Demam Typoid
A. Definisi
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan oleh infeksi salmonella thypi. Organisme ini masuk melalui
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urin
orang yang terinfeksi oleh kuman salmonella (riyadi, 2010).
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
aluran cerna dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2008).
Sedangkan menurut (suriadi, 2016) demam thypoid adalah
penyakit infeksi akut hebat yang diawali selaput lendir usus dan jika tidak
diobati secara progresif menyerang jaringan seluruh tubuh.
B. Penyebab
Penyebab dari demam typoid adalah bakteri salmonella thyposa
yang masuk ke usus melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
sehingga berkembang biak dalam pemulu darah.
C. Patofisiologi
Kuman salmonella thyposa masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makan dan air yang tercemar, sebagaian kuman dimusnahkan oleh
asam lambung sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan
limfoid plague penyeri ileum terminalis yang mengalami hipertropi,
ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal terjadi.
Kuman salmonella thyposa kemudian menembus ke lamina propi
masuk limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial yang juga megalami
hipertropi. Setelah melewati kelenjar limfe ini salmonella thyposa lain
mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella thyposa
bersarang di plague penyeri, lmfa, hati dan bagian bagian yang lain seperti
retikuloendotetial. Makan dan minuman yang terkontaminasi salmonella
thyposa dan salmonella parathypi A,B,C masuk lambug dan dilambung
kuman tersebut ada yang mati dan ada yang hidup, dengan adanya kuman-
kuman tersebut lambung mengadakan pertahan dengan peningkatan
pengeluaran asam lambung sehingga menyebabkan mual muntah.
Kuman yang masih hidup masuk ke usus halus kemudian menuju
lamina propia/saluran limpa dan bisa menyebabkan splenomegali, dari
saluran limfe kuman mask aliran darah melalui ductus thoracocicus dan
masuk lagi ke sirkulasi portal yanh bisa menyebabkan koleosistisis.
Disirkulasi darah, kamun mengeluarkan endotoksin yang merangsang
pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada daerah yang meradang sehingga
terjadi inflamasi usus. Dengan adanya peradangan tersebut merangsang
hipotalamus dan menyebabkan hipertermi (Supriyadi, 2010)
D. Manifestasi klinis
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-40
hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak
tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntal, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditenah, tepi dan ujung merah serta
tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan
hipotermia.
(Sudoro Aru,dkk2009)
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rutin (Leukosit)
Pada febris typhoid terhadap ileumopenia dan limfobrastis relatif tetap
kenyataan leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kasus febris
typhoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi pada berada dalam
batas normal, walaupun kadang-kadang terikat leukositanis tidak ada
komplikasi berguna untuk febris typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya febris
typhoid, kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan pembatasan
pengobatan.
3. Kenaikan Darah
Gerakan darah (+) memastikan febris typhoid tetapi biakan (-) tidak
menyingkirkan febris typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah
bergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Tekhnik pemeriksaan laboratorium.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
c. Laksinasi di masa lampau.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi
oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi
(berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
F. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi
G. Intervensi keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
Tujuan: peningkatan suhu tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil:
- Suhu tubuh dalam rentan normal (36-370 C)
- tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda vital dan monitor suhu secara
berkala
Rasional: mengetahui kenaikan dan penurunan suhu
b. Berikan kompres air biasa pada lipatan paha dan
axila
Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh
c. Anjurkan banyak minum serta anjurkan memakai
kaos yang mudah menyerap keringat seperti kain katun
Rasional: menurangi suhu tubuh
d. Kaji turgor kulit, mukosa bibir, kaji adanya tingkat
kesadaran
Rasional: kekurangan cairan yang berlebihan dapat
mengakibatkan penurunan kesadaran
e. Berikan antipiretik untuk mengatasi penyebab
demam dan cairan intravena sesuai indikasi atau terapi
Rasinonal: untuk mengurangi demam
Daftar Pustaka
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Kutowinangun tanggal
04 Maret 2019 sekitar pukul 20.00 dengan demam tinggi. Klien
mengatakan demam sudah sejak 3 hari yang lalu, kepala pusing seperti
berputar-putar, lemas, tidak nafsu makan, mual dan muntah 3x. Saat
diIGD klien di pasang terapi infus RL 20 tpm + Neuvarbion drip,
injeksi Ranitidin 1 ampul, Ondansetron 1 ampul dan Pamol infus 500
CC. Saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital diIGD N:
90x/menit, RR : 20/menit, S : 38,7oC , TD : 130/90 mmHg.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan klien tidak pernah menderita penyakit infeksi,
belum pernah dirawat dirumah sakit dengan sakit yang sama.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama,
penyakit keturunan ( Jantung, DM, darah tinggi), penyakit menular
( TBC, hepatitis, HIV).
5. Riwayat Penggunaan Obat
Klien mengatakan saat sakit mengonsumsi obat di warung tetapi
berangsur membaik .
6. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki alergi obat, makanan atau minuman.
E. Pemeriksaan fisik
a. Kepala = Warna hitam keriting, mesocepal, tidak ada
benjolan.
b. Mata = Konjungtiva anemis, pupil isokor
c. Hidung = Simetris, tidak ada lesi,tidak ada polip, tidak ada
secret.
d. Telinga = Pendengaran normal, tidak ada lesi, telinga agak
kotor.
e. Leher = Pembesaran kelenjar tiroid (-), nadi parotis (+),
tidak ada lesi.
f. Bibir
I : Bibir berwarna pucat, Kering.
g. Rongga Mulut
I : Tidak begitu lembab
h. Lidah
I : Berwarna putih , kotor , tidak ada lesi.
i. Dada ( torak)
Jantung = I : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak
ada bekas operasi.
A : S1, S2 reguler.
P : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran
P : Bunyi redup.
Paru-paru = I : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak
ada luka bekas operasi.
A : Bunyi paru vesikuler.
P : Tidak ada benjolan, tidak ada edema.
P : Bunyi paru sonor
j. Abdomen
I : Warna kulit pucat, bentuk abdomen cekung, tidak ada
bekas luka, turgor kulit menurun.
A : Bising usus 12x/menit.
P : Tidak ada masa dan jejas.
P : Thympani.
k. Genetalia
Anus : anus tampak kemerahan
l. Ekstremitas
4 4
4 4
m. Balance cairan
Intake – output = -213cc
Intake : 3x Makan = 150cc
5x Minum = 1000cc
2 flabot = 1000cc
Obat-obatan = 12cc
∑ jumlah = 2162cc
Output : muntah = 400cc
IWL = (15 x bb)/24jam
= (15 x65)/24jam
= 975cc/24jam
Urin = 1000cc
∑ jumlah = 2375cc
F. Pemeriksaan penunjang
a. TTV
N : 90x/menit
RR : 20/ menit
S : 38,7oC
TD : 130/90 mmHg
b. Hasil Laboratorium
Tanggal : 04-03-2019
Jam : 20:47:30
c. Terapi obat
Inj. Ranitidin 2x1 ampul (2ml)
Inj. Ceftriaxone 1x2 gr ( 1 gr)
Inj. Ondansetron 2x1 (2ml)
Paracetamol tablet 3x1 (500mg)
Infus RL 20 tpm
Antasida Doen 3x1cth
D. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Kehilangan Kekurangan
- Klien mengatakan nafsu tidak cairan aktif volume
makan, mual dan muntah cairan
DO :
- Klien tampak lemah
- Membran mukosa kering
- Intake – output = -213cc
Intake : 3x Makan = 150cc
5x Minum = 1000cc
2 flabot = 1000cc
Obat-obatan = 12cc
∑ jumlah = 2162cc
Output : mencret = 400cc
IWL = (15 x bb)/24jam
= (15 x65)/24jam
= 975cc/24jam
Urin = 1000cc
∑ jumlah = 2375cc
2 DS : Penyakit Hipertermi
- Klien mengatakan panas
dingin
DO :
- Suhu : 38,7oC
- Kulit teraba hangat
- Klien tampak mengigil
- Lidah tampak kotor dan
berwarna putih
- Leukosit tinggi 13.000 uL
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Hipertermi b.d penyakit
F. INTERVENSI
Waktu DX. NOC NIC
Keperawatan
04-03- Kekurangan Setelah dilakukan Fluid Management
2019 Volume tindakan keperawatan 1. Berikan terapi
21.00WIB cairan b.d selama 3x24 jam, IV, seperti yang
kehilangan diharapkan di tentukan
2. Berikan cairan
cairan aktif keseimbangan cairan
dengan tepat
klien terpenuhi
3. Tingkatkan
Kriteria hasil :
asupan oral
Fluid Balance 4. Monitor TTV
5. Anjurkan klien
Indikator IR ER
makan sedikit
Turgor 2 4
tapi sering
Kulit 6. Monitor balance
Membran 2 4
cairan
mukosa
lembab
Intake dan 2 4
Output 24
jam
seimbang
Tekanan 2 4
darah
dalam
batasan
normal
Ket:
1. Keluhan ektrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada
keluhan
Ket :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada
keluhan
G. IMPLEMENTASI
12.00 WIB
Hipertermi - Memberikan obat S : Pasien
b.d penyakit (Ceftriaxone dan bersedia
O : Pasien
paracetamol tablet)
diberi obat
terapi
12.30 WIB Hipertermi S; pasien
b.d penyakit - Menginstruksikan mengerti
O: Pasien
pasien agar
memakai
menggunakan
pakaian
pakaian yang tipis
yang tipis
13.00WIB Kekurangan - Memonitor S: pasien
volume TTV kooperatif
O: hasil
cairan b.d
TTV:
kehilangan
S : 370C
cairan aktif
TD : 110/70
mmHg RR :
2 x/menit
N : 90
x/menit
06-03-2019 Kekurangan - Melakukan S: Pasien
19.20 WIB volume pemeriksaan turgor Kooperatif
O : Turgot
cairan b.d kulit
kulit sudah
kehilangan
membaik
cairan aktif
- Mengompres
S: pasien
air hangat pada lipat
mengerti
Hipertermi
paha dan aksila O: Pasien di
b.d penyakit
kompres
dengan air
biasa
- Memberikan
terapi injeksi S: pasien
ceftriaxone dan kooperatif
O: Obat
paracetamol tablet
injeksi
diberikan
secara iv
bolus
H. EVALUASI
Waktu Dx SOAP TTD
Keperawatan
04-03-2019 Kekurangan S = Klien mengatakan lemas
23.10
volume cairan berkurang
b.d kehilangan O = balance cairan
cairan aktif Intake – output = -13cc
Intake : 3x Makan = 150cc
5x Minum = 1000cc
2 flabot = 1000cc
Obat-obatan = 12cc
∑ jumlah = 2162cc
Output : muntah = 200cc
IWL = (15 x bb)/24jam
= (15 x65)/24jam
= 975cc/24jam
Urin = 1000cc
∑ jumlah = 2175cc
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjukan intervensi
Perbanyak minum
Hipertermi b.d S = klien mengatakan masih
penyakit menggigil
O = 38,6oC
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
Berikan paracetamol