Anda di halaman 1dari 3

KEARAH MANA PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Musthafa Mughni Z

Kita tau bahwa sebelumnya Indonesia telah menerapkan pendidikan dengan


menggunakan kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) atau Kurikulum
2006 yang dalam proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran secara behavioristik.
Namun metode tersebut dinilai kurang efektif jika diterapkan pada siswa karena
behavioristik ini hanya berpusat pada guru sehingga siswa hanya mendapatkan
pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan guru. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi
sesuai dengan perkembangannya tetapi selalu menggunakan media hafalan sebagai proses
pembelajarannya. Dengan begitu siswa cenderung bosan dan pasif. Jika dalam jangka
panjang terus diterapkan maka Indonesia tidak dapat maju karena semua hanya mengejar
nilai atau ijasah tidak dengan ilmunya.
Setelah beberapa tahun Kurikulum KTSP ini diterapkan, akhirnya pada tahun 2013
Indonesia beralih untuk mengganti kebijakan kurikulum pendidikan dengan K-13 atau
Kurikulum 2013. Pada Kurikulum K-13 ini proses pembelajarannya menggunakan metode
konstruktif yang mana pada metode ini sangat berkebalikan dengan metode behavioristik,
dimana siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Meskipun tujuan
pergantian kurikulum ini dinilai baik, namun untuk menerapkannya sangatlah tidak mudah.
Pergantian kurikulum K-13 ini menuai pro dan kontra, beberapa pihak menilai
bahwa K-13 ini dapat merubah pemikiran siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajarannya, namun dalam kenyataannya dibeberapa sekolah justru tidak terlaksana
dengan baik. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisai terhadap setiap guru mengenai
pembaharuan dalam proses pembelajaran.
Kendala yang dialami pada pembaharuan kurikulum ini yang pertama yaitu dalam
mengatur penilaian pada siswa, karena pada kurikulum K-13 ini penilaiannya tidak hanya
mengacu pada hasil ujian namun dalam proses pembelajaran pun siswa tersebut juga akan
dinilai. Yang kedua yaitu guru dan siswa sudah terbiasa menerapkan proses pembelajaran
yang menerapkan adanya batasan proses berpikir pada siswa, yang mana seharusnya disini
guru hanya sebagai mediator dalam proses pembelajarannya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merencanakan pada tahun 2017 ada 7
kebijakan pembangunan pendidikan. Pertama, “Memenuhi pembiayaan kegiatan prioritas
nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah ( RKP ) tahun 2017 untuk pencapaian Nawacita”.
Salah satu agenda dalam Nawa Cita yakni revolusi karakter bangsa atau disebut revolusi
mental. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem pendidikan harus diarahkan untuk
membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang terarah dan tepat sasaran oleh negara yang
dapat membangun keperibadian social dan budaya.
Kedua yaitu “Penekanan pada upaya peningkatan kualitas pembelajaran di semua
jenjang dan jalur pendidikan, baik negeri maupun swasta, dengan kesenjangan kualitas
yang semakin kecil”. Salah satu faktor kesenjangan kualitas pendidikan yaitu pada guru
pengajar, sebagian guru dinilai masih banyak yang kurang terpacu secara pribadi untuk
mengembangkan profesi mereka sebagai guru. Dalam rangka peningkatan mutu guru,
sesuai dengan prinsip-prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah dan semangat
desentralisasi, sekolah diberi kewenangan yang lebih besar untuk menentukan apa yang
terbaik untuk meningkatkan mutu setiap guru.
Arah kebijakan pendidikan selanjutnya adalah “Memberikan perhatian lebih besar
pada daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T)”. Kebijakan ini menghasilkan program
SM3T yang dilaksanakan setiap tahunnya untuk lulusan sarjana pendidikan yang dikirim ke
berbagai plosok negeri untuk mengabdi sebagai guru pengajar di daerah tertinggal, terluar,
dan terdepan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk pemerataan Sumber Daya Manusia
melalui pendidikan yang layak.
Ketiga, “Memastikan masyarakat miskin dan kelompok marjinal lebih mudah
mengakses layanan pendidikan dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender”.
Pemerintah memberikan dana bantuan pendidikan berupa beasiswa untuk siswa berprestasi
yang kurang mampu. Dengan harapan anak yang memiliki potensi dapat melanjutkan
pendidikan secara gratis sehingga nantinya menjadi orang yang berguna bagi bangsa ini.
Keempat, “Memanfaatkan anggaran pembangunan pendidikan semaksimal mungkin
dirasakan oleh masyarakat”. Pemerintah mempertahankan anggaran pendidikan nasional
sebesar 20% dari total belanja dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN )
2017. Dengan sumber anggaran pendidikan terbesar dari transfer ke daerah dan dana desa.
Dengan memfokuskan untuk mengembangkan mutu pendidikan ke desa sehingga
memberikan peluang bagi masyarakat desa agar merasakan pendidikan yang layak.
Selanjutnya, “Memastikan keterlibatan public secara maksimal”. Kegiatan Pesta
Pendidikan (PeKan), yang hingga saat ini didukung oleh lebih dari 90 organisasi dan
komunitas. Pesta Pendidikan dilaksanakan sepanjang bulan Mei 2016, dengan mengambil
momentum semangat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Hari Kebangkitan Nasional 20
Mei, melalui serangkaian kegiatan yang digerakkan oleh seluruh komunitas dan organisasi
pendukung, termasuk puluhan media di berbagai jalur, melalui berbagai pendekatan dan di
berbagai kota di Indonesia. Pesta Pendidikan ini bertujuan untuk memberi inspirasi bagi
semua lapisan masyarakat, bahwa belajar adalah proses sepanjang hayat dan kontribusi
terhadap pendidikan dapat dilakukan lewat berbagai cara sesuai profesi dan kapasitas
masing-masing.
Keenam, “Memperkuat tata kelola pembangunan pendidikan dan kebudayaan dan
terakhir pelaksanaan anggaran secara transparan serta akuntabel”. Pelaksanaan tata kelola
yang baik dan bersih di lingkungan sekolah, yang mengedepankan karakteristik partisipatif,
beriorientasi pada konsensus, akuntabel, transparan, responsif, efektif dan efisien, serta
sesuai dengan peraturan dan hukum, dengan menjaga nilai-nilai luhur pendidikan.
Arah kebijakan yang terakhir, “Meningkatkan pemahaman publik akan arti penting
dari nilai-nilai luhur sejarah dan budaya bangsa dan relevansinya bagi kehidupan masakini
di berbagai sector”. Pemerintah menekan pada pembelajaran pancasila di sekolah dasar
karena mengingat pancasila menrupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai
yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Dengan adanya program pemerintah yaitu
program wajub belajar 9 tahun dapat memberikan pengajaran tentang makna dan dasar-
dasar Pancasila.
Permasalahan pokok pendidikan saat ini merupakan masalah pembangunan mikro,
yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah
mikro tersebut berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem
pendidikan, sehingga harus diperhitungkan dalam memecahkan masalah mikro pendidikan.
Pada hakikatnya masalah efisiensi ini mengenai pengelolaan pendidikan, terutama
dalam pemanfaatan dana dan sumber daya manusia. Dan sistem pendidikan yang efesien
ialah dengan tenaga dan dana yang terbatas dapat di hasilkan sejumlah besar lulusan yang
berkualitas tinggi. Para ahli banyak mengatakan bahwa sistem pendidiakn sekarang ini
masih kurang efisien. Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem
pendidikn mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Masalah ini meliputi
pengangkatan, penempatan, dan pengembanagan tenaga kependidikan.
Meskipun terdapat banyak kendala Indonesia masih mempunyai harapan untuk
menyamai pendidikan seperti pada negara Finlandia yang selalu menjadi negara dengan
tingkat pendidikan terbaik nomer 1 di dunia. Dengan terus memperbaiki dan
mengembangkan dalam bidang pendidikan, Indonesia akan dapat meraih kesuksesan
dengan meningkatnya Sumber Daya Manusia untuk kemajuan bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai