Anda di halaman 1dari 15

MODUL 7

HUKUM KIRCHOFF & OHM

LAPORAN PRAKTIKUM
TME 142-Praktikum Fisika

Nama : Thomas Boen Kilai


NIM : 201804510074
Shift/Kelompok : MA/5
Tanggal Praktikum : 22 April 2019
Asisten : Samuel Husein

LABORATORIUM AERODINAMIKA & MEKANIKA FLUIDA


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
I. TUJUAN
1. Mempelajari Hukum Kirchoff dan Hukum Ohm.
2. Menentukan tegangan dan arus pada setiap nodal.
3. Menentukan resistensi ekivalen pada sebuah rangkaian seri dan paralel.
II. TEORI DASAR
A. Hukum Kirchoff
 Hukum Arus Kirchoff
Prinsip dari kekekalan muatan listrik mengatakan bahwa:
Pada setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus yang masuk ke
dalam titik itu sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut [1].

Gambar 7.2.1 Hukum Arus Kirchoff


Mengingat bahwa arus adalah besaran bertanda (positif atau negatif) yang
menunjukkan arah arus tersebut menuju atau keluar dari titik, maka prinsip ini
bisa dirumuskan menjadi :
𝑛

∑ 𝐼𝑘 = 0
𝑘=1

di mana :
n adalah jumlah cabang dengan arus yang masuk atau keluar terhadap titik
tersebut.
Persamaan ini juga bisa digunakan untuk arus kompleks:

(2)
Hukum ini berdasar pada kekekalan muatan, dengan muatan (dalam satuan
coulomb) adalah hasil kali dari arus (ampere) dan waktu (detik).
 Hukum Tegangan Kirchoff
Prinsip kekekalan energi mengatakan bahwa:
Jumlah terarah (melihat orientasi tanda positif dan negatif) dari beda potensial
listrik (tegangan) di sekitar sirkuit tertutup sama dengan nol.

Gambar 7.2.2 Hukum Tegangan Kirchoff


Sama seperti hukum arus Kirchhoff, prinsip ini dapat ditulis sebagai:
(3)

di mana:
n adalah jumlah tegangan listrik yang diukur.
Tegangan listrik ini juga bisa berbentuk kompleks:

(4)
Hukum ini berdasarkan hukum kekekalan energi, yang berbunyi: "energi yang
diserap atau dikeluarkan medan potensial" (tidak termasuk energi yang hilang
karena disipasi).
B. Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum
Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas
beda potensial yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu
berlaku untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan
dengan alasan sejarah [3].
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:
(5)
di mana :
 adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan
(Amper)
 adalah beda potensial atau tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung
penghantar dalam satuan Volt.
 adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu
penghantar dalam satuan Ohm.

Hubungan Paralel
Dalam hubungan paralel, besarnya tegangan dari masing-masing resistor adalah
sama. Jadi besarnya V1 = V2 = V3 = ...= Vekivalen. Sehingga dalam hubungan
parallel besarnya resistansi ekivalennya dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus [2].
1 1 1 1
= + 𝑅 + …+ 𝑅 (5)
𝑅𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑅1 2 𝑛

Hubungan Seri
Dalam hubungan seri, besarnya arus dari masing-masing resistor adalah sama.
Jadi besarnya I1 = I2 = I3 = ...= Iekivalen. Sehingga dalam hubungan seri, besarnya
resistansi
ekivalennya dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑅𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 𝑅1 + 𝑅2 + ⋯ + 𝑅𝑛 (6)
C.Menghitung Nilai Resistor
Dalam setiap resistor(axial) terdapat beberapa gelang warna-warna, hal ini yang
mewakili besarnya nilai resistor dan nilai toleransi resistor tersebut.[4]
Tabel 7.2.1 Tabel Besar Nilai Warna Resistor
Warna Nilai
Hitam 0
Coklat 1
Merah 2
Orange 3
Kuning 4
Hijau 5
Biru 6
Ungu 7
Abu-abu 8
Putih 9
Emas 5%
Perak 10%

Dalam sistem 4 gelang, tiga gelang pertama menyatakan nilai resistansi dan
gelang terakhir menunjukan toleransi. Dalam sistem 4 gelang, dua gelang pertama
menyatakan 2 digit pertama dari nilai. Gelang ketiga sebagai pengalian (10n) di
mana n adalah nilai warna gelang.

III. PERALATAN PERCOBAAN


1. 2 buah resistor/ capacitor/ inductor network
2. Kabel penghubung
3. Catu daya 24 Volt
4. 1 buah multitester digital
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
A . Percobaan Hukum Kirchoff

3,3

Gambar 7.4.3 Rangkaian Hukum Kirchoff


1. Hubungkan rangkaian seperti Gambar 7.4.3.
2. Ukur dan catatlah tegangan pada setiap komponen yang digunakan.

3,3

Gambar 7.4.4. Rangkaian Hukum Kirchoff


3. Kemudian hubungkan rangkaian seperti gambar di atas
4. Ukur dan catatlah arus yang dilalui pada setiap komponen yang digunakan.
B . Percobaan Hukum Ohm
1. Hubungkan resistor dengan hubungan seri sesuai yang telah ditentukan.
2. Ukur resistansi ekivalen pada rangkaian tersebut.
3. Hubungkan rangkaian dengan power supply (Catu Daya).
4. Ukur tegangan pada masing–masing resistansi.
5. Lakukan langkah 1-4 sebanyak 7 kali.
6. Lakukan langkah yang sama untuk rangkaian paralel.

V. TUGAS DAN PERTANYAAN


Pertanyaan:
1. Jelaskan mengapa kita tidak boleh menggunakan amperemeter secara paralel
dan voltmeter secara seri?
Jawab :
Pada saat rangkaian di rangkai menjadi seri, maka arus akan di setiap titik akan
sama. Sedangka pada dibuat paralel maka disetiap titik akan memilki tegangan
yang sama.

2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan rangkaian seri dan rangkaian paralel pada
saat melakukan pemasangan lampu!
Jawab :
Kelebihan dari seri adalah pada saat lampu disambungkan pada rangkaian maka
lampu akan memiliki cahaya yang lebih ternag dibandingkan paralel, tetapi saat
rangkaian seri terputus maka sambungan listrik ke lampu pun akan putus, dan
pada paralel jika satu sambungan putus, ada kemungkinan kalau lampu masih
bisa menyala.
3. Bandingkan hasil percobaan dengan perhitungan rangkaian seri dan paralel!
Jelaskan mengapa ada perbedaan antara hasil perhitungan dengan percobaan!
Jawab :
Hasil nya berbeda karena pada kabel, terdapat hambatan dalam. Sehingga hasil
aktual yang terbaca multitester berbeda dengan hasil perhitungan

4. Sebutkan dan jelaskan aplikasi Hukum Kirchoff dan Hukum Ohm!


Jawab :
Aplikasinya dalam realita adalah rangkaian listrik pada rumah contohnya
rangkaian listrik pada lampu rumah. Pada setiap rumah terpasang rangkaian
parallel karena pada saat satu lampu dimatikan, semua lampu tidak ikut mati. Dan
untuk lampu agar menyala memiliki tegangan dan arus tertentu, kalau lampu
tersebut dialiri dengan tegangan atau arus yang lebih maka lampu akan menyala
lebih terang tetapi filamennya akan cepat putus, dan sebaliknya.
VI. Lembar Data, Perhitungan dan Analisis
6.1 Lembar Data

TERLAMPIR
6.2 Perhitungan
A . Percobaan Hukum Kirchoff
1. Buktikan rangkaian pada Gambar 7.4.3 sesuai dengan hukum Kirchoff
tegangan!
Jawab :

3,3

Pertama, kita bagi rangkaian menjadi 3 loop,

Loop 1 :
4,3𝐼1 + 1𝐼2 + 3,3𝐼3 = 6 𝑣
Loop 2 :
5,3𝐼2 + 1𝐼1 + 3,3𝐼3 = 0
Loop 3 :
56,3𝐼3 + 3,3𝐼1 + 3,3𝐼2 = 0
Lalu kita substitusi-eliminasi tiga persamaan tersebut dan mendapat hasil yaitu
𝐼1 = 1,519 𝑚𝐴
𝐼2 = −0,286 𝑚𝐴
𝐼3 = −0,074 𝑚𝐴
1,519.1 − 0,286.5,3 − 0,074.3.3 = 0 𝑣
0,241𝑣 = 0𝑣
Hal ini terjadi karena adanya pembulatan dan hambatan dalam kabel

2. Buktikan rangkaian pada Gambar 7.4.4 sesuai dengan hukum Kirchoff arus!
𝐼𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝐼𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
1,48 mA = 1,41 mA + 0,06 mA
1,48 𝑚𝐴 = 1,47 𝑚𝐴

B . Percobaan Hukum Ohm


1. Hitung resistansi ekuivalen dari masing-masing rangkaian seri dan paralel!
 2 resistor
3,3 𝑘Ω + 3,3 𝑘Ω = 6,6 𝑘Ω
 3 resistor
1 𝑘Ω + 3,3 𝑘Ω + 1 𝑘Ω
 4 resistor
1 𝑘Ω + 1 𝑘Ω + 3,3 𝑘Ω + 3,3 𝑘Ω = 8,6 𝑘Ω

2. Hitung arus (beserta kesalahan absolut dan relatifnya) yang melewati setiap
resistor dari masing-masing rangkaian seri dan paralel!

Pada rangkaian seri, arus yang mengalir sama pada setiap resistor, oleh karena itu
resistor parallel kita ubah menjadi satu resistor
1 1 1 1
= 𝑘Ω + 𝑘Ω + 𝑘Ω
𝑅𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 3,3 3,3 47
1 47 47 3,3
= 𝑘Ω + 𝑘Ω + 𝑘Ω
𝑅𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 155,1 155,1 155,1
1 97,3
= kΩ
𝑅𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 155,1
𝑅𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 = 1,594 𝑘Ω
Lalu kita cari I total pada rangkaian
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 1 Ω + 1 Ω + 1,594 Ω
𝑅𝑠𝑒𝑟𝑖 = 3,594 𝑘Ω
Sesuai dengan rumus :
𝑉 = 𝐼𝑅
6 𝑉 = 𝐼. 3,594 𝑘Ω
𝐼 = 1,67 𝑚𝐴
Maka arus pada hambatan 1 Ω adalah 1,67 A; dan pada rangkaian parallel
memiliki tegangan yang sama pada tiap titik oleh karena itu kita cari
𝑉 = 𝐼𝑅
𝑉 = 1,67 𝑚𝐴 .1,594 𝑘Ω
𝑉 = 2,662 𝑉

Karena pada semua titik tegangan sama maka pada tiap hambatan memiliki arus
1. Arus pada hambatan 3,3 kΩ
𝑉 = 𝐼𝑅
2,662 𝑉
𝐼=
3,3 Ω
𝐼 = 0,806 𝑚𝐴
2. Arus pada hambatan 47 kΩ
2,662 𝑉
𝐼=
47 Ω
𝐼 = 0,057 𝑚𝐴
Analisis kesalahan
𝑣
𝐼=
𝑅

𝜕𝐼 2 𝜕𝐼 2
𝑆𝐼 = √( ) . (𝑆𝑣)2 + ( ) . (𝑆𝑅)2
𝜕𝑣 𝜕𝑅

1 2 𝑣 2

𝑆𝐼 = ( ) . (0,01)2 + ( 2 ) . (0,01)2
𝑅 𝑅
1 2 2,662 2
𝑆𝐼 = √( 2
) . (0,01) + ( ) . (0)2
3300 33002

𝑆𝐼 = √8,432 𝑥 10−15 . 0,00001

𝑆𝐼 = √8,432 𝑥 10−19

𝑆𝐼 = √0,8432 𝑥 10−18
𝑆𝐼 = 0,918 𝑥 10−9

Kesalahan Absolut :
Maksimum : 0,806 + 0,918 𝑥 10−9 = 0,806000000918 mA
Minimum : 0,806 – 0,918 𝑥 10−9 = 0,80599999082 mA
Kesalahan Relatif :
𝑆𝐼 0.918 𝑥 10−9
= 𝑥 100%
𝐼 0,806
𝑺𝒓𝒆𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇 ∶ 0,000000114 %

6.3 Analisis
Pada percobaan kali ini kami mencari besar dari arus dan tegangan pada tiap
rangkaian seri dan parallel. Pada dasarnya perbedaan dari rangkaian seri dan
paralel adalah pada rangakain seri, arus listrik mengalir melalui garis lurus
sedangkan pada rangkaian paralel, yang miliki cabang, arusnya mengalir terpecah
dari cabang dan keluar dengan besar yang sama.
Kalau kita lihat dari hasil/data percobaan, bisa kita lihat bahwa rangkaian
pengganti seri selalu lebih besar dari pada rangkaian pengganti paralel,
dikarenakan pada rangkaian seri, arus tidak terbagi dan besara rus pada tiap
hambatan sama maka dengan besar tegangan yang sama dan mengeluarkan output
yang sama juga maka rangkaian seri harus memiliki hambatan yang lebih besar
Dengan mencari hambatan secara real dan secara teoritik, ternyata
menghasilkan besar yang berebeda, hal ini disebabkan oleh adanya hambatan
dalam dari kabel sebagai penyambung oleh karena itu besara tegangan dan
hambatan yang terbaca di dalam mulititester berbeda secara teori.
VI. SIMPULAN
 Pada rangkaian seri, arus yang mengalir sama dan pada rangkaian paralel
tegangannya sama
 Rangkaian pengganti seri akan lebih besar daripada rangkaian pengganti
paralel
 Tegangan pada loop tertutup akan selalu sama karena arus hanya berputar
dalam loop
 Kesalahan yang terjadi adalah kesalahan alami dimana kabel memiliki
hambatan dalam

VIII. DAFTAR PUSTAKA


[1.]Halliday, D. Resnick, R. Walker, J. 1960 Fundamentals of Physics. Sixth
Edition. Ohio: John Wiley & Sons, Inc.
[2.]Paul, Clayton R. 2001 . Fundamentals of Electric Circuit Analysis. Michigan:
John Wiley & Sons.
[3.]Serway, Raymond A. Jewett, John W. 2004. Physics for Scientists and
Engineers (6th ed.). Ohio: Cengage Learning.
[4.]Yohandri, Asrizal. 2016. Elektronika Dasar 1. Jakarta: Kencana.
IX. LAMPIRAN

Gambar 9.1 Kabel

Gambar 9.2 Rangkaian

Gambar 9.3 Power Supply

Anda mungkin juga menyukai