Pustaka
82
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
LAMPIRAN 1
83
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
LAMPIRAN 2
84
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
LAMPIRAN 3
85
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
LAMPIRAN 4
86
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU - V
BALIKPAPAN
LAMPIRAN 5
87